Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH SAFETY CULTURE TERHADAP KESELAMATAN

PENERBANGAN DI BANDAR UDARA TUNGGUL WULUNG CILACAP

Sudirman Hi. Umar 1,


1)Dosen MTU STTKD

Email : sudirman.umar@sttkd.ac.id

Diah Anggraeni 2
2)Taruni
D4 MTU STTKD
Email: diahanggraeni069@gmail.com

INTISARI

Sejak dibuka menjadi bandar udara komersial, jumlah penumpang Bandar Udara
mengalami peningkatan.Peningkatan aktivitas di Bandar Udara Tunggul Wulung
Cilacap secara tidak langsung mempengaruhi sistem manajemen keselamatan yang
bergantung pada budaya keselamatan atau safety culture di bandar udara. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui penerapan safety culture di Bandar Udara Tunggul
Wulung Cilacap, mengetahui pengaruh safety culture terhadap keselamatan
penerbangan di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap, mengetahui apakah safety
culture di Bandar udara tunggul Wulung Cilacap sudah sesuai dengan standar
keamanan dan keselamatan penerbangan PP No.3 Tahun 2001.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer yang diperoleh berdasarkan
penyebaran kuisioner yang dibagikan kepada petugas Aviation Security (AVSEC),
Apron Movement Control (AMC), Passanger Service (PASASI) maskapai Susi Air dan
Pelita Air sebanyak 40 orang dengan teknik analisis data regresi linier sederhana dan
uji T (Bivariat).
Hasil penelitian menunjukan Penerapan safety culture di Bandar Udara Tunggul
Wulung Cilacap sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP) serta PP No. 3 tahun 2001 tentang keamanan dan keselamatan
penerbangan dengan Hasil pengujian hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima yang
dibuktikan dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 ( p < 0,05 ) hal ini berarti terdapat
pengaruh safety culture terhadap keselamatan penerbangan bahwa setiap penambahan
1% tingkat safety culture maka keselamatan penerbangan akan meningkat sebesar
82,7% serta secara parsial safety culture berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keselamatan penerbangan sebesar 89.6% dan sisanya 5,4% dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata Kunci : Safety Culture, Keselamatan Penerbangan, Tunggul Wulung

ABSTRACT

Since opening as a commercial airport, the number of airport passengers has increased. An
increased in Tunggul Wulung Cilacap Airport activity indirectly affects the safety management
system that depends on the safety culture at the airport. The purpose of this study is to find out
105
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

the application of safety culture at Tunggu Wulung Cilacap Airport, and the effect of safety
culture on flight safety at Tunggul Wulung Cilacap airport.
This is a quantitative study. Study primary data obtained based on the distribution of
questionnaires distributed to Aviation Security (AVSEC), Apron Movement Control (AMC),
Passanger Service (PASASI) Susi Air and Pelita Air Airlines officers as many as 40 people with
simple linier regresssion data analysis techniques and T test (Bivariat).
The result howed that the application of safety culture at the Tunggul Wulung Cilacap
Airport was already in accordance with Standard Operating Procedure (SOP) and Government
Rule 3 / 2001 on Flight Security and Safety. The result of hypothesis testing Ho was rejected
and Ha was accepted, as evidenced by the significant value of 0,000 <0,05 (p<0,05) which means
that there was an influence of safety culture on flight safety that every 1% increase in the safety
culture level, flight safety will increase by 82,7% and partially safety culture has a positive and
significant effect on flight safety by 89,6% and the remaining 5,4% is influenced by other factors.

Key Words : Safety Culture, Aviation Safeyt, Tunggul Wulung

PENDAHULUAN
Keselamatan penerbangan merupakan faktor utama setiap operasi penerbangan.
Menciptakan keselamatan, keamanan, dan kelancaran lalu lintas udara telah menjadi
komitmen bersama dari setiap pelaku usaha industri penerbangan. Keselamatan
penerbangan merupakan prioritas utama dalam dunia penerbangan sehingga perlu adanya
suatu standar keselamatan yang optimal sesuai dengan perkembangan teknologi
penerbangan. Setiap individu maupun instansi harus menerapkan standar aturan yang
dikeluarkan oleh Badan Internasional seperti International Civil Aviation Organization (ICAO),
Federal Aviation Administration (FAA). Pemerintah melalui menteri perhubungan
mengeluarkan peraturan penerbangan dimana sebagain besar peraturan diadopsi dari
ICAO yaitu Undang-Undang No.1 tahun 2009 tentang Penerbangan, adapun dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan. Keselamatan penerbangan adalah keadaan yang terwujud dari
penyelenggaraan penerbangan yang lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan
kelaikan teknis terhadap sarana dan prasana penerbangan beserta penunjangnya. Sebagai
upaya untuk mewujudkan keselamatan penerbangan pemerintah telah mengeluarkan
berbagai regulasi terkait tentang keselamatan penerbangan seperti Peraturan Menteri
Republik Indonesia No. 21 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil.
Menurut Federal Aviation Administration (FAA, 2009) terdapat tiga faktor terjadinya
kecelakaan yaitu faktor cuaca (Weather), faktor pesawat , dan hampir dari keseluruhan
kecelakaan Accidents atau Incidents disebabkan karena faktor kesalahan manusia (Human

106
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

Eror) (Muhammad Syukur, 2008). Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat disiplin
personil penerbangan tentang safety culture.
Dalam transportasi udara, Bandar Udara Tunggul Wulung adalah salah satu Bandar
Udara komersial yang dikelola oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) kelas III yang
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar
udara, kegiataan keamanan, keselamatan dan ketertiban penerbangan pada Bandar Udara
yang belum diusahakan secara komersial. Bandar Udara Tunggul Wulung berada di Jawa
Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat dan merupakan kabupaten
terluar se-Jawa Tengah yang mempunyai banyak potensi baik untuk dikembangkan. Sejak
dibuka menjadi bandar udara komersial, jumlah penumpang yang pergi dan menuju Bandar
Udara mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas pada Bandar Udara Tunggul Wulung
secara tidak langsung mempengaruhi sistem manajemen keselamatan di Bandar Udara,
kurangnya personil dan fasilitas Bandar Udara mengakibatkan tidak efektifnya pengawasan
yang dilakukan kepada penumpang Bandar Udara sehingga dalam penerapan safety culture
dapat memicu terjadinya kecelakaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan safety culture yang
ada di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap, mengetahui pengaruh safety culture terhadap
keselamatan penerbangan di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap, mengetahui apakah
safety culture di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap sudah sesuai dengan standar
keamanan dan keselamatan penerbangan PP No.3 Tahun 2001.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis dapat mengidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan safety culture yang ada di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap?
2. Bagaimana Pengaruh safety culture terhadap keselamatan penerbangan di Bandar Udara
Tunggul Wulung Cilacap?
3. Apakah safety culture di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap sudah sesuai dengan
standar keamanan dan keselamatan penerbangan PP No.3 Tahun 2001?

107
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

LANDASAN TEORI
A. Bandar Udara
Menurut Annex 14, Vol 1 Aerodrome Design and Operations, Fourth Edition, July 2004, Bandar
udara adalah suatu daerah tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan,
instalasi, dan peralatan) yang dimaksud untuk digunakan baik seluruhnya maupun
sebagian untuk kedatangan, keberangkatan, dan pergerakan di darat dari pesawat udara.
Di dalam Undang-undang nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan menyatakan bahwa
Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamananpenerbangan,
serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
B. Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap
Bandar Udara Tunggul Wulung adalah salah satu Bandar Udara komersial kelas III yang
dikelola oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) yang berada di Jl. Tritih-Wangon,
Kel. Tritih Lor, Kec. Jeruklegi, Kab. Cilacap, Jawa Tengah, 53252, dengan kode IATA
adalah CXP dan Kode ICAO WAHL. Bandar Udara Tunggul Wulung memiliki dua
maskapai Susi Air yang membuka jadwal penerbangan reguler dengan rute Jakarta (JKT)
– Cilacap (CXP) dan Cilacap (CXP) – Jakarta (JKT), dan maskapai Pelita Air yang
membuka jadwal penerbangan unschedule atau penerbangan charter dengan rute Jakarta
(JKT) – Cilacap (CXP) dan Cilacap (CXP) – Jakarta (JKT).
C. Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System)
Menurut International Civil Aviation Organization (ICAO) 2006 Sistem Manajemen
Keselamatan (Safety Management System) adalah manajemen keselamatan di wilayah
operasi bandar udara yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur,
proses dan sarana serta pengawasan dalam melaksanakan kebijakan keselamatan operasi
bandar udara oleh penyelenggara bandar udara. Berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor : KM. 20 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan yang
berfokus pada empat pilar :
1. Kebijakan Dan Sasaran Keselamatan
2. Manajemen Resiko Keselamatan
3. Jaminan Keselamatan
4. Promosi Keselamatan
108
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

D. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan PP No. 3 Tahun 2001 Keamanan dan Keselamatan Penerbangan adalah
suatu kondisi untuk mewujudkan penerbangan dilaksanakan secara aman dan selamat
sesuai dengan rencana penerbangan. Keamanan dan keselamatan penerbangan memiliki
peranan yang penting dan strategis dalam penyelenggaraan penerbangan sehingga
penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah
dalam satu kesatuan sistem pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan sipil.
Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah meliputi aspek pengaturan,
pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan pembangunan, pendayagunaan, dan
upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman, cepat,
lancar, tertib, dan teratur secara terpadu dengan moda transportasi lain. Atas hal tersebut
diatas, maka dalam Peraturan Pemerintah diatur ketentuan mengenai :
1. Sistem keamanan dan keselamatan penerbangan
2. Pelayanan operasi pesawat udara
3. Pengoperasian bandar udara
4. Pengaturan mengenai ruang udara
5. Personil keamanan dan keselamatan penerbangan
6. Pelayanan kesehatan penerbangan
7. Tata cara penanganan dan pemeriksaan penumpang
8. Bagasi, kargo, dan pos
9. Pencarian dan pertolongan kecelakaan pesawat udara
10. Penelitian sebab sebab kecelakaan pesawat udara
11. Program pengamanan penerbangan sipil
12. Tarif jasa pelayanannavigasi penerbangan
Pada penelitian ini terdapat tiga unit personil bandar udara yaitu petugas Aviation
Security (AVSEC), Apron Movement Control (AMC), Passanger Service (PASASI) Maskapai Susi
Air dan Pelita Air untuk mengetahui standar keamanan dan keselamatan penerbangan
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 :
a. Petugas Aviation Security (AVSEC)
Aviation Security (AVSEC) adalah unit yang bertugas untuk menjamin keamanan dan
keselamatan penerbangan, keteraturan dan efiensi penerbangan terhadap awak pesawat
udara, penumpang dan petugas lainnya. Setiap petugas Aviation Security (AVSEC) wajib
109
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

memiliki lisensi atau Surat Tanda Kecakapan Petugas (STKP) dalam melaksanakan
tugasnya. Adapun tahap tahap pengawasan Aviation Security (AVSEC) yaitu :
1. Security Check Point (SCP) 1
2. Security Check Point (SCP) 2
3. Pengamanan Sisi Udara (Access Control)
4. Patroli keamanan Penerbangan
5. Pengamanan Terminal Cargo
6. Tindakan Pengamanan Dengan Penanganan Khusus
b. Petugas Apron Movement Control (AMC)
Apron Movement Control (AMC) adalah unit yang bertugas menetukan tempat parkir
pesawat setelah menerima estimate dari unit ADC (Tower). Apron Movement Control
(AMC) sendiri mempunyai fungsi pengawasan yaitu :
1. Mengatur pergerakan pesawat udara dengan tujuan untuk menghindarkan adanya
tabrakan antar pesawat udara dengan pesawat udara yang lain atau dengan obstacle.
2. Mengatur masuknya pesawat udara ke apron dan mengkoordinasikan pesawat udara
yang keluar dari apron dengan Aerodrome Control (ADC), dinas yang bertugas yang
mengatur traffic di bagian dari bandar udara yang dipergunakan untuk lepas landas,
mendarat dan pergerakan pesawat udara di darat yang tidak termasuk apron dan
memberi ijin start engine di apron.
3. Menjamin keselamatan dan kecepatan serta kelancaran pergerakan kendaraan dan
pengaturan yang tepat dan baik bagi kegiatan lainnya.
4. Menjamin kebersihan apron dari segala obstacle termasuk Foreign Object Debris (FOD).
c. Petugas Passanger Service (PASASI) Maskapai Susi Air dan Pelita Air.
Pasasi atau Passanger Service merupakan bagian dari ground handling yang menangani
penumpang dimulai dari proses check in hingga penumpang naik ke pesawat, dan
menangani proses penumpang transit. Passanger Service (PASASI) terdiri dari beberapa
unit yaitu :
1. Check in Counter
2. Boarding Gate
E. Budaya Keselamatan (Safety Culture)
Berdasarkan ICAO ( International Civil Aviation Organization) budaya keselamatan (safety
culture) merupakan suatu hal yang diperoleh melalui proses kombinasi antara Budaya
Organisasi, Budaya Profesional dan juga dari Budaya Nasional. Safety culture atau budaya
110
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

keselamatan merupakan seperangkat nilai dan sikap abadi mengenai keselamatan yang
dimiliki oleh setiap anggota pada tiap tingkat organisasi (Arjen Balk, 2009). Menurut
Arjen Balk (2009) dalam mewujudkan safey culture atau budaya keselamatan terdapat
enam karakteristik yang harus diterapkan, yaitu :
1. Komitmen (Commitment)
2. Kebenaran (Justness)
3. Informasi (Information)
4. Kewaspadaan (Awareness)
5. Adaptasi (Adaptability)
6. Sikap ( Behavior)
F. Studi Yang Relevan
No Nama Judul Tahun Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1 Sunar Adi Pengaruh Airmanship dan 2017 Terdapat pengaruh yang
Wibowo Safety Culture Terhadap signifikan antara
Keselamatan Airmanship dan Safety
Penerbangan di Culture terhadap
pangkalan TNI AU Halim Keselamatan
Perdana Kusuma Penerbangan di
Pangkalan TNI AU Halim
Perdanakusuma dengan
besar pengaruh sebesar 50
%.
2 Hasim MewujudkanKeselamatan 2017 Keselamatan
Purba Penerbangan Dengan penerbangan
Membangun Kesadaran menjadi sesuatu yang
Hukum Bagi Stakeholders mutlak harus
Melalui Penerapan Safety diperhatikan oleh semua
Culture stakeholder (pemangku
kepentingan) dalam
kegiatan angkutan udara
baik penumpang maupun
barang. Untuk
mewujudkan keselamatan
penerbangan maka
diperlukan suatu gerakan
nasional penyadaran
budaya keselamatan
penerbangan (safety
culture). Melalui gerakan
budaya keselamatan
penerbangan diharapkan
dapat memberikan

111
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

kenyamanan bagi
masyarakat
pengguna jasa angkutan
udara.
3 Sudirman Evaluasi Sistem 2018 Bahwa indikator
Hi Umar Manajemen Keselamatan kebijakan dan tujuan
(Safety Management keselamatan telah
System) di Bandar Udara dilaksanakan 100 %,
Internasional Adi indikator bahaya dan
Soemarmo Boyolali manajemen resiko
keselamatan tidak ada
variabel yang berkriteria “
tidak dapat diterima pada
kondisi yang ada”,
sementara itu 10 variabel
berada pada
“pengendalian
resiko/mitigasi
memerlukan keputusan
manajemen, dapat
diterima setelah mengkaji
pelaksanaan operasi”.
Dan 3
variabel berada pada
kondisi
“dapa diterima”,
indikator
keselamatan dan jaminan
promosi keselamatan
telah
dilaksanakan sebesar
81,82
% dan 18,18 % berada
pada
tahap in progress, dan
untuk
indikator pengembangan
emergency response
planning
(ERP) telah dilaksanakan
secara 100 %.

Penulisan tugas akhir ini berjudul “Pengaruh Safety Culture” Terhadap Keselamatan
Penerbangan dibandar Udara Tunggul Wulung Cilacap”. Pada penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, terdapat pada waktu dan tempat serta obyek penelitian.

112
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat pengaruh safety culture terhadap keselamatan penerbangan di
Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap.
Ha : Terdapat pengaruh safety culture terhadap keselamatan penerbangan di Bandar
Udara Tunggul Wulung Cilacap.
H. Model Penelitian
Model penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

6 Budaya Keselamatan (Safety Culture) :

1. Komitmen (Commitment)
Keselamatan Penerbangan
2. Kebenaran (Justness)

3. Informasi (Information)

4. Kewaspadaan (Awareness)

5. Adaptasi (Adaptability)

6. Sikap ( Behavior)

Sumber: Arjen Balk

METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bandar udara Tunggul Wulung Kabupaten Cilacap.
B. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah budaya keselamatan (safety curlutre) yang dilihat dari
enam budaya keselamatan yang terdiri dari komitmen, kebenaran, informasi,
kewaspadaan, adaptasi, sikap petugas Aviation Security (AVSEC), Apron Movement Control
(AMC), Passanger Service (PASASI) Maskapai Susi Air dan Pelita Air.
C. Jenis Penlitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu peneliti mengumpulkan data
dengan menetapkan terlebih dulu konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan,
yang berasal dari teori yang sudah ada kemudian mencari data dengan menggunakan
kuisioner (Hamidi, 2004). Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh safety culture

113
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

(X) terhadap keselamatan penerbangan (Y).


D. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah petugas Aviation Security (AVSEC), Apron Movement Control (AMC), Passanger
Service (PASASI) Maskapai Susi Air dan Pelita Air.
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2010:62) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel ini dilakukan secara stratified
random sampling cara pengambilan sampel dengan memperhatikan tingkatan di dalam
populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 personil Bandar Udara yang
merupakan populasi dari petugas Aviation Security (AVSEC), Apron Movement Control
(AMC), Passanger Service (PASASI) Maskapai Susi Air dan Pelita Air.
E. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel operasional. Variabel adalah suatu
konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori, atau kondisi. Variabel
yang dipakai dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel bebas (independen variabel) adalah safety culture.
b. Variabel terikat (dependen variabel) adalah keselamatan penerbangan.
F. Skala Pengukuran
Skala pengukuran dalam penelitian ini terdiri dari.
a. Kuisioner
Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup yang berisi
pertanyaan tentang penilaian responden variabel X dan Y. Dalam bagian angket
tertutup peniliti menggunakan bentuk pertanyaan yang sebagian besar di adopsi dari
penelitian terdahulu atas nama Sunar Adi Wibowo tahun 2017 dengan skala penilaian
sebagai dasar pembuatan angket, skala yang digunakan adalah Skala Likert. Berikut
adalah tabel intrumen kuisioner tentang kisi-kisi kuisioner dari setiap variabel yang
di tentukan seperti pada tabel 1 berikut:

114
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

Tabel 1. Instrumen Kuisioner


No Variabel Indikator No Butir
Pertanyaan
Safety Culture (X) Komitmen 1 dan 2
Kebenaran 3 dan 4
Informasi 7 dan 10
Kewaspadaan 6 dan 9
Adaptasi 5
Sikap 8
Keselamatan PP No 3 Tahun 11 - 20
Penerbangan (Y) 2001
Sumber: Peneliti 2019
Skala pengukuran kuisioner menggunakan skala likert sebagaimana diuraikan pada
tabel berikut.
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Skor perhitungan kuisioner
Jawab Skor
Sangat setuju 1
Setuju 2
Tidak setuju 3
Sangat tidak setuju 4
Sumber : Sunyoto (2012:93)
b. Observasi
Menurut Sugiyono (2013:145) menjelaskan bahwa pengertian observasi yaitu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data
dengan cara mengamati kinerja tugas dan tanggung jawab petugas Aviation Security
(AVSEC), Apron Movement Control (AMC), Passanger Service (PASASI) Maskapai Susi
Air dan Pelita Air.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian.
G. Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2013) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat–
tingkat kevalidan suatu instrumen. Validitas digunakan untuk mengukur
kevalidan/keaslian instrumen yang akan dipakai. Adapun perhitungan uji validitas
115
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan kriteria sebagai berikut :


1) Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid.
2) Jika r hitung < r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid
3) R hitung dapat dilihat pada kolom corrected item- total correlation.
Dari hasil uji validitas menggunakan SPSS diperoleh hasil uji validitas variabel X
(Safety culture) dan variabel Y (Keselamatan penerbangan) seperti pada tabel 3 dan
4 berikut.
Tabel 3. Uji Validitas Variabel (X) Safety Culture
No Butir Nilai R Nilai R Keterangan
Hitung Tabel
1 Pertanyaan 1 0,563 0,468 Valid
2 Pertanyaan 2 0,563 0,468 Valid
3 Pertanyaan 3 0,485 0,468 Valid
4 Pertanyaan 4 0,537 0,468 Valid
5 Pertanyaan 5 0,647 0,468 Valid
6 Pertanyaan 6 0,517 0,468 Valid
7 Pertanyaan 7 0,577 0,468 Valid
8 Pertanyaan 8 0,562 0,468 Valid
9 Pertanyaan 9 0,532 0,468 Valid
10 Pertanyaan 0,522 0,468 Valid
10
Sumber: Hasil Analisis Peneliti 2019

Tabel 4. Uji Validitas Variabel (Y) Keselamatan Penerbangan


No Butir Nilai R Nilai R Keterangan
Hitung Tabel
1 Pertanyaan 1 0,640 0,468 Valid
2 Pertanyaan 2 0,718 0,468 Valid
3 Pertanyaan 3 0,623 0,468 Valid
4 Pertanyaan 4 0,658 0,468 Valid
5 Pertanyaan 5 0,535 0,468 Valid
6 Pertanyaan 6 0,920 0,468 Valid
7 Pertanyaan 7 0.920 0,468 Valid
8 Pertanyaan 8 0,920 0,468 Valid
9 Pertanyaan 9 0,718 0,468 Valid
10 Pertanyaan 0,935 0,468 Valid
10
Sumber: Hasil Analisis Peneliti 2019
Hasil Uji Validitas dengan menggunakan α 5% n = 20 dinyatakan semua valid,
maka oleh peneliti digunakan sebagai instrumen penelitian.

116
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

b. Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah index yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2010). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS.
Menurut Arikunto (2013:122) koefisien reliabilitas yang dihasilkan, selanjutnya
diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 5. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
0,00 ≤ r ≤ 0,200 Sangat Rendah
0,200 ≤ r ≤ 0,400 Rendah
0,400 ≤ r ≤ 0,600 Sedang
0,600 ≤ r ≤ 0,800 Tinggi
0,800 ≤ r ≤ 1,000 Sangat Tinggi
Sumber : Ghozali, 2006
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan bantuan dari komputer dengan
program SPSS butir dari pertanyaan yang sudah dinyatakan validitas ditentukan
reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut :
1) Jika r alpha > r tabel maka reliabel
2) Jika r alpha < r tabel maka tidak reliabel
Suatu kuisioner dinyatakan handal jika jawaban seorang terhadap pertanyaan yang
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk
mengukur reliabilitas dengan uji statistik Croonbach alpha (a). Suatu variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai a > 0,60.
Tabel 6. Uji Reliabilitas
Variabel Conbrach’s alpha Interpretasi
Safety Culture (X) 0,741 Tinggi
Keselamatan Penerbangan 0,921 Sangat Tinggi
(Y)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti 2019

Berdasarkan hasil uji reliabilitas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa item
pertanyaan untuk mendapatkan nilai masing-masing variabel (X) dan variabel (Y)
dapat dinyatakan reliabel atau andal.

117
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

H. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014: 207) analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data merupakan pengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.
a. Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana adalah metode statistik yang berfungsi untuk
menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab (X)
terhadap variabel penyebab (Y). Faktor penyebab biasanya dilambangkan dengan X
atau disebut juga dengan predector sedangkan variabel akibat dilambangkan dengan
Y atau disebut juga dengan Response. Persamaan regresi linier sederhana adalah
sebagai berikut :
Y = a + bX + e
Keterangan :
Y = subyek dalam variabel independen yang diprediksikan
A = nilai Y bila X = 0 (harga konstan)
B = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel depenen yang didasarkan pada perubahan
variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
E = error (Sugiyono , 2010:216)
b. Uji T (Bivariat)
Uji T Bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh secara signifikan variabel
bebas (Safety Culture) terhadap variabel terikat (Keselamatan Penerbangan)
menggunakan bantuan komputer dalam program SPSS. Untuk menguji bahwa safety
culture (X) berpengaruh langsung secara positif terhadap keselamatan penerbangan
(Y) digunakan kriteria pengujian hipotesis Ho ditolak jika sig(p-value) < (α = 0,05)
dan Ha diterima jika sig(p-value) ≥ (α = 0,05). Ho diterima apabila t hitung ≤ tabel
sebaliknya, H0 ditolak apabila t hitung ≥ tabel maka membuat kesimpulan dengan
membandingkan antara t hitung dan t tabel dengan melihat dari kriteria pengujian.
c. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001
118
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

Berdasarksn Peraturan Pemerintah Tentang Keamanan dan Keselamatan


Penerbangan PP No. 3 Tahun 2001 keamanan dan keselamatan penerbangan
memiliki peranan yang penting dan strategis dalam penyelenggaraan penerbangan
sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan
oleh pemerintah dalam satu kesatuan sistem pelayanan keamanan dan keselamatan
penerbangan sipil.
Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah meliputi aspek pengaturan,
pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan pembangunan, pendayagunaan,
dan upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman,
cepat, lancar, tertib, dan teratur secara terpadu dengan moda transportasi lain. Atas
hal tersebut diatas, maka dalam Peraturan Pemerintah diatur ketentuan mengenai :
1) Sistem keamanan dan keselamatan penerbangan
2) Pelayanan operasi pesawat udara
3) Pengoperasian bandar udara
4) Pengaturan mengenai ruang udara
5) Personil keamanan dan keselamatan penerbangan
6) Pelayanan kesehatan penerbangan
7) Tata cara penanganan dan pemeriksaan penumpang
8) Bagasi, kargo, dan pos
9) Pencarian dan pertolongan kecelakaan pesawat udara
10) Penelitian sebab sebab kecelakaan pesawat udara
11) Program pengamanan penerbangan sipil
12) Tarif jasa pelayanannavigasi penerbangan
Dalam Peraturan Pemerintah Tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan PP No. 3 Tahun 2001 terdapat aturan tentang keandalan operasional
pesawat udara yang pada dasarnya hanya dapat terpenuhi apabila persyaratan-
persyaratan yang menyangkut standar kelaikan udara, rancang bangun pesawat
udara, pembuatan pesawat udara, prawatan pesawat udara, standar kebisingan
pesawat udara, penampungan sisa bahan bakar, dan ambang batas gas buang
pesawat udara, serta personil pesawat udara, dapat dipenuhi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

119
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petugas Aviation Security (AVSEC), Apron
Movement Control (AMC), Passanger Service (PASASI) Maskapai Susi Air dan Pelita Air di
Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap. Hasil penelitian ini berkaitan dengan
karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur, jenjang pendidikan tertinggi,
lama bekerja.
B. Uji Instrumen Penelitian
a. Regresi Linier Sederhana
Teknik analisa data yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Teknik ini
digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel diantaranya variabel
bebas (X) Safety Culture terhadap variabel terikat (Y) Keselamatan Penerbangan.
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std.Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6,106 2,403 2,541 ,015
Safety ,827 ,066 ,896 12,463 ,000
Culture
a. Dependent Variable: Keselamatan Penerbangan
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS
Persamaan regresinya sebagai berikut :
Y = a + bX + e
Y = Keselamatan penerbangan
X = Safety culture
Maka dapat diartikan sebagai berikut :
a) Konstanta sebesar 6,106 menunjukan arti bahwa nilai konsisten variabel

keselamatan penerbangan adalah sebesar 6,106.


b) Nilai koefisien regresi X sebesar 0,827 menyatakan bahwa setiap penambahan 1%

tingkat Safety Culture (X), maka Keselamatan Penerbangan (Y) akan meningkat
sebesar 0,827 atau 82,7% dan sisanya 17,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
disebutkan oleh peneliti.. Koefisien tersebut bernilai positif, sehingga dapat
dikatakan bahwa arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif. Persamaan
regresi yang di dapat adalah Y = 6,106 + 0,827X + e.

120
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

b. Uji T (Bivariat)
Uji T (Bivariat) digunakan untuk menguji apakah variabel independen (safety culture)
berpengaruh terhadap variabel dependen (keselamatan penerbangan).
Tabel 8. Hasil Analisis Uji T (Bivariat)
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std.Error Beta t Sig.
1 (Constant) 6,106 2,403 2,541 ,015
Safety ,827 ,066 ,896 12,463 ,000
Culture
a. Dependent Variable: Keselamatan Penerbangan
Sumber : Data primer diolah dengan SPSS
Berdasarkan tabel 8 untuk menguji bahwa safety culture (X) berpengaruh langsung
secara positif terhadap keselamatan penerbangan (Y). Cara mencari T tabel :
T tabel = ( α/2 ; n-k-1 )
= ( 0,05/2 ; 40-1-1 )
= ( 0,025 ; 38 ) = ( dilihat pada T tabel 2.02439 )
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien β = 0,896 dengan T hitung = 12,463
dan T tabel = 2,02439. Karena nilai T hitung > T tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya terdapat pengaruh safety culture terhadap keselamatan penerbangan. Dapat
disimpulkan bahwa variabel (X) safety culture berpengaruh pada variabel (Y)
keselamatan penerbangan dengan besar pengaruh 0,896 atau 89,6% dan sisanya 5,4%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti seperti kesadaran
penumpang terhadap keselamatan diri sendiri dan kinerja petugas lain.
Pembahasan
1) Penerapan Safety Culture Dalam Meningkatkan Keselamatan Penerbangan.
Sertifikat bandar udara merupakan keharusan bagi suatu bandar udara sebagai
standar atau syarat mengoperasikan bandar udara. Sertifikat bandar udara diperlukan
dalam rangka memenuhi ketentuan keselamatan penerbangan serta ketentuan
pelayanan jasa bandara. Safety Management System (SMS) adalah salah satu dokumen
yang dibutuhkan sebelum bandar udara beroperasi yang nantinya berkaitan dengan
standar keselamatan penerbangan. Dalam Safety Management System (SMS) terdapat
Safety Culture atau Budaya Keselamatan merupakan suatu hal yang diperoleh melalui
proses kombinasi antara Budaya Organisasi, Budaya Profesional, dan Budaya Nasional.
Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap sejak awal pengoperasiannya melayani banyak
121
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

kegiatan dalam hal transportasi udara sampai sekarang ini tentunya telah menerapkan
Safety Culture dalam setiap kegiatannya. Tujuan penerapan safety culture di Bandar
Udara Tunggul Wulung Cilacap adalah untuk memenuhi persyaratan pengoperasian
bandar udara dan meyakinkan kelancaran serta keselamatan penerbangan di Bandar
Udara Tunggul Wulung Cilacap.
Seperti pada umumnya penerapan safety culture di Bandar Udara Tunggul Wulung
Cilacap harus melalui beberapa tahap penerapan sebelum nantinya mencapai tingkat
penerapan yang maksimal atau efektif. Mencapai penerapan safety culture yang efektif
tentu bukan pekerjaan yang mudah, cakupan safety culture yang luas dan menyeluruh
melibatkan banyak personel bandar udara dari setiap unit-unitnya. Pada tahap awal
penerapan safety culture, Bandar udara Tunggul Wulung Cilacap memperkenalkan dan
memberikan edukasi pada setiap personel berupa pendidikan dan pelatihan tentang
safety culture atau budaya keselamatan serta menetapkan target pencapaian yang
berorientasi pada keselamatan. Setelah tahap awal dilakukan, maka tahap selanjutnya
melakukan peran dan fungsinya yaitu mengidentifikasi keadaan berbahaya terhadap
unit yang beresiko lalu memberikan rekomendasi kepada unit terkait sesuai hasil
identifikasi yang dilakukan. Dalam mencapai target yang berorientasi pada keselamatan
penerbangan, terdapat indikator yang harus dilaksanakan dari setiap unit untuk
mencapai budaya keselamatan yang maksimal.
Tabel 8. Indikator Penerapan Safety Culture
No Indikator Safety Culture Keterangan
1 Safety Briefing Sudah Dilaksanakan
2 Pengawasan Tugas Operasi In Progress
3 Pengawasan Pergerakan Pesawat Sudah Dilaksanakan
Udara, Kendaraan dan Manusia
4 Pemeliharaan Alat Operasi Sudah Dilaksanakan
5 Pemeriksaan Orang, Barang dan Sudah Dilaksanakan
Alat Operasi
Sumber : Hasil Analisis Peneliti
Dapat diketahui dari tabel 9 bahwa dari indikator safety culture di Bandar
Udara Tunggul Wulung Cilacap sudah dilaksanakan dan diterapkan dengan baik,
adapun indikator pengawasan tugas operasi belum seutuhnya di terapkan sehingga
pengawasannya dilaksanakan sesekali sembari berjalannya tugas pengoperasian
karena mengingat kembali adanya keterbatasan petugas di Bandar Udara Tunggul
Wulung Cilacap sehingga dalam pengawasan tugas operasi masih belum maksimal.

122
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

Tujuan adanya indikator safety culture sebagai alat ukur penerapan safety
culture di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap dalam mencapai target pencapaian
yang berorientasi pada keselamatan penerbangan sehingga dapat diketahui bahwa
penerapan safety culture dari setiap unit yang ada di Bandar Udara Tunggul Wulung
Cilacap telah menerapakan secara nyata pendidikan dan pelatihan yang telah
diberikan dalam mencapai tingkat penerapan safety culture yang maksimal.
Pencapaian penerapan safety culture di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap
sekarang ini adalah keberhasilan dari setiap personel dalam mempertahankan kinerja
terhadap target yang telah ditetapkan dan tentunya harus terus dikembangkan untuk
mencapai penerapan safety culture yang efektif sesuai dengan Standard Operating
Procedure (SOP) sistem manajemen keselamatan atau Safety Management System (SMS)
yang mengacu pada standar aturan yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation
Organization (ICAO), Federal Aviation Administration (FAA) dan Undang-Undang No.1
tahun 2009 tentang penerbangan.
2) Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh safety culture terhadap
keselamatan penerbangan di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap. Hasil penelitian
menunjukan bahwa mayoritas responden paling banyak adalah jenis kelamin pria
dengan presentase 77,5%, umur 26 – 45 tahun dengan presentase 57,5%, pendidikan
terakhir SMA dengan presentase 75% dan lama bekerja 1-5 tahun dengan presentase 55%.
Hasil dari pengujian terhadap hipotesis yang dijelaskan dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan metode Analisis regresi Linier Sederhana. Metode ini
dugunakan untuk mengetahui adanya hubungan diantara dua variabel. Pengujian
hipotesis dengan metode analisis regresi linier sederhana memperoleh hasil konstanta
sebesar 6,106 menunjukan tinggi nilai konsisten variabel keselamatan penerbangan dan
nilai koefisien regresi X sebesar 0,827 menyatakan bahwa setiap penambahan 1% tingkat
safety culture (X) maka keselamatan penerbangan (Y) akan meningkat sebesar 0,827 atau
82,7% dan sisanya 17,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disebutkan oleh peneliti.
Nilai koefisien tersebut bernilai positif sehingga dapat dikatan bahwa arah pengaruh
variabel X terhadap variabel Y adalah positif.
Pengujian hipotesis selanjutnya dengan menggunakan metode uji T (Bivariat).
Metode ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel diantaranya
variabel bebas dan variabel terikat. Hasil dari uji T (Bivariat) adalah dengan memperoleh
123
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

nilai konstanta sebesar 6,106 sedangkan nilai safety culture (β/koefisien regresi) sebesar
0,896. Terdapat juga hasil nilai T hitung 12,463 dan T tabel = 2,02439 dengan probabilitas
signifikan 0,000 < 0,05 ( p < 0,05 ) atau nilai T hitung > T tabel mengandung arti Ho ditolak
dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh safety culture terhadap keselamatan
penerbangan. Dapat disimpulkan bahwa variabel (X) safety culture berpengaruh pada
variabel (Y) keselamatan penerbangan dengan besar pengaruh 0,896 atau 89,6% dan
sisanya 5,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti seperti
kesadaran penumpang terhadap keselamatan diri sendiri dan kinerja petugas lain.
Hasil pengujian dari hipotesis ini dapat disimpulkan bahwa Safety Culture (X)
mempunyai pengaruh positif terhadap Keselamatan Penerbangan. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang dinyatakan oleh Bandura, Guldenmund maupun Arjen Balk
(sebagaimana dikutip dalam Adi, Sunar Wibowo. 2017) tentang safety culture / budaya
keselamatan yang merupakan seperangkat sikap abadi mengenai keselamatan yang
dimiliki oleh setiap anggota pada setiap tingkat organisasi. Budaya keselamatan tersebut
mengacu pada sejauh mana setiap individu dan setiap kelompok organisasi mengetahui
resiko dan bahaya yang tidak terlihat disebabkan oleh kegiatannya, bagaimana tetap
berperilaku sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan keamanan, bersedia
dan mampu menyesuaikan diri saat menghadapi masalah keselamatan, bersedia
mengkomunikasikan isu-isu keselamatan, serta secara konsisten mengevaluasi perilaku
terkait keselamatan.
Dalam mewujudkan safety culture atau budaya keselamatan dalam suatu organisasi
tidak terlepas dari enam karakteristik yang harus diterapkan meliputi komitmen setiap
tingkat organisasi untuk memiliki sikap positif dan kesadaran terhadap keselamatan,
perilaku organisasi baik tingkat manajemen maupun karyawan atau anggota dalam
mempertahankan dan meningkatkan tingkat keselamatan dilingkungan organisasi,
kesadaran manajemen dan karyawan atau anggota akan resiko pekerjaan yang
dijalaninya sehingga dibutuhkan kewaspadaan yang terus menerus, kemampuan
manajemen dan karyawan atau anggota untuk beradaptasi serta bersedia belajar dari
pengalaman masalalu sehingga dapat mengambil tindakan apapun yang diperlukan
untuk meningkatkan tingkat keselamatan didalam organisasi.
Selanjutnya adanya komunikasi yang baik antar manajemen dan karyawan atau
anggota dalam rangka saling memberikan informasi terkait pencapaian tingkat
keselamatan didalam organisasi, adanya kebenaran atau keadilan terhadap perilaku
124
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

aman karyawan atau anggota yang telah dianjurkan oleh manajemen dalam rangka
mencapai keselamatan serta selalu melaksanakan pelaporan terkait keselamatan.
Dapat diambil kesimpulan dari uraian di atas bahwa apabila petugas Aviation
Security (AVSEC), Apron Movement Control (AMC) Passanger Service (PASASI) Maskapai
Susi Air dan Pelita Air mempunyai penilaian baik tentang safety culture atau budaya
keselamatan dan mampu menanamkan pada diri dan lingkungannya, maka dalam
melaksanakan tugas akan selalu memperhatikan keamanan dan keselamatan. Oleh
karena itu, untuk dapat menjamin keselamatan penerbangan di Bandar Udara Tunggul
Wulung Cilacap perlu tetap diupayakan adanya kesadaran akan safety culture atau
budaya keselamatan yang tinggi bagi petugas Aviation Security (AVSEC), Apron Movement
Control (AMC), Passanger Service (PASASI) Maskapai Susi Air dan Pelita Air.
3) Penerapan Safety Culture Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 Tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.
Keamanan dan keselamatan penerbangan memiliki peran penting dan strategis
dalam penyelenggaraan penerbangan sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh
negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah yang dikelola oleh kementrian
perhubungan dalam satu kesatuan sistem pelayanan keamanan dan keselamatan
penerbangan sipil. Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah meliputi aspek
pengaturan, pengendalian, dan upaya untuk mewujudkan penyelenggaran penerbangan
yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan teratur secara terpadu dengan moda
transportasi lain.
Pada penelitian ini hanya berfokus pada tiga unit personil bandar udara sesuai
dengan batasan masalah yaitu petugas Aviation Security (AVSEC), Apron Movement
Control (AMC), Passanger Service (PASASI) Maskapai Susi Air dan Pelita Air untuk
mengetahui apakah penerapan safety culture di Bandar udara Tunggul Wulung Cilacap
sudah sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan penerbangan Peraturan
Pemerintah No. 3 Tahun 2001. Dalam penerapan standar keamanan dan keselamatan
budaya keselamatan atau safety culture dalam menjamin keselamatan penerbangan,
setiap petugas sudah menjalankankan tugasnya dengan baik sesuai dengan Standartd
Operating Procedure (SOP) dan target yang telah ditetapkan sehingga perlu
dikembangkan lagi agar lebih maksimal untuk mencapai keberhasilan budaya
keselamatan atau safety culture dalam menjamin keselamatan penerbangan.

125
OPTIMAL, Vol. 17, No. 1, Februari 2020 : 105-127

KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Kesimpulan dar penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Penerapan safety culture di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap sudah berjalan
dengan baik sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) sistem manajemen
keselamatan atau Safety Management System (SMS) yang mengacu pada standar
aturan yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO), Federal
Aviation Administration (FAA) dan Undang-Undang No.1 tahun 2009 tentang
penerbangan menyatakan bahwa setiap penyedia jasa penerbangan wajib membuat,
melaksanakan, mengevaluasi dan menyempurnakan secara berkelanjutan sistem
manajemen keselamatan ( Safety Management System ) dengan berpedoman pada
program penerbangan keselamatan nasional.
2) Hasil pengujian hipotesis terdapat pengaruh positif Safety Culture terhadap
Keselamatan Penerbangan di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap menggunakan
metode regresi linier sederhana memperoleh hasil sebesar 0,827 atau 82,7% dan
sisanya 17,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis dengan menggunakan
metode Uji T (Bivariat) memperoleh hasil besar pengaruh 0,896 atau 89,6% dan
sisanya 5,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Maka dari hasil pengujian Hipotesis
memperoleh hasil Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh safety
culture terhadap keselamatan penerbangan di Bandar Udara Tunggul Wulung
Cilacap.
3) Peneran Safety CultureI yang berfokus pada tiga unit personil bandar udara sesuai
dengan batasan masalah yaitu petugas Aviation Security (AVSEC), Apron Movement
Control (AMC), Ground Handling (GH) di Bandar Udara Tunggul Wulung Cilacap
dalam rangka menciptakan keselamatan penerbangan dengan ketentuan yang
meliputi aspek pengaturan, pengendalian, pendayagunaan, untuk mewujudkan
penyelenggaraan penerbangan yang aman dan selamat sesuai standar keamanan dan
keselamatan penerbangan PP No. 3 Tahun 2001.
b. Saran
Melalui penelitian ini dapat di upayakan peningkatan pemahaman dan kesadaran akan
safety culture atau budaya keselamatan dengan melakukan pengawasan dalam
pelaksanaan terkait prosedur dan aturan penerbangan serta mengoptimalkan kegiatan
safety meeting yang disertai pelaporan secara rutin untuk membahas kejadian yang
126
Pengaruh Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan...
(Sudirman Hi. Umar, Diah Anggraeni)

sebelumnya pernah terjadi sebagai bahan evaluasi dalam menentukan tindakan


pencegahan di masa yang akan datang. Adapun dalam menjalakan tugas operasi perlu
adanya penambahan personil dan alat bantu sebagai bentuk peningkatan perfoma Bandar
Udara Tunggul Wulung Cilacap agar lebih maksimal dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Balk, A., Montijn, C., Piers, M. (2009). Safety Management System and Safety Culture Working
Group (SMS): Safety Culture Frame Work For The ECAST SMS-WG. Dutch National
Aerospace Laboratory (NLR).
Dephub, Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. 2019. Profil Bandar Udara
Federal Aviation Administration., 2009, Risk Management Handbook, U.S. Department of
Transportation, USA.
Internasional Civil Aviation Organisation, Annex 14, Aerodrome Design and operations, Four
edition, Montreal : 2004
International Civil Aviation Organization. 2013. Annex 19, Safety Management. Montréal:
ICAO.
International Civil Aviation Organization. 2013. Annex 19, Safety Management. Montréal:
ICAO.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 21 Tahun 2015, Standar Keselamatan
Penerbangan. PM 21 Tahun 2015
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 3 Tahun 2001. Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan. PP No. 3 tahun 2001
Sugiyono. 2010. Metode penelitian kombinasi (mixed methode). Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1. 2009. Penerbangan. Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia.
Umar, Sudirman Hi. 2017. Analisis Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System)
di Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Boyolali, Jurnal Manajemen Dirgantara

127

Anda mungkin juga menyukai