2 Agustus 2013
riset bidang kesehatan. Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health
Organization) bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit,
cedera, gejala dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. (Depkes RI, 2006 : 59)
Kecepatan dan ketepatan pemberian kode dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani berkas rekam medis tersebut,
didalam (Depkes RI,2006 : 60) disebutkan antara lain :
a. Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak, dan
tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh
karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan lengkap
dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD X.
b. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
Tenaga medis sebagai seorang pemberi kode bertanggung jawab atas
keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga
medis. Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap
sebelum kode ditetapkan, komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang
membuat diagnosis tersebut.
c. Tenaga kesehatan lainnya
Kelancaran dan kelengkapan pengisian rekam medis di instalasi rawat
jalan dan rawat inap atas kerjasama tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang
ada di masing-masing instalasi kerja tersebut.
Tugas Pokok Codingdan Indexing
Coding dan indexing bertanggung jawab dalam mengkode dan
mengindeks penyakit dengan menggunakan International Classification of
Diseases (ICD), penulisan kode penyakit, kode tindakan atau operasi harus akurat.
Selain itu pada unit ini juga membuat indeks. (Shofari, 2002:47)Tugas pokok
coding dan indeksing sebagai berikut:
a. Mencatat dan meneliti kode penyakit dari diagnosis yang ditulis dokter, kode
operasi dari tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas kesehatan
lainnya dan kode sebab kematian yang ditetapkan dokter.
b. Mencatat hasil pelayanan kedalam formulir indeks penyakit, indeks operasi
atau tindakan medis, indeks sebab kematian dan indeks dokter sesuai dengan
ketentuan mencatat indeks.Menyimpan indeks tersebut sesuai dengan
ketentuan menyimpan indeks.
c. Membuat laporan penyakit (morbiditas) dan laporan kematian (mortalitas)
berdasarkan indeks penyakit, indeks operasi dan indeks sebab kematian.
Peran dan Fungsi Coding dan Indeksing Dalam Pelayanan Rekam Medis
a. Sebagai pencatatan dan peneliti kode penyakit dari diagnosis yang ditulis
dokter, kode operasi atau tindakan medis yang ditulis dokter atau petugas
kesehatan lainnya dan kode sebab kematian dari sebab kematian yang
ditetapkan dokter.
b. Mencatat dan penyimpanan indeks penyakit, operasi atau tindakan medis,
sebab kematian dan indeks dokter.
Pembuatan laporan penyakit dan laporan kematian berdasarkan indeks
penyakit, operasi dan sebab kematian (Shofari, 2002).
10
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
suatu keadaan secara objektif. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan
metode observasi atau pengamatan. Sedangkan jenis pendekatannya adalah
pendekatan retrospekti
Peneliti mengumpulkan data kemudian mengamati dan meneliti secara
langsung dokumen rekam medis dengan menggunakan check list pada pasien
rawat inap diabetes mellitus serta melakukan wawancara langsung kepada petugas
coding.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan tingkat keakuratan dan ketidakakuratan
kode diagnosis dengan kondisi utama typhoid fever di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu dapat dilihat pada diagram berikut :
Diagram
Persentase Akurasi Kode Diagnosis Pasien Rawat
Inap dengan Kondisi Utama Typhoid fever di RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2012
Kode Tidak
Akurat
88
Dokumen
(44,44%)
Kode
Akurat
110
Dokumen
(55,56%)
Gambar 1
Persentase Akurasi Kode Diagnosis Pasien Rawat Inap dengan
Kondisi Utama Typhoid fever di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu dapat diketahui bahwa sebagian besar pengkodean sudah sesuai dengan
prosedur tetap dengan nomor 11. 03. 46 yang berlaku di rumah sakit tersebut,
namun dalam protap tersebut masih ada kekurangan dan kurang spesifik.
Hal ini terbukti dari protap coding dan indeksing tertulis bahwa Petugas
coding dan indeksing menerima DRM dari assembling untuk dikode berdasarkan
Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan
11
penyakit dan tindakan yang ada pada formulir ringkasan masuk dan keluar (RM 1)
dan formulir rawat jalan langsung pada formulir pemeriksaan rawat jalan pada
kolom kode ICD X. Hal ini perlu didukung dengan melihat dan membaca
lembar-lembar pendukung pada dokumen rekam medis yang berkaitan dengan
penyakit pasien, misalnya dalam mengkode penyakit typhoid fever tidak hanya
melihat formulir ringkasan masuk dan keluar (RM 1) saja, harus didukung dengan
melihat dan membaca tiap lembar penting dalam dokumen rekam medis pasien,
contohnya : resume medis, lembar laboratorium, lembar pemberian obat, lembar
perjalanan penyakit, dan lembar catatan dokter. Diagnosis typhoid fever dapat
ditegakkan dengan uji widal pada hasil laboratorium, maka dari itu petugas coder
harus bisa membaca lembar laboratorium.
KESIMPULAN
Tingkat Keakuratan kode diagnosis dengan kondisi utama typhoid fever,
terdiri dari kode akurat sebesar 110 dokumen (55,56%) lebih besar dari kode tidak
akurat sebesar 88 dokumen (44,44%). Ketidakakuratan kode penyakit tersebut
disebabkan oleh 2 faktor yaitu: faktor tenaga medis/ dokter dan faktor tenaga
rekam medis/ coder. Dari faktor tenaga medis/ dokter diketahui bahwa tulisan
dokter tersebut sulit untuk dibaca, dan terkadang dokter lupa menuliskan
diagnosis. Sedangkan dari faktor tenaga rekam medis/ coder diketahui bahwa
coder kesulitan dalam membaca tulisan dokter, kesulitan dalam membaca hasil
pemeriksaan laboratorium, dan hanya melihat pada lembar RM 01.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Asdi
Mahasatya. Jakarta.
Budi, SC. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Quantum Sinergis Media.
Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1999. Pedoman Penggunaan ICD-10 Seri I (Petunjuk
Penggunaan dan Latihan). Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan ProsedurRekam
Medis Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik. Jakarta.
Firdaus, SU. 2012. Rekam Medik Dalam Sorotan Hukum dan Etika. UNS Press.
Surakarta.
Hatta, G.R. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan Revisi Buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Rekam Medis/ Medical Record Rumah Sakit di Indonesia (1994,1997). UI
Press. Jakarta
Manangka, FR.1998. Klasifikasi Statistik Internasional tentang Penyakit dan
Masalah Kesehatan (ICD-10). K.P.R.I. RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Nasir A, Muhith A, Ideputri ME. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Shofari, B. 2002. Modul Pembelajaran Pengelolaan Rekam Medis dan
Dokumentasi Rekam Medis. Semarang.
12
13