Diajukan oleh :
NPM : 120510871
Hubungan Internasional
FAKULTAS HUKUM
2016
JURNAL
Seliniarti@gmail.com
ABSTRACT
Cabotage principle which is exclusive right has been applied to protect air space and maritime of a
state. This principle also applied to voyage sector which is order only ship uncasing state’s flag that
is allowed to sailing on state of flag’s territorial water. Nowadays there are many communities
which are established by many countries such as ASEAN. This community was established
between few countries in Southeast of Asia region. The aim and purpose of this community is to
accelerate economy growth, social progress and cultural development each member country. Then,
this community agreed to create economic integration area calling ASEAN Economic Community.
It orders all obstacles in trade to be cleared. This article will formulate the existence of cabotage
principle whether this principle is one of obstacle or not. The research shows that this principle is
still maintained. There is nothing agreement which is forbidden this principle.
Keyword : Cabotage principle, territorial water, ASEAN, ASEAN Economic Community, voyage,
maritime transportation, ASEAN Economic Community Blueprint
1
penerapan asas ini telah dinyatakan berhasil, Mengetahui mengenai eksistensi dari
dikarenakan sampai dengan tahun 2014 penerapan asas cabotage di perairan
terjadi peninhak gkatan jumlah armada kapal Indonesia dalam menghadapi Masyarakat
berbendera Indonesia secara signifikan. Ekonomi ASEAN.
2
a. Mencegah dan mengurangi a. Belum tersedianya kapal berebendera
ketergantungan akan kapal-kapal asing; nasioanal untuk kegiatan eksplorasi dan
b. Memperlancar arus barang atau jasa dan eksploitasi lepas pantai.
manusia ke seluruh wilayaha Nusantara b. Perusahaan pelayaran dalam negeri
secara luas; belum mampu menyediakan kapal-kapal
c. Salah sau upaya penyedia kesempatan jenis tertentu untuk menunjang kegiatan
kerja bagi warga negara; eksplorasi/ eksploitasi lepas pantai
d. Sebagai andal dan penunjang Sistem c. Biaya nvestasi pengadaan kapal yang
Pertahanan dan Keamanan Nasioal sangat besar
(Hankamnas).3 d. Belum adanya kontrak kerja jangka
panjang antara pemilik kapal dengan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pemilik kapal.
Keberhasilan Serta Dampak dari e. Rendahnya kualitas dan kuantitas
Penerapan Asas Cabotage sumberdaya manusia.5
Faktor pendukung penerapan asas Dampak dari keberhasilan asas
cabotage, diantaranya: cabotage, diantaranya:
a. Asas cabotage merupakan kebutuhan a. Pemerintah
perusahaan angkutan laut nasional untuk 1) Menguatkan kedaulatan negara
mendorong pertumbuhan pengangkutan 2) Terserapnya ABK domestik
laut nasional. 3) Terciptanya keamanan nasional
b. Pembentukan tim pengawas untuk b. Perusahaan pelayaran
mengidentifikasikan kapal yang bertugas 1) Besarnya pangsa pasar muatan
baik mengontrol ataupun mengawasi domestik yang hanta diangkut oleh
kapal-kapal yang beroperasi di wilayah kapal nasional.
perairan Indonesia. 2) Tingginya pertumbuhan
c. Memfasilitasi proses penyediaan kapal perekonomian nasional dan
yang dilakukan pemerintah untuk pertumbuhan muatan domestik.
mendukung proses pemberian izin dan c. Indonesian National Ship Owners
memberi informasi yang dibutuhkan oleh Association (INSA)
perusahaan pengangkutan laut nasional. 1) Jumlah anggota INSA bertambah.
d. Mendapat pinjaman dari perbankan dan 2) Perusahaan pelayaran dalam negeri
lembaga keuangan dikarenakan investasi mudah diawasi.6
pengadaan kapal membutuhkan biaya Sejarah Pembentukan Masyarakat
yang relatif besar.4 Ekonomi ASEAN
Faktor penghambat penerapan asas Semangat pembentukan komunitas
cabotage, diantaranya yaitu: ASEAN dimulai dengan mulai
diperkenalkannya 2020 pada KTT Informal
1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Puncak
integrasi dari disahkannya Bali Concord II
yang menyepakati untuk membentuk
3
Mahmul Siregar dan M Iqbal Asnawi, 2012, komunitas ASEAN yang terdri dari ASEAN
“Cabotage Principle Pada Regulasi Jasa Political-Security Community, ASEAN
Angkutan dalam Perairan Indonesia dari
Prespektif Sistem Perdagangan Multilateral
WTO/GATS, hlm. 197.
4
Rizki Aprilianto, dkk, 2014, “Implementasi Asas
Cabotage Dalam Kebijakan Pelayaran di
5
Indonesia”, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 2, Ibid.
6
No.4. Universitas Brawijaya, hlm. 762. Ibid.
3
Economic Community dan ASEAN Sosio- 2015, kerjasama ASEAN di bidang
Culture Community.7 transportasi merupakan implementasi dari
salah satu pilar dari empat pilar yang
Pada KTT selanjutnya disepakatilah
untuk memajukan Visi ASEAN menjadi
dikenal dalam MEA. Pilar yang
2015 dengan dibentuknya Cetak Biru MEA dimaksud yaitu High Competitive,
2015 sebagai pedoman rencana kerja sampai dimana untuk menciptakan kawasan
dengan tahun 2015 yang dibangun dengan 4 berdaya saing tinggi, salah satunya
pilar, yaitu: dibutuhkan transportasi yang kuat dan
mampu mendukung kegiatan
a. Single Market and Production Base pengangkutan sehingga dapat bersaing
b. High Competitiveness dengan negara lain secara global.
c. Equitable growth
d. Economic Integration to The Global Pada rapat ke-16 Menteri Transportasi
Economy. ASEAN, diadopsi Brunei Action Plan yang
merupakan pedoman bagi ASEAN dalam
Menjelang pembentukan Komunitas kerjasama dan integrasi di bidang
Ekonomi 2015, disepakatilah 5 sektor jasa transportasi. Implementasi dari Brunei Action
yang dileberalisasi, yaitu Jasa kesehatan, Jasa Plan ini yaitu untuk menciptakan ASEAN
pariwisata, e-ASEAN, Jasa Logistik dan Jasa Single Shipping Market yang merupakan
transportasi udara. pendukung dari pengembangan ASEAN
Belum lama ini dengan berakhirnya menjadi single market and base production.
adisusun dan disahkannya kembali Cetak Pedoman integrasi ini berjangka waktu
Biru yang baru dengan jangka waktu sampai sampai dengan akhir tahun 2015.
dengan 10 tahun ke depan. Secara Setelah berakhirnya rencana kerja
keseluruhan visi dari kedua Cetak Biru masih dalam Brunei Action Plan ini, dan telah
relevan. Hal yang jelas berbeda dari pilar dinyatakan berhasil, disusunlah pedoman
Ceta Biru 2015, yaitu : yang baru untuk melanjutkan rencana yang
masih belum selesai. Pedoman tersebut yaitu
a. Ekonomi ASEAN yang terintegrasi ASEAN Transport Strategic Plan atau Kuala
dan kohesif Lumpur Transport Strategic Plan. Isi dari
b. ASEAN yang kompetitif dan dinamis pedoman tersebut yaitu mengenai berbagai
c. Peningkatan konektivitas dan langkah yang diambil kedepannya untuk
kerjasama sektoral bidang transportasi laut, udara dan darat.
d. ASEAN yang tangguh, inklusif dan Seperti misalnya untuk transportasi laut,
fokus ke masyarakat mengenai pemerataan kapasitas pelabuhan
e. ASEAN global. dan standarisasi pelabuhan.
Kerjasama ASEAN di Bidang 2. Metode
Transpotasi Laut Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
Transportasi merupakan hal yang penelitian hukum normatif, yaitu dengan cara
mendasar dan penting dalam meneliti bahan-bahan pustaka yang
pembangunan ekonomi dan integrasi merupakan data sekunder. Dalam hal ini
untuk menggerakkan barang, jasa, modal penelitian hukum normatif merupakan
dan orang. Berpedoman pada Cetak Biru penelitian yang dilakukan atau berfokus pada
pada norma hukum positif baik berupa
perundang-undangan, konvensi internasional
7
Edy Burmansyah, 2014, Rezim Baru ASEAN ataupun perjanjian internasional. Data yang
Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat dipergunakan adalah data sekunder yang
Ekonomi ASEAN, Pustaka Sempu, Yogyakarta, terdiri atas bahan hukum primer dan bahan
hlm. 33. hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri
4
dari Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 wilayah perairan nasional. Ketentuan
tentang Pelayaran, Peraturan Menteri, baru ini menutup kemungkinan bagi
Kovensi Hukum Laut 1982 dan Cetak Biru kapal asing untuk melakukan kegiatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sedangkan angkutan laut dalam negeri, dengan
untuk bahan hukum sekunder terdiri dari demikian kapal asing dilarang
berbagai literatur Hukum internasional,
mengangkut penumpang dan/atau barang
Hukum Laut, Hukum Maritim ataupun
mengenai ASEAN serta Masyarakat antar pulau atau antar pelabuhan di
Ekonomi ASEAN. wilayah perairan Indonesia.
5
Kondisi pelayaran di dalam negeri
pasca penerapan asas cabotage ini yang lebih 4. Simpulan dan Saran
konsekuen meningkatkan jumlah armada Asas cabotage tetap eksis dalam
kapal nasional. Hampir seluruh transportasi angkutan laut nasional.
pengangkutan dalam negeri dilakukan oleh Liberalisasi sektor jasa yang telah disepakati
kapal nasional, kecuali untuk kapal yang bersama oleh anggota ASEAN tidak
beroperasi di lepas pantai yang telah termasuk atas transportasi laut, maka asas
memenuhi syarat yang ditentukan dalam cabotage bukanlah hambatan bagi
Peraturan Menteri. implementasi MEA. Transportasi laut di
wilayah perairan Indonesia sampai saat ini
Eksistensi Penerapan Asas Cabotage di tetap menggunakan kapal berbendera
Perairan Indonesia Pada Masa Indonesia dan dengan diawaki oleh awak
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi kapal berkewarganegaraan Indonesia, kecuali
ASEAN untuk beberapa keadaan tertentu.
Penerapan asas cabotage sangat umum Eksistensi dari asas cabotage ini
digunakan oleh banyak negara, khususnya berkembang dari waktu ke waktu, dimulai
untuk negara anggota ASEAN sendiri. dari keluarnya Undang-Undang pelayaran
Terlebih dalam 5 sektor jasa prioritas yang yang baru yang menerapkan asas cabotage
akan diliberalisasikan tidak memasukkan jasa secara konsisten, lalu dengan adanya
transportasi laut pula. Implementasi dari arus perencanaan mengenai kelanjutan dari
bebas yang masuk dalam suatu negara tetap penerapan asas ini yang disebut dengan
dengan harus memperhatikan dan beyond cabotage. Beyond cabotage
menghormati kedaulatan negara. merupakan upaya dari pemerintah untuk
lebih meningkatkan pelayaran nasional
Sebagaimana diatur dalam Konvensi dengan memanfaatkan peluang dari
Hukum Laut 1982 yang memberikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
kedaulatan secara penuh kepada negara membutuhkan transportasi laut untuk
pantai atau kepulauan atas wilayah yang pengirimanan barang dari atau ke luar
masuk dalam wilayah perairannya. Asas pelabuhan Indonesia. Penerapan asas beyond
cabotageyang merupakan suatu perwujudan cabotage ini diharapkan dapat lebih
kedaulatan negara Indonesia atas wilayah meningkatkan jumlah armada kapal
perairannya wajib untuk dihormati dan berbendera kapal Indonesia dan memajukan
diataati oleh semua negara. industri pelayaran nasional.
Kemudian, untuk menghadapi MEA Beberapa saran yang disampaika, yaitu:
yang berpotensi meningkatkan transaksi
a. Penerapan asas cabotage sebagai
ekonomi antar negara ASEAN, Indonesia
merancang suatu kelanjutan dari asas upaya untuk memberdayakan
cabotag, yaitu Beyond Cabotage. Beyond pelayaran nasional diharapkan
Cabotage bermakna bahwa pengangkutan tetap dipertahankan
barang atau jasa antar negara atau ekspor- keberadaannya mengingat bahwa
impor, diprioritaskan untuk dilakukan oleh sebagian besar wilayah Indonesia
kapal berbendera Indonesia. Rencana yang merupakan perairan dan sangat
dirancang yaitu bahwa kapal nasional yang membutuhkan transportasi laut
melakukan pengangkutan untuk ekspor- sebagai penghubung antar pulau.
impor akan diberi semacam insentif. b. Terlebih dengan adanya
Diharapkan Beyond Cabotage ini dapat peningkatan transaksi antar
semakin menindaklanjuti keberhasilan asas
negara ASEAN sebagai dampak
dari cabotage agar semakin meningkatkan
pertumbuhan perkapalan nasional. dari MEA, membutuhkan
transportasi laut untuk
6
menghubungkan antar pelabuhan Sekretariat Nasional ASEAN, 1991, ASEAN
negara anggota, maka wacana Selayang Pandang, Departemen Luar
untuk menerapkan asas beyond Negeri RI, Jakarta.
cabotage sebaiknya segera Tumpal Rumapea, 2000, Kamus Lengkap
diberlakukan agar dapat semakin Perdagangan Internasional, PT
meningkatkan pertumbuhan kapal Gramedia, Jakarta.
nasional.
c. Sebaiknya pelaksanaan asas
beyond cabotage setelah
Jurnal :
dilakukan pertimbangan dan
persiapan yang matang pula. Hal Rizky Aprilianto, dkk. 2014 , “Implementasi
ini dimaksud untuk menghindari Asas Cabotage dalam Kebijakan
hal yang tidak diinginkan yang Pelayaran di Indonesia (studi di
dapat merusak keberhasilan Direktorat Jenderal Perhubungan
penerapan asas cabotage Kementrerian Perhubungan dan
terdahulu. Indonesian National Ship Owners
Association)”, Jurnal Administrasi
5. Referensi Publik, Vol. 2, No.4, Universitas
Brawijaya.
Buku:
Mahmul Siregar dan M Iqbal Asnawi, 2012,
C.P.F. Luhulima, 1997, ASEAN Menuju Cabotage Principle Pada Regulasi
Postur Baru, Centre for Strategic Jasa Angkutan Dalam Perairan
And International Studies, Jakarta. Indonesia dari Prespektif Sistem
Perdagangan Multirateral
Dimyati Hartono, 1977, Hukum Laut WTO/GATS.
Internasional, Penerbit Bhratara
Karya Aksara, Jakarta. Skripsi dan tesis :
Edy Burmansyah, 2014, Rezim Baru ASEAN Muhamad Iqbal Asnawi, 2012, Implikasi
Memahami Rantai Pasokan dan Pemberlakuan Asas Cabotage
Masyarakat Ekonomi ASEAN, Terhadap Eksistensi Perusahaan
Pusataka Sempu, Yogyakarta. Angkutan Laut Nasional Pada
Perdagangan Bebas dalam Kerangka
Etty R. Agoes, 1991, Konvensi Hukum Laut WTO
1982 Masalah Pengaturan Hak Lintas
Kapal Asing,Abardin, Bandung. Yosafat Wira Pratama, 2013, Tantangan dan
Peluang Indonesia dalam
Frans E. Likadja, 1987, Bunga Rampai Pembentukan ASEAN Community
Hukum Internasional, Penerbit 2015 di Bidang Keamanan.
Binacipta, Jakarta.
7
ASEAN Economic Community Blueprint dan/atau Barang Dalam Kegiatan
2025 Angkutan Laut Dalam Negeri.