Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 rumah sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Jadi rekam medis bagian

terpenting di rumah sakit. Menurut Undang-undang 44 tahun 2009 pasal 29

ayat (1) Rumah sakit wajib menyelengarakan rekam medis.

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang

telah diberikan kepada pasien (UU praktik kedokteran, pasal 46 ayat 1 ).

Kelengkapan pengisian rekam medis merupakan hal yang penting, karena

didalam rekam medis mengandung informasi khususnya diagnosis.

Pengelolaan rekam medis membutuhkan tenaga yang profesional. Salah satu

bagian pengelolaan rekam medis adalah pengodean atau coding.

Coding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf

atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data

(Hatta,2013). Ketepatan kode menjadi tanggung jawab petugas rekam medis.

Menurut Permenkes Nomor 55 tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan

perekam medis sebagai ahli madya mempunyai kewenangan melaksanakan

sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan

kesehatan dan tindakan medis sesuai terminologi medis yang benar.

Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Ayuningtyas, (2016) kesalahan

dalam pengodean atau salah menginput kode diagnosis dalam komputer akan

1
menghasilkan data yang tidak akurat, dan berdampak pada pembuatan laporan

rumah sakit yang tidak akurat, serta merugikan rumah sakit maupun pasien

secara finansial yaitu sistem pembayaran yang tidak sesuai dengan tindakan

yang diberikan.

Bedasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

(RSU) Anna Medika Madura dapat di ketahui bahwa kodefikasi dengan kasus

obgyn ditemukan 5 berkas rekam medis yang tidak akurat. Hal tersebut

dikarenakan beberapa faktor, diantaranya penulisan diagnosa oleh dokter yang

kurang jelas, petugas koding yang bukan dari perekam medis, serta kurangnya

komunikasi antara koder dengan dokter tentang kejelasan diagnosa.

Mengingat pentingnya keakuratan kidefikasi pada berkas rekam medis maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjud tentang “Tinjauan

keakakuratan kodefikasi diagnosa obgyn pada pasien BPJS rawat inap di RSU

Anna Medika Madura”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Tinjauan Ketidakakuratan Kodefikasi

Diagnosa obgyn pada pasien BPJS rawat inap di RSU Anna Medika Madura?”

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Mengetahui keakakuratan kodefikasi diagnosa obgyn pada berkas rekam

medis di RSU Anna Medika Madura

2
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menghitung tingkat ketepatan penulisan diagnosis pasien rawat inap

berdasarkan ICD-10.

b. Menghitung tingkat keakuratan kode diagnosis pasien rawat inap

berdasarkan ICD-10.

1.3 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

a. Sebagai ajang berpikir ilmiah, kreatif dan menambah pengetahuan di

bidang rekam medis, terutama dalam pengodean diagnosis.

b. Menambah pengalaman di bidang rekam medis sebelum terjun dilapangan

pekerjaan serta menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah.

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan

Dapat dijadikan masukan dalam pembelajaran di bidang rekam medis dan

untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan evaluasi rumah sakit dalam pelaksanaan pengodean

diagnosis dan untuk meningkatkan mutu pelayanan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1KaryaTulisilmiah yang mendahului

2.1.1 Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis Dengan Keakuratan

Kode Diagnosis Kasus Obstetri Di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo

(Maryati, Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, APIKES Citra

Medika Surakarta 2016)

Rekam medis merupakan aspek yang sangat penting bagi rumah sakit,

dimana salah satu aspek dari rekam medis adalah kode diagnosis. Faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap keakuratan kode diagnosis diantaranya

dokter dan coder. Dokter bertanggung jawab terhadap kejelasan dan

ketepatan penulisan diagnosis, sedangkan coder bertanggung jawab untuk

melakukan kodifikasi diagnosis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik

dengan menguji hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dan

keakuratan kode diagnosis kasus obstetri di RS PKU Muhammadiyah

Sukoharjo.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ketepatan penulisan

diagnosis kasus obstetric adalah sebesar 35,2% dan keakuratan kode

diagnosis kasus obstetric adalah sebesar 58%. Data tersebut dianalisis

dengan menggunakan SPSS sehingga dapat diketahui p=0,02. Berdasarkan

hasil tersebut, maka p<0,05 sehingga ada hubungan antara ketepatan

penulisan diagnosa dengan keakuratan dengan kode keakutan kasus

obstetric di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo.

4
2.1.2 Ketepatan Kode Icd-10 Pada Kasus Persalinan Pasien Rawat Inap

Triwulan Di RSUD Prambanan Tahun 2016 (Meta Ayuningtyas,

Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan, Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta Tahun 2016)

Pengodean diagnosis harus sesuai aturan ICD-10 atau International

Statistical Classification of Disesases and Related Health Problem.

Sehingga petugas coder harus memiliki pengetahuan dalam menetapkan

kode diagnosis. Ketepatan pengodean sangat diperlukan karena sebagai

bahan pembuatan pelaporan

Hasil penelitian menunjukkan persentase ketepatan kode ICD-10 pada

kasus persalinan belum mencapai 100% karena petugas belum

mencantumkan kode outcome of delivery, petugas mengode DKP dengan

O33.9, letak lintak dikode O32.1, SC elektif dan SC dikode O82.1. Faktor

penyebab ketidaktepatan kode ICD-10 kasus persalinan yaitu pengoisian

diagnosis belum terisi lengkap, dan belum pernah dilakukan evaluasi atau

audit coding.

5
2.2 State Of The Art

Tabel 2.1 state of the art


Materi Arsi Maryati Meta Ayuningtyas Ahmad Gezeli

Judul Hubungan Antara Ketepatan Kode Icd- Tinjauan Keakuratan


Ketepatan Penulisan 10 Pada Kasus Kodefikasi Diagnosa
Diagnosis Dengan Persalinan Pasien Obgyn pada pasien
Keakuratan Kode Rawat Inap Triwulan I BPJS Rawat Inap di
Diagnosis Kasus Di Rsud Prambanan Rumah Sakit Umum
Obstetri Di Rs Pku Tahun 2016 Anna Medika Madura
Muhammadiyah
Sukoharjo
Tahun 2016 2016 2019

Objek RS PKU Rsud Prambanan RSU Anna Medika


Muhammadiyah Madura
Sukoharjo
Metod Observasi dengan Deskriptif dengan kualitatif Pendekatan
instrumen lembar pendekatan kualitatif retrospektif
e analisis

Tabel 2.1 diatas, dijelaskan beberapa hasil penelitian terdahulu yang

melatar belakangi penelitian saat ini, sehingga yang menjadi pembeda antara

penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu metode yang digunakan

peneliti yaitu metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan Cross Sectional.

2.3RekamMedis

Menurut permenkes (No.269/menkes/per/III/2008) rekam medis adalah

berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang

pasien,pemeriksaan,pengobatan,tindakandan pelayanan lain yang telah di

berikan kepada pasien.Rekam Medis adalah sapa,apa,dimana dan bagaimana

perawatan pasien selama di rumah sakit, untuk melengkapi rekam medis

harus meliki data yang cukuptertulis dalam rangka kegiatan guna

menghasilkan suatu diagnosis,jaminan,pengobatan dan hasil ahir.Isi rekam

6
medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan ,termasuk data

tentang identitas dan data medis seseorang pasien.

UU praktek kedokteran No 29 tahun 2004 pasal 46pada bagian

penjelasan yang di maksud dengan “rekam medis” adalah berkas yang

berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien.

Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan melakukan pencatatan pada

rekam medis, berkas dan catatan tidak boleh di hilangkan atau di hapus

dengan cara apapun. Perubahan catatan atau kesalahan dalam rekam medis

hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan dibubuhi paraf petugas yang

bersangkutan.yang di maksud dengan “ petugas” adalah dokter atau dokter

gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada

pasien.apabila dalam catatan rekam medis menggunakan teknologi informasi

elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat di ganti dengan

menggunakan nomer identitas pribadi (personal idntification namber )

2.3.1 Tinjauan Rekam Medis

Menurut (Hatta, 2011) kecepatan dan ketepatan pengkodean dari suatu

diagnosis sangat tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis

tersebut, yaitu: Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis, tenaga perekam

medis sebagai pemberi kode dan tenaga kesehatan lainnya 5 Menurut Kasim

dan Erkadius dalam Sembilan langkah dasar dalam menentukan kode, antara

lain :

7
1. Menentukan tipe pernyataan yang akan dikode dan membuka buku

ICD-10 volume 3 alphabetical index (kamus).

2. Kata panduan (leadterm) untuk penyakit dan cedera.

3. Membaca dengan seksama dan mengikuti petunjuk volume 3.

4. Membaca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah

leadterm.

5. Mengikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross reference) dan

perintah see dan see also yang terdapat di dalam indeks.

6. Melihat daftar tabulasi (volume 1) untuk mencari nomor kode yang

paling tepat.

7. Mengikuti pedoman inclusion dan exclusion pada kode yang pilih.

8. Menentukan kode yang dipilih. 9. Melakukan analisis kuantitatif dan

kualitatif data yang dikode.

2.4 Koding

a. Pengertian koding

Menurut Savitri Citra Budi Kegiatan pengkodean adalah pemberiaan

penetapan kode dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi antara

huruf dan angka yang mewakili komponen data. Kegiatan yang dilakukan

dalam coding meliputi kegiatan pengkodean diagnosis penyakit dan

pengkodean tindakan medis.Tenaga medis sebagai pemberi kode

bertanggungjawab atas keakuratan kode.

b. Tujuan Koding

Menurut Savitri Citra Budi Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World

Health Organization) bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan

8
penyakit, cedera, gejala, dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. Sejak

tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk Indonesia

menggunakan klasifikasi penyakit revisi 10 (ICD-10, International Statistical

Classification of Disease and Related Health Problem Tenth Revision).

Namun, di Indonesia sendiri ICD-10 baru ditetapkan untuk menggantikan

ICD-9 pada tahun 1998 melalui SK Menkes RI

No.50/MENKES/KES/SK/I/1998. Sedangkan untuk pengkodean tindakan

medis dilakukan menggunakan ICD-9-CM.

c. Pengenalan ICD–10

1. Pengertian ICD-10 adalah singkatan dari The international Statistical

Classification of Disease an Releated Health Problem-10th Revision.

Fungsi dasar dari International Classification of Disease (ICD) adalah

sebagai klasifikasi penyakit, cedera dan sebab kematian untuk tujuan

statistic. ICD terdiri dari 3 volume : Volume 1 berisiskan klasifikasi

utama, volume 2 merupakan pedoman bagi para pengguna ICD dan

volume 3 adalah indeks alfabetik bagi klasifikasi.

2. Tujuan ICD

a. Mempermudah perekam yang sistematis, analisis interpretasi dan

perbandingan data morbiditas yang dikumpulkan dari berbagai

daerah atau Negara pada saat yang berlainan

b. Menerjemahkan diagnose penyakit dan masalah kesehatan lainnya

dari kata-kata menjadi kode alfanumerik, sehingga mudah untuk

penyimpanan.

9
2.5 Keakuratan Kode

Keakuratan kode diagnosis merupakan penulisan kode diagnosis penyakit

yang sesuai dengan klasifikasi yang ada di dalam ICD-10. Kode dianggap

tepat dan akurat bila 46 sesuai dengan kondisi pasien dengan segala tindakan

yang terjadi, lengkap sesuai aturan klasifikasi yang digunakan. Bila kode

mempunyai 3 karakter dapat diasumsikan bahwa kategori tidak dibagi.

Seringkali bila kategori dibagi, kode nomor pada indeks akan memberikan 4

karakter. Suatu dash pada posisi ke-4 (mis. O03.-) mempunyai arti bahwa

kategori telah dibagi dan karakter ke-4 yang dapat ditemukan dengan merujuk

ke daftar tabular. Sistem dagger (†) dan asterisk (*) mempunyai aplikasi pada

istilah yang akan diberi dua kode (WHO, 2010). Terincinya kode klasifikasi

penyakit dan masalah terkait kesehatan dapat menyebabkan terjadinya

kesalahan dalam menetapkan suatu kode. Faktorfaktor yang dapat

menyebabkan kesalahan dalam menetapkan kode berdasarkan hasil penelitian

Institute of Medicine (Abdelhak, dkk, 2001) adalah:

a. Kesalahan dalam membaca diagnosis yang terdapat dalam berkas rekam

medis, dikarenakan rekam medis tidak lengkap

b. Kesalahan dalam menentukan diagnosis utama yang dilakukan oleh

dokter

c. Kesalahan dalam menentukan kode diagnosis ataupun kode tindakan

d. Kode diagnosis atau tindakan tidak valid atau tidak sesuai dengan isi

dalam berkas rekam medis

10
e. Kesalahan dalam menuliskan kembali atau memasukkan kode dalam

komputer. Kecepatan dan ketepatan pengodean dari suatu diagnosis

sangat tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis, yaitu:

1) Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis;

2) Tenaga rekam medis yang memberikan kode diagnosis;

3) Tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam melengkapi pengisian

rekam medis.

2.6 Diagnosa

Diagnosis adalah suatu kondisi yang ditegakkan dokter pada pelayanan

kesehatan yang menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau

pemeriksaan. Diagnosis Utama (rawat inap) adalah kondisi utama yang

ditentukan setelah penelaahan sebagai yang paling bertanggungjawab akan

kedatangan pasien ke rumah sakit atau rumah perawatan untuk memperoleh

perawatan. Diagnosis sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis

utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode pelayanan.

Diagnosis lain-lain adalah semua kondisi yang hadir pada saat masuk atau

berkembang setelahnya, yang menggangu pengobatan yang diterima atau

lama perawatan. Diagnosis yang merujuk pada episode asuhan sebelumnya

yang tidak memiliki pengaruh pada perawatan sekarang tidak dimasukkan.

Kondisi yang harus dikode adalah yang mengganggu asuhan pasien dalam hal

evaluasi klinis, pemberian terapi, prosedur diagnostik, lama perawatan, atau

peningkatan asuhan dan/atau pemantauan oleh perawat (Hatta,2008

11
2.7 Keterbacaan diagnosa

Diagnosis adalah suatu kondisi yang ditegakkan dokter pada pelayanan

kesehatan yang menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau

pemeriksaan. Diagnosis Utama (rawat inap) adalah kondisi utama yang

ditentukan setelah penelaahan sebagai yang paling bertanggungjawab akan

kedatangan pasien ke rumah sakit atau rumah perawatan untuk memperoleh

perawatan. Diagnosis sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis

utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode pelayanan.

Diagnosis lain-lain adalah semua kondisi yang hadir pada saat masuk atau

berkembang setelahnya, yang menggangu pengobatan yang diterima atau

lama perawatan. Diagnosis yang merujuk pada episode asuhan sebelumnya

yang tidak memiliki pengaruh pada perawatan sekarang tidak dimasukkan.

Kondisi yang harus dikode adalah yang mengganggu asuhan pasien dalam hal

evaluasi klinis, pemberian terapi, prosedur diagnostik, lama perawatan, atau

peningkatan asuhan dan/atau pemantauan oleh perawat (Hatta,2008).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

129/MENKES/SK/II/2008 pasal 2 ayat (1) rekam medis harus dibuat secara

tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik. Pasal 3 menyebutkan salah

satu isi rekam medis adalah diagnosis.Dokter sebagai pembuat rekam medis

harus menetapkan diagnosis secara jelas.Untuk mengurangi ketidaktepatan

pemberian kode diagnosis dikarenakan diagnosis yang tidak terbaca, maka

penetapan diagnosis pasien merupakan hak, kewajiban, dan tanggungjawab

tenaga medis yang memberikan perawatan pada pasien. Apabila ada hal yang

12
kurang jelas, tenaga rekam medis mempunyai hak dan kewajiban

menanyakan atau berkomunikasi dengan tenaga medis yang bersangkutan.

2.8 Obgyn

Obgyn ialah bagian ilmu yang mempelajari segala soal yang bersangkutan

dengan lahirnya bayi. Dengan demikian, yang menjadi objek ilmu ini ialah

kehamilan,persalinan,nias dan bayi baru lahir.

Ilmu kebidan menjadi dasar usaha usaha yang dalam bahasa inggris

dinamakan maternity care. Menurut definisi WHO expert committee on

maternity care yang kemudian di ubah sedikit oleh WHO expert committee

on the midwife in maternity care, tujuan maternity care atau pelayanan

kebidanan iyalah menjamin agar setiap wanita hamil dan wanita yang

menyusui bayinya dapan memelihara kesehatan sesempurnanya agar wanita

hamil melahirkan bayi sehat tanpa gangguan apapun dan kemudian merawat

bayinya dengan baik (Prawirahardjo,2014).

2.9 Kode Terkait

a) O00-O08 Edema, proteinuria dan hipertensi pada hamil, melahirkan

dan nifas

b) O20-O29 Kelainan maternal lain yang umumnya berhubungan dengan

kehamilan

c) O30-O48 Asuhan ibu yang berhubungan dengan fetus dan cairan

amnion, dan kemungkinan timbulnya masalah melahirkan

d) O60-O75 Komplikasi labour dan delivery

e) O80-O84 Delivery

f) O85-O92 Komplikasi yang terutama berhubungan dengan nifas

13
g) O95-O99 Kondisi obstetrik lain, not elsewhere classified

2.6 Kerangka Konsep

Input

Dokumen rekam medis rawat


inap kasus obgyn

Proses

1. Mengetahui ketidaktepatan penulisan

diagnosa obgyn .

2. Mengetahui ketidakakuratan

kodefikasi diagnosis obgyn.

Output

Prosentase ketidakakuratan kodefikasi pasien


diagnosa obgyn

Gambar 2.6 kerangka konsep

14
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode atau jenis penelitian yang digunakan adalah desketrif dengan

pendekatan retrospektif maksud dari penelitian kualitatif yaitu untuk

mengetahui tingkatat keakakuratan kodefikasi kasus obgyn pada pasien PBJS

rawat inap di RSU Anna Medika Madura.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit rekam medis pada sub bagian filing di

RSU Anna Medika Madura pada bulan April sampai Mei 2019.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan yaitu dokumen rekam medis dengan kasus

obgyn berjumlah 76 berkas rekam medis dan sampel yang akan diteliti yaitu

sebanyak 43 berkas rekam medis dihitung dengan menggunakan rumus slovin

dengan tingkat kesalahan 10 % dengan cara pengambilan sempel secara acak

dan dengan cara mengikuti data yang sudah tersedia.

N
Rumus: (n= 2 )
1+ N x e

76
=
1+ 76 x 10 %❑
76
=
1+ 76 x ¿ ¿
76
=
1+ 76 x 0,01
76
=
1+ 0,76
76
=
1,76

15
= 43 berkas rekam medis

3.4 Variabel Penelitan dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel terikat yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu ketidak

akuratan kodefikasi dengan kasus obgyn pada pasien BPJS.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan isitilah

yang akan digunakan dalam penelitian. Berikut definisi operasional dari

judul“Tinjauan Ketidakakuratan Kodefikasi Kasus Obgyn Pada Pasien Bpjs

Rawat Inap Di RSU Anna Medika Madura” ditunjukkan padapa databel 3.4.

3.5 Variabel

Tabel 3.4 VariabeldanDefinisiOperasional


Variabel DefinisiOperasional

Penulisan diagnosa obgyn Keterbacaan penulisan diagnosa dengan


kasus obgyn diRSU Anna Medika Madura
a. Tepat jika penulisan diagnosa
dapat terbaca dan kode sesuai
dengan ICD-10 untuk diagnosa
dan ICD-9 CM untuk tindakan
b. Tidak tepat jika penulisan
diagnosa tidak dapat terbaca dan
tidak sesuai dengan kode pada
ICD-10 untuk diagnosa dan ICD-
9 CM untuk tindakan
Kodefikasi keakuratan diagnosa obgyn Keakuratan kodefikasi berkas rekam
medis dengan kasus obgyn diRSU Anna
Medika Madura
a. Akurat jika kodefikasi mengikuti
panutan dari icd
b. Tidak akurat jikakodefikasi tidak
sesui dengan icd

16
3.6 Instrumendan Cara Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

a. Pedoman Wawancara Semi Terstruktur

Pedoman yang digunakan hanya berdasarkan garis besarnya saja

yaitu tidak menggunak pedoman wawancara yang telah tersusun

lengkap dan sistematis untuk mecatat data yang berupa ketidak

akuratan kodefikasi kasus obgyn (obstetri) pada pasien BPJS rawat

inap.

b. Pedoman Observasi

Lembar obser vasi untuk mencatat hasil tinjauan ketidakakurata

kodefikasi kasus obgyn (obstetri) pada pasien BPJS rawat inap diRSU

Anna Medika Madura

3.6.2 Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara Semi Terstruktur

Wawan cara pada petugas rekam medis yang digunakan pada

penelitian ini yaitu wawan cara bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan data.

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung keobjek penelitian untuk

mlihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduan, 2004 :104).

Observasi bertujuan untuk mengetahui ketidak tepatan penulisan

17
diagnosa, mengetahui ketidakakuratan kodefikasi obgyn dan penulisan

kodefikasi dengan kasus obgyn.

3.6.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisa data pada penelitian ini bersumber dari

hasil observasi terhadap dokumen rekam medis pasien BPJS rawat

inap di RSUD Anna Medika Madura. Analisa data hasil penelitian

diformulasikan dengan menempuh langkah-langkah yang dimulai dari

a. Editing Data

Kegiatan mengoreksi data yang telah dikumpulkan. Dimana hasil

wawancara dan observasi tentang tijauan ketidakakuratan kodefikasi

kasus obgyn pada pasien BPJS diRSU Anna Medika Madura.

b. Tabulasi

Suatu cara memasukkan data dalam tabel untuk memudahkan dalam

mengelompokkan keakuratan kode diagnosis obgyn sebelum dan

sesudah akreditasi.

c. Klasifikasi

Pengumpulan data yang sejenis dengan cara memilih atau

mengelompokkan. Dilakukan dengan mengelompokkan kelengkapan

dokumen rekam medis pasien BPJS rawat inap pada kasus obgyn

obstetri.

d. Penyajian data

Menguraikan data yang telah dikumpulkan kedalam bentuk kalimat

sehingga mudah dipahami.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi RSU Anna Medika Madura

4.1.1 Sejarah Berdirinya RSU Anna Medika Madura

Rumah Sakit Umum Anna Medika Madura adalah rumah sakit umum di

bawah naungan Yayasan Anna Hidayatul Ilmi. Rumah Sakit Umum Anna Medika

Madura (RSU AMM) mulai dibangun pada tahun 2016. Berlokasi di Jalan R.E.

Martadinata No. 10 Bangkalan 69116, Jawa Timur, Indonesia. Di atas areal tanah

seluas 1.350 m2. Secara legalitas disahkan pada tanggal 3 November 2017. Proses

pembangunan dilaksanakan setelah mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) dari Pemerintah Kabupaten Bangkalan melalui Unit Pelayanan Terpadu

Perizinan dengan Nomor : 644 / 537 / 433.114 / 2017.

RSU AMM didirikan sebagai pengembangan Klinik Pratama Anna

Medika Madura, diprakarsai oleh Dr. Mustofa Haris, S.Kp., M.Kes, selaku Dewan

Pembina Yayasan ANNA Hidayatul Ilmi. Proses pendirian RSU AMM dimulai

dari pendirian klinik pratama Anna Medika Madura pada bulan Mei 2017.

Berdasarkan analisis fasilitas dan kemampuan layanan yang dimilki Klinik

Pratama Anna Medika, maka dikembangkan menjadi Klinik Pratama Rawat Inap

yang selanjutnya berkembang menjadi rumah sakit umum. RSU AMM

mendapatkan Izin Operasional Rumah Sakit dengan nomor:

118.45/3971/KPTS/433.013/2017.

19
Pelayanan kesehatan yang ada saat awal proses operasional adalah klinik

umum, klinik spesialis (bedah, kandungan, dan penyakit dalam), klinik gigi,

Instalasi Gawat Darurat, rawat inap yang terdiri dari kelas III dan VIP, serta

dilengkapi pelayanan laboratorium, USG, dan EKG. Saat ini untuk memberikan

layanan terbaik guna membantu pasien, RSU AMM memiliki layanan spesialis

bedah, penyakit dalam, anak, kandungan, ortopedi, jantung, paru, dan saraf serta

spesialis anestesi. RSU AMM juga memiliki dokter spesialis patologi klinik dan

radiologi.Dengan pengembangan ruang layanan meliputi ICU, NICU dan

penambahan dua ruang kamar operasi sehingga RSU AMM memiliki tiga kamar

operasi.

Disamping bertujuan membantu pasien mendapatkan layanan terbaik,

RSU AMM juga merupakan lahan penunjang pendidikan bagi Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKes) Ngudia Husada Madura. Guna memberikan layanan

terbaik, RSU AMM senantiasa berbenah dalam segala hal, baik peningkatan

kualitas sumber daya manusia, sarana prasarana dan sistem manajemen. Terkait

dengan hal tersebut RSU AMM sudah menyiapkan lahan 2 hektar untuk

pengembangan. Saat ini RSU AMM sudah ada kerjasama dengan BPJS Kesehatan

yang melayani peserta JKN.

4.1.2 Visi, Misi, Values, dan Motto RSU Anna Medika Madura

a. Visi

Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat Madura menuju

kualitas hidup sehat yang barokah Tahun 2023

b. Misi

20
1) Kami adalah pemberi layanan kesehatan yang holistik dan bermutu

dalam meningkatkan kesehatan masyarakat secara paripurna.

2) Kami memberikan layanan kesehatan mengedepankan nilai budaya

dan spiritual berbasis evidence based practice.

3) Kami berkontribusi dalam mewujudkan kepuasan dan

kesejahteraan bagi masyarakat melalui pemberdayaan potensi diri.

4) Kami berjuang meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hidup

sehat yang barokah.

c. Values

R = Ramah

S = Spiritual

U = Unggul

A = Amanah

M = Manusiawi

M = Memuaskan

d. Motto

Hidup Ibadahku

4.1.3 Jenis Pelayanan RSU Anna Medika Madura

a. Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam

b. Pelayanan Rawat Jalan

1) Poliklinik Spesialis

a) Penyakit dalam

b) Obsgyn

c) Bedah

21
d) Anak

e) Paru

f) Saraf

g) Jantung

h) Orthopedi

i) Kulit Kelamin

j) Gigi

2) PoliklinikUmum

3) Poliklinik Gizi

4) Poliklinik Geriatri

5) Poliklinik TB-Dots

6) Poliklinik VCT

c. Pelayanan Rawat Inap

Berdasarkan Kelas Kamar Perawatan

1) Kamar VVIP

2) Kamar VIP

3) Kelas 1

4) Kelas 2

5) Kelas 3

6) Isolasi

d. Pelayanan Kamar Operasi

e. Pelayanan Kamar Bersalin

f. Pelayanan Kamar Bayi

g. Pelayanan Intensif

22
h. Pelayanan Farmasi 24 Jam

i. Pelayanan Laboratorium 24 Jam

j. Pelayanan Radiologi 24 Jam

k. Pelayanan Rekam Medis


l. Pelayanan Ambulance 24 Jam
4.2 Hasil

4.2.1 Tingkat ketepatan penulisan diagnosis pasien rawat inap berdasarkan

ICD -10

Hasis penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 43 dokumen

rekam medis rawat inap dengan diagnosis kasus obgyn dari seluruh jumlah

pasien 76 dari bulan oktober sampai dengan desember 2018.

Hasil analisis ketepatan kode diagnosis di tunjukkan oleh tabel berikut.

Tabel 4.2.1 Prosentase penulisan diagnosa obgyn di RSU Anna Medika


Madura
Kategori ketepatan penulisan Jumlah diagnosis obgyn Presentase(%)
diagnosis obgyn
Tepat 42 98%
Tidak tepat 1 2%

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSU Anna Medika

Madura, dari jumlah sampel 43 terdapat 1 dokumen rekam medis yang

tidak tepat dalam penulisan diagnosa dengan prosentase 2% yang masih

belum tepat dalam penulisannya, dan 42 dokumen rekam medis atau 98%

yang sudah tepat penulisannya. Berikut contoh penulisan berkas rekam

medis yang salah.

23
Gambar 4.2.1 ketidak akuratan penulisan diagnosa obgyn

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakuan kepada petugas di

RSU Anna Medika Madura ketidaktepatan penulisan diagnosa disebabkan

oleh tulisan dokter yang sulit untuk dibaca oleh petugas, mungkin dokter

yang menuliskan terburu buru sehingga berakibat pada proses

pengkodingan yang tidak tepat. Berikut hasil wawancara dengan

responden diRSU Anna Medika Madura berikut sebagai pertanyaan

bagaimana dalam penulisan. kasus obgyn sudah akurat.

“Sudah tepat tapi ada sebagian dalam penulisan diagnosa belom


ada yang sesuai, mungkin di karenakan dokter yang menuliskan
terburu buru”

Menurut petugas disana dalam penulisan diagnosa sudah tepat namun

sebagian masih ada beberapa dokumen rekam medis yang masih belum

tepat dalam penulisannya. Di karenakan petugas tidak bisa membaca

diagnosis yang tulisan oleh dokter.

24
4.2.2 Tingkat keakuratan kode diagnosis pasien rawat inap berdasarkan

ICD-10

Hasil penelitian keakuratan kodefikasi diagnosis obgyn di rumah sakit

Anna Medika Madura di tunjukkan oleh tabel berikut.

Tabel 4.2.2 Prosentase keakuratan kodefikasi obgyn di RSU Anna Medika


Madura
Kategori keakuratan Jumlah diagnosis obgyn Persentase(%)
kodefikasi diagnosis obgyn
Akurat 40 93%
Tidak akurat 3 7%

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSU Anna Medika

Madura,sebanyak 43 sampel dokomen rekam medis terdapat 3 rekam

medis atau dengan prosentase 7% yang masih belum akurat dalam

pengkodean, dan 40 dokumen rekam medis atau 93% yang sudah

dikatakan akurat. ketiga dokumen rekam medis yang dikatakan tidak

akurat tersebut karena pada pemberian kodefikasi belum sesuai dengan

pedoman ICD-10.

Berikut contoh berkas rekam medis dimana pemberian kodefikasi

belum akurat.

25
Gambar 4.2.2 no.1 berkas rekam medis dengan kode tidak akurat

Pada gambar 4.2.2 no.1 dokter mengatakan demgam diagnosa G2 yang

berartihamil ke 2, P2 persalinan ke 2, O0 yang berarti tidak pernah

mengalami abortus, A aterm, T tunggal, H hidup, letkep (letak kepala) +

asma . oleh petugas koding di Rumah Sakit umum Anna Medika Madura

dokter memberikan Z34.9 untuk kode kontrol pada ibu hamil dan J45.9

untuk penyakit asma yang seharusnya pada kode ICD-10 ditulis O80.9

kode pada ibu hamil letkep + asma kerana di jadikan satu kode tidak pisah.

Gambar 4.2.2 no.2 berkas rekam medis dengan kode tidak akurat

Kemudian gambar kedua Pada gambar 4.2.2 no.2 dokter mengdiagnosa

demgam diagnosa G2 hamil ke 2, P2 persalinan ke 2, O0 abortus 0, A aterm,

T tunggal, H hidup, letkep letak kepala, BSC 2x (2x oprasi ). oleh petugas

koding di Rumah Sakit Anna Medika Madura di kodevikasi dengan Z34.8

untuk kode kontrol pada ibu hamil dikodefikasi yang benas seharusnya

dengan kode O82.8 untu letkep + BSC 2x yang sudah berpanutan dengan

ICD-10

26
Gambar 4.2.2 no.3 berkas rekam medis dengan kode tidak akurat

Selanjutnya Pada gambar 4.2.2 no.3 dokter di rumah sakit Anna Medika

Madura mendiagnosa demgam diagnosa G2 hamil ke 2, P2 persalinan ke 2,

O0 abortus 0, A aterm, T tunggal, H hidup, letkep letak kepala, inpartu kala 1

sudah ada pembukaan . petugas koding di Rumah Sakit Anna Medika Madura

di kodevikasi dengan Z34.0 kode kontrol pada ibu hamil. seharusnya

dikodefikasi dengan kode O32.3 untuk letkep inpartu kala 1 yang sudah di

cocokkan dengan ICD-10.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas rekam medis di RSU Anna

Medika Madura ketidakakuratan kodefikasi diagnosa disebabkan oleh

kurangnya tenanga pada unit rekam medis dan terjadi penumpukan beban

kerja sehingga berakibat dalam pengkodean yang belum akurat. Berdasarkan

hasil wawancara peneliti menenyakan kepada petugas mengenai pemberian

kodefikasi kasus obgyn apakah sudah akurat.

“sudah akurat, akan tetapi ada beberapa yang masih belom


akurat ,Mungkin di karenakan minimnya petugas sehingga terjadi
penumpukan beban kerja dan berpengaruh terhadap pengkodean”

27
Menurut petugas di RSU Anna Medika Madura dalam pengkodean suah

akurat, tapi masih ada beberapa dokumen rekam medis yang belom akurat

dalam pengkodean.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Identifikasi ketepatan penulisan diagnonis obgyn

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, ditemukan ketidaktepatan dan

ketidakakuratan dalam suatu penulisan dan pengkodean pada diagnosis

obgyn tri wulan 4, tahun 2018 sebanyak 1 berkas dalam penulisan diagnosa

dan 3 berkas yang tidak akurat dalam pengkodean, dapat dilihat bahwa

presentase ketepatan penulisan diagnosa ogbyn menunjukan angka yaitu

98%. Sedangkan presentase kuakuratan kode diagonis obgyn 93%,

Spesifikasi kode pada ICD-10 Penentuan kode harus tepat Hal ini sesuai

dengan WHO (2010).ketidaktepatan dan ketidakakuratan terjadi karena faktor

kurangnya petugas rekam medis bagian pengodean dan petugas kurang

memahami tulisan dokter dan kurangnya pelatihan khusus untuk petugas

coding itu sendiri. Hal ini tidak sesuai dengan pedoman yang seharusnya

sesuai dalam penulisan diagnosa dan keakuratan dalam mengkode diagnosa.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

129/MENKES/SK/II/2008 pasal 2 ayat (1) rekam medis harus dibuat secara

tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik. Pasal 3 menyebutkan salah

satu isi rekam medis adalah diagnosis.Dokter sebagai pembuat rekam medis

harus menetapkan diagnosis secara jelas.

Untuk mengurangi ketidaktepatan pemberian kode diagnosis dikarenakan

diagnosis yang tidak terbaca, maka penetapan diagnosis pasien merupakan

28
hak, kewajiban, dan tanggungjawab tenaga medis yang memberikan

perawatan pada pasien. Apabila ada hal yang kurang jelas, tenaga rekam

medis mempunyai hak dan kewajiban menanyakan atau berkomunikasi

dengan tenaga medis yang bersangkutan.

Menurut Abdelhak (2001), pengkodean harus dilaksanakan secara

berurutan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukannya. Sebelum

melakukan proses pengkodean, petugas rekam medis harus memeriksa

kelengkapan lembar rekam medis dan kelengkapan catatan dokter,terutama

catatan tentang diagnosis yang tertulis pada lembar resume medis.

Hasil analisa tentang penulisan diagnosa di RSU Anna Medika Madura

bahwasanya terjadinya ketidaktepatan pada penulisan diagnosa disebabkan

oleh dokter yang terburu buru dalam menuliskan diagnosa sehingga petugas

rekam medis di Rumah Sakit Anna Medika Madura kesulitan dalam

membaca diagnosa meskipun petugas tersebut mempunyai latar belakang

sebagai lulusan perekam medis, kemudian petugas tersebut juga memiliki

tugas lain selain kodefikasi, seperti pengambilan berkas rawat jalan dan rawat

inap pada saat berkas rekam medis dibutuhkan dan juga melakukan kegiatan

asembling.

4.3.2 Identifikasi tingakat ketepatan

Dari hsil penelitian yang di lakukan, peneliti menemukan 8 (19%) berkas

kode yang tidak akurat dan 35(81%) untuk kode yang akurat di RSU Anna

Medika Madura, Pengodean diagnosis di instalasi Rekam Medis RSU Anna

Medika Madura dilakukan dengan menggunakan ICD-10 . ICD-10

merupakan klasifikasi statistik internasional mengenai penyakit revisi ke

29
10.Di RSU anna medika madura pada bagian instalasi Rekam Medis sudah

sesuai dengan klasifikasi WHO seperti yang ditetapkan Menteri Kesehatan

Repuplik Indonesia Nomor 50 tahun 1998.Dalam standar SPO pengodean

diagnosis di instalasi Rekam Medis RSU anna medika madura menggunakan

ICD -10 volume 1, dan 3..Hal ini sudah sesuai dengan prosedur pengodean

yang ada pada ICD-10 volume 2 Hatta .(2008) menyebutkan bahwa proses

pengodean dalam ICD-10 volume 2 dilakukan dengan menggunakan ICD-10

volume 3 dan menggunakan ICD-10 Volume 1 untuk menkrosceck ulang

kebenaran kode serta memperhatikan catatan dan aturan yang ada supaya

kode yang dihasilkan tepat dan akurat.

Dalam pengodean dilakukan secara berurutan agar tidak terjadi kesalahan

dalam melakukannya. Sebelum melakukan proses pengodean, petugas Rekam

Medis harus memeriksa hasil kelengkapan lembar Rekam Medis dan

kelengkapan catatan dokter, terutama catatan tentang diagnosis yang tertulis

pada lembar ringkasan masuk dan keluar, dan sudah terdapat tanda tangan

dokter. Untuk diangnosa G2 P2 A0 A/T/H letkep + asma dengan penjabaran

G2 yang berarti hamil ke 2, P2 persalinan ke 2, O0 yang berarti tidak pernah

mengalami abortus, A aterm, T tunggal, H hidup, letkep (letak kepala) +

asma . untuk kode diagnosa tersebut petugas koding memberikan kode Z34.9

untu kontrol dan J45.9 untuk asma yang seharusnya pada kode ICD-10 di

tulis O80.9 kareana kode tersebut pasien hamil sehingga kode tersebut tidak

dipisa.

Pengodean diagnosis di instalasi Rekam Medis RSU anna medika madura

dilakukan dengan menggunakan ICD-10, ICD-10 merupakan klasifikasi

30
statistik internasional mengenai penyakit di RSU anna medika madura pada

bagian instalasi Rekam Medis sudah sesuai dengan klasifikasi WHO seperti

yang ditetapkan Menteri Kesehatan Repuplik Indonesia Nomor 50 tahun

1998.Dalam standar SPO pengodean diagnosis di instalasi Rekam Medis

RSU anna medika madura

Keakuratan kode diagnosis merupakan penulisan kode diagnosis penyakit

yang sesuai dengan klasifikasi yang ada di dalam ICD-10. Kode dianggap

tepat dan akurat bila 46 sesuai dengan kondisi pasien dengan segala tindakan

yang terjadi, lengkap sesuai aturan klasifikasi yang digunakan. Bila kode

mempunyai 3 karakter dapat diasumsikan bahwa kategori tidak dibagi.

Seringkali bila kategori dibagi, kode nomor pada indeks akan memberikan 4

karakter. Suatu dash pada posisi ke-4 (mis. O03.-) mempunyai arti bahwa

kategori telah dibagi dan karakter ke-4 yang dapat ditemukan dengan merujuk

ke daftar tabular. Sistem dagger (†) dan asterisk (*) mempunyai aplikasi pada

istilah yang akan diberi dua kode (WHO, 2010).

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dijelaskan

bahwa salah satu kompetensi perekam medis adalah klasifikasi dan kodefikasi

penyakit, masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan

medis, penentuan kode diagnosis yang tepat juga dipengaruhi oleh

keterbacaan diagnosis dan tenaga medis dalam menetapkan kode, tenaga

rekam medis sebagai pemberi kode, dan tenaga kesehatan lainnya. Ketepatan

kode diagnosa dapat berpengaruh terhadap analisis pembiayaan pelayanan

kesehatan khusus dalam kelancaran proses pengklaiman, pelaporan nasional

31
morbiditas dan mortalitas, tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses

evaluasi perencanaan pelayanan medis, menentukan bentuk pelayanan yang

harus direncanakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan zaman dan untuk

penelitian epidemiologi dan klinis.

Puspitasari (2017), faktor-faktor penyebab ketidakakuratan kode yang

diberikan koder anatara lain:

a. Pengetahuan koder;

b. Kelengkapan informasi penunjang medis;

c. Penggunaan singkatan;

d. Keterbacaan diagnosis;

e. Diagnosis pada BRM tidak dikode dengan lengkap, petugas rekam

medis kurang teliti dalam melakukan review BRM.

Menurut Abdelhak (2001), pengkodean harus dilaksanakan secara

berurutan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukannya. Sebelum

melakukan proses pengkodean, petugas rekam medis harus memeriksa

kelengkapan lembar rekam medis dan kelengkapan catatan dokter,terutama

catatan tentang diagnosis yang tertulispada lembar ringkasan masuk dan

keluar dan sudah terdapat tanda tangan dokter.

Pada dasarnya rekam medis dikatakan bermutu apabila akurat, lengkap,

dapat dipercaya, valid dan tepat waktu, salah satu bentuk pengelolaan dalam

rekam medis adalah pendokumentasian serta pengkodean (coding) diagnosis.

Pelaksanaan pengkodean dilakukan oleh tenaga perekam medis dengan

menggunakan standar klasifikasi internasional yaitu ICD-10 (Puspitari,

2017).

32
Berdasarkan Budi (2011), dalam proses coding mungkin terjadi beberapa

kemungkinan, yaitu:

a. Penetapan diagnosis yang salah sehingga menyebabkan hasil

pengkodean salah;

b. Penetapan diagnosis yang benar, tetapi petugas pengkodean salah

menetapkan kode, sehingga hasil pengkodean salah;

c. Penetapan diagnosis dokter kurang jelas, kemudian dibaca salah oleh

petugas pengkodean, sehingga hasil pengkodean salah.

Dari hasil analisa ketidakakuratan kodefikasi terjadi karena petugas rekam

medis di RSU Anna Medika Madura hanya satu dan memiliki tugas lain,

seperti kegiatan asembling dan pengambilan dokumen ketika di perlukan

sehingga dapat dikatakan belum memenuhi standar di rumah sakit, oleh sebab

itu terjadi beberapa kode belum akurat dan kesalahan dalam pengkodean

sihingga dampaknya akan berpengaruh pada proses di klaim BPJS.

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Prosentase ketepatan penulisan di RSU anna medika madura adalah 42

berkas

2. prosentase keakuratan kode di RSU anna medika madura adalah 40 berkas

5.2. Saran

1. Sebaiknya RSU anna medika madura melakukan analisis petugas

pengkodingan dengan mengutamakan lulusan rekam medis asli agar

pengkodean lebih akurat dan sesuai dengan ICD-10

2. Sebaiknya dilakukan sosialisasi untuk dokter mengenai tatacara penulisan

di lembar rekam medis.

34
DAFTAR PUSTAKA

Abdelhak, M. Grostik, S.Hanken, M.A. (2001). Health Information of A Strategic


Resource 2 nd Edition. Stunders: Philadelphia
Gemala. (2013). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Disarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia
Undang – undang nomor 44 tahun 2009 pengertian rumah sakit, Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Arsi. 2016. Hubungan Antara Ketepatan, Penulisan Diagnosis Keakurata Kode
Diagnosis Kasus Obstetri Di RS PKU Mumammadiyah Sukoharjo.
Surakarta
Meta. 2016. Ketepatan Kode ICD-10 Pada Kasus Persalinan Pasien Rawat Inap
Triwulan 1 di RSUD Prambanan Tahun 2016. [Skripsi]. Yogyakarta:
Skites Jendral Achmad Yani.
Menkes RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
Hatta. 2008. Tentang Diagnosa Pasien. Jakarta: UI Perss.
Prawirahardjo. 2014. Ilmu Kedidanan Obgyn. Jakarta: Bina Pustaka.
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009. tentang Rumah Sakit
Hetty. (2015). Administrasi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Deepublish
Ayuningtyas, M. (2016). Ketepatan Kode Icd-10 Pada Kasus Persalinan Pasien
Rawat Inap Triwulan I Di Rsud Prambanan Tahun 2016.
Maryati, W. (2016). Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis dengan
Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri di RS PKU
Muhammadiyah Sukoharjo. Jurnal INFOKES Universitas Duta Bangsa
Surakarta, 6(2).
Undang – undang No. 29. 2004. Praktek kedokteran.
Citra. 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta: Quantum Sinergis
Media.
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems Tenth Revision Volume 2 second
edition. Geneva: World Health Organization.
Hatta, G. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: UI Press

35
Menkes RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
Marta.,2016. Pedoman Observasi. Jakarta: Universitas Indonesia

Ridwan, 2004.Manajemen Baitul Maal wa Tanwil (BMT), Yogyakarta: UII Press

Undang-Undang Praktik Kedokteran Pasal 46 Ayat 1. 2009. Rekam Medis Dalam


Sorotan Hukum dan Etika. Surakarta: Katalog dalam Terbitan KDT

36
LEMBAR OBSERVASI

TINJAUAN KETIDAKAKURATAN
KODEFIKASI KASUS OBGYN PADA
PASIEN BPJS RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT UMUM ANNA MEDIKA
MADURA

Hasil
No DaftarObservasi Keterangan
Ya Tidak
1 Banyak ditemukan Hanya ditemukan sebagian
keakakuratan 
kodefikasi di berkas
rekam medis kasus
obgyn
2 Tepatan dalam Sebagian tepat
penulisan kodefikasi 
obgyn

3 Tulisan dokter sudah


dimengerti dalam 
kasus obgyn
4 Dampaknya sangat
baik apabila semua 
kodefikasi kasus
obgyn sudah akurat

37
PEDOMAN WAWANCARA

TINJAUAN KETIDAKAKURATAN
KODEFIKASI KASUS OBGYN PADA
PASIEN BPJS RAWAT INAP DI
RUMAH SAKIT UMUM ANNA
MEDIKA MADURA

Responden : Petugas Rekam Medis


No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pemberian Sudah akan tetapi masih ada beberapa
yang masih belom akurat
kodefikasi kasus obgyn sudah
akurat ?
2 Bagaimana dalam penulisan Sudah sebagian dalam penulisan
diagnosa sesuai dengan kasus
diagnosa kasus obgyn sudah
akurat?
3 Bagaimana penulisan dokter Tidak semua dapat dibaca dan jeles,
ketika terjadi permasalahan tersebut
dalam kasus obgyn sudah jellas petugas langsung menanyakan ke
atau terbaca? dokter tersebut

4 Bagaimana dampaknya jika Dampaknya akan berpengaruh pada


pengkodean di klaim BPJS
terdapat ketidakakuratan kode
diagnosa kasus obgyn?

38

Anda mungkin juga menyukai