html
Apa kabar sahabat KLINIK BISNIS semua? Semoga Allah senantiasa memberkahi kita
dengan kesehatan, keluasan rizki dan kemudahan dalam segala urusan aamiin YRA.
Melanjutkan artikel-artikel sebelumnya dengan temaPedoman Kerjasama Bagi
Hasil, untuk menjawab banyak pertanyaan konsultasi mengenai biaya-biaya yang harus
disepakati dalam kerjasama bagi hasil sehingga bagi hasil dapat terjadi secara adil/fair
dan potensi konflik antara Investor dengan Pengelola Usaha dapat diantisipasi.
Pengelola Usaha dan Investor wajib menyepakati jenis dan komponen biaya yang
dicantumkan dalam sebuah Perjanjian Kerjasama Usaha tertulis. Pengelola usaha
sebagai pihak yang lebih mengetahui bisnis dapat mengusulkan berbagai jenis biaya
kepada Investor yang berhak pula menyetujui atau menolak usulan biaya tersebut
sehingga terjadi negosiasi dan munculah kesepakatan saling Ridho/Ihklas/Rela yang
akan menjadi pijakan dalam pembagian bagi hasil nanti.
Berikut komponen biaya yang lazim dan tidak lazim dalam sebuah kesepakatan
kerjasama usaha:
1. Biaya riset adalah biaya pra operasional yang dikeluarkan untuk meneliti
produk dan jenis usaha sampai setup pendirian awal perusahaan dengan
penjelasan berikut:
2. Bila ide usaha dan produk berasal dari calon Pengelola, biaya riset yaitu
segala sumber daya yang dikeluarkan untuk melakukan penelitian produk, jenis
usaha, survey, uji coba, pelatihan, konsultasi dan lain-lain sampai produk atau
bidang usaha tersebut siap diluncurkan atau dijual di pasaran, maka BIAYA
RISET SEPERTI INI TIDAK LAZIM diajukan sebagai kompenen biaya yang
akan mengurangi bagi hasil, karena merupakan komponen MODAL AWAL
PENGELOLA yang menjadi daya tarik Investor menanamkan modalnya.
3. Bila ide usaha dan produk berasal dari pihak Investor, maka segala
sumberdaya dan biaya yang dikeluarkan oleh Investor walaupun riset dilakukan
oleh calon Pengelola, maka akan menjadi KOMPONEN MODAL YANG
DIKELUARKAN INVESTOR.
4. Untuk biaya pendirian perusahaan, bila badan usaha pengelola belum ada,
maka segala biaya pendirian dan setup perusahaan menjadi komponen modal
Investor, tapi bila Pengelola sudah memiliki perusahaan dan tidak perlu keluar
biaya pendirian lagi, maka perusahaan milik pengelola tesebut wajib dinilai dan
menjadi komponen setoran modal dari Pengelola sekaligus Investor atau Investor
Pengelola. (khusus poin ini silahkan pelajari dalam artikelsebelumnya disini).
Bila Modal Investor Adalah Tempat Usaha dengan Status Sewa atau Cicilan KPR
1. Bagaimana bila setoran modal investor berupa tempat usaha dengan
status sewa, apakah pengelola perlu membebankan/mencadangkan biaya sewa
tersebut setiap bulan walaupun tidak ada arus kas keluar? Jawabanya tegas YA,
karena seyogyanya dana cadangan sewa tersebut adalah milik Investor yang
suatu saat wajib dikembalikan pada saat perjanjian kejasama berakhir, atau
untuk menyewa kembali tempat usaha bila masa sewa habis sehingga investor
tidak perlu keluar dana modal lagi.
2. Bagaimana bila setoran modal investor berupa tempat usaha dengan
status angsuran seperti KPT Bank, apakah pengelola perlu
membebankan/membayar angsuran KPR setiap bulan? Jawabanya tegas TIDAK,
karena seyogyanya angsuran tersebut adalah kewajiban Investor, atau dengan
kata lain pengelola tidak berkewajiban membayar hutang Investor, karena bila
pengelola membayarkan angsuran tersebut, sama saja Investor tidak
menyetorkan modal karena modalnya berasal dari hutang dan dibayar oleh
Pengelola dan tempat usaha adalah milik Investor, maka alangkah "CERDIK"
dan TIDAK FAIR" Investor seperti ini.
Biaya Marketing
1. Yaitu segala biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas promosi, sosialisi,
iklan, penjualan termasuk gaji dan atau bonus untuk pihak-pihak yang terlibat
dalam kegiatan marketing tersebut untuk menghasilkan pendapatan.
2. Biaya gaji khusus team/SDM yang terlibat langsung aktivitas marketing/
penjualan dapat dikategorikan dalam biaya ini.
3. Komponen biaya marketing wajib menjadi kompenen biaya yang
disepakati dalam kerjasama usaha sebagai factor pengurang pendapatan yang
mempengaruhi pembagian keuntungan.
Salam Semangat
Budi Cahyadi
KERJASAMA USAHA KLINIK
Thursday, November 20, 2014
http://pengusaha-hebat.blogspot.co.id/2014/11/kerjasama-usaha-klinik.html
Tanya:
Saya Ibu Rozi pak, dari daerah Tangerang, mau bertanya dengan bapak masalah
kerjasama Investasi di bidang kesehatan.
Saya kekurangan dana untuk pembangunan ruang klinik seluas 100 m2 dengan estimasi
biaya keseluruhan sebesar Rp. 550 juta dimana sebesar Rp. 350 juta sudah saya
keluarkan dari saya pribadi dan kekurangannya sebesar Rp. 200 juta akan dibiayai dari
kerjasama dengan Investor. Ruang baru tersebut akan akan digunakan untuk klinik
pasien BPJS yang berlokasi di samping klinik kami yang sudah berjalan yaitu
klinik persalinan dan pengobatan umum.
Pertanyaan saya, apakah bagi hasil nanti dihitung dari usaha keseluruhan yaitu klinik
pengobatan umum dan bidang yang sudah berjalan atau bisa dari klinik baru untuk BPJS
tersebut karena memang kerjasama yang akan saya jalankan dengan investor hanya
untuk klinik BPJS saja.
Saya sangat berterima kasih sebelumnya jika mendapat jawaban dari bapak.
Bu Rozi Tangerang
Jawab:
Bu Rozi yang dirahmati Allah, semoga usaha klinik ibu senantiasa mendapatkan
keberkahan dari Allah dan bermanfaat untuk masyarakat.
- Profit/Laba Klinik BPJS adalah Rp. 40 juta (Rp. 100 juta - Rp. 60 juta)
- Rugi usaha Klinik BPJS adalah Rp. 10 juta (Rp. 60 juta - Rp. 50 juta)
Kerugian investor ini bisa dibebankan mengurangi jumlah pokok investasi milik investor
atau mengurangi hak bagi hasil bulan berikutnya.
Hormat Saya
Budi Cahyadi
Support by:
Perlu Interior Rumah Sakit/Klinik? www.dapurmodern.net, Juara Desain, Kualitas &
Harganya
e-mail : budicahyadi.bucah@gmail.com
Whatsapp: +628122193914
FREE GUARANTED
Pertanyaan:
Assalamualaikum pak, Nama saya Rahmad Djatmiko, mau tanya tentang sistem bagi
hasil.
Begini, saya dan dua teman ingin usaha kedai makan, dan kami dapat investor yang
akan investasi sebesar Rp. 100 juta. Mohon masukan untuk bagi hasil yang adil bagi
kami bertiga dan investor. Dan hak milik aset perusahan milik siapa? Terima kasih.
Jawaban:
Waalaikumsalam wr wb, salam kenal sahabat Rahmad, semoga Allah senantiasa
merahmati dan memberkahi anda, ke dua sahabat dan keluarga anda di semua. Saya
ucapkan selamat atas dipercayanya anda dan kawan-kawan di percaya oleh investor
dalam membangun usaha, semoga amanah tersebut dapat dijaga ibarat anda menjaga
dan merawat bayi anak anda sendiri.
Berikut saya berikan panduan kerjasama usaha yang dapat di aplikasikan bedasarkan
pengalaman belasan tahun saya jadi bankir syariah.
Bagaimana pembagian peran, keuntungan, risiko dan asset atas usaha berbasis Trust
Investment tersebut:
Pemilik modal selain berinvestasi, juga dapat berperan dalam pengawasan usaha,
sedangkan pengelola dengan kompetensinya mengelola usaha tersebut secara amanah
dan professional.
Pembagian keuntungan (profit) akan dihitung
berdasarkan aktual keuntungan usaha dengan porsi pembagian berdasarkan hasil
negosiasi dan kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah akad atau perjanjian
usaha. Istilah ekonomi Islam porsi pembagian keuntungan disebut Nisbah.
Bagaimana menentukan dan menghitung porsi pembagian keuntungan? Tidak
ada ketentuan baku, tapi berdasarkan kesepakatan. Parameter perhitungan sebagai alat
bantu dapat dilihat dalam bagian akhir tulisan ini.
Pembagian keuntungan dihitung dari aktual laba atau rugi yang didapatkan
dari usaha. Dalam istilah bisnis modern disebut Pofit & Loss Sharing. Profit atau Loss
adalah selisih bersih dari total pendapatan dikurangi total biaya.
Risiko kerugian usaha yang bukan disebabkan bisnis risk yang lazim dan bukan
miss management dan atau pengelola usaha yang khianat, 100% menjadi tanggung
jawab pemilik modal.
Seluruh asset baik berupa tunai maupun non tunai, baik hasil pengadaan saat di
awal usaha atau asset hasil pengadaan yang tumbuh hasil pengembangan usaha 100%
hak pemilik modal.
Apakah pengelola usaha mendapat gaji bulanan? jawabannya tentu
saja tidak karena pengelola usaha akan mendapatkan imbalan dari hasil usaha.
Kapan pembagian hasil usaha tersebut? Bisa harian, mingguan, bulanan,
triwulan, semester atau tahunan tergantung kesepakatan.
Contoh Implementasi dan perhitungan Trust Investment:
Mr. Steve sepakat menginvestasikan modal sebesar Rp. 100 juta dalam usaha rumah
makan yang akan dikelola oleh Tn. Ahmad. Modal tersebut digunakan untuk sewa
tempat, investasi peralatan dan modal kerja. Kesepakatan porsi pembagian keutungan
adalah 60 bagian atau 60% untuk pengelola usaha dan 40 bagian atau 40% untuk
pemilik modal.
Setelah berjalan 4 bulan usaha Rumah Makan tersebut Tn. Ahmad melaporkan omzet
dan keuntungan kepada Mr. Steve adalah sebagai berikut:
- Omzet bulan-1 Rp. 15 juta dengan kerugian sebesar Rp. 5 juta
- Omzet bulan-2 Rp. 30 juta dengan keuntungan Nol alias Break Even
- Omzet bulan-3 Rp. 40 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 10 juta
- Omzet Bulan-4 Rp. 50 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 20 juta
Pemilik modal selain berinvestasi, juga dapat berperan dalam pengawasan usaha
bahkan ikut mengelola.
Pembagian keuntungan (profit) akan dihitung
berdasarkan aktual keuntungan usaha dengan porsi pembagian berdasarkan hasil
negosiasi dan kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah akad atau perjanjian
usaha. Istilah
Bagaimana menentukan dan menghitung porsi pembagian keuntungan (Nisbah)
Sharing Investment? Tidak ada ketentuan baku tapi berdasarkan kesepakatan.
Pembagian keuntungan dihitung dari aktual laba atau rugi yang didapatkan
dari usaha. Dalam istilah bisnis modern disebut Pofit & Loss Sharing. Profit atau Loss
adalah selisih bersih dari total pendapatan dikurangi total biaya.
Risiko kerugian usaya menjadi tanggung jawab bersama yang dibagi proporsioal
berdasarkan jumlah modal yang di setorkan.
Seluruh asset baik berupa tunai maupun non tunai, baik hasil pengadaan saat di
awal usaha atau asset hasil pengadaan yang tumbuh hasil pengembangan usaha
menjadi hak pemilik modal berdasarkan porsi kepemilikan setoran modal.
Apakah pengelola usaha mendapat gaji? jawabannya
bisa Ya atau Tidak. Bila Ya, maka porsi pembagian keuntungan proporsional
berdasarkan modal yang disetor. Bila Tidak digaji, maka wajib diberikan tambahan
imbalan kepada pengelola berupa tambahan porsi keuntungan dengan mengambil porsi
keuntungan dari pemodal lain yang tidak ikut mengelola usaha.
Kapan pembagian hasil usaha tersebut? Bisa harian, mingguan, bulanan,
triwulan, semester atau tahunan tergantung kesepakatan.
Modal sebesar Rp. 150 juta tersebut digunakan untuk sewa tempat, investasi peralatan
dan modal kerja. Kesepakatan porsi pembagian keuntungan adalah sebagai berikut:
- Mr. Steve sebesar 30% bagian keuntungan
- Mr. Andrew sebesar 20% bagian keuntungan
- Tn. Ahmad sebesar 50% bagian keuntungan
Setelah berjalan 4 bulan usaha Rumah Makan tersebut Tn. Ahmad melaporkan omzet
dan keuntungan kepada para pemilik modal sebagai berikut:
- Omzet bulan-1 Rp. 30 juta dengan kerugian sebesar Rp. 5 juta
- Omzet bulan-2 Rp. 50 juta dengan keuntungan Nol alias Break Even
- Omzet bulan-3 Rp. 60 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 10 juta
- Omzet Bulan-4 Rp. 75 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 25 juta
Semoga bermanfaat, salam semangat luar biasa, sukses untuk sahabat semua
Hormat Saya
Budi Cahyadi
Support by:
e-mail : budicahyadi.bucah@gmail.com
Whatsapp: +628122193914
Tanya:
Saat ini adik saya sedang running usaha sablon baju, selama ini orderan masih
dari seputaran kawan-kawan dekat saja, dan usaha ini pun masih belum
terregister (mempunyai perizinan usaha seperti SIUP, NPWP, TDP dll).
Ada niatan untuk menjadikan badan usaha hanya masih belum ada dana,
tapi dari hasil orderan selama ini adik saya sudah mampu untuk membeli alat-
alat untuk produksi walaupun masih tergolong minim. Kebetulan beberapa hari
yang lalu ada calon client yang menginginkan kerja sama dalam hal produksi
tapi mereka mensyaratkan minimum tools (peralatan produksi) minimum yang
harus dimiliki, sehingga untuk memenuhi hal tersebut diperlukan suntikan dana.
Kebetulan ada kawan lain yang mau menyuntikkan dana tersebut dan meminta
proposal kerja samanya dengan format kerjasamanya rencananya akan bagi
hasil.
1. Kalo kawan itu akan berhenti sebagai investor, skema seperti apa
yang bisa dilakukan?
2. Penghitungan dan pembagian keuntungan apakah perbulan / 3
bulan / 6 bulan / 1 tahun? karena untuk mencapai break even point
membutuhkan waktu agak lama.
Skema Kerjasama yang paling cocok antara adik anda sebagai pemilik dan
pengelola usaha dengan teman anda investor yang menanamkan modal baru
dengan kemungkinan berhenti sebagai inventor dan menarik kembali dananya
adalah skema Investasi Berjangka waktu dengan penjelasan dan panduan
sebagai berikut:
Hormat Saya
Budi Cahyadi
Support by:
Perlu Interior & Furniture Kantor? www.dapurmodern.net, Juara Desain, Kualitas &
Harganya
e-mail : budicahyadi.bucah@gmail.com
Whatsapp: +628122193914
Bentuk Kerjasama
http://konsultanklinik.com/index.php/kerjasama/57-bentuk-kerjasama
Menyediakan sistem informasi operasional dan keuangan yang efisien
Memberikan laporan berkala kepada mitra tentang proses awal operasional klinik
GHC sebagai pelaksana operasional awal, akan memiliki wewenang dan tanggung
jawab selama WAKTU TERTENTU yang disepakati untuk menjalankan :
Mengembangkan pelanggan
Membuat laporan kepada investor tentang proses pendirian klinik, hingga klinik
beroperasi.
Sistem Pelayanan
Sistem Kontrol
Sistem Marketing
Sistem SDM
Sistem merupakan sebuah alur/proses bisnis yang akan memberikan hasil sesuai
dengan orientasi yang telah diharapkan.
Infrastruktur
Renovasi dan desain interior
Furniture
Izin ( Klinik,Apotik, Lab )
Peralatan Kedokteran
Peralatan Kedokteran Gigi
Pengadaan Obat
Sistem Informasi
Operasional SDM
Marketing Tools
a. Apotik
c. Laboratorium
d. Sistem Informasi
/pendaftaran/keuangan dll