Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KESIAPSIAGAAN RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG UNTUK

MENGANTISIPASI ANCAMAN GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

Oktomi Wijaya1,Laksono Trisnantoro2, Djati Mardiatno2

1UniversitasAhmad Dahlan 2Universitas Gadjah Mada


Email: oktomi.wijaya@ikm.uad.ac.id

Abstrak

Kota Padang adalah salah satu area di Indonesia yang memiliki risiko tinggi untuk gempa
dan tsunami yang dikenal dengan Mentawai Megathrust. Para Peneliti memperkirakan bahwa ada
potensi gempa bumi 8,8 SR dan diikuti tsunami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status
kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah, mengevaluasi kendala serta untuk
merekomendasikan kebijakan terkait rencana kesiapsiagaan rumah sakit dalam mengantisipasi
ancaman mentawai megathrust. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi (gabungan anatara
metode kualitatif dan kuantitatif). Metode kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam,
observasi, dan telaah dokumen, sedangkan metode kuantitatif dengan menggunakan indeks
kesiapsiagaan. Hasil penelitian ini adalah Kesiapsiagaan rumah sakit menurut konsep hospital safety
index PAHO adalah 0,558, kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah berdasarkan konsep
PKMK FK UGM adalah 0,16. Kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah berada pada level
kesiapsiagaan rendah. Hal ini berarti Tindakan perbaikan sangat dibutuhkan segera. Status
kesiapsiagaan rumah sakit belum memadai untuk melindungi pasien dan staf RS selama dan sesudah
terjadi bencana.

Kata-kata kunci: Kesiapsiagaan, rumah sakit, manajemen bencana,

Abstract

Padang city is one area of Indonesia that posed high risk on earthquake and tsunami as
known as Mentawai Megathrust. The objective of this research was to examine the preparedness
status of Siti Rahmah Islamic Hospital, evaluate the constraints and formulate recommendation policy
related to hospital disaster plan to anticipate mentawai megathrust. This research using mix methods
(combine qualitative and quantitative methods). Qualitative methods using indepth interview,
observation, and document review, while quantitative methods using preparedness index. The result
of this research showed that hospital preparedness level was 0.558 (PAHO concept), while based on
PKMK FK UGM, the hospital preparedness level was 0.16. Hospital Preparedness level was on low
level. This level means that urgent intervention measures are needed. The hospitals current
preparedness level is inadequate to protect the lives of patients and hospital staffs during and after
disaster.

Keywords: Preparedness, Hospital, disaster management

PENDAHULUAN
Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia. Secara geografis
Indonesia terletak diantara dua benua, Asia dan Australia, serta terletak diantara dua samudera,
Pasifik dan Hindia. Meskipun tersimpan kekayaaan alam dan keindahan alam yang luar biasa,
Bangsa Indonesia perlu menyadari bahwa wilayah nusantara ini terletak di pertemuan 3 lempeng aktif
dunia, lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Menurut Sutikno dalam Marfai et al., 2007 posisi
Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng ini menyebabkan wilayah Indonesia berpotensi
terhadap ancaman bencana alam geologi seperti gempa bumi dan tsunami (1).
Sumatera Barat adalah salah satu area di Indonesia yang memiliki risiko tinggi untuk gempa
bumi dan tsunami yang dikenal dengan Mentawai Megathrust. Menurut hasil penelitian LIPI dan Earth
Observational Singapore sunda megathrust ini berpotensi menyebabkan gempa bumi besar. Para
Peneliti memperkirakan bahwa di bagian utara sunda megathrust di Provinsi Sumatera Barat masih
banyak energi yang tersimpan. Semua energi bisa dilepaskan melalui satu gempa bumi besar 8.8 SR
(2).

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 3, Desember 2017 115
Menyadari akan potensi bencana gempa bumi dan tsunami Mentawai Megathrust ini,
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah melakukan berbagai upaya mitigasi dan peningkatan
kesiapsiagaan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kesiapsiagaan rumah sakit dalam
menanggulangi kejadian bencana. Rumah Sakit memiliki peran yang sangat penting dalam masa
tanggap darurat bencana. Menurut UNDP tahun 2008 diantara infrastruktur pelayanan kesehatan,
rumah sakit adalah penanggung jawab utama dalam penyelamatan hidup korban bencana. Ketika
bencana terjadi, masyarakat korban bencana mengandalkan rumah sakit untuk memberikan
pelayanan medis yang cepat dan efektif kepada banyak korban dan juga bertindak sebagai sarana
vital untuk melakukan diagnosis, tindakan medis, follow up baik itu fisik maupun psikologi untuk
mengurangi kesakitan dan kematian (3).
Dalam kejadian bencana alam, fasilitas kritis termasuk rumah sakit harus mampu melindungi
masyarakat dan penduduk yang terkena bencana, terutama pada saat tanggap darurat. Kemampuan
rumah sakit untuk tetap dapat berfungsi tanpa gangguan dalam kondisi darurat adalah persoalan
hidup dan mati. Menjadi hal yang sangat penting bahwa semua rumah sakit memiliki struktur
bangunan yang kuat dan tahan terhadap bencana, peralatan dan perabot tidak rusak, elemen kritis
seperti air, listrik, gas medis tetap berfungsi, dan tenaga kesehatan mampu memberikan pertolongan
maksimum ketika dibutuhkan. Terdapat beberapa metode dalam menilai kesiapsiagaan rumah sakit
dalam menanggulangi bencana.
Pada umumnya penelitian kesiapsiagaan rumah sakit yang dilakukan adalah dengan metode
evaluasi administrasi rencana penanggulangan bencana di rumah sakit. (Farah Mulyasari et.al, 2013
(4), Xingming Li et.al, 2008 (5), Ami H. Kaji et.al, 2008 (6), Fuh-Hwa Franklin Liu et.al, 2010 (7),
Wayne Higgins et.al, 2004 (8), Melanie Stander et. Al, 2011 (9), William G. Manley, et.al 2006) (10).
Selain itu ada juga beberapa penelitian tentang kesiapsiagaan rumah sakit dengan metode
pengukuran kinerja melalui table top exercise Ahmadreza Djalali et.al, 2012(11), long distance table
top exercise Water Valesky et.al, 2006 (12). Oleh karena pentingnya peran rumah sakit dalam
penanggulangan bencana, Badan Penanggulangan Bencana daerah Sumatera Barat atas kajian
Pusdalops PB Sumatera Barat telah menetapkan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah di Kota Padang
sebagai rumah sakit rujukan Mentawai Megathrust. Oleh karena itu, penting untuk diketahui lebih
lanjut, bagaimana kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah untuk mengantisipasi ancaman
gempa bumi dan tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui status kesiapsiagaan Rumah
Sakit Islam Siti Rahmah dalam mengantisipasi ancaman gempa bumi dan tsunami Mentawai
Megathrust mengacu konsep yang dikembangkan oleh PAHO/WHO dan konsep PKMK FK UGM, 2)
menganalisis kendala yang dihadapi Rumah Sakit Islam Siti Rahmah dalam menerapkan
kesiapsiagaan rumah sakit dalam menanggulangi bencana, 3) memberikan rekomendasi kebijakan
terkait rencana kesiapsiagaan rumah sakit dalam penanggulangan bencana mengantisipasi Ancaman
Mentawai Megathrust.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif. Jenis penelitian ini menggunakan
metode kombinasi (campuran kualitatif dan kuantitatif) dengan rancangan studi kasus. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini dibagi atas 2 jenis data, yaitu: Jenis data
kuantitatif menggunakan 2 checklist yaitu checklist hospital safety index PAHO/WHO (13) dan
checklist rencana penanggulangan bencana rumah sakit yang dikembangkan oleh PKMK FK UGM
(14). Jenis data kualitatif (data primer) menggunakan pedoman wawancara, observasi dan telaah
dokumen, Data kualitatif dianalisis dengan transkrip wawancara, reduksi data, menyajikan data dan
menarik kesimpulan dan verifikasi, Data kuantitatif dianalisis dengan menghitung indeks
kesiapsiagaan. Level kesiapsiagaan dibagi menjadi tiga yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Kesiapsiagaan rendah dinilai dengan 0, sedang=1, dan tinggi=2.
Indeks kesiapsiagaan = {(jumlah item checklist dengan hasil rendah x 0 ) + ( jumlah item checklist
dengan hasil sedang x 1) + (jumlah item checklist dengan hasil tinggi x 2)} : jumlah total nilai item
checklist

Setelah indeks kesiapsiagaan didapatkan, selanjutnya berdasarkan nilai Indeks kesiapsiagaan


rumah sakit diklasifikasikan menjadi 3, yaitu level A, B dan C seperti dijelaskan pada tabel 1.

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 3, Desember 2017 116
Tabel 1. Klasifikasi Indeks Kesiapsiagaan Rumah Sakit
Indeks Kesiapsiagaan Klasifikasi Apa yang harus dilakukan
0-0,35 C Tindakan perbaikan sangat dibutuhkan. Status
kesiapsiagaan rumah sakit belum memadai untuk
melindungi pasien dan staf RS selama dan sesudah
terjadi bencana
0,36-0,65 B Tindakan perbaikan diperlukan dalam jangka pendek.
Status kesiapsiagaan cukup memadai, tetapi masih
berpotensi gagalnya fungsi rumah sakit dalam merespon
bencana.
0,65-1 A Kemungkinan rumah sakit dapat berfungsi jika bencana
terjadi, bagaimanapun tetap direkomendasikan
meningkatkan kapasitas rumah sakit
Sumber: Indeks kesiapsiagaan PAHO

HASIL PENELITIAN
Status Kesiapsiagaan rumah sakit menurut konsep hospital safety index PAHO adalah 0.558,
termasuk pada level kesiapsiagaan B yang berarti tingkat kesiapsiagaan sedang. Secara detail
kesiapsiagaan per elemen dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Status Kesiapsiagaan Rumah Sakit berdasarkan Konsep PAHO
Elemen Kesiapsiagaan Level Kesiapsiagaan
1. Elemen Struktural Tinggi
2. Elemen Non Struktural Rendah
-Listrik Sedang
-Telekomunikasi Rendah
-Air Rendah
-Bahan bakar Sedang
-Gas medis Rendah
-HVAC Sedang
-Perabot Kantor Rendah
-Peralatan medis dan lab Sedang
-Arsitektural Sedang
3. Elemen Fungsional Rendah
-Organisasi dan Pusat Komando Bencana Rendah
-Rencana Operasional Rendah
-Rencana Kontijensi tindakan medis Rendah
-Rencana pengoperasian dan pemeliharaan layanan kritis Rendah
Obat dan perlengkapan medis Sedang
Sumber: Peneliti, 2015

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa kesiapan elemen struktural rumah sakit tinggi, Hal ini
dikarenakan secara struktural, kondisi bangunan rumah sakit masih baik, sesuai dengan informasi
yang diperoleh dari bagian engineer rumah sakit. Namun, kesiapan elemen non struktural dan elemen
fungsional masih rendah.
”Saat gempa yang terjadi tahun 2009 itu alhamdulillah aman, tidak ada bangunan rumah sakit
yang rusak, makanya banyak masyarakat yang mengungsi kesini, bangunan aman, tidak ada
yang rusak, hanya pagar saja yang roboh”(Informan kunci 5).
Sementara itu, kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah berdasarkan konsep PKMK FK
UGM adalah 0.16, yang berarti pada level kesiapsiagaan level C atau pada level kesiapsiagaan
rendah. Level Kesiapsiagaan lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 Status Kesiapsiagaan rumah sakit berdasarkan konsep PKMK FK UGM
Elemen Kesiapsiagaan Level Kesiapsiagaan
Kebijakan dan Organisasi Rendah
Prosedur tetap penanggulangan bencana Rendah
Fasilitas dan sumber daya manusia Sedang
Monitoring dan evaluasi Rendah
Sumber : Peneliti,2015

Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa kesiapsiagaan rumah sakit berada pada level rendah,
komponen kebijakan dan organisasi, prosedur tetap penanggulangan bencana, dan monitoring

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 3, Desember 2017 117
evaluasi masih rendah, sedangkan fasilitas dan sumber daya manusia sudah berada pada tingkat
kesiapsiagaan sedang.
Terdapat perbedaan hasil antara level kesiapsiagaan antara konsep hospital safety index
dengan kesiapsigaan rumah sakit berdasarkan konsep PKMK FK UGM. Kesiapsiagaan rumah sakit
menurut konsep hospital safety index PAHO adalah 0.558, termasuk pada level kesiapsiagaan B yang
berarti tingkat kesiapsiagaan sedang. Hal ini berarti tindakan perbaikan diperlukan dalam jangka
pendek. Status kesiapsiagaan cukup memadai, tetapi masih berpotensi gagalnya fungsi rumah sakit
dalam merespon bencana.
Sementara itu, kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah berdasarkan konsep PKMK FK
UGM adalah 0.16, yang berarti pada level kesiapsigaan level C atau pada level kesiapsiagaan
rendah. Hal ini berarti Tindakan perbaikan sangat dibutuhkan. Status kesiapsiagaan rumah sakit
belum memadai untuk melindungi pasien dan staf RS selama dan sesudah terjadi bencana. Rumah
sakit belum memiliki rencana kontijensi untuk menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.
“Kami belum membuat rencana kontijensi tindakan medis untuk bencana gempa bumi dan
tsunami mentawai megathrus. Ya, secara bertahap kami akan sampai disana” (informan kunci
1).
Perbedaan ini dikarenakan PAHO mempunyai proporsi yang berbeda dalam penilaian antar
elemen, dalam kesiapsiagaan PAHO elemen struktural mendapat proporsi yang lebih besar yaitu 50
%. Oleh karena elemen struktural rumah sakit baik, maka secara total terangkat naik menjadi sedang,
meskipun elemen non struktural dan fungsional belum baik. Oleh karena hospital disaster plan di
Indonesia mengacu pada HDP yang dikembangkan oleh Kemenkes RI, maka dalam hal ini,
kesiapsiagaan rumah sakit mengacu pada kesiapsiagaan PKMK FK UGM yang memiliki konsep
hampir sama dengan standar Kemenkes sehingga kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah
berada pada level kesiapsiagaan rendah.

Kendala dalam Pelaksanaan Rencana penanggulangan bencana di Rumah


Kendala yang dihadapi rumah sakit dalam penanggulangan bencana di rumah sakit adalah
masih kurangnya komitmen manajemen terkait hospital disaster plan. Rumah Sakit sudah memiliki tim
penanggulangan bencana, tetapi tim yang ada belum bekerja maksimal dan belum ada anggaran
untuk rencana penanggulangan bencana di rumah sakit
“Untuk organisasi penanggulangan bencana di rumah sakit kita sudah ada,organisasi itu
dibentuk pada tahun 2009 berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Siti Fahmah
Padang Nomor 1339 A/RSI-SR/VI/2009 tentang pembentukan tim gawat darurat dan bencana
Rumah Sakit Islam Sitit Rahmah Padang”. Akan tetapi tim tersebut belum bekerja dengan
optimal, ada perubahan pada pada tim yang ada namun SK belum diganti. (Informan Kunci 1).
Selanjutnya, kurangnya referensi yang dimiliki oleh tim penanggulangan bencana untuk
mengembangkan hospital disaster plan baik itu sumber referensi dari buku, literatur, maupun referensi
rumah sakit yang akan dirujuk tentang pedoman pembentukan hospital disaster plan. Kemudian,
terbatasnya sumber daya manusia untuk melaksanakan rencana penanggulangan bencana di rumah
sakit. Dan masalah umumnya yang dihadapi adalah minimnya dana untuk rencana penanggulangan
bencana di rumah sakit.
“untuk penanggaran bencana, kami memang belum ada, tetapi ke depannya akan coba kami
ajukan kepada manajemen” (informan kunci 2).

PENUTUP
Status kesiapsiagaan rumah sakit belum memadai untuk melindungi pasien dan staf RS selama
dan sesudah terjadi bencana. Rumah sakit berpotensi mengalami gangguan-gangguan yang
menyebabkan tidak maksimalnya pelayanan yang diberikan. Rekomendasi Kebijakan yang
disarankan untuk Rumah Sakit Islam Siti Rahmah: Rumah Sakit Islam Siti Rahmah perlu melakukan
evaluasi lebih lanjut kelayakan struktur bangunan rumah sakit untuk memastikan struktur bangunan
rumah sakit aman dari ancaman gempa bumi, Rumah Sakit Islam Siti Rahmah perlu menghitung
kembali kapasitas kesiapan elemen-elemen kritis yang dimiliki rumah sakit agar mampu bertahan
pada situasi bencana, Rumah Sakit Islam Siti Rahmah perlu untuk meninjau ulang kembali dan
merevisi rencana penanggulangan bencana (hospital disaster plan) yang telah dimiliki, Rekomendasi
Kebijakan yang disarankan untuk pemerintah daerah: Perlu adanya koordinasi lintas sektor terkait
penanggulangan bencana, mengingat keterbatasan fasilitas dan sumber daya yang ada di Rumah
Sakit Islam Siti Rahmah, Perlu adanya pendampingan pengembangan hospital disaster plan bagi oleh
dinas kesehatan bagi Rumah Sakit Islam Siti Rahmah.

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 3, Desember 2017 118
DAFTAR PUSTAKA
1. Marfai, M.A., King, L., Singh, L.P., Mardiatno, D., Sartohadi, J., Hadmoko, D.S., Anggraini, D.
Natural Hazards in Central Java Province, Indonesia: an overview. Environ Geol 56:335-351.
2008.
2. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Earth Observational Singapore. Skenario kejadian
tsunami yang diakibatkan oleh gempa 8.8 SR di Provinsi Sumatera Barat, Rangkuman rapat
antara ilmuwan dan pemangku kepentingan di Provinsi Sumatera Barat, 24 Februari 2012. 2012.
3. United Nations Development Programme (UNDP). Guidelines for Hospital Emergency
Preperedness Planning, 2008.
4. Mulyasari, F., Inoue, S., Prashar, S., Isayama, K., Mrittika, B., Srivastava, N., Shaw R. Disaster
Preparedness: Looking through the Lens of Hospitals in Japan. Int.J. Disaster Risk Sci.2013, 4
(2): 89-100; 2013.
5. Li, X., Huang, J., Zhang, H. An analysis of hospital preparedness capacity for public health
emergency in four regions of China: Bejing, Shandong, Guanxi, and Hainan”, BMC Public Health,
8: 319. 2008.
6. Kaji, A.H., Langford, V., Lewis, RJ. Assessing Hospital Disaster Preparedness: A Comparison of
an Site Survey, Directly Observed Drill Performance, and Video Analysis of Teamwork”, Annals of
Emergency Medicine,52(3); 2008.
7. Liu, F.H.F., Teng, Y.H., lai, C.H. The disaster response performance of hospitals in Taiwan:
evaluation and classification. Qual Quant, 45: 495-511; 2010.
8. Higgins, W., Wainright, C., Lu, N., Carrico, R. Assessing hospital preparedness using an
instrument based on the Mass Casualty Disaster Plan Checklist: Results of a statewide survey”,
AJIC, 32(6); 2004.
9. Stander, M., Wallis, L.A., Smith, W.P. Hosiptal Disaster Palnning in the Western Cape, South
Africa. Prehospital and disaster medicine, 26(4); 2011.
10. Manley, W.G., Furbee, P.M., Coben, J.H., Smith, S.K., Helmkamp, J.C., Summers, D.E., Kimble,
R.L., Althouse, R.C., Kocsis, A.T. Realities of disaster preparedness in rural hospitals”. Disaster
Management and Response, 4(3);2006.
11. Djalali, A., Castren, M., Hosseinijenab, V., Khatib, M., Ohlen, G., Kurland, L., “Hospital Incident
Command System (HICS) performance in Iran; decision making during disasters”, Scandinavian
Journal of Trauma, Resuscitation, and Emergency Medicine. 2014.
12. Valesky, W., Silverberg, M., Gillet, B., Roblin, P., Adelaine, P., Wallis, L.A., Smith, W. Arquilla, B.
Assessment of Hospital Disaster Preparedness for the 2010 FIFA World Cup Using an Internet-
Based, Long Distance Tabletop Drill. Pre hospital and disaster medicine, 26(3); 2010.
13. Pan American Health Organization. Hospital safety Index: Guide for Evaluators, Washington DC:
PAHO. 2008.
14. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM. Modul Rencana Rumah Sakit dalam
Penanggulangan Bencana, Yogyakarta : PKMK FK UGM. 2013.

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 3, Desember 2017 119

Anda mungkin juga menyukai