Anda di halaman 1dari 19

http://pengusaha-hebat.blogspot.co.id/2015/02/biaya-dalam-bagi-hasil.

html

Apa kabar sahabat KLINIK BISNIS semua? Semoga Allah senantiasa memberkahi kita
dengan kesehatan, keluasan rizki dan kemudahan dalam segala urusan aamiin YRA.
Melanjutkan artikel-artikel sebelumnya dengan temaPedoman Kerjasama Bagi
Hasil, untuk menjawab banyak pertanyaan konsultasi mengenai biaya-biaya yang harus
disepakati dalam kerjasama bagi hasil sehingga bagi hasil dapat terjadi secara adil/fair
dan potensi konflik antara Investor dengan Pengelola Usaha dapat diantisipasi.

Pengelola Usaha dan Investor wajib menyepakati jenis dan komponen biaya yang
dicantumkan dalam sebuah Perjanjian Kerjasama Usaha tertulis. Pengelola usaha
sebagai pihak yang lebih mengetahui bisnis dapat mengusulkan berbagai jenis biaya
kepada Investor yang berhak pula menyetujui atau menolak usulan biaya tersebut
sehingga terjadi negosiasi dan munculah kesepakatan saling Ridho/Ihklas/Rela yang
akan menjadi pijakan dalam pembagian bagi hasil nanti.

Berikut komponen biaya yang lazim dan tidak lazim dalam sebuah kesepakatan
kerjasama usaha:

Biaya Riset Produk & Pendirian Perusahaan

1. Biaya riset adalah biaya pra operasional yang dikeluarkan untuk meneliti
produk dan jenis usaha sampai setup pendirian awal perusahaan dengan
penjelasan berikut:
2. Bila ide usaha dan produk berasal dari calon Pengelola, biaya riset yaitu
segala sumber daya yang dikeluarkan untuk melakukan penelitian produk, jenis
usaha, survey, uji coba, pelatihan, konsultasi dan lain-lain sampai produk atau
bidang usaha tersebut siap diluncurkan atau dijual di pasaran, maka BIAYA
RISET SEPERTI INI TIDAK LAZIM diajukan sebagai kompenen biaya yang
akan mengurangi bagi hasil, karena merupakan komponen MODAL AWAL
PENGELOLA yang menjadi daya tarik Investor menanamkan modalnya.
3. Bila ide usaha dan produk berasal dari pihak Investor, maka segala
sumberdaya dan biaya yang dikeluarkan oleh Investor walaupun riset dilakukan
oleh calon Pengelola, maka akan menjadi KOMPONEN MODAL YANG
DIKELUARKAN INVESTOR.
4. Untuk biaya pendirian perusahaan, bila badan usaha pengelola belum ada,
maka segala biaya pendirian dan setup perusahaan menjadi komponen modal
Investor, tapi bila Pengelola sudah memiliki perusahaan dan tidak perlu keluar
biaya pendirian lagi, maka perusahaan milik pengelola tesebut wajib dinilai dan
menjadi komponen setoran modal dari Pengelola sekaligus Investor atau Investor
Pengelola. (khusus poin ini silahkan pelajari dalam artikelsebelumnya disini).

Biaya Bahan Baku (Material Cost)


1. Biaya bahan baku adalah segala pengeluaran dana untuk pengadaan
bahan, baik bahan utama termasuk bahan-bahan lainnya (bahan pembantu) yang
digunakan untuk membentuk/memproses produk yang dijual dan menghasilkan
pendapatan.
2. Komponen biaya bahan baku lazim ditemui dalam jenis usaha
Produksi/Manufaktur, Kuliner, Kontraktor dan lainnya yang terdapat proses
pengolahan termasuk bibit/benih dalam bisnis agrobisnis.
3. Komponen bahan baku tidak akan ditemui dalam jenis usaha jasa, IT,
konsultan dan lain-lain.
4. Khusus jenis usaha perdagangan dan distribusi, bahan baku disebut
Barang Dagangan yang tidak memerlukan proses pengolahan/produksi.
5. Komponen biaya bahan baku wajib menjadi kompenen biaya yang
disepakati dalam kerjasama usaha sebagai factor pengurang pendapatan yang
mempengaruhi pembagian keuntungan

Biaya Tenaga Kerja


1. Biaya tenaga kerja adalah segala pengeluaran dana untuk membayar
gaji/upah karyawan dan atau pihak lain yang terlibat dalam proses bisnis yang
memberikan konstribusi bagi perusahaan.
2. Terdapat dua jenis biaya tenaga kerja berdasarkan konstribusi, yaitu Biaya
Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) seperti upah/gaji bagian produksi
yang menghasilkan produk atau gaji/bonus marketing/penjualan yang
menghasilkan penjualan.
3. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung (Undirect Labor Cost) memberikan
konstribusi tidak langsung terhadap proses produksi atau penjualan, tapi sangat
diperlukan perusahaan seperti tenaga administrasi, akunting, IT, Riset Desain
dan lain-lain.
4. Biaya tenaga kerja termasuk biaya lembur, biaya makan, biaya perjalanan
dinas, penghargaan atau tunjangan lain yang diberikan karyawan.
5. Apakah Pengelola boleh mengajukan dan berhak menerima gaji yang bisa
diterima bulanan seperti karyawan? Silahkan klik disini jawabannya
6. Komponen biaya tenaga kerja wajib menjadi kompenen biaya yang
disepakati dalam kerjasama usaha sebagai factor pengurang pendapatan yang
mempengaruhi pembagian keuntungan.

Biaya Overhead (Overhead Cost)


1. Biaya overhead adalah segala pengeluaran dana untuk membayar segala
biaya selain biaya bahan baku, barang dagangan dan biaya tenaga kerja yang
memberikan konstribusi terhadap terciptanya produk atau pendapatan
perusahaan.
2. Terdapat dua jenis Biaya overhead berdasarkan sifat pengeluarannya yaitu
Biaya Overhead Tetap (Fixed Overhead) yang secara rutin dikeluarkan
perusahaan dan jumlahnya tidak sering berubah seperti biaya sewa atau asuransi
tempat usaha/kendaraan, biaya penyusutan aktiva tetap dan lain-lain, dan..
3. Biaya Overhead Variable, (variable overhead cost) yaitu biaya yang
fluktuatif mengikuti dinamika bisnis perusahaan, seperti biaya BBM akan naik bila
banyak pengirman barang atau BBG naik bila terjadi peningkatan order makanan.
4. Biaya Overhead dalam bidang usaha produksi/manufaktur adalah biaya
pendukung langsung yang berpengaruh terhadap proses produksi seperti
listrik/bbm untuk penggerak mesin produksi, oli untuk melumasi mesin produksi,
biaya BBM dan Tol untuk kendaraan pengangkut dan biaya lainnya yang
berpengaruh langsung terhadap jalannya produksi.
5. Contoh biaya overhead dalam bisnis kuliner adalah minyak goreng yang
sering digunakan berulang, BBG (bahan bakar gas) untuk memasak, listrik dan
air yang digunakan dalam proses pengelolahan makanan, tissue, sedotan, saus,
kecap yang digunakan konsumen, dan biaya lainnya yang berpengaruh langsung
terhadap jalannya usaha kuliner.
6. Biaya overhead dalam bisnis perdagangan adalah segala biaya yang
dikeluarkan dalam aktivitas penjualan dan pembelian barang dagangan seperti
biaya pengiriman, biaya bongkar muat, biaya asuransi barang dagangan.
7. Biaya overhead ini wajib menjadi kompenen biaya yang disepakati dalam
kerjasama usaha sebagai factor pengurang pendapatan yang mempengaruhi
pembagian keuntungan.

Bila Modal Investor Adalah Tempat Usaha dengan Status Sewa atau Cicilan KPR
1. Bagaimana bila setoran modal investor berupa tempat usaha dengan
status sewa, apakah pengelola perlu membebankan/mencadangkan biaya sewa
tersebut setiap bulan walaupun tidak ada arus kas keluar? Jawabanya tegas YA,
karena seyogyanya dana cadangan sewa tersebut adalah milik Investor yang
suatu saat wajib dikembalikan pada saat perjanjian kejasama berakhir, atau
untuk menyewa kembali tempat usaha bila masa sewa habis sehingga investor
tidak perlu keluar dana modal lagi.
2. Bagaimana bila setoran modal investor berupa tempat usaha dengan
status angsuran seperti KPT Bank, apakah pengelola perlu
membebankan/membayar angsuran KPR setiap bulan? Jawabanya tegas TIDAK,
karena seyogyanya angsuran tersebut adalah kewajiban Investor, atau dengan
kata lain pengelola tidak berkewajiban membayar hutang Investor, karena bila
pengelola membayarkan angsuran tersebut, sama saja Investor tidak
menyetorkan modal karena modalnya berasal dari hutang dan dibayar oleh
Pengelola dan tempat usaha adalah milik Investor, maka alangkah "CERDIK"
dan TIDAK FAIR" Investor seperti ini.

Biaya Marketing
1. Yaitu segala biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas promosi, sosialisi,
iklan, penjualan termasuk gaji dan atau bonus untuk pihak-pihak yang terlibat
dalam kegiatan marketing tersebut untuk menghasilkan pendapatan.
2. Biaya gaji khusus team/SDM yang terlibat langsung aktivitas marketing/
penjualan dapat dikategorikan dalam biaya ini.
3. Komponen biaya marketing wajib menjadi kompenen biaya yang
disepakati dalam kerjasama usaha sebagai factor pengurang pendapatan yang
mempengaruhi pembagian keuntungan.

Biaya Operasional Lainnya


1. Yaitu segala biaya lainnya selain biaya-biaya yang telah dijelaskan diatas
walau tidak secara langsung berpengaruh terhadap proses produksi atau
menghasilkan pendapatan, tapi sangat penting dalam proses bisnis perusahaan.
2. Termasuk dalam kategori biaya operasional lainnya adalah biaya
Administrasi dengan jenis biaya seperti Alat Tulis Kantor, Biaya Sewa Kantor,
Biaya Asuransi Kantor, Biaya Listrik, Air, Telpon, Internet, biaya bank, iuran,
pajak, jamuan tamu, dapur kopi karyawan dan biaya lainnya yang wajar terjadi
dalam sebuah pengelolaan usaha.
3. Komponen biaya operasional lainnya selama wajar/tidak berlebihan, wajib
menjadi kompenen biaya yang disepakati dalam kerjasama usaha sebagai factor
pengurang pendapatan yang mempengaruhi pembagian keuntungan.

Biaya Penyusutan Aktiva Tetap


1. Biaya Penyusutan Aktiva Tetap adalah biaya yang dibebankan setiap
periode tapi tidak ada aliran kas keluar, uangnya tetap berada di perusahaan dan
lazim digunakan sebagai dana cadangan pemeliharaan dan atau peremajaan
aktiva tetap supaya selalu siap pakai atau dana pembelian kembali aktiva tetap
bila sudah tidak layak pakai.
2. Banyak metode dalam perhitungan biaya penyusutan aktiva tetap, yang
paling mudah adalah dengan metode garis lurus yaitu nilai perolehan aktiva tetap
dikurangi nilai sisa dibagi masa ekonomis.
3. Bagaimana cara menghitung biaya penyusutan? bila anda pernah belajar
Akuntansi insya Allah bisa, tapi bagi orang awam banyak yang beranggapan
rumit, maka nantikan artikel KLINIK BISNIS selanjutnya yang khusus membahas
Biaya Penyusutan Aktiva Tetap dalam Kerjasama Bagi Hasil.
4. Biaya penyusutan ini wajib menjadi kompenen biaya yang disepakati
dalam kerjasama usaha sebagai factor pengurang pendapatan yang
mempengaruhi pembagian keuntungan.

Bagaimana Menyajikan Rincian dan Perhitungan dalam Laporan Bagi


Hasil?
1. Pengelola usaha wajib membuat laporan secara periodik selain untuk
kepentingan kontrol bagi Investor, juga sangat penting sebagai dasar
perhitungan dan pembagian bagi hasil dengan pihak investor.
2. Pelaporan biaya disajikan dalam sebuah laporan yang lazim
disebut Laporan Laba-Rugi yang menyajikan rincian pendpatan dan biaya
dalam suatu periode.
3. Sajikan rincian biaya dalam Laporan Laba-Rugi tersebut setelah total
pendapatan, dan di urutkan berdasarkan besar jumlah dominasi biaya, semakin
besar/dominan jumlah biaya, maka semakin awal urutannya sehingga total biaya
dapat terhitung.
4. Bagaimana selengkapnya cara penyajian Laporan Laba-Rugi termasuk
perhitungan pembagian bagi hasilnya? nantikan artikel KLINIK BISNIS
selanjutnya.
Demikian penjelasan sederhana saya, semoga Bermanfaat...

Salam Semangat

Budi Cahyadi
KERJASAMA USAHA KLINIK
Thursday, November 20, 2014

http://pengusaha-hebat.blogspot.co.id/2014/11/kerjasama-usaha-klinik.html

Tanya:
Saya Ibu Rozi pak, dari daerah Tangerang, mau bertanya dengan bapak masalah
kerjasama Investasi di bidang kesehatan.

Saya kekurangan dana untuk pembangunan ruang klinik seluas 100 m2 dengan estimasi
biaya keseluruhan sebesar Rp. 550 juta dimana sebesar Rp. 350 juta sudah saya
keluarkan dari saya pribadi dan kekurangannya sebesar Rp. 200 juta akan dibiayai dari
kerjasama dengan Investor. Ruang baru tersebut akan akan digunakan untuk klinik
pasien BPJS yang berlokasi di samping klinik kami yang sudah berjalan yaitu
klinik persalinan dan pengobatan umum.

Pertanyaan saya, apakah bagi hasil nanti dihitung dari usaha keseluruhan yaitu klinik
pengobatan umum dan bidang yang sudah berjalan atau bisa dari klinik baru untuk BPJS
tersebut karena memang kerjasama yang akan saya jalankan dengan investor hanya
untuk klinik BPJS saja.

Saya sangat berterima kasih sebelumnya jika mendapat jawaban dari bapak.

Bu Rozi Tangerang

Jawab:

Bu Rozi yang dirahmati Allah, semoga usaha klinik ibu senantiasa mendapatkan
keberkahan dari Allah dan bermanfaat untuk masyarakat.

Sehubungan dengan rencana kerjasama dengan investor yang menambahkan modal


sebesar Rp. 200 juta yang digunakan untuk menyelesaikan pembangunan ruang klinik
baru BPJS tersebut, maka menurut saya kerjasama usaha termasuk segala risiko dan
keuntungannya dari klinik baru BPJS tersebut dengan syarat dan tata cara sebagai
berikut:

1. Buat perjanjian tertulis antara Ibu sebagai pemilik sekaligus pengelola


Klinik BPJS dengan teman Ibu sebagai investor.
2. Cantumkan dalam perjanjian tersebut bahwa segala risiko yang akan
ditanggung dan keuntungan yang akan dibagi terbatas dari hasil usaha klinik
baru BPJS. Ibu boleh menambahkan kalimat yang menekankan bahwa
"Segala hasil usaha dari klinik bidan dan pengobatan umum tidak terkait
dan tidak dibagi hasilkan dengan perjanjian kerjasama usaha klinik BPJS
ini".
3. Bila antara Ibu dan investor sepakat bahwa dana dari investor sebesar Rp.
200 harus dikembalikan maka sifat dari investasi tersebut adalah Investasi
Berjangka Waktu yang suatu saat wajib dikembalikan dengan jangka waktu
sesuai kesepakatan.
4. Porsi bagi hasil dari kerjasama Klinik BPJS untuk Ibu sebagai berikut: Rp.
350 juta : Rp. 550 juta = 63,6% ditambah peran ibu sebagai pengelola klinik
misalnya sebesar 10%, maka bagi hasil hak Ibu adalah sebesar 73,6%.
5. Porsi bagi hasil untuk Investor adalah Rp. 200 juta : Rp. 550 juta = 36,4%
dikurangi 10% hak pengelolaan milik Ibu, hak Investor menjadi sebesar 26,4%.
6. Angka 73,6% dan 26,4% ini hanya acuan sebagai bahan negosiasi dan
tidak baku, karena porsi bagi hasil terbaik adalah hasil kesepakatan negosiasi.
7. Bila dana investor dikembalikan secara bertahap maka porsi bagi hasil hak
investor akan berkurang proporsional sebesar dana yang dikembalikan, dengan
contoh perhitungan silahkan klik disini.
8. Risiko kerugian dibagi proporsional sesuai jumlah modal (share) yang
disetorkan, yaitu ibu 63,6% dan investor 36,4%.
9. Karena kerjasama bagi hasil hanya dari hasil usaha Klinik BPJS maka ibu
WAJIB membuat pecatatan/pembukuan hasil usahanya tersendiri terpisah dengan
hasil usaha klinik yang sudah berjalan, untuk menghindari fitnah dan konflik
dengan investor.
Contoh Perhitungan Pembagian Bagi Hasil & Risiko Hasil Usaha Klinik BPJS:
Resume contoh kesepakatan kerjasama berdasarkan data diatas:

- Share modal dan risiko usaha tanggung jawab Ibu 63,6%

- Share modal dan risiko usaha tanggung jawab Investor 36,4%

- Porsi Bagi hasil hak ibu 73,6%

- Porsi Bagi hasil hak investor 26,4%

Data hasil usaha bulan November 2014:

- Total Pendapatan Klinik BPJS Rp. 100 juta

- Total Biaya Klinik BPJS Rp. 60 juta

- Profit/Laba Klinik BPJS adalah Rp. 40 juta (Rp. 100 juta - Rp. 60 juta)

Maka pembagian keuntungan bulan November 2014 adalah:

- Hak Ibu 73,6% x Rp. 40 juta = Rp. 29.440.000,-

- Hak Investor 26,4% x Rp. 40 juta = Rp. 10.560.000,-

Data hasil usaha bulan Desember 2014:

- Total Pendapatan Klinik BPJS Rp. 40 juta

- Total Biaya Klinik BPJS Rp. 50 juta

- Rugi usaha Klinik BPJS adalah Rp. 10 juta (Rp. 60 juta - Rp. 50 juta)

Maka pembagian kerugian bulan Desember 2014 adalah:


- Rugi tanggungan Ibu 63,6% x Rp. 10 juta = Rp. 6.360.000,-

- Rugi tanggungan Investor 36,4% x Rp. 10 juta = Rp. 3.640.000,-

Kerugian investor ini bisa dibebankan mengurangi jumlah pokok investasi milik investor
atau mengurangi hak bagi hasil bulan berikutnya.

Demikian jawaban sederhana saya, semoga memberikan gambaran untuk kerjasama


usaha Klinik BPJS Ibu.

Hormat Saya

Budi Cahyadi

Support by:
Perlu Interior Rumah Sakit/Klinik? www.dapurmodern.net, Juara Desain, Kualitas &
Harganya

Kirimkan Pertanyaan/Konsultasi Anda melalui:

e-mail : budicahyadi.bucah@gmail.com

Whatsapp: +628122193914

BBM: Pin 7E619333

FREE GUARANTED

PANDUAN KERJASAMA USAHA

Pertanyaan:
Assalamualaikum pak, Nama saya Rahmad Djatmiko, mau tanya tentang sistem bagi
hasil.
Begini, saya dan dua teman ingin usaha kedai makan, dan kami dapat investor yang
akan investasi sebesar Rp. 100 juta. Mohon masukan untuk bagi hasil yang adil bagi
kami bertiga dan investor. Dan hak milik aset perusahan milik siapa? Terima kasih.

Jawaban:
Waalaikumsalam wr wb, salam kenal sahabat Rahmad, semoga Allah senantiasa
merahmati dan memberkahi anda, ke dua sahabat dan keluarga anda di semua. Saya
ucapkan selamat atas dipercayanya anda dan kawan-kawan di percaya oleh investor
dalam membangun usaha, semoga amanah tersebut dapat dijaga ibarat anda menjaga
dan merawat bayi anak anda sendiri.
Berikut saya berikan panduan kerjasama usaha yang dapat di aplikasikan bedasarkan
pengalaman belasan tahun saya jadi bankir syariah.

Trust Investment / Full Investment


Bentuk kerjasama yang pertama adalah Trust Investment yang dalam istilah ekonomi
syariah disebutMudharabah yaitu "Sebuah bentuk kerjasama usaha antara dua pihak
atau lebih dimana terdapat pihak yang menginvestasikan dan mempercayakan 100%
modalnya kepada pihak lain yang berkompeten untuk mengelola usaha tersebut" Dalam
istilah ekonomi Islam pihak pemilik modal disebut Shahibul Maal dan pengelola modal
disebut Mudharib. Dalam istilah ekonomi modern istilah Trust Investment muncul karena
suatu kerjasama usaha dan investasi yang berbasis kepercayaan 100% dari pemilik
modal kepada pengelola modal tersebut.

Bagaimana pembagian peran, keuntungan, risiko dan asset atas usaha berbasis Trust
Investment tersebut:

Pemilik modal selain berinvestasi, juga dapat berperan dalam pengawasan usaha,
sedangkan pengelola dengan kompetensinya mengelola usaha tersebut secara amanah
dan professional.
Pembagian keuntungan (profit) akan dihitung
berdasarkan aktual keuntungan usaha dengan porsi pembagian berdasarkan hasil
negosiasi dan kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah akad atau perjanjian
usaha. Istilah ekonomi Islam porsi pembagian keuntungan disebut Nisbah.
Bagaimana menentukan dan menghitung porsi pembagian keuntungan? Tidak
ada ketentuan baku, tapi berdasarkan kesepakatan. Parameter perhitungan sebagai alat
bantu dapat dilihat dalam bagian akhir tulisan ini.
Pembagian keuntungan dihitung dari aktual laba atau rugi yang didapatkan
dari usaha. Dalam istilah bisnis modern disebut Pofit & Loss Sharing. Profit atau Loss
adalah selisih bersih dari total pendapatan dikurangi total biaya.
Risiko kerugian usaha yang bukan disebabkan bisnis risk yang lazim dan bukan
miss management dan atau pengelola usaha yang khianat, 100% menjadi tanggung
jawab pemilik modal.
Seluruh asset baik berupa tunai maupun non tunai, baik hasil pengadaan saat di
awal usaha atau asset hasil pengadaan yang tumbuh hasil pengembangan usaha 100%
hak pemilik modal.
Apakah pengelola usaha mendapat gaji bulanan? jawabannya tentu
saja tidak karena pengelola usaha akan mendapatkan imbalan dari hasil usaha.
Kapan pembagian hasil usaha tersebut? Bisa harian, mingguan, bulanan,
triwulan, semester atau tahunan tergantung kesepakatan.
Contoh Implementasi dan perhitungan Trust Investment:
Mr. Steve sepakat menginvestasikan modal sebesar Rp. 100 juta dalam usaha rumah
makan yang akan dikelola oleh Tn. Ahmad. Modal tersebut digunakan untuk sewa
tempat, investasi peralatan dan modal kerja. Kesepakatan porsi pembagian keutungan
adalah 60 bagian atau 60% untuk pengelola usaha dan 40 bagian atau 40% untuk
pemilik modal.

Setelah berjalan 4 bulan usaha Rumah Makan tersebut Tn. Ahmad melaporkan omzet
dan keuntungan kepada Mr. Steve adalah sebagai berikut:
- Omzet bulan-1 Rp. 15 juta dengan kerugian sebesar Rp. 5 juta
- Omzet bulan-2 Rp. 30 juta dengan keuntungan Nol alias Break Even
- Omzet bulan-3 Rp. 40 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 10 juta
- Omzet Bulan-4 Rp. 50 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 20 juta

Maka perhitungan pembagian keuntungan atau kerugian sebagai berikut:


- Rugi bulan-1 Rp. 5 juta 100% tanggung jawab Mr. Steve
- Bulan-2, Mr. Steve dan Tn. Ahmad mendapat nihil keuntungan.
- Bulan-3, Mr. Steve = 40% x Rp. 10 juta - Rp. 5 juta = Rp. minus 1 juta
- Bulan-3, Tn. Ahmad = 60% x Rp. 10 juta = Rp. 6 juta.
- Bulan-4, Mr. Steve = 40% x Rp. 20 juta = Rp. 8 juta - Rp. 1 juta (Akumulasi
rugi) = Rp. 7 juta
- Tn. Ahmad = 60% x Rp. 20 juta = Rp. 12 juta.

Dalam kasus sahabat Rahmad, bagaimana pembagian kepada 3 orang


pengelola usaha? dihitung dari keuntungan hak pengelola modal dengan porsi
pembagian masing-masing sesuai kesepakatan dengan parameter bedasarkan
bobot peran anda dan rekan yang mengelola usaha.

Sharing Investment/Join Capital/Join Venture


Bentuk kerjasama yang kedua adalah Sharing Investment yang dalam istilah ekonomi
syariah disebutMusyarakah/Syirkah yaitu "Sebuah bentuk kerjasama usaha antara
dua pihak atau lebih dimana para pihak tersebut masing-masing menginvestasikan
modal dan menunjuk salah satu pihak pemodal yang berkompeten untuk mengelola
usaha tersebut" Dalam istilah ekonomi Islam para pihak disebut Syarik. Dalam istilah
ekonomi modern sering disebut Join Capital atau Join Venture.

Bagaimana pembagian peran, keuntungan, risiko dan asset atas usaha


berbasis Sharing Investment tersebut:

Pemilik modal selain berinvestasi, juga dapat berperan dalam pengawasan usaha
bahkan ikut mengelola.
Pembagian keuntungan (profit) akan dihitung
berdasarkan aktual keuntungan usaha dengan porsi pembagian berdasarkan hasil
negosiasi dan kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah akad atau perjanjian
usaha. Istilah
Bagaimana menentukan dan menghitung porsi pembagian keuntungan (Nisbah)
Sharing Investment? Tidak ada ketentuan baku tapi berdasarkan kesepakatan.
Pembagian keuntungan dihitung dari aktual laba atau rugi yang didapatkan
dari usaha. Dalam istilah bisnis modern disebut Pofit & Loss Sharing. Profit atau Loss
adalah selisih bersih dari total pendapatan dikurangi total biaya.
Risiko kerugian usaya menjadi tanggung jawab bersama yang dibagi proporsioal
berdasarkan jumlah modal yang di setorkan.
Seluruh asset baik berupa tunai maupun non tunai, baik hasil pengadaan saat di
awal usaha atau asset hasil pengadaan yang tumbuh hasil pengembangan usaha
menjadi hak pemilik modal berdasarkan porsi kepemilikan setoran modal.
Apakah pengelola usaha mendapat gaji? jawabannya
bisa Ya atau Tidak. Bila Ya, maka porsi pembagian keuntungan proporsional
berdasarkan modal yang disetor. Bila Tidak digaji, maka wajib diberikan tambahan
imbalan kepada pengelola berupa tambahan porsi keuntungan dengan mengambil porsi
keuntungan dari pemodal lain yang tidak ikut mengelola usaha.
Kapan pembagian hasil usaha tersebut? Bisa harian, mingguan, bulanan,
triwulan, semester atau tahunan tergantung kesepakatan.

Contoh Implementasi dan perhitungan Trust Investment:


Mr. Steve, Mr. Andrew dan Tn. Ahmad sepakat menginvestasikan modal dengan total
sebesar Rp. 150 juta dalam usaha rumah makan yang akan dikelola oleh Tn. Ahmad.
Porsi setoran modal para pihak adalah:
- Mr. Steve sebesar Rp. 75 juta atau 50% dari total modal sebesar Rp. 150 juta
- Mr. Andrew sebesar Rp. 50 juta atau 30%
- Tn. Ahmad sebesar Rp. 30 juta atau 20%

Modal sebesar Rp. 150 juta tersebut digunakan untuk sewa tempat, investasi peralatan
dan modal kerja. Kesepakatan porsi pembagian keuntungan adalah sebagai berikut:
- Mr. Steve sebesar 30% bagian keuntungan
- Mr. Andrew sebesar 20% bagian keuntungan
- Tn. Ahmad sebesar 50% bagian keuntungan

Setelah berjalan 4 bulan usaha Rumah Makan tersebut Tn. Ahmad melaporkan omzet
dan keuntungan kepada para pemilik modal sebagai berikut:
- Omzet bulan-1 Rp. 30 juta dengan kerugian sebesar Rp. 5 juta
- Omzet bulan-2 Rp. 50 juta dengan keuntungan Nol alias Break Even
- Omzet bulan-3 Rp. 60 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 10 juta
- Omzet Bulan-4 Rp. 75 juta dengan keuntungan bersih sebesar Rp. 25 juta

Maka perhitungan pembagian keuntungan atau kerugian sebagai berikut:


- Rugi bulan-1 Rp. 5 juta dibagi proporsional modal yaitu Mr. Steve 60% atau Rp.
2,5 juta, Mr. Andrew 30% atau Rp. 1,5 juta dan Tn. Ahmad Rp. 1 juta
- Bulan-2, para pemilik modal tidak mendapat bagian karena nihil keuntungan.
- Bulan-3 dengan keuntungan Rp. 10 juta, maka pembagiannya sebagai berikut:
Mr. Steve 30% x Rp. 10 juta - Rp. 2,5 juta (rugi bulan-1) = Rp. 500 ribu
Mr. Andrew 20% x Rp. 10 juta - Rp. 1,5 juta (rugi bulan-1) = Rp. 500 ribu
Tn. Ahmad 50% x Rp. 10 juta - Rp. 1 juta (rugi bulan-1) = Rp. 4 juta

Parameter Penentuan Porsi Bagi Hasil:


Seperti sudah saya jelaskan di atas bahwa tidak ada ketentuan baku mengenai porsi
pembagian keuntungan karena benar-benar berdasarkan kesepakatan, tapi anda bisa
menjadikan parameter ini menjadi acuan.
1. Buat dan hitunglah proyeksi keuangan usaha berupa biaya, pendapatan,
laba dan rugi secara sehat dan wajar sebagai gambaran kepada para pihak
kondisi usaha yang akan di alami setelah usaha berjalan.
2. Untuk bentuk kerjasama Trust Investment lazim dan sering terjadi
kesepakatan porsi bagi hasil 60% untuk pengelola usaha dan 40% untuk
pemilik modal.
3. Khusus untuk Sharing Investement, bila pengelola usaha sekaligus pemilik
modal menerima gaji bulanan seperti karyawan, maka porsi pembagian
keuntungan paling fair adalah proporsional berdasarkan modal yang di setorkan,
tapi bila pengelola usaha tidak menerima gaji, maka bagian keuntungan untuk
pemilik modal sekaligus pengelola wajib lebih besar dari porsi setoran modalnya.
Angka 10%-30% sebagai tambahan bagi hasil kepada pemilik modal
sekaligus pengelola, lazim dan sering di sepakati dalam
Sharing Investment. Tambahan bagi hasil tersebut pastinya di ambil dari bagian
keuntungan pemilik modal lain yang tidak ikut mengelola usaha.
WAJIB DIPERHATIKAN
Tuangkanlah kesepakatan kerjasama usaha tersebut dalam sebuah
perjanjian/akad tertulis dan bermeterai bahkan di hadapan notaris, dengan
mencantumkan seluruh pasal-pasal yang disepakati, exposure risiko serta
semua hal berkaitan dengan usaha tersebut sebagai pegangan para pihak bila
suatu saat terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Semoga bermanfaat, salam semangat luar biasa, sukses untuk sahabat semua

Hormat Saya

Budi Cahyadi

Support by:

Perlu Interior & Furniture Rumah, Apartemen,


Kantor? www.dapurmodern.net, Juara Desain, Kualitas &
Harganya

Kirimkan Pertanyaan/Konsultasi Anda melalui:

e-mail : budicahyadi.bucah@gmail.com

Whatsapp: +628122193914

BBM: Pin 7E619333


KERJASAMA USAHA SABLON BAJU

Tanya:

Sebenarnya ini usaha adik saya.

Saat ini adik saya sedang running usaha sablon baju, selama ini orderan masih
dari seputaran kawan-kawan dekat saja, dan usaha ini pun masih belum
terregister (mempunyai perizinan usaha seperti SIUP, NPWP, TDP dll).

Ada niatan untuk menjadikan badan usaha hanya masih belum ada dana,
tapi dari hasil orderan selama ini adik saya sudah mampu untuk membeli alat-
alat untuk produksi walaupun masih tergolong minim. Kebetulan beberapa hari
yang lalu ada calon client yang menginginkan kerja sama dalam hal produksi
tapi mereka mensyaratkan minimum tools (peralatan produksi) minimum yang
harus dimiliki, sehingga untuk memenuhi hal tersebut diperlukan suntikan dana.

Kebetulan ada kawan lain yang mau menyuntikkan dana tersebut dan meminta
proposal kerja samanya dengan format kerjasamanya rencananya akan bagi
hasil.

Hanya saja kita masih bingung tentang:

1. Kalo kawan itu akan berhenti sebagai investor, skema seperti apa
yang bisa dilakukan?
2. Penghitungan dan pembagian keuntungan apakah perbulan / 3
bulan / 6 bulan / 1 tahun? karena untuk mencapai break even point
membutuhkan waktu agak lama.

Demikian pertanyaan saya terima kasih.

Farchan Depok via Whatsapp Mesenger


Jawab:

Sahabat Farchan dan adiknya yang sedang mengembangkan usaha sablon,


semoga Allah memberikan kemudahan, kelancaran dan keluasan rizki, teruslah
berdoa, Focus, kerja keras dan tahan banting, adalah modal utama dalam
menapaki sukses usaha sablon tersebut. Nikmati setiap proses karena sukses
bagi adik anda tinggal menunggu waktu saja.

Skema Kerjasama yang paling cocok antara adik anda sebagai pemilik dan
pengelola usaha dengan teman anda investor yang menanamkan modal baru
dengan kemungkinan berhenti sebagai inventor dan menarik kembali dananya
adalah skema Investasi Berjangka waktu dengan penjelasan dan panduan
sebagai berikut:

1. Dana Investasi yang masuk tersebut bersifat


sebagai PINJAMAN dengan jangka waktu yang suatu saat wajib
dikembalikan oleh adik anda kepada Investor.
2. Jangka Waktu perjanjian investasi, wajib disepakati misalnya 1,
2, 3, 5 tahun atau lebih.
3. Pola pengembalian Investasi wajib disepakati misalnya per
periodik dicicil atau sekaligus di akhir perjanjian.
4. Risiko Kerugian Investasi, yaitu kemungkinan berkurang atau
hilangnya dana investasi milik investor wajib disepakati baik penyebabnya
maupun porsinya. Misal penyebab kerugian yang disepakati karena risiko
bisnis normal berupa penurunan atau kebangkrutan usaha yang bukan
disebabkan salah pengelolaan oleh adik anda, force majeur karena banjir,
kebakaran dan lain-lain. Porsi kerugian usahapun wajib disepakati yaitu
sesuai porsi setoran modal/investasi masing-masing. Dalam banyak kasus
para investor tidak bersedia menanggung risiko kerugian, maka selama
adik anda sebagai pengelola menyanggupi, tidak menjadi masalah asal
dicantumkan secara jelas dalam perjanjian. Contoh perhitungan share
kerugian dapat dipelajari dalam artikel sebelumnya disini.
5. Porsi Pembagian Keuntungan, yaitu porsi pembagian
keuntungan yang wajib disepakati antara adik anda sebagai pemilik
sekaligus pengelola usaha dengan teman anda sebagai Investor baru yang
menanamkan tambahan modal. Tidak ada ketentuan yang baku berapa
porsi pembagian keuntungan antara pemilik usaha dengan Investor
karena murni hasil kesepakatan negosiasi, tapi lazim terjadi 60%
keuntungan untuk pengelola usaha dan 40% untuk Investor. Bila
pengelola usaha memiliki sharing modal, maka pengelola berhak
mendapat tambahan bagi hasil. Misalnya adik anda sebagai pengelola
sekaligus pemilik usaha mendapat 70%-80% bagian keuntungan maka
hak Investor 20%-30%. Cara menghitung porsi bagi hasil untuk bahan
negosiasi silahkan pelajari disini.
6. Bila pokok investasi dicicil pembayarannya, Investor akan
mengalami penurunan porsi bagi hasil dengan perhitungan sebagai
berikut: Misal porsi bagi hasil adik anda 70% dan Investor 30% dengan
jumlah investasi sebesar Rp. 100 juta, maka bila adik anda
mengembalikan pokok investasi sebesar Rp. 10 juta maka bagi hasil hak
investor akan berkurang sebesar 3% (Rp. 10 juta : Rp. 100 juta x 30%)
maka bagi hasil untuk periode selanjutnya menjadi 27%. Penurunan bagi
hasil ini wajib disepakati di awal dan dicantumkan dalam perjanjian.
7. Periode Pembagian Keuntungan, yaitu waktu atau periode bagi
hasil yang akan dibagikan kepada investor sebaiknya disesuaikan
karakteristik siklus usaha adik anda, apakah bulanan, triwulan, semester,
setahun sekali atau by project yaitu dibagi sesuai project yang masuk.
Melihat jenis usaha adik anda saya sarankan periode pembagian
keuntungan adalah by project yang dibagikan setiap project yang
dikerjakan selesai diterima pembayarannya dari customer. Adik anda
wajib membuat laporan Laba-Rugi Project, dengan menghitung
pendapatan project dikurangi biaya project sehingga investor
mendapatkan kejelasan perhitungan atas bagian keuntungan bahkan bila
terjadi kerugian project.
8. Poin-poin penting diatas dan klausul-klausul lain yang dirasakan
perlu oleh kedua belah pihak wajib dicantumkan dalam
sebuah perjanjian tertulis bermeterai baik notariat ataupun di bawah
tangan yang menjaga hak dan kewajiban kedua belah pihak sehingga
suatu saat terjadi kondisi yang tidak ideal, konflik tidak akan terjadi
karena telah disepakati di awal.
9. Satu hal yang harus di ingat oleh kedua belah pihak terutama adik
anda sebagai pemilik dan pengelola usaha, adalah sering terjadinya
"intervensi dan dominasi" dari investor yang seolah-olah usaha tersebut
menjadi miliknya apalagi bila dana investasi lebih besar daripada nilai
asset dan modal yang ditanamkan oleh adik anda. Seringkali pihak
penerima investasi menjadi "Minder" dan "Pasrah" saat usahanya di
intervensi. Ingatlah bahwa adik anda adalah PEMILIK USAHA yang punya
hak penuh atas pengelolaan dan arah usaha tersebut karena investasi
terbesar dan tidak ternilai adalah ide, konsep, tenaga, kompetensi dan
sejarah perjuangan adik anda membuka dan merintis usaha tersebut,
sedangkan investor datang dengan dana besar yang kadang motivasinya
hanya keuntungan semata.
Demikan pemaparan sederhana saya, semoga bermanfaat.

Hormat Saya

Budi Cahyadi

Support by:
Perlu Interior & Furniture Kantor? www.dapurmodern.net, Juara Desain, Kualitas &
Harganya

Kirimkan Pertanyaan/Konsultasi Anda melalui:

e-mail : budicahyadi.bucah@gmail.com

Whatsapp: +628122193914

BBM: Pin 7E619333

Bentuk Kerjasama

http://konsultanklinik.com/index.php/kerjasama/57-bentuk-kerjasama

BENTUK KERJASAMA GHC dapat berupa :

1. Konsultan Pendirian Klinik

2. Konsultan Pengembangan Klinik

3. Konsultan Pelatihan SDM

A. Pada proses Pendirian Klinik baru, GHC melakukan kegiatan sbb :

Studi kelayakan ( analisa SWOT )


Merekrut tenaga medis dan non medis yang berkualitas

Mendapatkan izin operasional Klinik

Mempersiapkan infrastruktur Klinik


Menyediakan sistem informasi operasional dan keuangan yang efisien

Memberikan laporan berkala kepada mitra tentang proses awal operasional klinik

Catatan : Investor berkewajiban menanggung biaya untuk mendirikan klinik


dan meneruskan kegiatan operasional klinik tersebut.

GHC sebagai pelaksana operasional awal, akan memiliki wewenang dan tanggung
jawab selama WAKTU TERTENTU yang disepakati untuk menjalankan :

Mengembangkan pelanggan

Melakukan pengawasan dan pengendalian internal sehingga didapatkan biaya


operasional yang paling efisien

Memastikan operasional berjalan sesuai dengan sistem dan prosedur standar

Melakukan dan membuat pelaporan yang diwajibkan berdasarkan peraturan


Perundang-undangan kepada instansi Pemerintah yang terkait

Membuat laporan kepada investor tentang proses pendirian klinik, hingga klinik
beroperasi.

B. GHC sebagai konsultan pengembangan KLINIK YANG SUDAH BERJALAN :

Study kelayakan ( analisa SWOT )

Mengembangkan pasar dan penetrasi pasar

Melakukan pengawasan dan pengendalian internal sehingga didapatkan biaya


operasional yang paling efisien

Memastikan operasional berjalan sesuai dengan sistem dan prosedur standar

Melakukan dan membuat pelaporan yang diwajibkan berdasarkan peraturan


Perundang-undangan kepada instansi Pemerintah yang terkait

Membuat laporan kepada investor tentang proses pengembangan klinik


KONSEP INVESTASI KLINIK

Sistem yang baik dalam mendukung pelayanan Klinik terdiri atas :

Sistem Pelayanan

Sistem Kontrol

Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Sistem Marketing

Sistem SDM

Klinik dapat menjalankan operasionalnya setelah mendapatkan IZIN PENDIRIAN


KLINIK, APOTIK, LABORATORIUM dan SISTEM yang dapat beroperasi.

Sistem merupakan sebuah alur/proses bisnis yang akan memberikan hasil sesuai
dengan orientasi yang telah diharapkan.

RUANG LINGKUP PELAYANAN :

Study kelayakan (analisa SWOT lokasi pendirian Klinik)


Proposal
Rekruitmen tenaga dokter, paramedik dan nonmedik
Penyusunan TARIF
Managemet sistem informasi (FO, Apotik, Kasir, Keuangan, Laporan
Pengurusan perizinan dan perundang-undangan
Referensi design interior dan bangunan
Marketing
Training SDM

BIAYA YANG TIMBUL

Infrastruktur
Renovasi dan desain interior
Furniture
Izin ( Klinik,Apotik, Lab )
Peralatan Kedokteran
Peralatan Kedokteran Gigi
Pengadaan Obat
Sistem Informasi
Operasional SDM
Marketing Tools

Tidak termasuk biaya-biaya pembuatan :

a. Apotik

b. Klinik dan Apotik

c. Laboratorium

d. Sistem Informasi

/pendaftaran/keuangan dll

e. Akomodasi dan transportasi ke wilayah diluar Jabodetabek

Managemet Fee 4 % dari Laba/ bulan (negosiasi )


http://konsultanklinik.com/index.php/kerjasama/57-bentuk-kerjasama

Anda mungkin juga menyukai