Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENGARUH KETIDAKTEPATAN KODE DIAGNOSIS DAN KODE

TINDAKAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMINAN KESEHATAN


NASIONAL TERHADAP TARIF DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WANGAYA KOTA DENPASAR
Yohana Fransiska Nanjo1, Bambang Hadi Kartiko2*, Ni Luh
Gede Ari Natalia Yudha3 1Perekam dan Informasi Kesehatan
Universitas Dhyana Pura, Bali, Indonesia
Email: 17120901051@undhirabali.ac.id, dr.bhkmb@gmail.com

ABSTRAK
Pengkodingan merupakan salah satu bagian di instalasi rekam medis yang berkaitan dengan
pengkodean diagnosis penyakit dan tindakan yang telah diberikan kepada pasien berdasarkan ICD-10
maupun ICD-9 CM. Ketidaktepatan koding adalah suatu bentuk ketidaksesuaian penulisan diagnosis
penyakit dan tindakan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan dalam ICD-10 dan ICD-9 CM.
Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Juni 2021 didapatkan berkas yang dikembalikan sebanyak
132 berkas klaim pasien rawat inap peserta JKN di RSUD Wangaya Kota Denpasar. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh ketidaktepatan kode diagnosis dan kode tindakan pasien rawat inap peserta
JKN terhadap tarif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya Kota Denpasar. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian cross
sectional, populasi dalam penelitian ini adalah 1.079 rekam medis, sampel penelitian ini sebanyak 132
rekam medis, instrumen penelitian menggunakan alat tulis kantor, buku catatan, pedoman observasi,
checklist, rekam medis pasien rawat inap peserta JKN, ICD-10 dan ICD-9 CM, sistem informasi di RSUD
Wangaya Kota Denpasar. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil dari
penelitian ini dari 132 berkas klaim pasien rawat inap peserta JKN didapatkan ketidaktepatan kode
diagnosis sebanyak 90 (68,2%) dan ketidaktepatan kode tindakan sebanyak 85 (64,4%) dan tarif yang
tidak tepat sebanyak 80 (60,6%) berkas. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan ketidaktepatan kode diagnosis dan ketidaktepatan kode tindakan terhadap tarif
rumah sakit pasien rawat inap peserta JKN dengan nilai p value 0,000 < 0,05 pada ketidaktepatan kode
diagnosis dan ada pengaruh yang signifikan antara ketidaktepatan kode tindakan terhadap tarif rumah
sakit di RSUD Wangaya Kota Denpasar, dengan nilai p value 0,005 < 0,05.
Kata kunci: Ketidaktepatan kode diagnosis, ketidaktepatan kode tindakan, tarif rumah sakit

ABSTRACT
Coding inaccuracy is a form of discrepancy in the writing of disease diagnoses and actions with
the classifications set out in the ICD-10 and ICD-9 CM. Coding is one part of the medical record
installation that deals with coding disease diagnoses and actions given to patients based on ICD-10 and
ICD-9 CM. This study aimed to determine the effect of the inaccuracy of the diagnosis code and the code
of action of inpatients of JKN participants on the rates at the Wangaya Regional General Hospital
(RSUD) Denpasar City. Based on the results of initial observations in June 2021, It returned 132 files to
claim files of JKN inpatients at Wangaya Hospital, Denpasar City. The type of research used in this
study is quantitative analytic with a cross-sectional, the population in this study was 1,079 medical
records, and the sample of this study was 132 medical records, and research instruments used office
stationery, notebooks, observation guidelines, checklists, and medical records. Inpatients participated in
JKN, ICD-10, and ICD-9 CM, information systems at Wangaya Hospital, Denpasar City. The data
analysis technique used univariate and bivariate analysis. The results of this study from 132 claim files
of inpatient JKN participants obtained 90 (68.2%) inaccuracies in the diagnosis code and 85 (64.4%)
inaccuracies in the regulation of activities, and 80 (60.6%) incorrect rates file. The conclusion of this
study showed that there was a significant effect of the inaccuracy of the diagnosis code and the
inaccuracy of the code of action on hospital rates for JKN inpatients with a p-value of 0.000 <0.05 on
the inaccuracy of the diagnosis code and there is a significant effect between the inaccuracy of the code
of action on rates hospital at Wangaya Hospital, Denpasar City, with a p-value 0.005 <0.05.
Keywords: Inaccuracy of diagnosis code, inaccurrate code of action, hospital rates

86
Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
PENDAHULUAN petugas rekam medis. Guna pemberian kode
Rumah Sakit yakni lembaga yang yang benar dan sesuai. catatan medis lengkap
menawarkan berbagai layanan kesehatan sangat penting. Rekam medis diharuskan berisi
pribadi, termasuk perawatan darurat, rawat semua ringkasan pemulangan, lembar operasi,
jalan, dan rawat inap. Secara umum, rumah laporan prosedur, laporan patologi, dan resume
sakit dapat menawarkan layanan berkualitas pulang pasien agar dapat dikodekan. Contoh
tinggi kepada pasien sebagai bagian dari sistem implikasi ketidaksesuaian kode diagnos yakni
perawatan kesehatan (Undang-Undang dokter tidak mencatat diagnosa secara akurat
Republik Indonesia Nomor 44, 2009). sehingga menyebabkan petugas rekam medis
Salah satu aspek paling penting di salah menggunakan kode diagnosa (Hatta,
rumah sakit yakni catatan medis dikarenakan 2012). Pentingnya memasukkan kode diagnosis
tugas mereka memberikan wawasan pasien yang dalam berkas catatan medis secara tepat, karena
akurat sehingga manajemen dapat kode diagnosis yang salah atau kode yang tidak
menggunakannya untuk meningkatkan standar selaras dengan ICD-10 dan ICD-9 CM dapat
pelayanan rumah sakit. File adalah riwayat memberikan pengaruh data, wawasan pelaporan
kesehatan pasien yang memuat informasi dan keakuratan tarif INA-CBG saat ini, seperti
tentang identitas pasien, yang telah menerima serta menurunkan tingkat pembayaran untuk
penilaian, pengobatan, intervensi, dan layanan perawatan pasien. Tingginya biaya layanan
lainnya. Penggunaan rekam medis untuk kesehatan, di sisi lain, tampaknya membuat
perawatan pasien, sebagai alat bukti dalam pihak rumah sakit diuntungkan dari selisih
perkara hukum yang menyangkut tindakan harga hingga merugikan penyelenggara jaminan
medis, sebagai dasar untuk membayar biaya kesehatan dan pasien. Rendahnya tingkat
perawatan kesehatan, serta untuk alasan pelayanan kesehatan tentunya akan berdampak
penelitian, pendidikan, dan pendidikan, pada rumah sakit (Mukhtadi, 2013).
semuanya merupakan keuntungan. (Permenkes, Berdasarkan hasil observasi awal pada
2008). bulan Juni Tahun 2021 di Rumah Sakit Umum
Pengkodingan adalah bagian dari Daerah Wangaya Kota Denpasar didapatkan
pengaturan catatan medis yang mencakup kode berkas yang dikembalikan sebanyak
untuk diagnosis dan terapi penyakit. Tugas 132 berkas klaim pasien rawat inap peserta
seorang pembuat kode adalah memberikan kode JKN. Hal ini disebabkan oleh karena
untuk setiap diagnosis penyakit dan pengobatan ketidaktepatan kode diagnosis dalam kategori
yang telah diterima pasien berdasarkan ICD- 10 tidak tepat sebanyak 90 (68,2%) sedangkan
maupun ICD-9 CM. Coder juga bertanggung ketidaktepatan kode tindakan dalam kategori
jawab atas perawatan pasien dan kebenaran tidak tepat sebanyak 85 (64,4%). Akibat dari
kode diagnostik (Susanto, 2013). ketidaktepatan kode diagnosis dan kode
Ketidaktepatan koding adalah suatu bentuk tindakan tersebut terjadi ketidaktepatan tarif
ketidaksesuaian penulisan diagnosis penyakit sebanyak 80 (60,6%) berkas. Hal ini
menunjukkan bahwa tarif pasien mungkin lebih
dan perilaku yang termasuk dalam kategori
tinggi atau kurang dari tarif riil yang ditentukan
tertentu dalam ICD-10 dan ICD-9 CM. Ahli
rumah sakit, sehingga perihal ini dapat
medis yang merawat pasien atau yang bertugas
mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya
mengenali kondisi primer harus membuat
yang harus ditanggung pasien apabila tarifnya
diagnosis agar kode diagnostik ini akurat yang
lebih tinggi dari yang seharusnya dan pihak
akan menjadi dasar untuk menghitung data
rumah sakit diuntungkan, tetapi
morbiditas. Rekam medis yang tersedia harus
sebaliknya bila tarifnya lebih rendah dari yang
digunakan oleh pembuat kode untuk
seharusnya dimana pasien membayar lebih kecil
menentukan penyakit dan prosedur yang akan
maka rumah sakit dirugikan. Berdasarkan hasil
diberi kode. Untuk klasifikasi yang akurat, observasi tersebut tarif rumah sakit selain
catatan medis lengkap diperlukan (Hatta, 2011). dipengaruhi oleh kode diagnosis dan kode
Koder bekerja bedasarkan pedoman perilaku tindakan juga dipengaruhi oleh jenis Pelayanan
dokter dan pernyataan diagnosis. Coder harus Medis, yang meliputi: pemeriksaa, visite,
memperhatikan dengan seksama pernyataan tindakan operatif, jenis penyakit, dan lain-lain
mengenai gejala, pengobatan, dan proses medis serta pemeriksaan penunjang medis
lainnya yang mengakibatkan diagnosis tidak yang meliputi: pemeriksaan laboratorium,
lengkap, serta pernyataan dan prosedur yang radiologi, rehabilitasi medis, gizi, farmasi, dan
menciptakan informasi baru tentang diagnosis lain-lain (Permenkes No.85,2015).
dan terapi yang telah ditentukan oleh dokter Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
(Hatta, 2014). Kota Denpasar memiliki 1 orang rekam medis
Ketepatan kode diagnosis yakni contoh dengan pendidikan Sarjana Perekam Informasi
aspek utama yang perlu diberikan perhatian dari

87
Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
Kesehatan (S.PIK) dan 2 orang dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan Diploma (D3). Petugas administrasi Riset ini dilaksanakan dari bulan Juli-
ruang pendidikan bukan dari tenaga kesehatan Agustus tahun 2022 dengan menganalisis
dan belum pernah melakukan pelatihan tentang pengajuan klaim peserta JKN di Instalasi JKN
kode diagnosis sehingga kode yang ditetapkan RSUD Wangaya Kota Denpasar. Riset ini
tidak tepat. Sesuai Keputusan Menteri memiliki tujuan guna memahami implikasi kode
Kesehatan Nomor 337/SK/III/2007 tentang diagnostik dan kode perilaku pasien rawat inap
Standar Profesi Perekam Informasi Kesehatan peserta JKN yang salah terhadap tarif di RSUD
menyatakan kalau contoh kemampuan rekam Wangaya Kota Denpasar. Total data pengakuan
medis yakni mengidentifikasi kode pasien rawat inap peserta JKN di Instalasi JKN
diagnosis dan tindakan medis yang selaras RSUD Wangaya Kota Denpasar pada periode
dengan kategorisasi yang digunakan di triwulan 1 (Januari, Februari, Maret) tahun 2021
Indonesia. Tidak ada verifikasi keakuratan yang diteliti dalam penelitian ini berjumlah 132
pengkodean yang dilakukan oleh petugas rekam medis. Skala penelitian yang digunakan
administrasi hingga saat ini. Melihat konteks adalah skala nominal yaitu, tingkat data
seperti yang telah disebutkan, akademisi sedang terendah berdasarkan tingkat pengukuran,
mempertimbangkan guna melaksanakan riset dengan varian nol dan hanya satu jenis data.
berjudul “Analisis Pengaruh Ketidaktepatan Hasil observasi mengevaluasi implikasi
Kode Diagnosis dan Kode Tindakan Pasien ketidaksesuaian kode diagnosis dan kode
Rawat Inap Peserta Jaminan Kesehatan tindakan pasien rawat inap peserta JKN
Nasional Terhadap Tarif Di Rumah Sakit terhadap tarif di RSUD Wangaya Kota
Umum daerah wangaya kota denpasar” Denpasar memakai dua analisis yakni analisis
Tujuan Penelitian ini adalah pelayanan rumah univariat dan analisis bivariat:
sakit ini berfungsi sebagai alat waktu Analisis Univariat
pengukuran atau pengamatan data dalam satu Setiap variabel dari temuan penelitian
waktu dan dilakukan terhadap variabel terikat menjalani analisis variat tunggal, yang
dan variabel bebas. Strategi ini melibatkan kemudian dipakai guna menghitung persentase
pemeriksaan korelasi antara satu variabel variabel bebas dan variabel terikat serta
dengan variabel lainnya (Nursalam, 2003). distribusi frekuensinya. Variabel terikat pada
Ukuran sampel termasuk 132 rekam medis riset yakni tarif di Rumah Sakit Wangaya Kota
pasien yang telah mendaftar untuk Jaminan Denpasar. Untuk peserta JKN yang rawat inap,
Kesehatan Nasional Indonesia pada Instalasi kesalahan kode diagnosis dan kode tindakan
JKN RSUD Wangaya Kota Denpasar periode merupakan variabel bebas pada tabel.:
triwulan 1 tahun 2021. Sampel diambil Total
sampling merupakan strategi pengambilan Ketidaktepatan Kode Diagnosis Pasien
sampel dimana populasi 132 berkas klaim yang Rawat Inap Peserta JKN di RSUD Wangaya
dikembalikan oleh pasien rawat inap yang Kota Denpasar
terdaftar di JKN sama dengan jumlah sampel Ketidaktepatan kode diagnosis dalam
yang digunakan dengan kode diagnosis dan penelitian ini merupakan ketidaktepatan kode
kode tindakannya tidak tepat periode triwulan 1 diagnosis yang sesuai dengan ICD-10 yang
tahun 2021. Data yang diperoleh kemudian dipilih oleh dokter dan petugas pembuat kode
dimasukkan kedalam kartu kode sesuai dengan dan disertakan dengan diagnosis pasien pada
hasil pengamatan. Metode pengumpulan data sistem informasi RSUD Wangaya Kota
yang dipakai yakni pengamatan dengan Denpasar dengan sistem INA-CBG’s (SOP
penglihatan secara langsung ke data. rekam Pengkodingan di RSUD Wangaya Kota
medis untuk klaim BPJS dan mencatat Denpasar). Berikut frekuensi distribusi
kesalahan dalam diagnosis dan kode pengobatan ketidaktepatan kode diagnosis pada Berikut
yang dapat berdampak pada tarif masuk rumah tabel berkas klaim peserta JKN yang dirawat
sakit peserta JKN dengan bantuan checklist. di RS Wangaya KotaDenpasar:
Instrumen dalam penelitian ini yakni
menggunakan alat tulis kantor, buku catatan, Tabel 1. Frekuensi Distribusi
pedoman observasi, checklist, rekam medis Ketidaktepatan Kode Diangosis Pasien
Pasien di RS Wangaya Kota Denpasar yang Rawat Inap Peserta JKN di RSUD
menggunakan sistem informasi JKN, ICD-10, Wangaya Kota Denpasar
dan ICD-9 CM. metode analisis data yang Kode Diagnosis F (Jumlah) Persentase (%)
dipakai yakni dengan analisis univariat dan Tepat 42 31,8%
bivariat. Tidak Tepat 90 68,2%
Total 132 100%

88
Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
Berdasarkan data Tabel 3
menunjukkan bahwa dari 132 berkas klaim
Sesuai data Tabel 1 menampilkan pasien rawat inap peserta JKN, didapatkan tarif
kalau dari 132 berkas klaim pasien rawat inap rumah sakit pasien rawat inap dalam kategori
peserta JKN, didapatkan kode diagnosis pasien tepat yaitu 52 (39,4%) dan kategori tidak tepat
rawat inap dalam kategori tepat yaitu 42 yaitu 80 (60,6%).
(31,8%) dan kategori tidak tepat yaitu 90
(68,2%). Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah proses
Ketidaktepatan Kode Tindakan Pasien menguji hubungan antara satu variabel bebas
Rawat Inap peserta JKN di RSUD Wangaya dan satu variabel terikat (Notoatmodjo, 2010).
Kota Denpasar Uji Chi-Square digunakan dalam analisis
Ketidaktepatan kode tindakan dalam bivariat di Rumah Sakit Wangaya Kota
penelitian ini merupakan ketidaktepatan kode Denpasar guna memahami implikasi secara
tindakan yang ditetapkan oleh dokter dan parsial variabel independen, khususnya
petugas koder dengan diagnosa yang tercatat ketepatan kode diagnosis dan kode tindakan,
sesuai dengan aturan pada berkas medik pasien terhadap variabel dependen, khususnya rate.
ICD-9 CM pada sistem informasi RSUD
Wangaya Kota Denpasar dengan sistem INA- Pengaruh Ketidaktepatan Kode Diagnosis
CBG’s (SOP Pengkodingan di RSUD Pasien Rawat Inap Peserta JKN Terhadap
Wangaya Kota Denpasar). Berikut frekuensi Tarif di Rumah Sakit Umum Daerah
distribusi ketidaktepatan kode tindakan pada Wangaya Kota Denpasar
Tabel 2 dibawah ini menampilkan berkas klaim
pasien rawat inap JKN di RS Wangaya Kota Tabel 4 menunjukkan informasi
Denpasar: berikut mengenai dampak kesalahan kode
diagnosis terhadap tarif rawat inap JKN rawat
Tabel 2. Frekuensi Distribusi inap di RSUD Wangaya Kota Denpasar:
Ketidaktepatan Kode Tindakan Pasien
Rawat Inap Peserta JKN di RSUD Tabel 4. Pengaruh Ketidaktepatan Kode
Wangaya Kota Denpasar Dignosis PasienRawat Inap Peserta JKN
Kode F Persentase Terhadap Tarif di Rumah Sakit Umum Daerah
Tindakan (Jumlah) (%) Wangaya Kota Denpasar
Tepat 47 35,6%
Tidak 85 64,4% Tarif Rumah Sakit
Tepat Ketepat Pasien Rawat Inap Total
an Kode JK
Total 132 100% Diagnos
P
N Value
Tarif Rumah Sakit Pasien Rawat Inap is
Tidak
Peserta JKN di RSUD Wangaya Kota Tepat Tepat
Denpasar F %
F % F %
Frekuensi distribusi ketepatan tarif Tepat 2 22,0 1 9,8% 42 31,8
dan pada tabel 3 di bawah ini adalah daftar 9 % 3 %
anggota JKN yang dirawat inap di RS Tidak 2 17,4 6 50,8 0,00
90 68,2
Wangaya Denpasar : Tepat 3 % 7 % % 0
Total 5 39,4 8 60,6 13 100,0
2 % 0 % 2 %
Tabel 3. Frekuensi Distribusi Tarif Rumah
Sakit PasienRawat Inap Peserta JKN di Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan
RSUD Wangaya Kota Denpasar hasil perhitungan pada 132 rekam medis pasien
rawat inap peserta JKN di RSUD Wangaya Kota
Tarif Rumah F Persentase Denpasar, terdapat ketidaktepatan kode
Sakit (Jumla (%) diagnosisnya sebanyak 90 (68,2%) dan dari 90
h) rekam medis tersebut terdapat 67 (50,8%) rekam
Tepat 52 39,4% medis yang tidak tepat dengan tarif rumah sakit,
Tidak Tepat 80 60,6% hal ini menggambarkan bahwa kode diagnosis
Total 132 100% suatu penyakit yang tidak tepat dapat
menyebabkan 2 (dua) kemungkinan terhadap
perhitungan tarifnya, yakni: a) tarif yang

89
Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
dibebankan kepada pasien akan menjadi lebih artinya bahwa disamping kode diagnosisnya yang
tinggi pada tarif yang seharusnya, hal ini dapat tepat dan sesuai dengan unit cost-nya, perhitungan
disebabkan karena terjadinya up-coding, total cost secara keseluruhan dari masing- masing
penetapan kode diagnosis yang “lebih tinggi” dari unit cost juga sesuai dengan besarannya, sehingga
sebenarnya, hal ini dapat disebabkan karena jumlah biaya yang harus ditanggung oleh pasien
terjadinya up-coding yang tarif yang dibebankan secara keseluruhan dengan tarif yang ditentukan
kepada pasien bisa lebih rendah karena adanya rumah sakit.
low-coding yang dilakukan oleh dokter dan Output uji chi-square dengan nilai p 0,000
petugas rekam medis yang bertindak sebagai atau 0,05 menampilkan korelasi antar angka
coder, dan b) dilakukan oleh coders yang bekerja tersebut cukup tinggi di RSUD Wangaya Kota
di industri informasi kesehatan dan dokter yang Denpasar dengan kebenaran kode diagnosis
mendiagnosis. pasien rawat inap JKN.
Kedua keadaan tersebut akan berdampak
baik terhadap pendapatan rumah sakit maupun Pengaruh Ketidaktepatan Kode Tindakan
terhadap pasien, contohnya terjadi up-coding Pasien Rawat Inap Peserta JKN Terhadap
maka pasien harus membayar lebih tinggi dari Tarif Di Rumah Sakit Umum Daerah
tarif yang seharusnya (pendapatan rumah sakit Wangaya Kota Denpasar
lebih besar), atau apabila terjadi low-coding maka Tabel 5. Pengaruh Ketidaktepatan Kode Tindakan
pasien harus membayar lebih rendah dari tarif PasienRawat Inap Peserta JKN Terhadap Tarif di
yang seharusnya (pendapatan rumah sakit lebih Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota
kecil). Denpasar
Berdasarkan hasil perhitungan pada 132 Tarif Rumah Sakit
data klaim pasien rawat inap peserta JKN di Ketidak Pasien Rawat Inap JKN Total
t epatan
RSUD Wangaya Kota Denpasar, didapatkan juga Kode Tidak P
dari 90 (68,2%) rekam medis yang kode Tepat Tepat Val
Tindaka
diagnosisnya tidak tepat terdapat 23 (17,4%) yang n Jum % ue
tepat dengan tarif rumah sakit pasien rawat inap Jum Jum lah
% %
JKN, hal ini menggambarkan bahwa walaupun lah lah
kode diagnosis tidak tepat namun tarif yang Tepat 26 19, 21 15, 47 35,6
dibebankan kepada pasien bisa saja sesuai dengan 7% 9% %
tarif yang seharusnya dibayar oleh pasien yang Tid 26 19, 59 44, 85 64,4 0,0
bersangkutan, hal ini dapat disebabkan oleh ak 7% 7% % 05
kerena tarif secara keseluruhan (total cost) Te
didalam perhitungan berdasarkan komponen biaya pat
(unit cost) (PERMENKES No.85,2015), sehingga 39, 60, 100,
Total 52 4% 80 6% 132 0%
hal ini dapat menyebabkan jumlah keseluruhan
pengeluaran yang menjadi tanggung jawab pasien
selaras pada jumlah tarif yang telah ditetapkan Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
oleh rumah sakit. Berdasarkan hasil perhitungan pada 132 reka
Berdasarkan hasil perhitungan dari 132 medis pasien rawat inap peserta JKN di RSUD
rekam medis pasien rawat inap peserta JKN di Wangaya Kota Denpasar, terdapat
RSUD Wangaya Kota Denpasar, terdapat kode ketidaktepatan kode tindakannya sebanyak
diagnosis yang tepat sebanyak 42 (31,8%) dan 85 (64,4%) dan dari 85 rekam medis tersebut
dari 42 rekam medis tersebut terdapat 13 (9,8%) terdapat 59 (44,7%) yang tidak tepat dengan
rekam medis yang tidak tepat dengan tarif rumah tarif rumah sakit pasien rawat inap, hal ini
sakit pasien rawat inap, hal ini menggambarkan menggambarkan bahwa kode tindakan suatu
bahwa tidak semua kode diagnosis yang tepat tindakan medis yang tidak tepat dapat
secara otomatis tarifnya tepat, hal ini karena menyebabkan 2 (dua) kemungkinan terhadap
perhitungan tarif di rumah sakit sesuai aspek perthitungan tarifnya yaitu: a) tarif yang
biaya satuan (unit cost), dimana dari masing- dibebankan kepada pasien akan menjadi lebih
masing unit cost tersebut besarannya sangat tinggi dari pada tarif yang seharusnya, hal ini
bervariasi sehingga secara keseluruhan total biaya dapat disebabkan karena kode tindakan yang
yang harus dibebankan kepada pasien bisa saja ditulis digunakan dokter saat membuat
tidak sesuai dengan biaya yang telah ditentukan diagnosis, dalam rekam medis, dan oleh pekerja
rumahsakit di industri informasi kesehatan saat membuat
Pada perhitungan lainnya dari 42 (31,8%) kode merupakan kode tindakan yang tidak
rekam medis yang berisi kode diagnostik yang sesuai/lebih tinggi (misalnya pada pasien
tepat didapatkan 29 (22%) rekam medis yang operasi usus buntu tanpa komplikasi dikode
sesuai dengan tarif rumah sakit pasien rawat inap,

90
Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
tindakannya ditulis dengan komplikasi), b) tindakannya yang tepat dan sesuai dengan unit
sebaliknya tarif yang dibebankan kepada pasien cost-nya, perhitungan total cost secara
dapat menjadi lebih rendah, hal ini disebabkan keseluruhan dari masing-masing unit cost juga
karena kode tindakan yang ditulis dokter dan sesuai dengan besarannya, sehingga jumlah
tenaga rekam medis merupakan kode tindakan Total biaya yang dikeluarkan oleh pasien
yang tidak sesuai/lebih rendah (misalnya pada adalah wajar dan sesuai dengan tarif yang
pasien operasi usus buntu dengan komplikasi di ditetapkan rumah sakit.
kode tindakannya ditulis tanpa komplikasi). Sesuai output hasil chi-square
Kedua keadaan tersebut akan diperoleh nilai sig p = 0,005 atau 0,05
berdampak baik terhadap pendapatan rumah menunjukkan kalau adanya keterkaitan yang
sakit maupun terhadap pasien, misalnya signifikan antar tarif di RSUD Wangaya Kota
penulisan kode tindakannya tidak sesuai/lebih Denpasar dengan ketidaktepatan kode etik
tinggi maka pasien harus membayar lebih tinggi pasien rawat inap peserta JKN.
dari tarif yang seharusnya (pendapatan rumah
sakit lebih besar), atau apabila penulisan kode KESIMPULAN DAN SARAN
tindakannya tidak sesuai/lebih rendah maka Simpulan
pasien membayar lebih rendah dari tarif yang Sesuai hasil riset mengenai “Analisis
seharusnya (pendapatan rumah sakit lebih Pengaruh Ketidaktepatan Kode Diagnosis dan
kecil). Kode Tindakan Pasien Rawat Inap Peserta
Berdasarkan hasil perhitungan pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap
132 rekam medis pasien rawat inap peserta JKN Tarif di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
di RSUD Wangaya Kota Denpasar, didapatkan Kota Denpasar” bisa ditarik simpulan kalau:
juga dari 85 (64,4%) rekam medis yang kode 1. Ada pengaruh yang signifikan antara
tindakannya tidak tepat terdapat 26 (19,7%) ketidaktepatan kode diagnosis pasien
rekam medis yang tepat dengan tarif rumah rawat inap peserta JKN terhadap tarif di
sakit pasien rawat inap, hal ini menggambarkan RSUD Wangaya Kota Denpasar, dengan
bahwa walaupun kode tindakannya tidak tepat nilai p value = 0,000 < 0,05, artinya
namun tarif yang dibebankan kepada pasien bisa bahwa jika kode diagnosisnya tidak tepat
saja sesuai dengan yang seharusnya dibayar maka tarif yang dibebankan pada pasien
oleh pasien yang bersangkutan, hal ini dapat bisa lebih tinggi (up coding) atau
disebabkan oleh karena tarif secara keseluruhan sebaliknya lebih rendah (low coding) dari
(total cost) di dalam perhitungannya tarif yang telah ditetapkan oleh rumah
berdasarkan komponen biaya (unit cost) sakit.
(PERMENKES No.85, 2015), sehingga hal ini 2. Ada pengaruh yang signifikan antara
dapat menyebabkan jumlah harga penuh yang ketidaktepatan kode tindakan pasien
menjadi tanggungjawab pasien untuk membayar rawat inap peserta JKN terhadap tarif di
sesuai dengan jadwal biaya yang ditentukan RSUD Wangaya Kota Denpasar dengan
rumah sakit. nilai p value = 0,005 < 0,05 bahwa jika
Berdasarkan hasil perhitungan dari kode tindakannya tidak tepat maka tarif
132 rekam medis pasien rawat inap peserta yang dibebankan pada pasien bisa lebih
JKN di RSUD Wangaya Kota Denpasar, tinggi atau sebaliknya lebih rendah dari
terdapat kode tindakannya yang tepat sebanyak tarif yang telah ditetapkan oleh rumah
47 (35,6%) dan dari 47 rekam medis tersebut sakit.
terdapat 21 (15,9%) yang tidak tepat dengan Saran
tarif rumah sakit pasien rawat inap, hal ini Berdasarkan kesimpulan yang telah
menggambarkan bahwa tidak semua kode diperoleh, maka saran yang dapat diberikan
tindakan yang tepat secara otomatis tarifnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
tepat, hal ini karena perhitungan tarif di rumah
sakit sesuai aspek biaya satuan (unit cost), 1. Memberikan bimbingan dan pelatihan
dimana dari masing-masing unit cost tersebut secara berkala kepada dokter dan petugas
besarannya sangat bervariasi sehingga secara koding (coder) agar lebih teliti dalam
keseluruhan total biaya yang harus dibebankan melakukan pengkodean diagnosis yang
kepada pasien bisa saja tidak tepat dengan tarif sesuai dengan buku pedoman ICD-10 agar
yang telah ditentukan rumah sakit. menghasilkan kode diagnosis yang tepat
Pada perhitungan lainnya dari 47 guna menunjang ketetapan tarif.
(35,6%) rekam medis yang kode tindakannya 2. Memberikan bimbingan dan pelatihan
tepat didapatkan 26 (19,7%) rekam medis yang secara berkala kepada dokter dan petugas
tepat dengan tarif rumah sakit pasien rawat koding (coder) agar lebih teliti dalam
inap, artinya bahwa disamping kode melakukan pengkodean tindakan yang

91
Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
sesuai dengan buku pedoman ICD-9 CM 12. Hatta, Gemala R., 2011. Pedoman
agar menghasilkan kode tindakan yang Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
tepat guna menunjang ketetapan tarif. Pelayanan Kesehatan Tentang Rumah
Sakit. Jakarta: UI-Press.
DAFTAR PUSTAKA
13. ka, 2013. Salah Input Koding Rugikan
1. Abdelhak, M., Grostick.,H.M. & Jacobs Rumah Sakit.Available at:
E.B. 2001. Health Information Of A https://ugm.ac.id/id/salahinput.kode.dia
Strategic Resource 2nd Edition. Philadelpia: gnosis.rug ikan.rumah.sakit
Sunders Company.
14. Keputusan Menteri Kesehatan. 2007.
2. Anggreini, Ayu. 2017. Faktor-Faktor Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 377
Penyebab Ketidaklengkapan Resume Medis Tahun 2007 tentang Standar Profesi
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Griya Perekam Medis. Available at:
Waluya, Ponogoro. Tesis. Stikes https://documents/permenkes-no-377-
tahun-2007- standar-profesi-perekam-
3. Azwar, A. 2010. Pengantar medis-informasi- kesehatan.html.
Administrasi Kesehatan.Jakarta:
Binarupa Aksara 15. Keputusan Menteri Kesehatan. 2007.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1165
4. Bastian, Indra. 2008. Akuntansi Kesehatan. tentang Pola Tarif Rumah Sakit Badan
Jakarta:Penerbit Erlangga Layanan Umum. Available at:
http://documents/permenkes-no-1165-
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. tahun- 2007-Pola-Tarif-Rumah-Sakit-
2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Badan-Layanan- Umum.html.
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia Revisi II. Jakarta: Direktur 16. Kurniati Muda, S. 2017. Analisis Faktor-
Jendral Pelayanan Medik. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Ketidaklengkapan Pengisian Asuhan
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keperawatan Rawat Jalan Politeknik Mata
2007. Pedoman Penyelenggara dan di Rumah Sakit Bali Mandara. Bali:
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Universitas Dhyana Pura.
Indonesia Revisi II. Jakarta: Direktur
Jendral Pelayanan Medik. 17. Mahadewi, Luh. 2013. Keakuratan Kode
Diagnosis dan Kode Tindakan Terhadap
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penetapan Biaya di Unit Gawat Darurat
2010. Pedoman Penyelenggaraan dan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Badung Mangusada. Badung: Universitas
Indonesia Revisi II. Jakarta: Direktur Dhyana Pura.
Jendral Pelayanan Medik.
18. Monica, Dimas R., 2021. Analisis
8. Dorland, W.A.N, 2008. Kamus Perbedaan Tarif Riil Rumah Sakit dengan
Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC Tarif INA-CBGs Berdasarkan Kelengkapan
Medis Pasien Rawat Inap pada Kasus
9. Hamid, 2013. Hubungan Ketepatan Persalinan Sectio Caesarae guna
Penulisan Diagnosis dengan Keakuratan Pengendalian Biaya Rumah Sakit TNI. AU
Kode Diagnosis Kasus Obtetri Gynecology Dr. M. Salamun. Bandung. Prodi D3
Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Saiful Rekam Medis dan Infokes politeknik
Anwar Malang. Malang: STIA Malang. TEDC Bandung.

10. Hatta, Gemala R., 2008. Pedoman 19. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Pelayanan Kesehatan Tentang Koding. Cipta.
Jakarta: UI-Press.
20. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
11. Hatta, Gemala R., 2010. Pedoman Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Cipta.
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-Press.
21. Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Metodologi

92
Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka an.htt
Cipta. p://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/20
16_P
22. Nursalam. 2016. Konsep dan Penerapan ermenkes_52_2016_standar_tarif_JK.pdf.
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen 30. Rustiyanto, E., 2011. Etika Profesi
Penelitian Keperawatan. Edisi Pertama. Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

23. Peraturan Menteri Kesehatan, 2008. 31. Salim, A., 2007. Asuransi dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Manajemen Risiko.Jakarta: Rajawali
Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Press
https://dinkes.surabaya.go.id/portal/
files/permenkes/dok_dinkes_87.pdf. 32. Septiari, Eka. 2017. Faktor-Faktor Yang
Peraturan Menteri Kesehatan, 2008. Mempengaruhi Ketidakakuratan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 Pengkodean Diagnosis Penyakit Pasien
Tahun 2008 tentang Persetujuan Rawat Jalan di Poliklinik Bedah Umum dan
Tindakan Dokter. Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Daerah
http://www.idioline.org/wp- Kabupaten Badung Mangusada. Badung:
content/uploads/2010/030PMK-No-290- Universitas Dhyana Pura.
ttg- Persetujuan-Tindakan-Kedokteran.pdf.
33. Siswanto, Susila, & Suyanto.,
24. Peraturan Presiden RI, Nomor 12 tahun 2017. Metodologi Penelitian Kombinasi
2013 tentang Program Jaminan Kesehatan Kualitatif dan Kauntitatif Kedokteran &
Nasional. Jakarta: Perpres RI. Kesehatan. Bosscript, Klaten.
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
25. Peraturan Menteri Kesehatan,. 2013. Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. CV
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69
Alfabeta, Bandun
Tahun 2013 tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan Program Jaminan
Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian 34. Sugiyono, 2015. Statistik
Kesehatan Republik Indonesia. Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
26. Peraturan Menteri Kesehatan, 2014.
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28 35. Susanto, A., 2013. Tinjauan
tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan keakuratan kode diagnosis
Program Jaminan Kesehatan Nasional. diabetes mellitus.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Available
Indonesia.
at:https://www.google.com/Tinjauan+K
27. Peraturan Menteri Kesehatan, 2014. eaku
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 ratan+Kode+Diagnosis+Diabetes+Mell
Tahun 2014 tentangKlasifikasi dan itus+
Perijinan Rumah Sakit. pada+Dokumen+Rekam+Medis+Pasien
http://www.slideshare.net/gafarhartatiyanto +Ra
/perm enkes-56-tahun-2014-tentang- wat+Inap+Berdasarkan+ICD10+di+Ru
klasifikasi-dan- perizinan-rumah-sakit. mah+
Sakit+Umum+Pacitan+Tahun+2011.
28. Peraturan Menteri Kesehatan, 2015.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 85 36. Tabrany, 2008. Sistem Pembiayaan dan
Tahun 2015 tentang Pola Tarif Nasional
Pembayaran Pelayanan Kesehatan.
Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: UI-Press.

29. Peraturan Menteri Kesehatan, 2016. 37. Trisnatoro,2009. Manajemen


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah
Tahun 2016 tentang Standar Tarif Mada University Press.
Pelayanan Kesehatan dalam
PenyelenggaraanProgramJaminanKesehat 38. Undang-Undang Republik Indonesia,

Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993) 93
2009. Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit. Presiden
Republik Indonesia. Jakarta.

39. Undang-Undang Republik Indonesia,


2011. Undang- Undang Republik
Indoesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

40. Undang-Undang Republik Indonesia,


2011. Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta:
Kementerian KesehatanRepublik Indonesia.

41. Undang-Undang Rebuplik Indonesia


Nomor 36. 2014.Tentang Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Presiden RI.

94
Health Care Media Vol. 6 No. 2 Oktober 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)

Anda mungkin juga menyukai