Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PENULISAN DIAGNOSIS DOKTER DALAM PENENTUAN

KODE DIAGNOSIS LEMBAR RINGKASAN MASUK DAN KELUAR DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Sri Mariyati
APIKES Mitra Husada Karanganyar
Email: atickkrasivi@ymail.com

ABSTRAK
Bahasa terminologi medis merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan. Bahasa
terminologi medis yang tercantum pada diagnosis seharusnya ditulis dengan terminologi medis
yang tepat dan memiliki nilai informatif agar dapat membantu petugas koding mengklasifikasikan
pada kondisi dalam kategori ICD yang paling spesifik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
ketepatan penggunaan terminologi medis dan keakuratan kode diagnosis lembar ringkasan masuk
dan keluar di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Wonogiri. Hasil survei pendahuluan yang
dilakukan terhadap 10 dokumen rawat inap bulan Maret tahun 2012 di RSUD dr. Soediran
Mangun Sumarso Kab. Wonogiri menunjukkan bahwa penggunaan bahasa terminologi yang tidak
tepat 40 % dengan ketidaktepatan kode diagnosis akhir 50 %.
Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh dokumen rekam medis rawat inap di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Kabupaten Wonogiri. Besar populasi adalah 1248 lembar ringkasan masuk dan keluar pada bulan
Maret tahun 2012. Teknik pengambilan sampling dengan sampling sistematis. Besar sampel yang
digunakan 125 lembar ringkasan masuk dan keluar. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.
Ketepatan penggunaan bahasa terminologi medis sebesar 82 lembar ringkaran masuk dan keluar
(65,6 %) dan ketidaktepatan penggunaan bahasa terminologi medis sebesar 43 lembar ringkaran
masuk dan keluar (34,4 %). Keakuratan kode diagnosis sebesar 101 lembar ringkaran masuk dan
keluar (80,8 %) dan ketidakakuratan kode diagnosis sebesar 24 lembar ringkaran masuk dan keluar
(19,2 %).
Ketepatan penggunaan bahasa terminologi medis sebesar 82 lembar ringkasan masuk dan keluar
(65,6 %) sedangkan ketidaktepatan penggunaan bahasa terminologi medis sebesar 43 lembar
ringkasan masuk dan keluar (34,4 %). Disarankan menggunakan bahasa terminologi medis yang
tepat untuk menunjang keakuratan kode diagnosis berdasarkan ICD-10.

Kata kunci : Terminologi medis dan keakuratan kode

114
PENDAHULUAN menunjukkan bahwa penggunaan bahasa

Diagnosis adalah identifikasi terhadap terminologi yang tidak tepat 70 % dengan

penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam ketidaktepatan kode diagnosis akhir 30 %.

formulir ringkasan masuk dan keluar (RM 1) Salah satu diagnosis yang tertulis pada

terdapat beberapa diagnosis diantaranya lembar ringkasan masuk dan keluar adalah

diagnosis masuk, diagnosis akhir, diagnosis BBLR dengan kode Z38.0. Hal tersebut

lain dan diagnosis komplikasi. Diagnosis belum tepat karena Z38.0 untuk singleton

akhir merupakan diagnosis yang ditangani born in hospital. Terminologi medis yang

atau diperiksa selama episode perawatan tepat seharusnya Low birth weight atau LBW

yang relevan. Diagnosis ini seharusnya dengan kode O44.1 Hal ini menunjukkan

ditulis dengan terminologi medis yang tepat penggunaan terminologi medis merupakan

dan memiliki nilai informatif agar dapat salah satu factor penyebab ketidakakuratan

membantu petugas koding kode diagnosis. Petugas koding yang kurang

mengklasifikasikan pada kondisi dalam teliti dalam memilih lead term berdasarkan

kategori ICD yang paling spesifik. Menurut penulisan diagnosis akan mengakibatkan

Nuryati (2010) terminologi medis adalah kode tidak akurat. Berdasarkan data tersebut

sarana komunikasi antara mereka yang maka perlu dilakukan penelitian yang

berkecimpung langsung atau tidak langsung membahas tentang ketepatan penggunaan

dibidang pelayanankesehatan. terminologi medis dan keakuratan kode

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri diagnosis pada lembar ringkasan masuk dan

Kesehatan Nomor. 377/Menkes/SK/III/2007 keluar di Rumah Sakit Umum Daerah

tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Kabupaten Wonogiri.

Informasi Kesehatan dijelaskan bahwa salah


satu kompetensi perekam medis adalah
klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah- Kajian Pustaka
masalah yang berkaitan dengan kesehatan Terminologi Medis
dan tindakan medis. Penentuan kode Menurut Nuryati (2011) bahwa
diagnosis yang tepat juga dipengaruhi oleh terminologi medis adalah ilmu peristilahan
peran petugas koding dalam menentukan medis yang merupakan sarana komunikasi
lead term yang tepat untuk menentukan kode antara mereka yang berkecimpung
penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai langsung/tidak langsung dibidang pelayanan
klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia medis. Menurut Hatta (2010), istilah-istilah
(ICD-10) (Kepmenkes RI, 2007). penyakit atau kondisi gangguan kesehatan
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan yang didaftar dalam nomenklatur harus
terhadap 10 dokumen rawat inap bulan sesuai dengan istilah yang digunakan
Maret tahun 2012 di RSUD dr. Soediran didalam suatu sistem klasifikasi penyakit.
Mangun Sumarso Kab. Wonogiri Unsur terminologi medis

115
Sebagian besar struktur istilah medis Petunjuk Untuk Pencatatan Informasi
tersusun dari 3 (tiga) unsur kata, yakni Diagnostik Bagi Analisa Kondisi Tuggal
prefix, root, dan suffix. Dalam struktur setiap Data Morbiditas
kata/istilah harus memiliki minimal satu Dokter yang merawat bertanggungjawab
root. Tidak semua istilah medis terdiri dari atas pengobatan pasien harus memilih
tiga unsur prefix, root dan suffix, adakalanya kondisi utama untuk dicatat, sama halnya
satu istilah terdiri hanya dua unsur kata, dengan kondisi lain pada episode perawatan.
mungkin hanya terdiri dari prefix dan root Informasi ini dikelola secara sistematis
atau root dan suffix saja. Namun tidak jarang dengan menggunakan metode-metode
juga istilah memiliki lebih dari tiga unsur pencatatan yang baku. Catatan yang lengkap
kata. dan baik penting untuk penanganan pasien
Diagnosis yang baik dan merupakan sumber data
Kondisi utama adalah suatu epidemiologi dan statistik lain yang bernilai,
diagnosis/kondisi kesehatan yang dan statistik lain yang bernilai, data statistik
menyebabkan pasien memperoleh morbiditas dan masalah-masalah lain dalam
perawatan/pemeriksaan, yang ditegakkan perawatan kesehatan.
pada akhir episode pelayanan dan Setiap pernyataan diagnosis harus
bertanggungjawab atas kebutuhan sumber mempunyai nilai informatif untuk dapat
daya pengobatannya. diklasifikasi pada kondisi dalam kategori
Sistem Klasifikasi Penyakit ICD yang paling spesifik.
Nomenklatur atau terminologi medis METODE
merupakan sistem yang digunakan untuk Jenis penelitian yang akan dilakukan
menata daftar kumpulan istilah medis, adalah penelitian deskriptif. Penelitian
penyakit, gejala dan prosedur. Penggunaan deskriptif yaitu penelitian yang
lebih dari satu perolehan istilah untuk menggambarkan ketepatan penggunaan
penyakit yang sama menyulitkan dalam terminologi medis dan keakuratan kode
pengumpulan dan perolehan informasi diagnosis pada lembar ringkasan masuk dan
morbiditas dan mortalitas yang akurat dan keluar. Pendekatan yang digunakan adalah
tepat. Untuk menstandarkan bahasa medis pendekatan retrospektif yaitu data penelitian
maka dikembangkan nomenklatur penyakit, yang digunakan adalah data masa lampau
sistem klasifikasi penyakit dan (sebelumnya) (Arief M, 2009).
perbendaharaan istilah medis klinis. Sistem Populasi dalam penelitian adalah seluruh
klasifikasi penyakit adalah sistem yang dokumen rekam medis rawat inap di RSUD
mengelompokkan penyakit-penyakit dan dr. Soediran Mangun Sumarso kabupaten
prosedur-prosedur sejenis kedalam satu grup Wonogiri tahun 2012. Besar populasi pada
nomor kode penyakit dan tindakan yang bulan maret tahun 2012 sejumlah 1248
sejenis. dokumen rekam medis. Teknik pengambilan

116
sample (sampling) menggunakan sampling Data selengkapnya terlampir
sistematis. Jumlah sampel yang diteliti
Tabel 2 menunjukkan penggunaan
adalah 10 % dari populasi yaitu 125
terminologi medis yang tepat. Hal ini dapat
dokumenrekam medis. Analisis data
dilihat pada kasus nomor 2 yaitu pada
menggunakan analisis deskriptif untuk
diagnosis PPH yang merupakan singkatan
mengkaji penulisan diagnosis dokter dalam
dari postpartum hemorrhage. Pada kasus
penentuan kode diagnosis.
nomor 4 yaitu pada diagnosis abortus
HASIL imminent.
Tabel 1. Rekapitulasi
KetepatanPenggunaan Terminologi Tabel 3. Penggunaan Terminologi Medis
Medis Pada Lembar Ringkasan Masuk Yang Tidak Tepat
Dan Keluar
Diagnosis RM Terminologi
No
Ketepatan Jumlah 1 medis
penggunaan n % DHF (dengue
terminologi Demam
1 hemorrhagic
medis berdarah
fever)
Tepat 82 65,6 Kala II tak
Tidak Tepat 43 34,4 maju e/c kejan Prolonged second
Jumlah 125 100 2
ibu tidak stage
adekuat
Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi Sequelae TB
3 Bekas TB
penggunaan terminologi medis yang tepat (tuberculosis)
sebesar 82 lembar ringkasan masuk dan Data selengkapnya terlampir

keluar (65,6 %). Penggunaan terminologi Tabel 3 menunjukkan penggunaan


medis yang tidak tepat sebesar 43 lembar terminologi medis yang tidak tepat. Hal ini
dapat dilihat pada kasus nomor 1 yaitu pada
ringkasan masuk dan keluar (34,4 %). diagnosis demam berdarah. Pada kasus
nomor 2 yaitu pada diagnosis kala ii tak
maju e/c kejan ibu tidak adekuat.
Tabel 2. Penggunaan Terminologi Medis
Tabel 4. Rekapitulasi Keakuratan Kode
Yang Tepat Pada Lembar Ringkasan
Masuk Dan Keluar Diagnosis Berdasarkan Terminologi
Medis Pada Lembar Ringkasan Masuk
Terminologi
No Diagnosis RM1 Dan Keluar
Medis
Keakuratan kode Jumlah
1 Neonatus aterm Neonatus
diagnosis pada n %
Postpartum lembar RM 1
2 PPH
hemorrhage
Akurat 101 80,8
Riw.APH e/c
Tidak akurat 24 19,2
susp. PPt pada Placenta Previa
Jumlah 125 100
3 sekundigravida total with
h.preterm bdp sc hemorrhage
7 th yll Tabel 4 menunjukkan rekapitulasi
Abortus Abortus keakuratan kode diagnosis berdasarkan
4
imminent imminent

117
terminologi medis pada lembar ringkasan 1 Riw.APH hemorr O46.9
e/c susp. hage
masuk dan keluar. Kode diagnosis yang Placenta
PPt pada
Previa
akurat sebesar 101 lembar ringkasan masuk sekundigra
total with
vida
dan keluar (80,8 %). Kode diagnosis yang hemorrhag
h.preterm
e
tidak akurat sebesar 24 lembar ringkasan bdp sc 7 th
yll
masuk dan keluar (19,2 %).
2 Decomp Decompe decom O42.0
Tabel 5. Kode Diagnosis Yang Akurat cordis nsatio pensati
Pada Lembar Ringkasan Masuk Dan IHD cordis in on
ischemic
Keluar heart
diseases
No Diagnosi Termino Lead Kode 3 Neo BBLR Low birth infant Z38.0
s pada logi term cb smk weigt
lembar medis Data selengkapnya terlampir
rm 1
1 Neonatu Neonatu Neonatus Z38.0 Tabel 6 menunjukkan kode diagnosis yang
s aterm s tidak akurat. Hal ini dapat dilihat pada kasus
2 Typhoid Typhoid Typhoid A01.0
nomor 1 yaitu pada diagnosis riw.APH e/c
fever fever
3 DBD DHF Dengue A91 susp. PPt pada sekundigravida h.preterm
grade III (dengue bdp sc 7 th yll dengan kode diagnosis O46.9.
hemorrh
agic Pada kasus nomor 3 yaitu pada diagnosis
fever) neo BBLR cb smk dengan kode diagnosis
Data selengkapnya terlampir
Z38.0.
Tabel 5 menunjukkan kode diagnosis pada PEMBAHASAN
lembar ringkasan masuk dan keluar yang
Ketepatan penggunaan bahasa
akurat. Hal ini dapat dilihat pada kasus
terminologi medis pada diagnosis lembar
nomor 1 yaitu pada diagnosis neonatus
ringkasan masuk dan keluar tahun 2012
aterm dengan kode diagnosis Z38.0. Pada
di Rumah Sakit Umum Daerah
kasus nomor 2 yaitu pada diagnosis DBD
Kabupaten Wonogiri
grade III dengan kode diagnosis A91.
Terminologi medis adalah ilmu tentang

Tabel 6. Kode diagnosis yang tidak bahasa medis yang digunakan sebagai sarana
akurat pada lembar ringkasan komunikasi bagi orang-orang yang berperan
masuk dan keluar
No Diagnosis Terminol Lead Kode langsung atau tidak langsung dibidang
pada ogi term RS pelayanan kesehatan. Terminologi medis ini
lembar rm medis
1 harus sesuai dengan istilah yang digunakan
dalam suatu sistem klasifikasi penyakit
untuk menunjang keakuratan kode penyakit
(Hatta, 2010). Ketepatan bahasa terminologi
medis pada lembar RM 1 tahun 2012 sebesar

118
82 dokumen dari 125 dokumen rekam medis. Penggunaan bahasa terminologi
medis. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 medisyang tidak tepat terdapat pada tabel 3
kasus nomor 1 diagnosis neonatus aterm. kasus nomor 1 diagnosis demam berdarah.
Neonatus aterm merupakan bahasa Demam berdarah bukan merupakan bahasa
terminologi medis yang berasal dari bahasa terminologi medis sehingga tidak memiliki
latin.Neonatus aterm memiliki unsur-unsur unsur-unsur pembentuk terminologi medis.
bahasa yaitu neo- (prefix), nat- (root), -us Bahasa terminologi medis yang tepat adalah
(suffix), a- (prefix), dan -term (root). Kasus dengue hemorrhagic fever (DHF). Dengue
nomor 3 diagnosis riw.APH e/c susp. PPt hemorrhagic fevermemiliki unsur-unsur
pada sekundigravida h.preterm bdp sc 7 th pembentuk dengue (root), hemo- (root),-
yll merupakan bahasa terminologi medis. rhagic (suffix) dan fever (berasal dari bahasa
APH merupakan singkatan dari antepartum inggris). Pada tabel 3 kasus nomor 3
hemorrhage dan PPt adalah singkatan dari diagnosis bekas TB bukan merupakan
placenta previa total. Riw.APH e/c susp. PPt bahasa terminologi medis sehingga tidak
pada sekundigravida h.preterm bdp sc 7 th memiliki unsur pembentuk terminologi
yll memiliki unsur-unsur pembentuk yaitu medis. Terminologi medis yang tepat adalah
ante (prefix), partum (root), hemo (root), sequelae tuberculosis atau dapat disingkat
rhage (suffix), placenta (root), previa (root) sequelae TB yang memiliki unsur-unsur
dantotalis (root). Penggunaan bahasa pembentuk yaitu tubercul- (root) dan –osis
terminologi yang tepat memiliki minimal (suffix). Berdasarkan hasil pengamatan
satu root dan menggunakan bahasa penggunaan bahasa terminologi medis yang
terminologi medis yang sesuai dengan tidak tepat disebabkan oleh penulisan
sistem klasifikasi penyakit. Tetapi perlu diagnosis yang menggunakan bahasa
diperhatikan bahwa tidak semua bahasa Indonesia, kurangnya sosialisasi tentang
terminologi medis dapat di bagi menjadi penggunaan bahasa terminologi medis yang
unsusr-unsur pembentuk. Bahasa tepat sehingga petugas medis belum
terminologi medis yang dapat dibagi mengetahui secara luas dampak yang
menjadi unsur-unsur pembentuk adalah ditimbulkan dari ketidaktepatan penggunaan
bahasa greek dan bahasa latin. bahasa terminologi medis.
Penggunaan lebih dari satu perolehan Keakuratan kode diagnosis lembar
istilah untuk penyakit yang sama ringkasan masuk dan keluar tahun 2012
menyulitkan dalam pengumpulan dan di RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso
perolehan informasi morbiditas dan Kab. Wonogiri
mortalitas yang akurat dan tepat (Hatta, Pengkodean morbiditas sangat
2010). Penggunaan bahasa terminologi bergantung pada diagnosis yang ditetapkan
medis yang tidak tepat sebesar 43 dokumen dokter yang merawat pasien untuk dijadikan
rekam medis dari 125 dokumen rekam dasar pengukuran statistik morbiditas

119
(Hatta, 2010). Terminologi medis yang Penggunaan bahasa terminologi medis
tercantum pada diagnosis digunakan sebagai yang tidak tepat sebesar 43 dokumen rekam
dasar penentuan kode. Kualitas data terkode medis dari 125 dokumen rekam medis.
memiliki peran penting dalam meningkatkan Penggunaan bahasa terminologi medis yang
keakuratan kode yang dihasilkan. Ketepatan tidak tepat dengan kode diagnosis yang tidak
bahasa terminologi medis pada lembar RM 1 akurat sebesar 8 dokumen rekam medis. Hal
bulan Maret tahun 2012 sebesar 82 dokumen ini dapat dilihat pada tabel 4.6 kasus nomor
dari 125 dokumen rekam medis.Penggunaan 3 diagnosis Neo BBLR cb smk kode Z38.0.
bahasa terminologi medis yang tepat dengan BBLR bukan merupakan bahasa terminologi
kode diagnosis yang akurat sebesar 66 medis. Terminologi medis yang tepat untuk
dokumen rekam medis. Hal ini dapat dilihat BBLR adalah LBW (Low Birth Weight).
pada tabel 4.5 kasus nomor 1 diagnosis Kode Z38.0 bukan merupakan kode yang
neonatus atermkode Z38.0. Kode Z38.0 akurat karena Z38.0 adalah singleton, born
adalah kode untuk singleton born in hospital in hospital. Kode yang akurat adalah P07.1
merupakan kode yang akurat untuk yaitu other low birth weight. Hal ini dapat
diagnosis tersebut. Penggunaan bahasa terjadi karena kesalahan petugas koding
terminologi medis yang tepat dengan kode dalam memilih lead term sehingga
diagnosis yang tidak akurat sebesar 16 penentuan kode menjadi tidak akurat.Lead
dokumen rekam medis. Hal ini dapat dilihat term sebaiknya berupa penyakit atau cedera
pada tabel 4.6 kasus nomor 2 diagnosis yang merupakan kata benda yang
decomp cordis IHD kode I51.9. kode I51.9 memaparkan kondisi patologis (Hatta, 2010)
bukan merupakan kode yang akurat untuk Penggunaan bahasa terminologi medis
diagnosis decomp cordis IHD karena I51.9 yang tidak tepat dengan kode akurat sebesar
adalah heart diseases, unspecified. Kode ini 35 dokumen rekam medis. Hal ini dapat
tidak akurat, sehingga kode yang akurat dilihat pada tabel 4.5 kasus nomor 3
adalah I25.9 yaitu chronic ischemic heart diagnosis DBD grade III kode A91. DBD
diseases, unspecified. Hal ini dapat terjadi grade III bukan merupakan bahasa
karena teknik penelusuran yang tidak terminologi medis. Diagnosis ini dapat
memperhatikan setiap petunjuk catatan yang ditulis dengan DHF grade III. Hal ini
muncul dibawah istilah pada ICD-10 volume menunjukkan, meskipun penggunaan bahasa
3(Hatta, 2010). Sehingga walaupun terminologi medis yang tidak tepat tetapi
terminologi medis yang digunakan sudah petugas sudah terbiasa dengan bahasa
tepat tidak menjamin kode yang dihasilkan tersebut maka akan mudah bagi petugas
adalah kode yang akurat. Petugas koding untuk melakukan kodefikasi.
juga harus memperhatikan setiap komponen SIMPULAN
dalam diagnosis untuk dicari dalam ICD-10. Ketepatan bahasa terminologi medis
pada dokumen rekam medis rawatinap bulan

120
Maret tahun 2012 sebesar 82 dokumen
rekam medis. Ketidaktepatan penggunaan
bahasa terminologi medis pada dokumen
rekam medis rawat inap bulan Maret tahun
2012 sebesar 43 dokumen rekam medis.
Keakuratan kode diagnosis berdasarkan
terminologi medis pada dokumen rekam
medis bulan Maret tahun 2012 sebesar 101
dokumen rekam medis. Sedangkan
ketidakakuratan kode diagnosis sebesar 24
dokumen rekam medis.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI., Badan PPSDM.,
2007, Standar Profesi Perekam
Medis dan Informasi Kesehatan,
Jakarta

Hatta, Gemala R, editor. 2010. Pedoman


Manjemen Informasi Kesehatan
di Sarana Pelayanan Kesehatan.
Jakarta:UI-Press

WHO. 2005. International Statistical


Classification of Disease and
Related Health Problem Tenth
Revision. Volume 1.

_____. 2005. International Statistical


Classification of Disease and
Related Health Problem Tenth
Revision. Volume 2.

_____. 2005. International Statistical


Classification of Disease and
Related Health Problem Tenth
Revision. Volume3

121

Anda mungkin juga menyukai