Anda di halaman 1dari 12

STUDI PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN SISTEM

DIAGNOSIS PENYAKIT (INDONESIA CASE BASED GROUPS / INA-CBGS) DI RUANG RAWAT


INAP RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS KOTA KENDARI TAHUN 2015
1 2 3
Dina Wunari Wa Ode Siti Rabbani Karimuna Sabril Munandar
123
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
1 2 3
missdinawaode@yahoo.co.id rabbani02_k@yahoo.co.id sabrilmunandar@gmail.com

Abstrak

Sistem INA-CBGs merupakan sistem kodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi output
pelayanan, berbasis pada data costing dan coding penyakit mengacu International Classification of Diseases
(ICD) yang disusun WHO dengan acuan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-Clinical Modifications untuk
tindakan/prosedur. Sistem INA-CBGs merupakan sistem pembiayaan prospektif dan tujuan yang ingin dicapai
dari penerapan sistem ini yaitu pelayanan kesehatan yang berkualitas dan cost effective. Tujuan ini adalah
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan dari aspek masukan meliputi sumber daya manusia, fasilitas, dana
(pendapatan), proses meliputi strategi, upaya penerapan dan evaluasi, dan keluaran penerapan sistem
pembayaran layanan kesehatan dengan sistem diagnosis penyakit (Indonesia Case Based Groups / INA-CBGs) di
ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Bahteramas ,Kota Kendari. Metode penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis melalui wawancara mendalam dengan informan. Informan dalam
penelitian ini terdiri dari 3 orang informan kunci dan 4 orang informan biasa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Rumah Sakit Umum Bahtermas Provinsi Sulawesi Tenggara dalam pelaksanaannya pun ditahun 2015
sudah mulai mengalami perubahan yang signifikan lebih baik dan optimal, diantaranya SDM yang cukup
dengan kemampuan yang baik dalam setiap tugasnya, rekam medis yang sudah mulai dilengkapi sesuai waktu,
target, dan regulasi yang ditetapkan rumah sakit, fasilitas juga tersedia sesuai dengan kebutuhan dalam sistem
INA-CBG, hingga pendapatan rumah sakit yang meningkat secara kuantitas dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya sehinnga sudah mampu membiayai belanja operasional rumah sakit dan belanja lainnya sesuai
kebutuhan yang diinginkan rumah sakit. Diharapkan selalu ada keterlibatan dari semua pihak, baik dari pihak
BPJS maupun pasien BPJS dan suransi lainnya agar tercipta pelaksanaan sistem INA-CBGs yang efektif dan
efisien di rumah sakit.

Kata Kunci : Sistem Pembayaran INA-CBGs, RSU Bahteramas Provinsi Sultra, Aspek Masukan (Input), Aspek
Proses (Process), Aspek Keluaran (Output)

1
STUDY OF IMPLEMENTATION OF HEALTH SERVICE PAYMENT SYSTEM
WITH DISEASE DIAGNOSIS SYSTEM (INDONESIA CASE BASED GROUPS / INA-CBGS)
IN THE INPATIENT ROOM OF BAHTERAMAS PUBLIC HOSPITAL OF KENDARI CITY
IN 2015

ABSTRACT

The system of INA-CBGs is a codification system of final diagnosis and actions/procedures to be output of
services, based on the costing and coding data of diseases referring to the International Classification of
Diseases (ICD) which arranged by WHO with reference to ICD-10 for diagnosis and ICD-9-Clinical Modifications
for the action/procedure. INA-CBGs system is a prospective financing system and the objective to be achieved
from the implementation of this system is quality health service and cost effective. The purpose of the study
was to describe the implementation of input aspects include human resources, facilities, funds (income), the
process includes the strategy, implementation and evaluation efforts, and implementation output of health
service payment system with disease diagnosis system (Indonesia case based groups / INA-CBGS) in the
inpatient room of Bahteramas Public Hospital Kendari city in 2015. The method of study was qualitative study
with phenomenological approach through in-depth interviews with informants. The Informants in this study
consist of 3 key informants and 4 regular informants. The results showed that the Bahtermas Public Hospital of
Southeast Sulawesi Province in the implementation in 2015 has begun the significantly change to be better
and optimal, including adequate human resources with good skills in every duty, medical records has begun
equipped to the appropriate time, the target, and regulations which set forth by hospital management,
facilities also available according to the needs in the INA-CBG system, and hospital revenue that increased in
quantity compared to previous years so that it was able to finance the operating expenditure of hospitals and
other expenditures according the desired needs of hospital. All parties are expected to always cooperating,
both from the BPJS management, BPJS patients and other insurance in order to create the implementation of
the effective and efficient INA-CBGs system in the hospital.

Keywords : INA-CBGs Payment System, Bahteramas Public Hospital of Southeast Sulawesi Province, Input
Aspect (Input), Process Aspect (Process), Output Aspect (Output)

2
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil penelitian Isnaini tahun
2011 dengan judul “Kesesuaian Kode Yang Dibuat
Sistem INA-CBGs merupakan sistem
Antara Lembar Case-Mix dan Sistem Software INA-
kodifikasi dari diagnosis akhir dan
DRGs Pasien Rawat Inap Tindakan Bedah di Rumah
tindakan/prosedur yang menjadi output pelayanan,
Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Tuban”,
berbasis pada data costing dan coding penyakit
menunjukkan bahwa pengisian kode di bangsal
mengacu International Classification of Diseases
dilakukan oleh perawat sedangkan untuk pengisian
(ICD) yang disusun WHO dengan acuan ICD-10
kode di instalasi case-mix INA-DRGs dilakukan oleh
untuk diagnosis dan ICD-9-Clinical Modifications
petugas coding. Angka ketidaksesuaian kode
untuk tindakan/prosedur. Tarif INA-CBGs
diagnosis yang dibuat berjumlah 39,22%, dan angka
mempunyai 1.077 kelompok tarif terdiri dari 789
kesesuaian kode yang dibuat berjumlah 60,78%. Hal
kode group/kelompok rawat inap dan 288 kode
ini menunjukkan bahwa masih terdapat
kelompok rawat jalan. Pengelompokan kode
ketidaksesuaian kode yang dibuat antara lembar
diagnosis dan prosedur dilakukan dengan
case-mix dan sistem software INA-DRGs pasien
menggunakan grouper United Nations University
rawat inap tindakan bedah. Faktor yang
(UNU Grouper). UNU Grouper adalah grouper case-
menyebabkan ketidaksesuaian kode yang dibuat
mix yang dikembangkan oleh UNU Malaysia
adalah SDM, sistem yang dipakai dan infrastruktur.
(Kemenkes, 2014). Untuk tarif INA-CBGs
Dampak yang dihasilkan dari ketidaksesuaian kode
dikelompokan dalam 4 jenis RS, yaitu RS kelas D, C,
diagnosis antara lembar case-mix dan sistem
B, dan A yang ditentukan berdasarkan akreditasi
1 software INA-DRGs yaitu apabila dalam pengkodean
rumah sakit .
terjadi kesalahan dalam memasukkan kode
Dalam pembayaran menggunakan INA-CBGs,
diagnosis penyakit ke sistem software maka akan
baik rumah sakit maupun pihak pembayar tidak lagi memberikan implikasi yang besar kepada jumlah
merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang reimbursement, grouping INA-DRGs akan betul dan
diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan rumah sakit akan mendapatkan reimbursement
diagnosis keluar pasien dan kode DRG (Diagnostic yang cukup apabila dalam memasukkan diagnosis
Related Group). Besarnya penggantian biaya untuk utama betul, dan jika dalam memasukkan diagnosis
diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara utama kedalam sistem software INA-DRGs salah
maka biaya DRG dapat berubah yang rendah
provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah 4
kepada biaya DRG yang tinggi .
sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan Terjadi dampak buruk penyesuaian sistem
(length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga pembayaran rumah sakit terhadap kualitas layanan
sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan rawat inap akibat implementasi DRG. Perubahan
jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya. Selama kualitas layanan rawat inap pasca perubahan sistem
ini yang terjadi dalam pembiayaan kesehatan pasien pembayaran rumah sakit telah banyak terjadi
di sarana pelayanan kesehatan adalah dengan fee- khususnya di Amerika Serikat. Rata-rata durasi
for-service (FFS), yaitu provider layanan kesehatan rawat inap turun drastis pasca penerapan sistem
menarik biaya pada pasien untuk tiap jenis pembayaran prospektif dalam bentuk Diagnosis-
pelayanan yang diberikan. Setiap pemeriksaan dan Related Groups/DRG .
5

tindakan akan dikenakan biaya sesuai dengan tarif Pengurangan durasi rawat inap menjadi
yang ada di rumah sakit. Tarif ditentukan setelah salah satu strategi rumah sakit untuk menghemat
pelayanan dilakukan. Dengan sistem fee for service biaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan
kemungkinan moral hazard oleh pihak rumah sakit memanfaatkan selisih antara tarif DRG dengan
relatif besar, karena tidak ada perjanjian dari awal biaya rawat inap yang sesungguhnya. Setidaknya di
Amerika Serikat, strategi ini telah berhasil
antara pihak rumah sakit dengan pasien, tentang
menghemat biaya pelayanan rawat inap yang
standar biaya maupun standar lama waktu hari
2
berimplikasi pada peningkatan keuntungan rumah
perawatan (length of stay) . sakit. Disisi lain, durasi rawat inap yang lebih singkat
Untuk menjalankan sistem INA-CBGs rumah dari seharusnya, setelah mempertimbangkan
sakit harus sudah memiliki clinical pathway untuk diagnosa dan tingkat keparahan, menjadi indikator
setiap diagnosa. Clinical pathway adalah konsep upaya rumah sakit untuk menurunkan biaya dan
perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum meningkatkan keuntungan dengan memulangkan
6
pasien lebih cepat .
setiap langkah kepada pasien berdasarkan standar
Rumah Sakit Umum Bahteramas
pelayanan medis, standar asuhan keperawatan dan merupakan rumah sakit umum Sulawesi Tenggara.
3.
standar pelayanan kesehatan lainnya

3
Dalam pelayanannya, Rumah Sakit Bahteramas HASIL
mengedepankan pasien safety. Rumah Sakit 1. Masukan (Input)
Bahteramas merupakan rumah sakit rujukan. a. SDM
Pasien-pasien rujukan biasanya berasal dari rumah Sumber daya tenaga/manusia merupakan
sakit kabupaten dan puskesmas. Rujukan biasa kunci utama keberhasilan dalam penerapan
dilakukan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas dan pelayanan kesehatan, untuk itu diperlukan
tenaga medis yang lengkap. Pada umumnya pasien- ketersediaan dan kemampuan sumber daya
pasien yang dirujuk di Rumah Sakit Bahteramas manusia dalam mengelola potensi yang ada di
merupakan pasien yang tidak mampu ditangani rumah sakit secara efektif dan efisien, sehingga
oleh rumah sakit kabupaten. Rumah Sakit dapat memberikan hasil yang positif. Peran
Bahteramas memberikan dua pelayanan kesehatan, sumber daya manusia ibarat mesin yang akan
yaitu pelayanan perorangan dan pelayanan menjalankan rencana kerja yang telah dibuat.
kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Bahteramas Berdasarkan hasil wawancara di peroleh
adalah rumah sakit tipe B. Cara pembayaran informasi bahwa, (1) Menurut data profil RSU
pelayanan kesehatan yang terdapat di Rumah Sakit Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
Bahteramas beragam, seperti umum, BPJS, 2014 bahwa dokter umum berjumlah 35 orang
bahteramas, morowali, PT.Antam, imigrasi, jasa dan dokter gigi berdasarkan hasil wawancara
raharja, gratis/lari, dan asuransi lain. BPJS dengan salah satu informan berjumlah ± 30
menduduki peringkat paling atas dan banyak orang. Jumlah ini sudah sesuai dengan standar
digunakan oleh masyarakat dan peringkat kedua standar ketenagaan rumah sakit tipe B sesuai
7
adalah umum (Non BPJS) . Permenkes No. 56 tahun 2014 tentang
Berdasarkan beberapa pemaparan diatas, Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Begitupun
maka peneliti melakukan penelitian dengan judul halnya dengan tenaga D3 dan S1 perawat,
“Studi Penerapan Sistem Pembayaran Layanan kebidanan juga sudah memadai di ruang rawat
Kesehatan Dengan Sistem Diagnosis Penyakit inap sesuai dengan standar pelayanan minimal
(Indonesia Case Based Groups / INA-CBGs) Di Ruang rawat inap berdasarkan Kepmenkes RI Nomor.
Rawat Inap RSU Bahteramas Kota Kendari Tahun 129/Menkes/SK/II/2008. (2) Kedisplinan koder
2015”. dalam mengisi rekam medis pasien sudah dapat
dilaksanakan sesuai mekanisme dan regulasi
METODE yang ada berdasarkan buku panduan koding
Jenis penelitian ini adalah penelitian ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9 CM untuk
kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologis. tindakan/prosedur. (3) kedisiplinan dokter
Penelitian kualitatif dengan pendekatan sudah baik dan dapat memperbaiki kendala-
fenomenologis mendeskripsikan suatu objek, kendala yang sering dilakukan dalam pengisian
fenomena, atau setting social dalam tulisan yang rekam medis. (4) BPJS menempatkan petugas
bersifat naratif. Dimana laporan penelitian kualitatif verifikator yang berjumlah 2 verifikator di RSU
berisi kutipan-kutipan dari data/fakta mengenai Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dan
penerapan sistem pembayaran layanan kesehatan bertugas disetiap rumah sakit yang bermitra
dengan sistem diagnosis penyakit Indonesia Case dengan BPJS Kesehatan. (5) Permasalahan yang
Based Groups (INA-CBGs) di ruang rawat inap RSU seringkali terjadi terkait rekam medis oleh para
Bahteramas untuk memberikan ilustrasi yang utuh dokter, diantaranya keterlambatan dalam
dan untuk memberikan dukungan terhadap apa mengumpulkan berkas rekam medis pasien di
8
yang disajikan . unit rekam medis dan tulisan dokter yang tidak
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari dapat dibaca ketika mengisi rekam medis. (6)
2016. Pengumpulan data yang digunakan untuk RSU Bahteramas relatif dilaksanakan dilakukan
mendapatkan data/informasi yaitu melalui berdasarkan kebutuhan, diantaranya untuk
wawancara mendalam, pengamatan atau observasi peningkatan kapabilitas SDM dalam pelaksanaan
terlibat, pemeriksaan dokumen dan arsip yang sistem INA-CBGs.
terdapat pada tempat penelitian. b. Fasilitas
Teknik analisis data yang digunakan dalam Kesiapan fasilitas kesehatan adalah berupa
penelitian ini adalah analisis data kualitatif, melalui adanya fasilitas penunjang yang tersedia untuk
tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan membantu dalam kelancaran program sistem
penarikan kesimpulan. pembayaran layanan kesehatan INA-CBGs.
Berdasarkan hasil wawancara di peroleh
informasi bahwa, (1) RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara menyediakan komputer yang
cukup dan wifi agar dapat membantu dan

4
memperbaharui software terbaru untuk untuk tindakan/prosedur. (3) Dampak positif
pengentrian data rekam medis pasien dan buku dari aspek keuangan, yakni pendapatan yang
panduan yang dapat membantu petugas koder diperoleh rumah sakit sudah dapat memjangkau
dalam melakukan koding, yakni ICD-10 untuk semua kebutuhan dan belanja operasional
mengkode diagnosis utama dan sekunder serta dengan pendapatan yang berasal dari
ICD-9 CM untuk mengkode tindakan/prosedur. pelaksanaan sistem INA-CBGs. (4) Unit
(2) BPJS juga membantu menyediakan hardware pelayanan medis mengeluarkana aturan bahwa
dan software di RSU Bahteramas Provinsi dibawah tanggal 5 setiap bulannya berkas rekam
Sulawesi Tenggara. medis pasin sudah harus ada. (5) Pengajuan
c. Dana (pendapatan) klaim yang dilakukan RSU Bahteramas Prov.
Berdasarkan hasil wawancara di peroleh Sultra selama ini relatif sama dari yang diajukan
informasi bahwa dengan diberlakukannya dengan yang diverifikasi.
sistem pembayaran INA-CBGs, rumah sakit c. Evaluasi
memperoleh dampak positif terhadap keuangan Berdasarkan hasil wawancra diperoleh
atau pendapatan RSU Bahteramas Prov. Sultra, informasi bahwa, (1) Metode evaluasi yang
diantaranya dapat meningkatkan pembiayaan digunakan unit rekam medis adalah
dan pendapatan rumah sakit. menggunakan agenda rekam medis rawat inap
2. Proses (Process) dan rawat jalan dengan melihat keterlambatan,
a. Strategi ketidak lengkapan, termasuk tulisan yang tidak
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bisa dibaca. (2) Evaluasi keuangan rumah sakit,
informasi bahwa, (1) Strategi unit rekam medis biasanya dilakukan per bulan, per 3 bulan, per
tersebut adalah dengan menerapkan target semester atau per 1 tahun. (3) Evaluasi terhadap
yang sudah ditetapkan, yakni rekam medis pelaksanaan sistem INA-CBGs adalah evaluasi
pasien sudah harus ada dan diterima di ruangan eksternal dengan BPJS dan evaluai internal
rekam medis dalam 2x24 jam setelah pasien bersama seluruh staf di aula rumah sakit.
pulang. (2) strategi yang disusun unit pelayanan 3. Keluaran (Output)
medis adalah adalah dengan melibatkan dan Keluaran yang dimaksud disini adalah
berkoordinasi bersama dokter-dokter spesialis hasil pelaksanaan sistem pembayaran dengan
yang berada di beberapa SMF (Staf Medis INA-CBGs di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Fungsional) rumah sakit. (3) Strategi yang Tenggara selama tahun 2015.
dilakukan rumah sakit untuk meningkatkan Berdasarkan hasil wawancara diperoleh
pendapatan dan mencapai tujuan pelaksanaan informasi bahwa penerapan sistem pembayaran
INA-CBGs adalah dengan menyediakan dan layanan kesehatan dengan INA-CBGs di rumah
menambah pelayanan-pelayanan terbaru yang sakit sudah dilakukan secara optimal. Meskipun
sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. (4) pada awal-awal penerapan, rumah sakit
Strategi yang dilakukan BPJS Kesehatan agar mengalami banyak permasalahan dan kendala
tercipta penyelesaian klaim yang lancar dari secara masif, sehingga menjadi hambatan dalam
rumah sakit adalah dengan menetapkan regulasi pelaksanaannya. Rumah sakit telah
untuk pengajuan klaim oleh PPK kepada BPJS mengupayakan pelayanan kesehatan yang
Kesehatan paling lambat tanggal 10 setiap berkualitas untuk pasiennya.
bulannya. (5) RSU Bahteramas Prov. Sultra juga
membangun dan membentuk Tim Casemix DISKUSI
untuk menunjang penerapan sistem 1. Input
pembayaran INA-CBGs di rumah sakit sesuai a. SDM
dengan Permenkes No. 27 tahun 2014 tentang Sebuah organisasi dalam pelaksanaannya
Petunjuk Teknis Sistem INA-CBGs.
mempunyai tujuan dan harapan berbeda-beda,
b. Upaya Penerapan
Berdasarkan hasil wawancara di peroleh dengan tujuan dan harapan tersebut dapat
informasi bahwa, (1) RSU Bahteramas Prov. diraih melalui dukungan sumber daya yang
Sultra mendapatkan arahan dari Depkes dimiliki organisasi, tersedianya sumber daya
mengenai penggunaan dan pengaplikasian memadai akan meningkatkan keunggulan dalam
grouper dalam pelaksanaan sistem INA-CBGs di pelaksanaan kegiatan program pada organisasi.
rumah sakit. (2) Dokter dan koder memahami RSU Bahteramas Prov. Sultra terkait
tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam kecukupan jumlah SDM dan kesesuaian SDM
menuliskan diagnosis dan tindakan/prosedur dalam pelaksanaan sistem pembayaran INA-
serta mengkoding sesuai dengan panduan CBGs , yakni sudah sesuai dan mencukupi untuk
koding ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9 CM

5
mendukung dan menunjang pelaksanaan sistem rumah sakit. Sumber daya manusia yang
pembayaran INA-CBGs. SDM di rumah sakit disediakan BPJS Kesehatan untuk mendukung
terdiri dari tenaga medis, tenaga mitra medis, pelaksanaan sistem INA-CBGs khususnya di RSU
tenaga non medis, dan tenaga yang berlatar Bahteramas Prov. Sultra adalah dengan
belakang pendidikan non kesehatan. Jumlah menempatkan petugas verifikator yang
tenaga kesehatan di rumah sakit dirasa sudah berjumlah 2 verifikator dan bertugas disetiap
mencukupi dalam pelaksanaan sistem INA-CBGs rumah sakit yang bermitra dengan BPJS
dengan total jumlah SDM yang berstatus PNS Kesehatan. Verifikator yang ditempatkan di RSU
± 760 orang , diantaranya dokter ahli berjumlah Bahteramas Prov. Sultra terdiri dari dokter dan
± 40 orang, dokte gigi ± 30 orang, bidan dan perawat dan ditempatkan dibagian loket
perawat sebanyak ±400 orang, tenaga pendaftaran rumah sakit.
manajemen dan administrasi dengan jumlah ± Kedisplinan dokter dalam mengisi rekam
200 orang, dan kemudian terdapat pula SDM medis pasien berdasarkan hasil wawancara
bagian sanitasi dan tenaga yang mengurusi sudah dapat dilaksanakan sesuai mekanisme
sarana prasarana rumah sakit. Disamping itu, dan regulasi yang ada. Pada awal-awal
rumah sakit juga menambah SDMnya untuk penerapan sistem pembayaran INA-CBGs ,
melengkapi dan meningkatkan pelayanan secara masif masih terjadi masalah dan kendala
kesehatan untuk pasien dengan memberikan dalam pengisisan rekam medis pasien. Namun,
ruang kepada SDM yang sedang dalam masa saat ini kedisiplinan dokter sudah baik dan dapat
menjalani kontrak dan mengabdi, sehingga jika memperbaiki kendala-kendala yang sering
ditotalkan keseluruhan SDM dapat mencapai dilakukan dalam pengisian rekam medis.
sekitar ± 1000 tenaga SDM di RSU Bahteramas Tindakan para dokter tersebut saat ini hanya
Prov. Sultra. dilakukan oleh beberapa dokter saja dan sudah
Secara umum, SDM yang dimiliki dan diminimalisir oleh rumah sakit dengan
dibangun rumah sakit dalam proses melakukan evaluasi kinerja dokter.
meningkatkan pelayanan kesehatan yang Kedisiplinan petugas koder dalam
berkualitas untuk pelaksanaan sistem melakukan kodifikasi diagnosis dan
pembayaran INA-CBGs sudah sesuai dan terlatih. tindakan/prosedur telah berdasarkan
Berdasarkan standar ketenagaan rumah mekanisme dan tata cara mengkoding dengan
sakit tipe B sesuai Permenkes No. 56 tahun 2014 menggunakan buku panduan ICD-10 untuk
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit koding diagnosa dan ICD-9 CM untuk koding
maka RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi tindakan/prosedur. Koder sudah disiplin dan
Tenggara sudah memenuhi dan menyediakan melakukan pengkodingan yang sesuai dengan
SDM yang terdiri dari tenaga medis, tenaga tata laksana, sejauh ini belum mengalam
kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kendala.
kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan. Hal Permasalahan yang seringkali terjadi
ini sama seperti yang disebutkan dalam pasal 32 terkait rekam medis oleh para dokter,
ayat 1 dalam Permenkes No. 56 tahun 2014 diantaranya keterlambatan dalam
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. mengumpulkan berkas rekam medis pasien di
Menurut data profil RSU Bahteramas unit rekam medis, hal ini terjadi karena dokter
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2014 bahwa terlambat dalam melengkapi rekam medis
dokter umum berjumlah 35 orang dan dokter tersebut. Selanjutnya, tulisan dokter yang tidak
gigi berdasarkan hasil wawancara dengan salah dapat dibaca ketika mengisi rekam medis
satu informan berjumlah ± 30 orang. Jumlah ini menjadi persoalan yang menjadi kendala dalam
sudah sesuai dengan standar standar kedisiplinan dokter mengisi rekam medis.
ketenagaan rumah sakit tipe B sesuai Permenkes Regulasi yang ditetapkan RSU Bahteramas Prov.
No. 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Sultra terkait rekam medis pasien adalah 2 x 24
Perizinan Rumah Sakit. Begitupun halnya jam setelah pasien pulang, rekam medis pasien
dengan tenaga D3 dan S1 perawat, kebidanan sudahharus lengkap dan berada di unit rekam
juga sudah memadai di ruang rawat inap sesuai medis. Regulasi tersebut pada tahun 2015,
dengan standar pelayanan minimal rawat inap sudah dapat dilaksanakan dengan baik oleh
berdasarkan Kepmenkes RI Nomor. semua dokter, walaupun masih ada dokter yang
129/Menkes/SK/II/2008. masih melakukan keterlambatan tetapi
Ketersediaan SDM yang mencukupi di hanyalah beberapa dokter. Keadaan ini sudah
rumah sakit juga didukung oleh pihak BPJS yang cukup membaik dibandingkan tahun
memiliki SDM juga cukup untuk membantu dan sebelumnya yang terjadi secara masif.
meningkatkan sistem pembayaran INA-CBGs di

6
Kelengkapan dokumen rekam medis sangat Kesehatan selalu mendukung penyediaan
mempengaruhi kualitas data statistik penyakit fasilitas yang dibutuhkan staf-stafnya dan rumah
dan masalah kesehatan, serta dalam proses sakit dalam hal mempercepat proses klaim
pembayaran biaya kesehatan dengan software pasien di RSU Bahterama Prov. Sultra dengan
INA-CBGs. Dokumen rekam medis yang tidak membantu menyediakan perangkat baik
lengkap secara tidak langsung dapat mengurangi hardware maupun software, jika rumah sakit
biaya klaim yang berdasarkan software INA- belum menyediakan fasilitas tersebut.
CBGs. Salah satu dokumen Rekam medis yang c. Dana
diverifikasi tidak lengkap maka bagian verifikator Menurut Thabrany tahun 2014 dalam
akan meminta dan mencari tentang kebenaran bukunya “Jaminan Kesehatan Nasional”
pelayanan yang sudah diberikan sesuai dengan menjelaskan bahwa pembayaran dengan DRG
lembar yang akan diklaim. Dokumen Rekam atau INA-CBGs mempunyai keutamaan salah
Medis yang lengkap seperti kelengkapan satunya adalah dapat memberikan surplus atau
pemeriksaan penunjang yang digunakan dokter laba yang lebih besar kepada rumah sakit yang
untuk mendukung diagnosis dokter sangat lebih efisien dan menimbulkan kerugian bagi
penting bagi koder dalam menentukan kode rumah sakit yang tidak efisien. Artinya cara
diagnosis tersebut sesuai dengan ICD-10 dan pembayaran DRG akan mendorong rumah sakit
9
untuk tindakan/ prosedur dengan ICD-9 CM. menjadi lebih profesional dan lebih efisien .
Ketepatan diagnosis sangat penting juga untuk Begitupun yang dialami rumah sakit
bidang manajeman data klinis, penagihan biaya, memiliki dampak terhadap keuangan.
beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan Berdasarkan hasil wawancara, dengan
asuhan dan pelayanan kesehatan. diberlakukannya sistem pembayaran INA-CBGs,
b. Fasilitas rumah sakit memperoleh dampak positif
Fasilitas adalah peralatan dan ruangan terhadap keuangan atau pendapatan RSU
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Bahteramas Prov. Sultra, diantaranya dapat
pelayanan pasien. Kelengkapan saranan dan meningkatkan pembiayaan rumah sakit dalam
fasilitas pendukung dalam kegiatan kerja rangka meningkatkan aspek-aspek infrastruktur
mendukung optimalisasi keberhasilan dari suatu yang ingin disediakan oleh rumah sakit hingga
aktivitas kerja. dapat meningkatkan pembiayan aspek
Pada ruang rawat inap dirasakan fasilitas pengembangan kapasitas SDM, seperti
yang disediakan sudah cukup, seperti tempat pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk
tidur pasien, walaupun jumlah pasien SDM. Secara kuantitas memang jumlah
meningkat. Selama ini rumah sakit dapat meningkat dibandingkan tahun-tahun
mengatasi dengan memanfaatkan fasilitas yang sebelumnya. Namun, tidak juga dapat dikatakan
ada. surplus, karena pembangunan RSU Bahteramas
Dalam pelaksanaan sistem pembayaran Prov. Sultra ini yang dibangun sejak 5 tahun lalu
layanan kesehatan INA-CBGs, RSU Bahteramas tepatnya pada tahun 2009 dibiayai oleh PIP
Prov. Sultra juga telah menyediakan fasilitas (Pinjaman Investasi Pemerintah) sebesar 200
yang dapat menunjang penerapannya. Rumah milyar, sehingga mengharuskan rumah sakit
sakit memahami bahwa sistem INA-CBGs adalah membayar hutang tersebut setiap bulannya
komputerisasi, sehingga menyediakan komputer sebesar 27 milyar selama 10 tahun. Awalnya
yang cukup dan wifi agar dapat membantu dan memang pada tahun pertama dan kedua
memperbaharui software terbaru untuk meningkat, tetapi pada tahun ketiga agak sedikit
pengentrian data rekam medis pasien. Selain itu, terjadi penurunan, hal ini disebabkan oleh
rumah sakit juga menyediakan buku panduan adanya penataan terhadap sistem rujukan. Jadi,
yang dapat membantu petugas koder dalam pendapatan rumah sakit yang diperoleh dari
melakukan koding, yakni ICD-10 untuk pelaksanaan sistem tersebut belum cukup untuk
mengkode diagnosis utama dan sekunder serta membiayai operasional rumah sakit, sehingga
ICD-9 CM untuk mengkode tindakan/prosedur. belum dapat dikatakan sepenuhnya surplus.
Rumah sakit juga mempunyai dan tersedia 2. Proses
peraturan-peraturan yang selalu diperbaharui, a. Strategi
hingga keputusan-keputusan regional BPJS yang Strategi adalah rencana yang cermat
membawahi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi tentang kegiatan untuk mencapai tujuan
Tenggara, Maluku, dan sebagainya. yang diharapkan. Pada penerapan sistem
BPJS pun dalam aspek fasilitas ikut pembayaran dengan INA-CBGs, rumah sakit
membantu dan menunjang penerapan INA-CBGs menyiapkan banyak strategi untuk
di RSU Bahteramas Prov. Sultra. pihak BPJS

7
meningkatkan kualitas sistem tersebut dan untuk mendukung pelaksanaan sistem INA-
pelayanan kesehatan kepada pasien. CBGs ini adalah dengan menetapkan regulasi
Rumah sakit memiliki strategi dan atau aturan untuk pengajuan klaim oleh PPK
target dalam pelaksanaan pengisian rekam kepada BPJS Kesehatan paling lambat
medis agar data yang tertera dalam rekam tanggal 10 setiap bulannya agar tercipta
medis pasien dapat akurat dan tepat. kelancaran pembayaran klaim. Jika rumah
Strategi unit rekam medis tersebut adalah rumah sakit telah mengajukan klaim, maka
dengan menerapkan target yang sudah akan dibuatkan berita acara terkait jumlah
ditetapkan, yakni rekam medis pasien sudah kasusnya. Setelah diberita acarakan, maka
harus ada dan diterima di ruangan rekam akan dilakukan verifikasi berkas oleh
medis dalam 2x24 jam setelah pasien pulang, verifikator BPJS Center yang ditempatkan di
jika tidak maka rekam medis tersebut rumah sakit tersebut, kemudian dimasukkan
dinyatakan terlambat. Kalau rekam medis ke kantor cabang untuk dilakukan
pasien sudah masuk di ruangan rekam medis pembayaran. Dan pembayaran dilakukan 15
dan tidak lengkap, maka akan dimasukkan hari kerja ke fasilitas kesehatan agar tercipta
dalam agenda yang dibuat oleh petugas kelancaran.
rekam medis tertanggal pada hari itu. b. Upaya Penerapan
Selanjutnya, rekam medis pasien yang tidak RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
lengkap tersebut akan dikembalikan ke Tenggara menerapkan sistem pembayaran
ruang perawatan untuk diberi kesempatan layanan kesehatan dengan INA-CBGs mulai
melengkapinya dalam aturan rentang waktu tanggal 1 Januari 2014.
14 hari (2 minggu) sejak dikembalikan dan Semua hal-hal yang terdapat didalam
jika masih belum lengkap, maka statusnya Permenkes No. 27 tahun 2014 sudah
dinyatakan tidak lengkap. dijalankan oleh rumah sakit. Dalam
Terdapat pula strategi yang disusun mengimplementasikan upaya-upaya yang
unit pelayanan medis rumah sakit untuk harus dilakukan rumah sakit berdasarkan
dapat mencapai tujuan yaitu pelaksanaan Permenkes No 27 tahun 2014 itu relatif
sistem INA-CBGs yang efektif bagi rumah karena dalam setiap proses pembelajaran
sakit dan pasien adalah dengan melibatkan sistem yang baru itu pasti terjadi berbagai
dan berkoordinasi bersama dokter-dokter macam masalah dan kendala yang timbul,
spesialis yang berada di beberapa SMF (Staf namun seiring dengan perkembangannya
Medis Fungsional) rumah sakit. Terdapat rumah sakit terus melakukan perbaikan dan
perkumpulan dokter-dokter spesialis di RSU evaluasi demi meningkatkan kualitas
Bahteramas Prov. Sultra. Ikatan Dokter pelayanan kepada pasien khususnya.
Indonesia (IDI) selalu membuat suatu RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
pertemuan tingkat lokal, nasional, bahkan Tenggara mendapatkan arahan dari Depkes
pertemuan tingkat internasional. Dalam mengenai penggunaan dan pengaplikasian
pertemuan tersebut, setiap kolegium melatih grouper dalam pelaksanaan sistem INA-CBGs
anggotanya sendiri. di rumah sakit tersebut. Depkes melakukan
Strategi yang dilakukan rumah sakit BPJS dalam melakukan pelatihan seperti
untuk meningkatkan pendapatan dan workshop. Di kota Kendari sendiri workshop
mencapai tujuan pelaksanaan INA-CBGs baru dilaksanakan 2 kali, namun sering pula
yang efektif adalah dengan menyediakan dan melakukan workshop lainnya yang terkait
menambah pelayanan-pelayanan terbaru INA-CBGs. Arahan yang dilakukan dapat
yang sesuai dengan kebutuhan di berupa workshop, juknis maupun pemberian
masyarakat seperti pelayanan cuci darah, surat edaran seperti surat edaran jika ada
sehingga pasien tidak perlu lagi dirujuk ke perubahan tarif dalam INA-CBGs.
Makassar, dan juga mempercepat Dokter dan koder saling memahami
prembangunan gedung super VIP. tugas dan tanggung jawab masing-masing
Mempercepat pembangunan fisik dan dalam pelaksanaan sistem INA-CBGs, yakni :
meningkatkan layanan terbaru, sehingga dari 1. Tugas dan tanggung jawab dokter adalah
inilah dapat menambah pendapatan rumah menegakkan dan menuliskan diagnosis
sakit, karena tingkat kunjungan pasien primer dan diagnosis sekunder sesuai
semakin banyak atau meningkat. dengan ICD-10, menulis seluruh
Strategi yang dilakukan BPJS tindakan/prosedur sesuai ICD-9-CM yang
Kesehatan agar tercipta penyelesaian klaim telah dilaksanakan serta membuat
yang lancar dari pihak PPK (rumah sakit) resume medis pasien secara lengkap dan

8
jelas selama pasien dirawat di rumah ketidaksepahaman koding dari pihak pemberi
sakit. pelayanan dengan verifikator BPJS.
2. Tugas dan tanggung jawab seorang koder BPJS Kesehatan dalam pelaksanaan
adalah melakukan kodifikasi diagnosis sistem ini mempunyai pengaruh yang sangat
dan tindakan/prosedur yang ditulis oleh besar dalam hal pengklaiman berkas rekam
dokter yang merawat pasien sesuai medis pasien yang akan dibayarkan kepada
dengan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD- rumah sakit dari hasil pengajuan klaim
9-CM untuk tindakan/prosedur yang tersebut.
bersumber dari rekam medis pasien. Pengajuan klaim yang dilakukan RSU
Apabila dalam melakukan pengkodean Bahteramas Prov. Sultra selama ini relatif sama
diagnosis atau tindakan/prosedur koder dari yang diajukan dengan yang diverifikasi. Jika
menemukan kesulitan ataupun terjadi permintaan klaim yang lebih besar dari
ketidaksesuaian dengan aturan umum yang dipertanggungkan, maka akan dibawa ke
pengkodean, maka koder harus Dewan Petimbangan Medis untuk
melakukan klarifikasi dengan dokter. mendapatkan second opinion, setelah
Pelaksanaan sistem pembayaran INA- dikofirmasi BPJS akan menyampaikan kembali
CBGs tidak lepas dari dampak terhadap informansinya kepada koder atau manajemen
keuangan rumah sakit. Hasil penelitian rumah sakit. Di RSU Bahteramas Prov. Sultra
menunjukkan bahwa memiliki dampak positif terdapat verifikasi bersama dengan pihak BPJS,
dari aspek keuangan, yakni pendapatan yang jadi dapat langsung dikonfirmasi pada saat itu
diperoleh rumah sakit sudah dapat juga kepada petugas koder. Jika, belum
memjangkau semua kebutuhan dan belanja didapatkan kesamaan persepsi akan langsung
operasional dengan pendapatan yang berasal ditanyakan kepada dokter penanggung jawab
dari pelaksanaan sistem INA-CBGs, diantaranya atau Komite Medik yang ada di rumah sakit.
mulai dari pembelian obat sudah mulai bisa c. Evaluasi
teratasi, makanan pasien rawat inap, Kelengkapan pengisian dokumen rekam
pemeliharaan memang sudah masuk. medis sangat penting dilakukan. Rekam medis
Sedangkan, dampak negatif yang berfungsi sebagai tanda bukti sah yang dimiliki
ditimbulkan, seperti dari sisi pasien yang oleh setiap pasien dan dapat dipertanggung
menemukan tindakan pelayanan yang tidak jawabkan secara hukum. Oleh karena itu,
memuaskan dan kesalahan kode diagnosa yang rekam medis yang lengkap harus diisi dengan
diberikan. Disamping itu, rumah sakit lengkap dan jelas tentang semua pelayanan
melakukan penanganan terhadap dampak yang diberikan kepada pasien. Waktu
negatif yang timbul dengan berkoordinasi ke pengembalian berkas tersebut ke Unit Rekam
Komite Medik untuk meneliti kembali tindakan- Medis yang sudah diisi lengkap adalah 2 x 24
tindakan dalam pelayanan yang memungkinkan jam setelah pasien pulang.
itu dapat merugikan rumah sakit, namun sejauh Evaluasi rekam medis di RSU
ini tindakan atau pelayanan medis yang Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah
diberikan pasien sudah sesuai prosedur. menggunakan metode evaluasi yang
Di bagian pelayanan medis pun ikut digunakan unit rekam medis adalah
merasakan dampak. Bukan hanya dampak menggunakan agenda rekam medis rawat inap
positif, namun dampak negatif yang dan rawat jalan dengan melihat
diakibatkan oleh pelaksanaan sistem INA-CBGs keterlambatan, ketidak lengkapan, termasuk
di RSU Bahteramas Prov. Sultra, yaitu tulisan yang tidak bisa dibaca. Disamping itu,
keterlambatan dalam memasukkan berkas unit rekam medis pun membuat laporan
rekam medis masih terjadi. Unit pelayanan terkait dokter-dokter yang sering menulis
medis mengeluarkana aturan bahwa dibawah rekam mesi pasien dengan tiulisan tidak bisa
tanggal 5 setiap bulannya berkas rekam medis dibaca dan sering melakukan keterlambatan
pasin sudah harus ada, jika tidak maka data serta persentasenya.
pasien tidak akan diinput dan tenaga kesehatan Jika tindakan demikian masih terulang,
yang melakukan tindakan tersebut tidak akan rekam medis tidak dapat memberikan sanksi
mendapatkan bayaran atas jasa pelayanan yang kepada tenaga kesehatan yang bermasalah.
sudah diberikan kepada pasien. Namun, saat ini Namun, rekam medis melakukan koordinasi
tindakan tersebut sudah dapat diminimalisir dengan Komite Medik untuk dokter yang
dan tenaga kesehatan telah melakukan sesuai bermasalah dan koordinasi dengan Komite
dengan regulasi yang ada yaitu tepat waktu. Keperawatan jika perawat yang bermasalah.
Hambatan lainnya yang sering muncul adalah Laporan yang telah diserahkan ke komite

9
tersebut kemudian dapat memberikan SDM yang cukup dengan kemampuan yang baik
feedback yang nantinya akan disampaikan dalam setiap tugasnya, rekam medis yang
kepada tenaga kesehatan yang bermasalah sudah mulai dilengkapi sesuai waktu, target,
tersebut. Tetapi, jika masih saja terjadi dan regulasi yang ditetapkan rumah sakit,
kesalahan demikian, maka rekam medis akan hingga pendapatan rumah sakit yang
melakukan rapat dengan melibatkan Komite meningkat secara kuantitas dibandingkan
Medik yang disaksikan oleh Direktur atau tahun-tahun sebelumnya sehinnga sudah
Wakil Direktur. mampu membiayai belanja operasional rumah
Unit keuangan RSU Bahteramas Prov. sakit dan belanja lainnya sesuai kebutuhan
Sultra sering melakukan evaluasi keuangan yang diinginkan rumah sakit.
rumah sakit, biasanya dilakukan per bulan, per Dalam memaksimalkan upaya tersebut,
3 bulan, per semester atau per 1 tahun. rumah sakit masih memiliki kendala yang bisa
Namun, mereka dibantu oleh seksi lain yang saja dapat menjadi hambatan dalam
terdapat di unit keungan yang bertugas untuk pencapaian mutu. Ketidaklengkapan data
mengevaluasi keuangan rumah sakit, yakni rekam medis yang masih terjadi walaupun tidak
seksi pelaporan dan evaluasi. Seksi ini banyak, keterlambatan memasukkan rekam
mendapatkan laporan hasil keuangan dan medis, tulisan dokter yang terkadang susah
kemudian dievaluasi lebih lanjut. untuk dibaca, tenaga-tenaga kesehatan yang
RSU Bahteramas Prov. Sultra telah pengetahuannya masih minim terhadap sistem
melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan INA-CBGs, hubungan dokter dan koder yang
sistem INA-CBGs. Metode evaluasi yang harus terus dibina guna terciptanya kerjasama
digunakan pun ada beberapa, diantaranya yang baik damlam membangun pelayanan yang
melakukan evaluasi bersama dengan BPJS. baik, hingga percepatan pengajuan klaim
Pihak rumah sakit menjelaskan dengan terhadap BPJS merupakan hal-hal yang harus
melakukan evaluasi bersama pihak lain, maka terus diperbaiki oleh rumah sakit secara
evaluasi akan menjadi lebih objektif karena berkala dan kontinyu.
dinilai oleh orang lain dan biasanya
dilaksanakan minimal setiap 3 bulan. SIMPULAN
Sedangkan evaluasi lainnya adalah evaluasi
yang bersifat faktual terdiri atas 2 macam, 1. Sumber daya manusia (SDM) yang tersedia di
yakni evaluasi internal rumah sakit bersama RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
direktur di ruangan aula dan evaluasi juga dalam pelaksanaan sistem pembayaran INA-
dilakukan untuk surat-surat yang masuk ke CBGs cukup memadai dan memiliki
rumah sakit dari BPJS terkait ada komplain kemampuan dalam menjalankan sistem INA-
terhadap tenaga kesehatan dan pelayanan CBGs, sebab telah mengikuti berbagai jenis
rumah sakit. Evaluasi makro itu yang dilakukan pelatihan-pelatihan tentang INA-CBGs untuk
bersama BPJS di Kantor Gubernur. pengembangan SDM.
3. Keluaran (Output) 2. Fasilitas penunjang yang terdapat di RSU
Penerapan sistem pembayaran layanan Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara sudah
kesehatan dengan INA-CBGs di rumah sakit sesuai dengan kebutuhan dalam menunjang
sudah dilakukan secara optimal. Meskipun pelaksanaan sistem INA-CBGs yang bersifat
pada awal-awal penerapan, rumah sakit komputerisasi, diantaranya komputer terdapat
mengalami banyak permasalahan dan kendala di ruangan-ruangan yang berhubungan
secara masif, sehingga menjadi hambatan langsung dengan sistem INA-CBGs yaitu
dalam pelaksanaannya. Rumah sakit telah casemix, rekam medis, hingga keuangan.
mengupayakan pelayanan kesehatan yang Kemudian terdapat buku pedoman
berkualitas untuk pasien. Pelaksanaan sistem pengkodingan yang lengkap.
INA-CBGs ini didukung dengan peningkatan dan 3. Dengan sistem paket dalam INA-CBGs yang
pengembangan kualitas dan kuantitas SDM, dilaksanakan di rumah sakit dapat
penyediaan dan penambahan fasilitas meningkatkan pendapatan rumah sakit, karena
penunjang, dan percepatan pembangunan fisik, mendorong rumah sakit untuk memilih dan
serta selalu melakukan evaluasi-evaluasi guna menggunakan sumber daya yang ada seefisien
memperbaiki mutu pelayanan dan sistem mungkin.
pembayaran INA-CBGs. 4. Penerapan strategi yang disusun rumah sakit
Dalam pelaksanaannya pun, ditahun dalam pelaksanaan sistem INA-CBGs belum
2015 sudah mulai mengalami perubahan yang dapat berjalan maksimal, hal ini karena masih
signifikan lebih baik dan optimal, diantaranya terdapat permasalahan, diantaranya masih

10
terdapat dokter yang terlambat melengkapi 4. Bagi Rekam Medis
dan memasukkan rekam medis pasien, tulisan a. Perlu dilakukan pengecekan kembali dalam
dokter dalam rekam medis beberapa masih pengisian tiap rekam medis yang ada dan
terdapat tulisan yang tidak dapat dibaca, kelengkapan rekam medis mulai dari RM1
administrasi klaim yang kadangkala tidak sampai laporan operasi.
lengkap, dan pemahaman SDM tentang konsep b. Perlunya cepat menindaklanjuti tenaga
INA-CBGs yang masih kurang. kesehatan yang tidak dapat tepat dan
5. Evaluasi yang dilakukan rumah sakit terhadap cepat dalam melengkapi rekam medis
unit-unit yang mempunyai peranan penting hingga menyimpan rekam medis pasien.
dalam pelaksanaan sistem INA-CBGs tidak juga komunikasi antara dokter dengan
hanya bersifat internal namun juga eksternal pasien.
bersama pihak BPJS.

SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagi Direktur RSU Bahteramas rovinsi Sulawesi
Tenggara 1. BPJS.2014. Perubahan Tarif INA-Cbgs
a. Perlu disosialisasikan kembali konsep INA- Membuat Biaya Kesehatan Lebih Efektif.
CBGs, karena jika seluruh pegawai Jakarta Pusat.
mengetahui konsep INA-CBGs dengan 2. Gustini, 2011, Standar pelayanan dokter
matang efisiensi biaya dapat dicapai dan keluarga Indonesia, Jakarta : Perhimpunan
mutu layanan tetap terjaga. Dokter Keluarga Indonesia.
b. Perlu dibuatkan kebijakan menyangkut 3. Ridha, M. 2008. Efektivitas Pelayanan
INA-CBGs, seperti alur dokumen untuk INA- Kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten
CBGs yang tertata lebih rapi dan alur Polman Sulawesi Barat. Universitas
manajemen INA-DRG keseluruhan sampai Muhammadiyah Makassar.
klaim dibayarkan. 4. Ifmi, K. 2011. Studi Kebijakan Penggunaan
c. Perlu dilakukan evaluasi tiap bagian yang Sistem casemix Berbasis Kode International
menyangkut manajemen INA-CBGs, dimulai Classification Of Diseases-Ten (ICD-X) Pada
sejak pasien masuk sampai pasien pulang. Pasien Jamkesmas Di RSUD. DR. Rasidin Kota
2. Bagi Dokter Padang Tahun 2011. Univeristas Andalas.
a. Diharapkan rumah sakit dan dokter 5. Ellis, R.P., dan McGuire, T.G. 1996. Hospital
menerapkan motto “Pantang pulang, response to prospective payment: Moral
sebelum rekam medis pasien lengkap” hazard, selection, and practice-style effects.
layaknya rumah sakit lain yang sudah Journal of Health Economics 15: 257-277.
menjalankannya. 6. Carey, K.2002. Hospital Length of Stay and
b. Diharapkan dokter selalu menegakkan dan Cost: A Multilevel Modeling Analysis. Health
menuliskan diagnosis secara lengkap dan Services & Outcomes Research Methodology 3:
jelas selama pasien dirawat di rumah sakit 41-56.
agar pengurusan administrasi klaim rekam 7. Rumah Sakit Umum Bahteramas.2013. Profil
medis pasien dapat lancer. Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
c. Perlu menyadari dalam pengisian rekam Sulawesi Tenggara. Kendari : RSU Bahteramas.
medis agar rekam medis tersebut lengkap, 8. Bachtiar, A, Dkk. 2000. Metodologi Penelitian
dapat dipercaya dan dipertanggung Kesehatan. PPS UI. Jakarta
jawabkan. Terutama pengisian diagnosa, 9. Thabrany, Hasbullah.2014. Jaminan Kesehatan
tindakan, perjalanan penyakit dan tidak Nasional.Jakarta : Rajawali Pers.
kalah penting tanda tangan.
3. Bagi Koder
a. Perlu pengecekan kembali dalam hal
pengisian kode INA-CBGs sesuai ICD-9 CM
(tindakan yang dilakukan) dan ICD-10
(diagnosa penyakit), karena kode INA-CBGs
mempengaruhi besaran biaya yang keluar
sebagai tarif.

11
12

Anda mungkin juga menyukai