Anda di halaman 1dari 5

INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN : 2086 - 2628

HUBUNGAN KONSISTENSI PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA PADA


LEMBAR RM 1 DAN RESUME KELUAR DENGAN AKURASI
PEMILIHAN KODE PADA KASUS PERSALINAN
DI RSUD KOTA SURAKARTA

Yeni Tri Utami


APIKES Citra Medika Surakarta
Email : yenie_03@yahoo.co.id

Abstrak
Tenaga medis sebagai pemberi pelayanan utama pada pasien bertanggung jawab atas kelengkapan
dan kebenaran data, khususnya data klinik, yang tercantum dalam dokumen rekam medis seperti halnya
diagnosis pasien. Beberapa hal yang dapat menyulitkan petugas koding antara lain penulisan diagnosis
tidak lengkap dan tidak terbaca, penulisan diagnosis tidak konsisten, penggunaan singkatan atau istilah
tidak baku sehingga menyebabkan petugas koding salah dalam menetapkan kode diagnosis utamanya.
Akurasi kode diagnosis utama sangat penting karena berkaitan dengan biaya terutama untuk pasien
dengan menggunakan jaminan kesehatan, apabila petugas koding salah dalam menetapkan kode diagnosis
utama dapat menyebabkan perbedaan biaya atau bahwa dapat menyebabkan rumah sakit mengalami
kerugian. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan konsistensi penulisan
diagnosis utama pada lembar RM 1 dan Resume keluar dengan akurasi pemilihan kode pada kasus
persalinan di RSUD Kota Surakarta. Metode : Metode penelitian menggunakan Retrospektif dengan
Sampel yang digunakan adalah 50 DRM kasus persalinan dengan teknik secara acak sistematik yang
diambil pada bulan November 2016. Hasil : Tidak ada hubungan secara signifikan antara kekonsistensian
penulisan diagnosis utama pada lembar RM 1 dan Resume keluar dengan akurasi pemilihan kode pada
kasus persalinan, diperoleh dari hasil perhitungan chi square nilai sig 0,365 ( > 0.05).
Kata Kunci: Konsistensi, Diagnosis utama, Akurasi kode.

Abstract
Medical workers to main services in patients responsible for the truth of the data, especially data clinic
which set forth in a document record medical like diagnosis patients. Some things that can be complicate
the officers coding among others writing diagnosis is not complete and illegible, writing diagnosis is not
consistent, the use of abbreviations or terms is raw so as to cause officers coding wrong in setting code
diagnosis main. Accuracy code diagnosis main very important because relating to expense especially to
patients with use of the health insurance, when officers coding wrong in setting code diagnosis main can
cause difference in cost of or that can cause hospital a loss of. Purpose: this study attempts to know
whether there was an association consistency of writing diagnosis main in pieces medical record 1 and
resumes out with accuracy election code in the case childbirth at RSUD Kota Surakarta. Method: method
the research uses retrospective from used is 50 documents of medical record cases childbirth to technique
at random systematic taken in November 2016. Result Result: there was no contact significantly between
the writing of major diagnosis that are consistent in pieces medical record 1 and resumes out with
accuracy the election code in the case of childbirth, obtained from a result of calculation chi square
significant value 0,365 (>0.05 ).
Keywords: consistency , diagnosis main , accuracy code

PENDAHULUAN atau istilah yang tidak baku atau tidak dipahami,


Menurut Permenkes RI No. 269/ Menkes/ Per/ dan keterangan atau rincian penyakit yang tidak
III/ 2008 tentang Rekam Medis, rekam medis sesuai dengan sistem klasifikasi yang digunakan
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen (Depkes, 2006).
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, Ketidakakuratan kode diagnosis akan
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan mempengaruhi data dan informasi laporan,
kepada pasien. Rekam medis merupakan salah satu ketepatan tarif INA-CBG’s yang pada saat ini
bagian yang penting di rumah sakit karena digunakan sebagai metode pembayaran untuk
membantu dalam penentuan kode diagnosis yang pelayanan pasien dengan asuransi atau jaminan.
diberikan oleh dokter kepada pasien. Beberapa hal Dalam hal ini apabila petugas kodefikasi (coder)
yang dapat menyulitkan petugas koding antara lain salah mengkode penyakit, maka jumlah
adalah penulisan diagnosis tidak lengkap, pembayaran klaim juga akan berbeda. Tarif
penulisan diagnosis utama pada lembar RM 1 dan pelayanan kesehatan yang rendah tentunya akan
resume medis tidak konsisten sehingga menyulikan merugikan pihak rumah sakit, sebaliknya tarif
coder dalam menentukan kode diagnsosis utama, pelayanan kesehatan yang tinggi terkesan rumah
tulisan yang tidak terbaca, penggunaan singkatan sakit diuntungkan dari perbedaan tarif tersebut

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 56


INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN : 2086 - 2628

sehingga merugikan pihak penyelenggara jaminan diberikan dan/atau spesialisasi perawatan, tercatat
maupun pasien (Hamid, 2013). sebagai ‘kondisi lain’, maka yang terakhir ini
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dipilih kembali sebagai ‘kondisi utama’.
bagaimana konsistensi penulisan kode diagnosis Rule MB 2 (Beberapa kondisi dicatat sebagai
utama pada lembar RM 1 dan Resume keluar yang kondisi utama)
dihubungkan dengan tingkat akurasi pemilihan Kalau beberapa kondisi yang tidak bisa dikode
kode diagnosis utama pada kasus persalinan di bersamaan tercatat sebagai ‘KU’, dan catatannya
RSUD Kota Surakarta. menunjukkan bahwa satu di antaranya adalah
kondisi utama pada asuhan pasien, pilihlah kondisi
TINJAUAN PUSTAKA tersebut. Kalau tidak, pilih kondisi yang pertama
Kekonsistensian pencatatan diagnosis kali disebutkan.
Kekonsistensian pencatatan diagnosis adalah Rule MB 3 (Kondisi yang dicatat sebagai
isian dalam rekam medis hendaknya bisa ‘kondisi utama’ ternyata merupakan gejala dari
menunjukkan runtutan pola pikir sejak awal kondisi yang telah didiagnosis dan diobati)
menerima pasien hingga memulangkannya. Sangat Kalau suatu gejala atau tanda (biasanya bisa
wajar jika dugaan seorang dokter terhadap diklasifikasikan pada Bab XVIII), atau suatu
kemungkinan penyakit pasiennya (diagnosis) masalah yang bisa diklasifikasikan pada Bab XXI,
berubah di tengah perjalananya dalam merawat dicatat sebagai ‘KU’, dan ini jelas merupakan
pasien tersebut asalkan perubahan arah pemikiran tanda, gejala atau masalah dari kondisi yang telah
ini di dukung oleh alasan yang rasional dan bukti didiagnosis di tempat lain dan telah dirawat,
yang kuat, misalnya dari hasil pemeriksaan pilihlah kondisi yang didiagnosis tersebut sebagai
penunjang. (Sudra, 2016). ‘KU’.
Faktor-faktor yang menyebabkan seringnya Rule MB 4 (Spesifisitas)
diagnosa utama tidak terisi diantaranya waktu Bilamana diagnosis yang tercatat sebagai
dokter yang sempit, pasien yang banyak, pasien ‘kondisi utama’ menguraikan suatu kondisi secara
yang datang tidak terdaftar sebelunya, beban kerja umum, sedangkan suatu istilah yang bisa
yang banyak. Selain itu juga belum adanya memberikan informasi yang lebih tepat mengenai
kebijakan yang memberlakukan singkatan dan tempat atau bentuk kondisi tersebut tercatat di
belum adanya kebijakan yang mengatur jalannya tempat lain, pilihlah yang terakhir ini sebagai
pengisian diagnosa utama. ‘KU’.
Dalam konsistensi penulisan diagnosis ini Rule MB5 (Alternatif Main Diagnosis)
komunikasi antar petugas sangat diperlukan. Dan Bilamana suatu gejala atau tanda dicatat
juga kesadaran petugas akan pentingnya sebagai ‘kondisi utama’ dengan suatu petunjuk
kelengkapan pengisian dokumen rekam medis bahwa mereka bisa disebabkan oleh suatu kondisi
khususnya RM 01 dan resume medis yang isinya atau kondisi lain, pilihlah gejala tersebut sebagai
mengandung informasi yang penting juga sangat ‘kondisi utama’. Kalau dua kondisi atau lebih
dibutuhkan, karena hal ini berpengaruh terhadap tercatat sebagai pilihan diagnostik untuk kondisi
mutu dan hal-hal yang terkait didalamnya. utama, pilihlah kondisi pertama yang tercatat.
(Setianto, 2013). (WHO, 2004)

Ketentuan ICD-10 dalam Reseleksi Kode METODE


Diagnosis Utama Metode penelitian yang digunakan dalam
Banyak kejadian, masalah keluhan utama yang penelitian ini adalah metode analitik dan
dicatat oleh dokter tidak konsisten dengan definisi pendekatan yang digunakan adalah Retrospektif.
WHO. Dengan kata lain, tidak ada keluhan utama Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota
yang telah dispesifikkan. Untuk mengatasi hal Surakarta dengan waktu penelitian berlangsung
tersebut maka WHO telah mengembangkan satu mulai bulan Oktober-November 2016. Populasi
set ketentuan aturan (rules) yag dapat digunakan dalam penelitian ini adalah DRM Pasien dengan
dan menjamin bahwa kondisi utama yang dipilih kasus persalinan pada triwulan III tahun 2016
dan dikode menggambarkan kondisi yang semata sejumlah 337 dokumen. Sampel yang digunakan
bertanggungjawab bagi satu episode pelayanan. dalam penelitian ini adalah 50 DRM kasus
Coder harus terbiasa dengan ketentuan ini dan persalinan dengan teknik pengambilan sampel
mampu menggunakannya. secara acak sistematik. Variabel bebas dari
Rule reseleksi kondisi utama dibagi menjadi 5 : penelitian ini adalah konsistensi penulisan
Rule MB 1 (Keluhan sederhana dicatat sebagai diagnosis utama pada lembar RM 1 dan resume
keluhan utama, sedangkan keluhan yang lebih keluar, dan variabel terikat dalam penelitian ini
signifikan (bermakna) dinyatakan sebagai keluhan adalah akurasi pemilihan kode diagnosis utama.
tambahan) Metode pengumpulan data yang digunakan dengan
Ketika kondisi minor atau yang telah wawancara kepada petugas koding, dan observasi.
berlangsung lama, atau masalah insidental, tercatat Teknik Analisa Data dibantu dengan
sebagai ‘kondisi utama’, sedangkan kondisi yang menggunakan komputer program SPSS for
lebih berarti, relevan dengan pengobatan yang windows versi 21. Analisis yang digunakan untuk

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 57


INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN : 2086 - 2628

mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu Pada lembar IGD, asuhan keperawatan dan
variabel bebas dan variabel terikat adalah dengan kebidanan menunjukkan pasien datang dengan
menggunakan uji statistik yaitu Chi square. kondisi Ketuban Pecah Dini (KPD).
Hal ini sangat menyulitkan bagi petugas koding
HASIL DAN PEMBAHASAN dalam melakukan pengkodean diagnosis pasien
Konsistensi penulisan Diagnosis utama karena petugas koding biasanya terpacu pada
Konsistensi Penulisan Diagnosis Utama Pasien lembar RM 1 dan lembar Resume keluar. Hal ini
Pada Lembar RM 1 dan Formulir Resume Pulang sesuai dengan Abiyasa (2012) ada hubungan antara
di RSUD Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel spesifisitas diagnosis utama dan akurasi kode
berikut ini: penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa pada
penulisan diagnosis utama yang tidak spesifik akan
Tabel 1. Konsistensi penulisan Diagnosis utama menghasilkan kode diagnosis utama yang tidak
No Penulisan Freku Prosentase akurat yang lebih besar dibandingkan penulisan
Diagnosis ensi (%) diagnosis utama yang spesifik.
1 Konsisten 42 84 Akurasi Pemilihan Kode Diagnosis Utama
2 Tidak 8 16 Hasil akurasi pemilihan kode diagnosis pasien
Konsisten rawat inap kasus persalinan pada tribulan III tahun
2016, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jumlah 50 100
Tabel 2. Akurasi Pemilihan Kode Diagnosis
utama
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa No Akurasi Frekuensi Prosentase
sebagian besar dokter dalam memberikan Pemilihan (%)
diagnosis pasien pada lembar RM 1 dan Resume Kode
Keluar sudah konsisten. 1 Tepat 18 36
Data ini menunjukkan bahwa dokter yang ada
2 Tidak Tepat 32 64
di RSUD Kota Surakarta khususnya dokter yang
menangani kasus persalinan sudah mengetahui Jumlah 50 100
bahwa kekonsistensian ini saat penting karena akan
digunakan sebagai dasar petugas koding dalam Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa
menentukan kode diagnosis utama pasien. Melihat sebagian besar akurasi pemilihan kode diagnosis
pentingnya data lembar ringkasan masuk keluar utama oleh petugas koding tidak tepat.
bagi perawatan pasien, maka lembar ini harus diisi Penyebab dari ketidaktepatan dalam pemilihan
selengkap mungkin setelah pasien keluar/pulang, kode diagnosis utama tersebut berdasarkan
termasuk pengisian diagnosis utama dan tindakan wawancara dan observasi kepada petugas koding
yang diberikan kepada pasien. Bila diagnosis adalah sebagai berikut : Diagnosis utama yang
utama dan tindakan yang diberikan kepada pasien telah ditetapkan oleh dokter di lembar RM 1 dan
tidak ditulis, ditulis namun tidak jelas atau Resume Keluar tidak sesuai dengan lembar IGD,
diagnosis yang ditulis salah dapat menyebabkan Lembar Persalinan, Lembar Asuhan keperawatan,
kesulitan dalam pemberian kode penyakit dan sehingga membingungkan petugas koding dalam
dapat berakibat kurangnya keakuratan penyajian memilih kode diagnosis utamanya dengan tepat,
data-data statistik dan pelaporan rumah sakit diagnosis yang ditetapkan oleh dokter tidak
(Nurdiyansah, 2016). spesifik, tulisan diagnosis yang ditetapkan oleh
Dari data penelitian juga diketahui bahwa 100 dokter tidak terbaca, sehingga menyulitkan petugas
% (50 Dokumen) ditemukan bahwa dokter sudah koding dalam memilih kode diagnosis utama
menuliskan diagnosis utama di lebar RM 1 pasien.
maupun di lembar resume keluar. Hal ini sesuai Faktor kelelahan dari petugas koding juga
dengan penelitian dari Nurdiyansah (2016), menjadi salah satu penyebab karena beban kerja
diketahui bahwa tidak terisi atau dituliskannya petugas koding yang terlalu tinggi. RSUD Kota
diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk dan Surakarta hanya ada 1 petugas koding yang
keluar akan berhubungan dengan terkodenya mengkode diagnosis pasien baik rawat inap
diagnosis dikarenakan petugas rekam media harus maupun rawat jalan, kurang telitinya petugas
mengkonfirmasi dokter untuk menuliskan petugas koding dalam membaca tulisan dokter,
diagnosis dan membutuhkan waktu sehingga serta petugas kurang teliti dalam melilih kode
proses kodefikasi akan terlambat. diagnosis utama karena petugas koding hanya
Akan tetapi dari data penelitian diketahui terpaku terhadap diagnosis utama yang ditetapkan
bahwa dokter tidak menuliskan diagnosis secara oleh dokter tanpa melakukan reseleksi kode utama
spesifik atau tidak menyertakan kondisi lain yang berdasarkan ICD 10 dimana ada reseleksi MB 1 –
lebih berarti, contoh : MB 5.
Diagnosis utama pada RM 1: Partus Spontan Berdasarkan hasil penelitian Servasius (2013),
Pada lembar Resume Keluar : Partus Spontan didapatkan hasil bahwa dalam kegiatan koding
sering terjadi kesalahan pemberian kode karena
petugas koding tidak dapat membaca tulisan

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 58


INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN : 2086 - 2628

dokter. Dari hasil penelitian dari 50 dokumen koding rawat jalan dan rawat inap, dan masa kerja
diketahui sebagian besar dokter menuliskan petugas koding 2 tahun. Untuk menangani hal
diagnosis jelas terbaca walaupun sebagian juga tersebut petugas koding sudah menanyakan kepada
masih ada beberapa dokter yang tidak jelas dokter atau tenaga kesehatan yang terkait apabila
menuliskan diagnosis sehingga menyulitkan tidak bisa atau ragu dalam menentukan diagnosis
petugas koding dalam melakukan pemilihan kode utama, akan tetapi karena kesibukan dokter
diagnosis utama pasien. Hal ini juga sesuai dengan maupun tenaga koding tersebut terkadang tidak
penelitian Nurdiyansah (2016) bahwa Terdapat sempat untuk bertanya terlebih dahulu apabila ada
hubungan yang signifikan antara kejelasan kesulitan.
penulisan diagnosis utama pada lembar ringkasan Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian yang
masuk dan keluar dengan terkodenya diagnosis. dilakukan oleh Riyanti (2013) terdapat pengaruh
Ketidakjelasan penulisan diagnosis utama akan variabel beban kerja dan ketepatan terminologi
menghambat pekerjaan pengode dalam mengode medis terhadap keakuratan kode diagnosis. Jadi
diagnosis rekam medis karena coder harus mencari beban kerja petugas koding yang tinggi di RSUD
dokter dan mengkonfirmasi ketidakjelasan kota Surakarta dapat dikatakan sebagai salah satu
penulisan diagnosis. faktor penyebab ketidaktepatan pemilihan
Hubungan Konsistensi Penulisan Diagnosis diagnosis utama pasien pada kasus persalinan.
pada Lembar RM 1 dan Resume Keluar
dengan akurasi pemilihan diagnosis utama KESIMPULAN
pasien kasus persalinan Tidak ada hubungan secara signifikan antara
kekonsistensian penulisan diagnosis utama pada
Hasil analisis yang dilakukan diperoleh data lembar RM 1 dan Resume keluar dengan akurasi
sebagai berikut : pemilihan diagnosis utama pasien kasus persalinan
Tabel 3. Analisis Bivariat antar Variabel pada triwulan III tahun 2016 di RSUD Kota
Surakarta diperoleh dari hasil perhitungan chi
Penulisan Pemilihan Kode Jumlah Sig square diperoleh sig 0,365 ( > 0.05).
Diagnosis Diagnosis utama Penelitian ini hanya terbatas pada kasus
Tepat Tidak persalinan saja sehingga belum dapat mengetahui
Tepat secara keseluruhan pada kasus yang lainnya. Pada
N % N % N % penelitian selanjutnya diharapkan dapat
Konsisten 14 28 28 56 42 84 0.365 menggunakan sampel pada seluruh kasus (tenaga
Tidak 4 8 4 8 8 16 medis per spesialis) sehingga dapat memberikan
Konsisten gambaran secara lebih spesifik dan komplek.
Jumlah 18 36 32 64 50 100

Dari tabel diatas dapat diketaui hubungan DAFTAR PUSTAKA


konsistensi penulisan diagnosis pada lembar RM 1 Abiyasa M, Ernawati D, Kresnowati L. 2012.
dan Resume Keluar dengan akurasi pemilihan Hubungan Antara Spesifitas Penulisan
diagnosis utama pasien kasus persalinan pada Diagnosis Terhadap Akurasi Kode Pada RM
triwulan III tahun 2016 di RSUD Kota Surakarta 1 Dokumen Rawat Inap Rumah Sakit
berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan Bhayangkara Semarang. JURNAL VISIKES.
chi square diperoleh nilai sig 0,365, maka Ho 11 (2) : 99-104
diterima dan Ha ditolak artinya Konsistensi Depkes RI. 2006. Pedoman Pengelolaan Rekam
Penulisan Diagnosis pada Lembar RM 1 dan Medis Rumah Sakit Indonesia. Jakarta.
Resume Keluar tidak mempunyai hubungan yang Hatta, G.R. 2016. Pedoman Manajemen Informasi
signifikan dengan akurasi pemilihan diagnosis Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan.
utama pasien kasus persalinan berdasarkan ICD- Jakarta: Universitas Indonesia.
10. Hamid. 2013. Hubungan Ketepatan Penulisan
Menurut Depkes (2006) bahwa yang Diagnosis Dengan Keakuratan Kode
menyebabkan ketidak akuratan kode diagnosis bisa Diagnosis Kasus Obstetri Gynecology
dari tenaga medis (dokter), tenaga rekam medis Pasien Rawat Inap Di RSUD. Dr. Saiful
(petugas koding) dan tenaga kesehatan lainnya. Anwar Malang. Naskah Publikasi :
Dalam penelitian ini konsistensi penulisan Universitas Muhammadiyah Surakarta
diagnosis dokter pada RM 1 dan Resume Keluar Keputusan Menteri Kesehatan. 2008. No.
bukan merupakan penyebab terjadinya ketidak 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam
tepatan pemilihan kode diagnosis utama, akan Medis
tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor yang Nurdiyansyah A, Mardiyoko I. 2016. Hubungan
lainnya salah satu faktor yang menyebabkan Keterisian Dan Kejelasan Diagnosis Utama
petugas koding salah dalam pemilihan diagnosis Pada Lembar Ringkasan Masuk Dan Keluar
utama pasien adalah salah membaca tulisan dokter Dengan Terkodenya Diagnosis Di Rs
dan beban kerja petugas yang sangat tinggi karena Bhayangkara Yogyakarta. Jurnal
hanya ada 1 petugas koding yang menangani

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 59


INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN : 2086 - 2628

Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia.


4 (2) : 74-80
Riyanti. 2013. Pengaruh Beban Kerja Coder Dan
Ketepatan Terminologi Medis Terhadap
Keakuratan Kode Diagnosis Penyakit Gigi
Di RSJ Grhasia DIY Tahun 2012. Naskah
Publikasi. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Setianto D, Kun K. 2013. Tinjauan Keakuratan
Penetapan Kode Diagnosis Utama
Berdasarkan Spesifikasi Penulisan Diagnosa
Utama Pada Dokumen Rekam Medis Rawat
Inap Di Rumah Sakit Permata Medika
Semarang Periode 2012. Artikel Ilmiah :
UDINUS Semarang
Sudra R. 2016. Materi pokok Rekam Medis.
Tangerang Selatan : Universitas terbuka
WHO. 2004. International Statistical
Classification of Disease and Related Health
Problem Tenth Revision. Volume 1, 2, 3.

Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan 60

Anda mungkin juga menyukai