NIM : 2103176
Kelas : RMIK C 21
1. Rekam medis memiliki nilai guna sebagai sumber informasi pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan pasien; alat bukti proses dalam penegakan hukum, pembinaan disiplin tenaga
medis; pelaksanaan etika kedokteran; untuk keperluan pendidikan dan penelitian; dasar
pembayaran biaya pelayanan kesehatan; dan untuk menyusun data statistik
kesehatan. Pengelolaan rekam medis terdiri dari pembuatan, penyimpanan, penjagaan,
pemeliharaan, pelayanan, penyajian, dan pemusnahan rekam medis. Tujuan pengelolaan
rekam medis yaitu untuk memudahkan, meringankan, dan melancarkan tenaga medis
memberikan pelayanan kesehatan. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan harus
menangani sistem pengelolaan rekam medis, agar dapat memberikan manfaat yang
optimal.
Rekam medis ini merupakan pilar penting dari sebuah fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh
karena itu, keberadaannya harus akurat, lengkap, dan juga dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan adanya rekam medis dan juga aplikasi kesehatan yang berisi riwayat medis
pasien, dokter bisa mengontrol kesehatan pasien dengan lebih mudah. Terutama dengan
adanya riwayat kesehatan dan sesi konsultasi sebelumnya bisa menjadi acuan untuk
pemberian diagnosa dan pengobatan yang tepat.
Setiap Puskesmas, klinik dan Rumah sakit ingin melakukan pelayanan kesehatan pasien
lebih cepat namun tetap akurat, sehingga bisa menangani lebih banyak pasien dengan
penanganan yang terbaik.
2. Unit pengelolaan rekam medis merupakan unit yang paling bertanggung jawab terhadap
pengumpulan, pengolahan, dan pelaporan data yang dihasilkan untuk menjadi informasi
yang akurat. Untuk menghasilkan tata kelola rekam medis cepat, tepat, akurat dan efisien
memerlukan sistem yang baik, diantaranya :
a. Indexing
Tugas indexing yang utama seperti pembuatan tabulasi berdasarkan kode yang telah
diproduksi harus dilakukan dengan tepat. Oleh karena itu, indexing harus mampu
menemukan metode pembuatan indeks dokumen yang paling mudah digunakan oleh
unit kerja rumah sakit lainnya. Beberapa jenis indeks yang dibuat oleh unit dalam
sistem tata kelola rekam medis antara lain adalah indeks penyakit (diagnosis), indeks
dokter, indeks operasi atau tindakan, hingga indeks kematian. Biasanya, indeks ini
akan digunakan sebagai laporan penunjang untuk mengukur tingkat morbiditas,
mortalitas atau kematian, hingga penyebab kematian. Dengan begitu, tenaga
kesehatan dapat menggunakannya untuk memberikan penanganan yang tepat bagi
pasien.
b. Filling
Setelah rekam medis selesai digunakan dan masa retensinya telah habis, maka unit
filling bertugas untuk menyimpan retensi dan juga pemusnahan rekam medis. Tidak
hanya itu, unit ini juga memiliki tugas untuk memastikan agar informasi yang
terdapat di dalam dokumen telah lengkap, sehingga memudahkan penemuan kembali
informasi.
c. Assembling
Assembling mempunyai peran dan fungsi bertugas untuk memeriksa kelengkapan
berkas rekam medis, peneliti isi data rekam medis dan juga penciptaan dokumen
rekam medis sebelum akhirnya disimpan, baik secara fisik maupun digital. Biasanya,
unit kerja assembling akan menerima dokumen rekam medis dari unit kerja lain
seperti Unit Gawat Darurat (UGD), Unit Rawat Jalan (URJ), hingga Instalasi
Pemeriksaan Penunjang (IPP).
d. Coding
Berbeda dengan assembling, coding memiliki fungsi utama untuk membuat kode
dalam format huruf, angka atau kombinasi antara keduanya untuk menciptakan
sebuah kode yang mewakili komponen data dalam dokumen rekam medis yang akan
disimpan.
Selain itu, dalam proses tata kelola rekam medis coding juga bertugas untuk
penulisan kode penyakit, operasi medis, dan juga penemuan kembali dokumen.
Dengan adanya kode ini, nantinya pencarian riwayat penyakit pasien diharapkan
menjadi lebih cepat dan juga efisien.