Anda di halaman 1dari 12

NAMA : Fitriani Fasa

NPM : 2010104620
PRODI : Ilmu Kesehatan Masyarakat B
SMT/TKT : 6/3
MATA KULIAH : Manajemen Administrasi Rumah Sakit

Definisi Administrasi: admisnistrasi berasal dari bahasa latin “ad” dan “ministrate” yaitu
pemberian bantuan atau jasa. Sedangkan dalam bahasa Belanda (Administratie), administrasi
memiliki makna suatu kegiata surat-menyurat, pengarsipan surat, catatmencatat, pembukuan
ringan yang bersifat teknis ketatausahaan sehingga nantinya dapat mempermudah dalam
memperoleh informasi ketika dibutuhkan (Ismaniar, 2013). administrasi juga dapat diartikan
sebagai kegiatan yang terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, hingga
penggerakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Administrasi dalam arti sempit (Tata usaha, pekerjaan Perkantoran - office work) dan
Administrasi dalam arti luas (manajemen keseluruhan: Asas manajemen, proses manajemen,
fungsi manajemen dan kelembagaan.

Fungsi dan Proses Manajemen dalam Organisasi Rumah Sakit


1. Fungsi perencanaan (Planning)
2. Fungsi pengorganisasian (Organizing)
3. Fungsi penggerakan pelaksanaan (staffing, commanding, directing, coordinating)
4. Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling, reporting)

1. Pelayanan Medik di Rumah Sakit: Suatu pengelolaan yang meliputi perencanaan berbagai
sumber daya medik dengan mengorganisir serta menggerakkan sumber daya, diikuti dengan
evaluasi dan kontrol yang baik, sehingga dihasilkan suatu pelayanan medik yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan di Rumah Sakit.
Untuk menilai dan mengetahui bagaimana karakteristik kualitas pelayanan kesehatan di
suatu rumah sakit dapat diukur dengan:
1) Kehandalan (Reliability)
2) Daya Tanggap (Responsiveness)
3) Jaminan (Assurance)
4) Empati (Emphaty)
5) Bukti Fisik (Tangibles)
Pelayanan medik sebagai suatu sistem di Rumah Sakit dapat dipengaruhi oleh tiga komponen
yaitu:
1. Input: Masukan (Tenaga medis, organisasi, kebijakan, sarana dan prasarana, dana)
2. Proses: Menggambarkan manajemen pelayanan medis (Perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan pengendalian)
3. Output: Hasil (Pelayanan medik yang bermutu)

2. Penunjang Medik: Peralatan, instrumen, atau alat bantu yang digunakan untuk membantu
diagnosis, terapi, pemulihan, atau perawatan pasien. Penunjang Medik membantu tenaga
Kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan tepat sasaran, serta
memfasilitasi pasien dalam proses pengobatan dan pemulihan.

Penunjang medik dibagi menjadi dua:


1. Penunjang Medik: pelayanan farmasi, laboratorium, radiologi, rekam medis dan gizi.
2. Penunjang Non Medik: pelayanan sarana prasarana (Mekanikal elektrikal dan gas medis,
bangunan, sanitasi dan alat kesehatan) dan Loundry, CSSD dan pemulasaraan jenazah.
Keduanya dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan sumber daya yang
memadai, difasilitasi sarana dan peralatan yang lengkap serta adanya kebijakan dan prosedur
yang jelas.
Tujuan penunjang medik yaitu untuk Meningkatkan pelayanan penunjang medik dan non
medik yang bermutu dan profesional sesuai dengan Visi dan Misi Rumah Sakit.
Tugas penunjang medik yaitu melaksanakan fungsi perencanaan, pergerakan dan
pelaksanaan, serta pengawasan, pengendalian dan penilaian. Kebijakan penunjang medik di
Rumah Sakit tertera dalam PP RI no 27 tahun 2021 tentang penyelenggaraan bidang
perumahsakitan.
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses
pelayanan, memberikan konstribusi terhadap nilai outcome, pemenuhan kebutuhan pengguna
jasa atau barang yang bersifat multi-dimensional(Ismaniar, 2015). Contoh alat penunjang
medik yaitu: alat endoskopi, alat diagnosis, alat terapi, peralatan sterilisasi, IT kesehatan, alat
bantu hidup dan peralatan kesehatan umum.

3. Alur Proses Pelayanan di Rumah Sakit: Menurut Jan Carlzon(1987) mengadopsi dari
ilmu marketing bahwa alur proses pelayanan di rumah sakit terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
a) Pelayanan Pre-Hospital: Tahap sebelum pelanggan/pasien memutuskan untuk
datang ke rumah sakit.
b) Pelayanan During-Hospital: Tahap cara bagaimana rumah sakit bisa membuat
proses pelayanan di rumah sakit menjadi lebih menyenangkan dan lebih mudah
bagi pelanggan. Pelanggan melakukan pendaftaran sampai pasien mendapatkan
pelayanan yang dibutuhkan di rumah sakit.
c) Pelayanan Post-Hospital: Tahap yang sangat sensitif (Penataan Rekening/Billing).

Alur proses pelayanan di Unit Rawat Inap:


a) Penerimaan Pasien (Admission Departement)
b) Ruang Perawatan
c) Administrasi dan Keuangan

4. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit: Sistem informasi manajemen RS adalah


sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal dalam bisnis yang terdiri atas
pemanfaatan dokumen, manusia, teknologi, serta prosedur dalam akuntansi manajemen.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah suatu sistem teknologi informasi
komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah
Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk
memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem
Informasi Kesehatan. (Permenkes RI No 82 Tahun 2014 )
Dalam pelayanannya sistem informasi ini dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1. Sistem informasi klinik
2. Sistem informasi administrasi Sitem
3. Sistem informasi manajemen
Sistem informasi rumah sakit dapat dikelompokan pada kelas rumah sakit dan
status rumah sakit, meliputi
a) Rumah Sakit Vertikal
b) Rumah Sakt Umum Daerah
c) Rumah Sakit Umum Swasta
d) Rumah Sakit Spesialist

Fungsi Sistem Informasi Manajemen (SIM):


1. Meningkatkan produktivitas serta penghematan dalam hal biaya di dalam organisasi
2. Meningkatkan kualitas dari SDM dikarenakan unit sistem kerja akan lebih
terkoordinasi serta sistematis
3. Mempermudah pihak manajemen dalam melakukan pengawasan, perencanaan,
pengarahan
4. Meningkatkan efisiensi serta efektivitas data yang lebih realtime dan akurat.

Manfaat dari sisi pelayanan:


1) Manfaat bagi Kepegawaian
2) Manfaat bagi Manajemen
3) Manfaat bagi Keuangan
4) Manfaat bagi Logistik dan Inventory,

Dampak negatif dan positif SIMRS


1) Dampak Negatif
• Bergantung kepada sumber listrik
• Bergantung kepada aplikasi yang digunakan
• Perlu pelatihan khusus dalam penggunaannya
2) Dampak Postif
• Menjadi menghemat tempat
• Mempercepat pelayanan kepada pasien
• Data mudah diakses
• Mempermudah komunikasi antara petugas medis
• Mempermudah pengecekan data
• Mempermudah dalam mengolah data menjadi informasi

5. Keselamatan Pasien (Patient Safety): suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:


1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD

Isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:


1) keselamatan pasien;
2) keselamatan pekerja (nakes);
3) keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan);
4) keselamatan lingkungan;
5) keselamatan bisnis.

Solusi live-saving pasien Rumah Sakit:

1) Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike


Medication Names).
2) Pastikan Identifikasi Pasien.
3) Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.
4) Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
5) Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
6) Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
7) Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
8) Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai .
9) Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.

Standar Keselamatan Pasien:


1) Hak Pasien
2) Mendidik Pasien Dan Keluarga
3) Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
4) Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi dan
Program Peningkatan Keselamatan Pasien
5) Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
6) Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
7) Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan

Indikator Patient Safety: Ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat


keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator patient safety bermanfaat
untuk menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien selama dirawat di rumah
sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakan medik yang berpotensi
menimbulkan risiko di sisi pasien. Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS
tingkat rumah sakit dan IPS tingkat area pelayanan.
a. Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator)
b. Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan
Indikator patient safety (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area
pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, seperti misalnya
untuk menunjukkan:
a. Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu.
b. Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
c. Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi
sebagaimana yang diharapkan
d. Disparitas geografi antar unit-unit pelayanan kesehatan (pemerintah vs swasta atau
urban vs rural) (Dwiprahasto, 2008).
6. Sistem Akreditasi RS
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan, rumah sakit harus
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien. Pelayanan kesehatan y ang bermutu
adalah pelayanan yang memiliki karakter aman, tepat waktu, efisien, efektif,
berorientasi pada pasien, adil dan terintegrasi.
Akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah
dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi. Rumah
Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.

Tujuan Akreditasi Rumah Sakit:


1) Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan melindungi keselamatan pasien
Rumah Sakit.
2) Meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di Rumah
Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi
3) Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan
4) Meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di mata Internasional

Manfaat Akreditasi: Dengan penerapan standar akreditasi mendorong perubahan


pelayanan rumah sakit yang lebih berkualitas dan peningkatan kerja sama antara displin
profesi dalam perawatan pasien, yang dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
menambah kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit

Penyelenggaraan Akreditasi RS:


1) Persiapan Akreditasi: Kegiatan persiapan akreditasi antara lain pemenuhan syarat
untuk dapat diakreditasi dengan pemenuhan kelengkapan dokumen pelayanan dan
perizinan, peningkatan kompetensi staf melalui pelatihan, dan kesiapan fasilitas
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2) Pelaksanaan Penilaian Akreditasi: Lembaga independen penyelenggara akreditasi
melaksanakan penilaian persyaratan rumah sakit yang mengajukan permohonan,
kemudian lembaga menetapkan waktu pelaksanaan akreditasi setelah persyaratan
dipenuhi rumah sakit. Penilaian dilakukan dengan metode daring/luring, adapun
tahapan pelaksanaannya yaitu:
1. Persiapan dan penjelasan survey
2. Penyampaian dan pemeriksaan dokumen
3. Telusur dan kunjungan lapangan
4. Penilaian
5. Penutupan
3) Pasca Akreditasi:
a. Hasil akreditasi dan akreditasi ulang
b. Penyampaian sertifikat akreditasi: paling lambat 14 hari setelah survey
c. Penyampaian rekomendasi: hal yang harus ditindaklanjuti/diperbaiki oleh RS
d. Penyampaian rencana perbaikan RS, membuat perencanaan perbaikan
strategi(PPS)
e. Penyampaian laporan akreditasi lembaga pada kemenkes
f. Umpan balik pelaksanaan survey akreditasi

Standar Akreditasi RS:


1. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
2. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
3. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
4. Asesmen Pasien (AP)
5. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
6. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
7. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
8. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE
9. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
10. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
11. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
12. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
13. Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS)
14. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
15. Program Nasional (menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta
meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka kesakitan
HIV/AIDS, menurunkan angka kesakitan tuberkulosis, pengendalian resistensi
antimikroba dan pelayanan geriatri)
16. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)

7. Etika Promosi RS: salah satu bentuk dan pemasaran rumah sakit (Hospital
Marketing), dengan cara penyebarluasan informasi tentang jasa pelayanan rumah sakit
serta kondisi rumah sakit itu sendiri secara jujur, mendidik, informatif dan dapat
membuat seseorang memahami tentang pelayanan kesehatan yang akan
didapatkannya.
Asas Umum:
a) Promosi harus jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum
yang berlaku.
b) promosi tidak boleh menyinggung perasaan dan merendahkan martabat negara,
agama, tata susila, adat, budaya, suku, dan golongan.
c) Promosi harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat.
d) Promosi yang dilakukan harus tetap memiliki tanggung jawab sosial
e) promosi layanan kesehatan adalah fundamental
f) Secara umum promosi harus bersifat: informatif, Edukatif, Prefeskriftif, Prefaratif
Asas Khusus:
a) Harus selalu tetap mencerminkan jatidiri rumah sakit sebagai institusi yang
memiliki tanggung jawab sosial.
b) Menghargai hak-hak pasien sebagai pelanggan.
c) Penampilan tenaga profesi. Dokter, ahli farmasi, tenaga medis, dan paramedis lain
atau atribut-atribut profesinya tidak boleh digunakan untuk mengiklankan jasa
pelayanan kesehatan/rumah sakit dan alat-alat kesehatan.
Media Promosi: dilakukan diluar RS dan didalam RS untuk masyarakat pengunjung
RS. Promosi dapat dilakukan oleh RS, Perusahaan Iklan, pihak yang mengacu pada
pedoman yang diawasi dan dibina langsung oleh: Depkes, Dinkes, dan Persi serta
Makersi. Jika terdapat pelanggaran pada pedoman maka akan diberikan sanksi etik
berupa:
1. Rekomendasi kepada yang berwenang untuk meninjau kembali ijin rumah
sakit.

2. Informasi kepada masyarakat lewat media masa.

3. Teguran lisan/tertulis oleh MAKERSI.

8. Elektronic Medical Record (EMR): Sistem yang berisi riwayat kesehatan dan penyakit
pasien, hasil tes diagnostik, data medis.
Kelebihan EMR (Electronic Medical Record) bagi Pasien :

1) EMR meminimalisasi kesalahan pencatatan yang sering terjadi pada data rekam
medis konvensional

2) Pasien bisa memperoleh perawatan yang lebih baik dan cepat

3) Pelacakan hasil dan data pemeriksaan dapat dilakukan dari waktu ke waktu dengan
mudah

4) Meningkatkan pelayanan pengobatan serta diagnosis

5) Membantu proses identifikasi bagi pasien yang membutuhkan pemeriksaan dan


perawatan pencegahan

6) Keamanan dan privasi data kesehatan pasien yang lebih baik

7) Mendukung pembuatan keputusan berbasis data.

Kekurangan EMR:
1) Berkurangnya sentuhan perawat ke pasien karena lebih fokus pada komputer
dibandingkan pada pasien.
2) Perubahan sistem di EMR membuat kebingungan bagi perawat dalam
penggunaannya sehingga akhirnya memakan waktu lebih lama.
3) Pengisian data EMR yang kurang lengkap atau data yang diisi tidak akurat maka
data tersebut tidak dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan berpotensi terkena
permasalahan etik dan legalitas.
4) EMR tidak berpengaruh terhadap menurunnya angka kejadian keselamatan pasien,
tetapi secara bermakna penggunaan EMR menurunkan angka kematian sebesar
34% dan angka redmisi pasien sebesar 39%.
5) Dokumentasi elektronik dapat menurunkan proses berpikir kritis bagi perawat dan
menyelesaikan permasalahan pasien.
6) Adanya resiko yang terkait dengan isu etik dan aspek legal dalam penggunaan
rekaman data elektronik kesehatan pasien.

Komponen EMR menurut Johan Harlan:


a. Data pasien terintegrasi

b. Dukungan Keputusan Klinik

c. Pemasukan pesanan klinikus

d. Akses ke sumber pengetahuan

e. Dukungan komunikasi terpadu

Implementasi EMR disarana Pelayanan Kesehatan:


1) Implementasi seluruh fungsi di semua unit (instalasi) pada saat yang sama dan
menyeluruh dirumah sakit.

2) Implementasi seluruh fungsi pada satu unit (instalasi).

3) Implementasi fungsi-fungsi terbatas pada seluruh unit (instalasi).

4) Kombinasi dari pendekatan-pendekatan


Implementasi Strategi dan Pengembangan Elekronic Medical Record (EMR):
Faktor yang mendukung adopsi EMR di sarana pelayanan kesehatan :

1. Perubahan ekonomi kesehatan dengan adanya trend untuk melakukan


penghematan.

2. Peningkatan literasi komputer dalam populasi umum, termasuk generasi baru


Klinikus.

3. Perubahan kebijakan pemerintah.

4. Peningkatan dukungan terhadap pemprosesan klinik.

Faktor yang menghambat adopsi EMR:

1. Pihak Manajemen RS
2. Ketidak matangan teknologi, termasuk disparitas antara tingkat pertumbuhan
kapasitas perangkat keras dengan tingkat produktivitas pengembangan perangkat
lunak.
3. Butuh modal awal untuk investasi.
4. Penyelesaian dan instalasi perangkat lunak seringkali terlambat dari yang
direncanakan.
5. Perbaikan untuk implementasi membutuhkan biaya tambahan yang besar dan
waktu yang lama.
6. Masalah pada pengembangan perangkat lunak meningkatkan resistensi lokal
danmenurunkan produktivitas klinikus.

Anda mungkin juga menyukai