Anda di halaman 1dari 10

JURNAL

EKSISTENSI PENERAPAN ASAS CABOTAGE DI PERAIRAN

INDONESIA DALAM MENGHADAPI PEMBERLAKUAN

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Diajukan oleh :

MARSELIN YUNIARTI HARDANI

NPM : 120510871

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum tentang

Hubungan Internasional

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM

2016
JURNAL

EKSISTENSI PENERAPAN ASAS CABOTAGE DI PERAIRAN INDONESIA

DALAM MENGHADAPI PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Penulis : Marselin Yuniarti Hardani

Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Seliniarti@gmail.com

ABSTRACT

Cabotage principle which is exclusive right has been applied to protect air space and maritime of a
state. This principle also applied to voyage sector which is order only ship uncasing state’s flag that
is allowed to sailing on state of flag’s territorial water. Nowadays there are many communities
which are established by many countries such as ASEAN. This community was established
between few countries in Southeast of Asia region. The aim and purpose of this community is to
accelerate economy growth, social progress and cultural development each member country. Then,
this community agreed to create economic integration area calling ASEAN Economic Community.
It orders all obstacles in trade to be cleared. This article will formulate the existence of cabotage
principle whether this principle is one of obstacle or not. The research shows that this principle is
still maintained. There is nothing agreement which is forbidden this principle.

Keyword : Cabotage principle, territorial water, ASEAN, ASEAN Economic Community, voyage,
maritime transportation, ASEAN Economic Community Blueprint

1. PENDAHULUAN di wilayah perairannya tersebut. Bentuk dari


Latar Belakang yuridiksi negara Indonesia atas transportasi
lautnya, yaitu dengan adanya penerapan asas
Secara geografis negara Indonesia cabotage yang bermakna bahwa hanya kapal
merupakan negara kepulauan yang mulai berbendera Indonesia dengan diawaki awak
mendapat pengakuan secara internasional kapal berkebangsaan Indonesia sajalah yang
sejak adanya Konvensi Hukum Laut 1982. melakukan pelayaran antar pulau ataupun
Konvensi tersebut mengakui adanya konsep atar pelabuhan dalam wilayah negara
archipelagic state atau negara kepulauan. Indonesia tersebut.
Adanya konvensi tersebut memuat ketentuan
bahwa negara kepulauan memiliki kedaulatan Pelaksanaan asas ini dimaksudkan
atas seluruh wilayah perairannya yang masuk untuk melindungi kedaulatan negara dan
ke dalam bagian peraiaran kepulauan. mendukung perwujudan Wawasan Nusantara,
serta memberikan kesempatan berusaha yang
Implikasi dari kedaulatan tersebut seluas-luasnya bagi perusahaan angkutan laut
negara memiliki yuridiksi baik atas lalu lintas nasional dalam memperoleh pangsa muatan.
dalam wilayah perairannya tersebut, maupun Maksud tersebut sebagaimana terdapat dalam
atas transportasi laut apa saja yang boleh dan Penjelasan Undang-Undang nomor 17 tahun
yang tidak boleh untuk melakukan pelayaran 2008 tentang Pelayaran. Di Indonesia

1
penerapan asas ini telah dinyatakan berhasil, Mengetahui mengenai eksistensi dari
dikarenakan sampai dengan tahun 2014 penerapan asas cabotage di perairan
terjadi peninhak gkatan jumlah armada kapal Indonesia dalam menghadapi Masyarakat
berbendera Indonesia secara signifikan. Ekonomi ASEAN.

Transportasi laut merupakan hal yang


penting dimana dibutuhkan dalam
mendukung kegiatan ekonomi antar wilayah Tinjauan Pustaka
yang berbatasan langsung dengan laut.
Khususnya Indonesia dengan negara anggota Pengertian dan Tujuan Asas Cabotage
ASEAN yang sebagian besar dibatasi oleh Menurut Maritime Encyclopedia, asas
lautan. Transportasi laut sangat dibutuhkan cabotage merupakan pemberian hak
dalam rangka menggerakkan barang dan jasa, istimewa atau privilege kepada kapal-kapal
terlebih dengan adanya Masyarakat Ekonomi niaga berbendera negara yang bersangkutan
ASEAN (MEA) yang berpotensi untuk untuk melakukan angkutan barang dan orang
meningkatkan transaksi ekonomi antar t harus dari/ ke pelabuhan-pelabuhan negara
angggota ASEAN. Peningkatan tersebut yang bersangkutan bahwa kapal yang
dikarenakan dengan adanya MEA perdangan bersangkutan harus dimiliki atau
antar anggota ASEAN semakin dipermudah dioperasikan oleh warga negara atau badan
dengan biaya yang relatif lebih murah dan usaha yang dibentuk berdasarkan hukum
berberabagai hambatan yang disepakati untuk negara tersebut dan kapal yang bersangkutan
dihapus. harus berbendera negara tersebut.1
Asas cabotage sendiri dapat dipandang
sebagai suatu hambatan, dikarenakan dengan Sementara pengertian asas cabotage
adanya asas ini menutup kemungkinan pihak sebagaimana yang disampaikan oleh Mochtar
asing yang ingin berpastisipasi dalam Kusumaatmadja yaitu asas yang diakui di
pelayaran nasional. Namun implikasi dari dalam hukum dan praktek pelayaran seluruh
arus bebas yang telah disepakati bersama dunia serta merupakan penjelmaan
oleh anggota ASEAN mengharapkan adanya kedaulatan suatu negara untuk mengurus
penghapusan hambatan-hambatan. Sementara dirinya sendiri, dalam hal ini pengangkutan
asas ini merupakan perwujudan kedaultan dalam negeri, sehingga tidak dapat begitu
negara atas wilayah perairannya yang saja dianggap sebagai proteksi yaitu
seharusnya di hormati dan ditaati oleh perlindungan atau perlakuan istemewa yang
seluruh negara. kurang wajar bagi perusahaan domestik,
sehingga menimbulkan persaingan yang tidak
Rumusan Masalah sehat.2
Adapun rumusan masalah yang Tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari
dikemukakan dalam penulisan hukum, yaitu: penerapan asas cabotage, yaitu:
Bagaimanakah eksistensi penerapan asas
cabotage di perairan Indonesia dalam
menghadapi pemberlakuan Masyarakat
Ekonomi ASEAN? 1
M Husseyn Umar, 2015, Hukum Maritim dan
Masalah-Masalah Pelayaran di Indonesia,
Tujuan Penerbit PT. Fikahati Aneska, Jakarta, hlm. 161.
2
Mochtar Kusumaatmadja dalam Muhammad
Berdasarkan rumusan masalah yang Iqbal Asnawi, 2012, Implikasi Pemberlakuan
telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai Asas Cabotage Dalam Pelayaran Nasional
Terhadap Eksistensi Perusahaan Angkutan Laut
oleh penulisan, yaitu:
Indonesia Pada Perdagangan Bebas Dalam
Kerangka WTO, Universitas Sumatera Utara,
Medan, hlm. 19.

2
a. Mencegah dan mengurangi a. Belum tersedianya kapal berebendera
ketergantungan akan kapal-kapal asing; nasioanal untuk kegiatan eksplorasi dan
b. Memperlancar arus barang atau jasa dan eksploitasi lepas pantai.
manusia ke seluruh wilayaha Nusantara b. Perusahaan pelayaran dalam negeri
secara luas; belum mampu menyediakan kapal-kapal
c. Salah sau upaya penyedia kesempatan jenis tertentu untuk menunjang kegiatan
kerja bagi warga negara; eksplorasi/ eksploitasi lepas pantai
d. Sebagai andal dan penunjang Sistem c. Biaya nvestasi pengadaan kapal yang
Pertahanan dan Keamanan Nasioal sangat besar
(Hankamnas).3 d. Belum adanya kontrak kerja jangka
panjang antara pemilik kapal dengan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pemilik kapal.
Keberhasilan Serta Dampak dari e. Rendahnya kualitas dan kuantitas
Penerapan Asas Cabotage sumberdaya manusia.5
Faktor pendukung penerapan asas Dampak dari keberhasilan asas
cabotage, diantaranya: cabotage, diantaranya:
a. Asas cabotage merupakan kebutuhan a. Pemerintah
perusahaan angkutan laut nasional untuk 1) Menguatkan kedaulatan negara
mendorong pertumbuhan pengangkutan 2) Terserapnya ABK domestik
laut nasional. 3) Terciptanya keamanan nasional
b. Pembentukan tim pengawas untuk b. Perusahaan pelayaran
mengidentifikasikan kapal yang bertugas 1) Besarnya pangsa pasar muatan
baik mengontrol ataupun mengawasi domestik yang hanta diangkut oleh
kapal-kapal yang beroperasi di wilayah kapal nasional.
perairan Indonesia. 2) Tingginya pertumbuhan
c. Memfasilitasi proses penyediaan kapal perekonomian nasional dan
yang dilakukan pemerintah untuk pertumbuhan muatan domestik.
mendukung proses pemberian izin dan c. Indonesian National Ship Owners
memberi informasi yang dibutuhkan oleh Association (INSA)
perusahaan pengangkutan laut nasional. 1) Jumlah anggota INSA bertambah.
d. Mendapat pinjaman dari perbankan dan 2) Perusahaan pelayaran dalam negeri
lembaga keuangan dikarenakan investasi mudah diawasi.6
pengadaan kapal membutuhkan biaya Sejarah Pembentukan Masyarakat
yang relatif besar.4 Ekonomi ASEAN
Faktor penghambat penerapan asas Semangat pembentukan komunitas
cabotage, diantaranya yaitu: ASEAN dimulai dengan mulai
diperkenalkannya 2020 pada KTT Informal
1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Puncak
integrasi dari disahkannya Bali Concord II
yang menyepakati untuk membentuk
3
Mahmul Siregar dan M Iqbal Asnawi, 2012, komunitas ASEAN yang terdri dari ASEAN
“Cabotage Principle Pada Regulasi Jasa Political-Security Community, ASEAN
Angkutan dalam Perairan Indonesia dari
Prespektif Sistem Perdagangan Multilateral
WTO/GATS, hlm. 197.
4
Rizki Aprilianto, dkk, 2014, “Implementasi Asas
Cabotage Dalam Kebijakan Pelayaran di
5
Indonesia”, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 2, Ibid.
6
No.4. Universitas Brawijaya, hlm. 762. Ibid.

3
Economic Community dan ASEAN Sosio- 2015, kerjasama ASEAN di bidang
Culture Community.7 transportasi merupakan implementasi dari
salah satu pilar dari empat pilar yang
Pada KTT selanjutnya disepakatilah
untuk memajukan Visi ASEAN menjadi
dikenal dalam MEA. Pilar yang
2015 dengan dibentuknya Cetak Biru MEA dimaksud yaitu High Competitive,
2015 sebagai pedoman rencana kerja sampai dimana untuk menciptakan kawasan
dengan tahun 2015 yang dibangun dengan 4 berdaya saing tinggi, salah satunya
pilar, yaitu: dibutuhkan transportasi yang kuat dan
mampu mendukung kegiatan
a. Single Market and Production Base pengangkutan sehingga dapat bersaing
b. High Competitiveness dengan negara lain secara global.
c. Equitable growth
d. Economic Integration to The Global Pada rapat ke-16 Menteri Transportasi
Economy. ASEAN, diadopsi Brunei Action Plan yang
merupakan pedoman bagi ASEAN dalam
Menjelang pembentukan Komunitas kerjasama dan integrasi di bidang
Ekonomi 2015, disepakatilah 5 sektor jasa transportasi. Implementasi dari Brunei Action
yang dileberalisasi, yaitu Jasa kesehatan, Jasa Plan ini yaitu untuk menciptakan ASEAN
pariwisata, e-ASEAN, Jasa Logistik dan Jasa Single Shipping Market yang merupakan
transportasi udara. pendukung dari pengembangan ASEAN
Belum lama ini dengan berakhirnya menjadi single market and base production.
adisusun dan disahkannya kembali Cetak Pedoman integrasi ini berjangka waktu
Biru yang baru dengan jangka waktu sampai sampai dengan akhir tahun 2015.
dengan 10 tahun ke depan. Secara Setelah berakhirnya rencana kerja
keseluruhan visi dari kedua Cetak Biru masih dalam Brunei Action Plan ini, dan telah
relevan. Hal yang jelas berbeda dari pilar dinyatakan berhasil, disusunlah pedoman
Ceta Biru 2015, yaitu : yang baru untuk melanjutkan rencana yang
masih belum selesai. Pedoman tersebut yaitu
a. Ekonomi ASEAN yang terintegrasi ASEAN Transport Strategic Plan atau Kuala
dan kohesif Lumpur Transport Strategic Plan. Isi dari
b. ASEAN yang kompetitif dan dinamis pedoman tersebut yaitu mengenai berbagai
c. Peningkatan konektivitas dan langkah yang diambil kedepannya untuk
kerjasama sektoral bidang transportasi laut, udara dan darat.
d. ASEAN yang tangguh, inklusif dan Seperti misalnya untuk transportasi laut,
fokus ke masyarakat mengenai pemerataan kapasitas pelabuhan
e. ASEAN global. dan standarisasi pelabuhan.
Kerjasama ASEAN di Bidang 2. Metode
Transpotasi Laut Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
Transportasi merupakan hal yang penelitian hukum normatif, yaitu dengan cara
mendasar dan penting dalam meneliti bahan-bahan pustaka yang
pembangunan ekonomi dan integrasi merupakan data sekunder. Dalam hal ini
untuk menggerakkan barang, jasa, modal penelitian hukum normatif merupakan
dan orang. Berpedoman pada Cetak Biru penelitian yang dilakukan atau berfokus pada
pada norma hukum positif baik berupa
perundang-undangan, konvensi internasional
7
Edy Burmansyah, 2014, Rezim Baru ASEAN ataupun perjanjian internasional. Data yang
Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat dipergunakan adalah data sekunder yang
Ekonomi ASEAN, Pustaka Sempu, Yogyakarta, terdiri atas bahan hukum primer dan bahan
hlm. 33. hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri

4
dari Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 wilayah perairan nasional. Ketentuan
tentang Pelayaran, Peraturan Menteri, baru ini menutup kemungkinan bagi
Kovensi Hukum Laut 1982 dan Cetak Biru kapal asing untuk melakukan kegiatan
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sedangkan angkutan laut dalam negeri, dengan
untuk bahan hukum sekunder terdiri dari demikian kapal asing dilarang
berbagai literatur Hukum internasional,
mengangkut penumpang dan/atau barang
Hukum Laut, Hukum Maritim ataupun
mengenai ASEAN serta Masyarakat antar pulau atau antar pelabuhan di
Ekonomi ASEAN. wilayah perairan Indonesia.

3. Hasil dan Pembahasan


Pertumbuhan industri pelayaran
Eksistensi Penerapan Asas Cabotage di dalam negeri dibuktikan dengan semakin
Bidang Pelayaran Pada Masa bertambahnya jumlah perusahaan
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi pelayaran dalam negeri dan jumlah kapal
ASEAN berbendera Indonesia yang dimiliki oleh
perusahaan pelayaran dalam negeri. Data
Pengaturan mengenai asas cabotage yang didapat mengenai jumlah total kapal
mulanya terdapat dalam Undang-Undang berbendera Indonesia sampai dengan
Pelayaran nomor 21 tahun 1992 yang
tahun 2014 yaitu, sebesar 13.120 unit
mengatur bahwa hanya kapal berbendera
Indonesia yang boleh melakukan pelayaran kapal, sementara pada Maret 2005 jumlah
dalam negeri. Undang-Undang ini masih kapal berbendera Indonesia hanya
belum memberikan sanksi yang tegas, sebesar 6.041 unit. Peningkatan jumlah
sehingga pada saat itu masih banyak kapal kapal yang signifikan ini terjadi setelah
asing yang beroperasi di Indonesia dengan penerapan asas cabotage diberlakukan
memenuhi syarat dan keadaan tertentu. dengan tegas dan ketat atau secara
konsekuen.
Upaya untuk mengatasi hal tersebut,
dengan keluarnya Inpres nomor 5 tahun 2005 Peningkatan jumlah kapal berbendera
tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Indonesia tersebut dapat terjadi karena
Nasional. Setelah keluarnya Inpres ini, saat ini perusahaan pelayaran nasional
ditindaklanjuti dengan digantinya Undang-
yang meminta surat izin untuk beroperasi
Undang yang lama, menjadi Undang-Undang
nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. harus memenuhi beberapa peraturan yang
Undang-Undang Pelayaran yang baru ini telah ditetapkan, salah satunya dengan
menerapkan asas cabotage secara lebih tegas memiliki kapal sendiri. Seiring dengan
dan ketat dengan disertai sanksi bagi pertumbuhan jumlah kapal berbendera
pelanggarnya. Indonesia, kapal asing yang beroperasi di
wilayah perairan Indonesia semakin
Pemberlakuan asas cabotage berkurang. Hampir semua kapal yang
dipertegas dengan ketentuan bahwa beroperasi di wilayah perairan Indonesia
kegiatan angkutan laut dalam negeri berbendera Indonesia, kecuali untuk
dilakukan oleh perusahaan angkutan laut kapal yang digunakan untuk kegiatan
nasional dengan menggunakan kapal lepas pantai. Perusahaan pelayaran dalam
berbendera Indonesia serta diawaki oleh negeri masih menggunakan kapal asing
Awak Kapal berkewarganegaraan dengan pertimbangan harga kapal yang
Indonesia. Hal ini berbeda dengan mahal dan membutuhkan teknologi yang
Undang-Undang terdahulu yang hanya sangat canggih.
mengatur mengenai penggunaan kapal
berbendera Indonesia untuk beroperasi di

5
Kondisi pelayaran di dalam negeri
pasca penerapan asas cabotage ini yang lebih 4. Simpulan dan Saran
konsekuen meningkatkan jumlah armada Asas cabotage tetap eksis dalam
kapal nasional. Hampir seluruh transportasi angkutan laut nasional.
pengangkutan dalam negeri dilakukan oleh Liberalisasi sektor jasa yang telah disepakati
kapal nasional, kecuali untuk kapal yang bersama oleh anggota ASEAN tidak
beroperasi di lepas pantai yang telah termasuk atas transportasi laut, maka asas
memenuhi syarat yang ditentukan dalam cabotage bukanlah hambatan bagi
Peraturan Menteri. implementasi MEA. Transportasi laut di
wilayah perairan Indonesia sampai saat ini
Eksistensi Penerapan Asas Cabotage di tetap menggunakan kapal berbendera
Perairan Indonesia Pada Masa Indonesia dan dengan diawaki oleh awak
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi kapal berkewarganegaraan Indonesia, kecuali
ASEAN untuk beberapa keadaan tertentu.
Penerapan asas cabotage sangat umum Eksistensi dari asas cabotage ini
digunakan oleh banyak negara, khususnya berkembang dari waktu ke waktu, dimulai
untuk negara anggota ASEAN sendiri. dari keluarnya Undang-Undang pelayaran
Terlebih dalam 5 sektor jasa prioritas yang yang baru yang menerapkan asas cabotage
akan diliberalisasikan tidak memasukkan jasa secara konsisten, lalu dengan adanya
transportasi laut pula. Implementasi dari arus perencanaan mengenai kelanjutan dari
bebas yang masuk dalam suatu negara tetap penerapan asas ini yang disebut dengan
dengan harus memperhatikan dan beyond cabotage. Beyond cabotage
menghormati kedaulatan negara. merupakan upaya dari pemerintah untuk
lebih meningkatkan pelayaran nasional
Sebagaimana diatur dalam Konvensi dengan memanfaatkan peluang dari
Hukum Laut 1982 yang memberikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
kedaulatan secara penuh kepada negara membutuhkan transportasi laut untuk
pantai atau kepulauan atas wilayah yang pengirimanan barang dari atau ke luar
masuk dalam wilayah perairannya. Asas pelabuhan Indonesia. Penerapan asas beyond
cabotageyang merupakan suatu perwujudan cabotage ini diharapkan dapat lebih
kedaulatan negara Indonesia atas wilayah meningkatkan jumlah armada kapal
perairannya wajib untuk dihormati dan berbendera kapal Indonesia dan memajukan
diataati oleh semua negara. industri pelayaran nasional.
Kemudian, untuk menghadapi MEA Beberapa saran yang disampaika, yaitu:
yang berpotensi meningkatkan transaksi
a. Penerapan asas cabotage sebagai
ekonomi antar negara ASEAN, Indonesia
merancang suatu kelanjutan dari asas upaya untuk memberdayakan
cabotag, yaitu Beyond Cabotage. Beyond pelayaran nasional diharapkan
Cabotage bermakna bahwa pengangkutan tetap dipertahankan
barang atau jasa antar negara atau ekspor- keberadaannya mengingat bahwa
impor, diprioritaskan untuk dilakukan oleh sebagian besar wilayah Indonesia
kapal berbendera Indonesia. Rencana yang merupakan perairan dan sangat
dirancang yaitu bahwa kapal nasional yang membutuhkan transportasi laut
melakukan pengangkutan untuk ekspor- sebagai penghubung antar pulau.
impor akan diberi semacam insentif. b. Terlebih dengan adanya
Diharapkan Beyond Cabotage ini dapat peningkatan transaksi antar
semakin menindaklanjuti keberhasilan asas
negara ASEAN sebagai dampak
dari cabotage agar semakin meningkatkan
pertumbuhan perkapalan nasional. dari MEA, membutuhkan
transportasi laut untuk

6
menghubungkan antar pelabuhan Sekretariat Nasional ASEAN, 1991, ASEAN
negara anggota, maka wacana Selayang Pandang, Departemen Luar
untuk menerapkan asas beyond Negeri RI, Jakarta.
cabotage sebaiknya segera Tumpal Rumapea, 2000, Kamus Lengkap
diberlakukan agar dapat semakin Perdagangan Internasional, PT
meningkatkan pertumbuhan kapal Gramedia, Jakarta.
nasional.
c. Sebaiknya pelaksanaan asas
beyond cabotage setelah
Jurnal :
dilakukan pertimbangan dan
persiapan yang matang pula. Hal Rizky Aprilianto, dkk. 2014 , “Implementasi
ini dimaksud untuk menghindari Asas Cabotage dalam Kebijakan
hal yang tidak diinginkan yang Pelayaran di Indonesia (studi di
dapat merusak keberhasilan Direktorat Jenderal Perhubungan
penerapan asas cabotage Kementrerian Perhubungan dan
terdahulu. Indonesian National Ship Owners
Association)”, Jurnal Administrasi
5. Referensi Publik, Vol. 2, No.4, Universitas
Brawijaya.
Buku:
Mahmul Siregar dan M Iqbal Asnawi, 2012,
C.P.F. Luhulima, 1997, ASEAN Menuju Cabotage Principle Pada Regulasi
Postur Baru, Centre for Strategic Jasa Angkutan Dalam Perairan
And International Studies, Jakarta. Indonesia dari Prespektif Sistem
Perdagangan Multirateral
Dimyati Hartono, 1977, Hukum Laut WTO/GATS.
Internasional, Penerbit Bhratara
Karya Aksara, Jakarta. Skripsi dan tesis :

Edy Burmansyah, 2014, Rezim Baru ASEAN Muhamad Iqbal Asnawi, 2012, Implikasi
Memahami Rantai Pasokan dan Pemberlakuan Asas Cabotage
Masyarakat Ekonomi ASEAN, Terhadap Eksistensi Perusahaan
Pusataka Sempu, Yogyakarta. Angkutan Laut Nasional Pada
Perdagangan Bebas dalam Kerangka
Etty R. Agoes, 1991, Konvensi Hukum Laut WTO
1982 Masalah Pengaturan Hak Lintas
Kapal Asing,Abardin, Bandung. Yosafat Wira Pratama, 2013, Tantangan dan
Peluang Indonesia dalam
Frans E. Likadja, 1987, Bunga Rampai Pembentukan ASEAN Community
Hukum Internasional, Penerbit 2015 di Bidang Keamanan.
Binacipta, Jakarta.

Husseyn Umar M., 2015, Hukum Maritim


dan Masalah-Masalah Pelayaran Di Peraturan-peraturan :
Indonesia, Penerbit PT. Fikahati
Aneska, Jakarta. Konvensi Hukum Laut 1982

I Wayan Parthiana, 2014, Hukum Laut ASEAN Economic Community Blueprint


Internasional dan Hukum Laut 2015
Indonesia, Penerbit YRAMA
WIDYA, Bandung.

7
ASEAN Economic Community Blueprint dan/atau Barang Dalam Kegiatan
2025 Angkutan Laut Dalam Negeri.

Brunei Action Plan

Kuala Lumpur Stategic Plan Website :

Undang-Undang nomor 21 tahun 1992 http://linkedin.com/pulse/mengingat-lagi-


tentang Pelayaran. Lembaran Begara asas-cabotage-novy-
Republik Indonesia Tahun 1992 rachmat?trk=prof-
Nomor 98. Sekretariat Negara. post&trkSplashRedir=true&forceNo
Jakarta. Splash=true, diakses 21 April 2016.

Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 http://www.reformier.com/asas-cabotage-


tentang Pelayaran. Lembaran Negara terhadap-industri-pelayaran-minyak-
Republik Indonesia Tahun 2008 dan-gas, diakses 29 Maret 2016.
Nomor 64. Sekretariat Negara.
Jakarta. http://maritimenews.id/berhasil-atau-tidak-
liberalisasi-cabotage-filipina/,
Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2010 diakses 11 April 2016
tentang Angkutan di Perairan.
Lembaran Negara Republik http://ngsuyasa.wordpress.com/2014/08/28/p
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26. engenalan-dan-pelaksanaan-asas-
Sekretariat Negara. Jakarta. cabotage-pelayaran-offshare-di-
industri-migas-nasional/, diakses 28
Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2011 April 2016
tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah nomor 20 tahun 2010 http://kamusbahasaindonesia.org, diakses 11
tentang Angkutan di Perairan. April 2016
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 43. http://www.setneg.go.id/index.php?option=c
Sekretariat Negara. Jakarta. om_content&task=view&id=6033
diakses 16 Agustus 2016
Peraturan Menteri Perhubungan nomor 48
tahun 2011 tentang Tata Cara dan http://aeccenter.kemendag.go.id/post/berita/b
Persyaratan Pemberian Izin erita-asean/ktt-asean-sepakati-lima-
Penggunaan Kapal Asing Untuk pilar-era-baru-masyarakat-asean-
Kegiatan Lain Yang Tidak Termasuk 2025/ diakses 17 Agustus 2016
Kegiatan Mengangkut Penumpang http://www.pikiranrakyat.com/nasional/2016/
dan/atau Barang Dalam Kegiatan 07/25/implementasi-beyond-
Angkutan Laut Dalam Negeri cabotage-akan-berdampak-positif-
Peraturan Menteri Perhubungan nomor 10 375723 diakses 16 Agustus 2016
tahun 2015 tentang Perubahan Kedua https://www.linkedin.com/pulse/2014100911
atas Peraturan Pemerintah 4006-68566951-pengaturan-cif-
Perhubungan nomor PM 10 tahun ekspor-langkah-konkrit-pemerintah-
2014 tentang Tata Cara dan indonesia-mendukung-beyond-
Persyaratan Pemberian Izin cabotage diakses 16 Agustus 2016
Penggunaan Kapal Asing Untuk
Kegiatan Lain Yang Tidak Termasuk
Kegiatan Mengangkut Penumpang

Anda mungkin juga menyukai