Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PENILAIAN IPSG/SKP 4-6 DAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENGKAJIAN


Disusun untuk memenuhi tugas Stase Manajemen Keperawatan
Dosen Pengampu :Wahyu Rochdiat M., S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.J

DI SUSUN OLEH
Kelompok 2
Agnes Dorumeoko Simange (20160048)
Dede Ori Kusuma Juharto (20160052)
Evan Alvianri (20160040)
Juvita (20160035)
Ni Luh Putu Yulia Susanti (20160119)
Rizqi Wijayanti (20160114)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan
rahmat, kekuatan, kemampuan, dan kelancaran pada kelompok kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Assestment IPSG/SKP 4-6 dan penyusunan instrumen
pengkajiannya”. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada Wahyu
Rochdiat M., S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.J, selaku dosen pengampu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, namun kami
sangat berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terkait.

Yogyakarta, 01 Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan

pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis

insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi

solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera

yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat pemenuhan standar pertama pada

akreditasi versi 2012 yang harus dipenuhi.

Keselamatan pasien internasional (IPSG) dipersyaratkan untuk

dimplementasikan pada semua organisasi yang diakreditasi oleh Joint

Commission International (JCI) di bawah standar internasional untuk rumah sakit.

Proses pelayanan kesehatan di rumah sakit sejak pendaftaran pasien sampai

selesai pelayanan yang melibatkan ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,

bermacam alat dengan teknologi, berbagai jenis tenaga profesi dan non profesi

yang siap memberikan pelayanan 24 jam terus menerus. Kondisi ini dapat

menyebabkan insiden keselamatan pasien baik karena faktor kelalaian atau

kompetensi petugas yang tidak memadai, faktor teknis atau faktor organisasi.

Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut harus dikelola dengan baik supaya

tidak terjadi kejadian yang tidak diharapkan atau adverse event.

JCI mengeluarkan 6 Goals keselamatan pasien (International Patient Safety

Goals/IPSG) yang menjadi pegangan (SPO) di hampir seluruh rumah sakit di


dunia. Berikut 6 Goals Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals)

yaitu Identifikasi Pasien Secara Tepat/Identify Patients Correctly, Identifikasi

Pasien Secara Tepat/Identify Patients Correctly, Meningkatkan Keamanan

Penggunaan Obat yang membutuhkan perhatian/Improve the safety of High-Alert

Medications, Meningkatkan benar lokasi, benar pasien, benar prosedur

pembedahan/Ensure Correct-Site, Correct-Procedure, Correct-Patient Surgery,

Mengurangi Risiko Infeksi/ Reduce the risk of health care-Associated Infections,

dan Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh/Reduce the risk of patient harm

resulting from falls.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengetahui dan menerapkan manajemen keselamatan pasien

IPSG/SKP 4-6

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui sasaran assesment IPSG/SKP 4-6 dan menegetahui instrumen

pengkajian.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Tujuan SKP 4-6

b. Untuk Meningkatkan Benar Lokasi, Benar Pasien, Benar Prosedur

Pembedahan

c. Untuk Mengurangi Risiko Infeksi

d. Untuk Mengurangi Risiko Pasien Cedera Karena Jatuh

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Pasien Safety

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental

atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan

pengobatan. Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :

assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem

ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

dilakukan (DepKes RI,2006).

Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak

adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien

(patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien

lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya.

B. Istilah Dalam Pasien Safety

1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil.
2. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap

kejadianyang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau

berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri

dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak

Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.

3. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang

mengakibatkan cedera pada pasien.

4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya

insiden yang belum sampai terpapar kepasien.

5. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang

sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.

6. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang

sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau

cedera yang serius.

8. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan

insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden

C. Standar Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit

Standar IV : Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses

yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif , dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja

serta keselamatan pasien.

Kriteria:
1. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang baik, mengacu

pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien petugas pelayanan

kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor

lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan ” langkah menuju

keselamatan pasien rumah sakit”.

2. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja antara lain

yang terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, menejemen resiko,

utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.

3. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua

KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko

tinggi.

4. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil

analisis untuk menentukan perubahan sistem yang di perlukan, agar kinerja

dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien.

1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien

secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan ”7 langkah menuju

keselamatan pasien rumahsakit”.

2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko

keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi KTD/KNC.

3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan

individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan

meningkatkan kinerja rumah rakit serta meningkatkan keselamatanpasien.


5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan

kinerja Rumah Sakit dan keselamatanpasien.

Kriteria:

1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program

meminimalkan insiden, yang mencakup jenis kejadian yang memerlukan perhatian,

mulai dari KNC (Near miss) sampai dengan KTD (Adverseevent).

3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit

terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatanpasien.

4. Tersedia prosedur ”cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien

yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi

yang benar dan jalas untuk keperluan analisis.

5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden

termasuk penyediaan informasi yang benar danjelas tentang analisis akar masalah

(RCA) kejadian pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau kegiatan proaktif

untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan

dengan kejadian.

7. Terdapat kolaburasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar

pengelola pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan antar disiplin.

8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang di butuhkan

dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit danperbaikan

9. Keselamatan Pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya

tersebut.

10. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan criteria obyektif
untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien,

termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien.

1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap

jabatan mencakup keterkaiatan jabatan dengan keselamatan pasien secarajelas.

2. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan

yangberkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria:

1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi

bagi staf baru yang memuat topik tentang keselamatan paien sesuai dangan

tugasnya masing- masing.

2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap

kegiatan inservice training dan member pedoman yang jelas tentang pelaporan

insiden.

3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok

guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaburatif dalam rangka melayani

pasien.

D. Sasaran Keselamatan pasien

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah

sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini

mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

(2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI
(KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). Maksud dari Sasaran

Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.

Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan

menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas

permasalahan ini. Diakui bahwa desain system yang baik secara intrinsik adalah untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin

sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yangmenyeluruh. Enam sasaran

keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut:

SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,

TEPAT PASIENOPERASI

Standar SKP IV:

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat

lokasi, tepat- prosedur, dan tepat- pasien.

Maksud dan Tujuan Sasaran IV:

Salah lokasi, salah-prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang

menkhawatirkan dan tidak jarang terjadi dirumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat

dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah,

kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan

tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.

Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan

medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar

anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak

terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor

kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam

mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis

bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient

Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing

Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.

Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada

tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit

dan harus dibuat oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan

saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,danharus terlihat sampai saat akan

disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi

(laterality), multipel struktur (jari tangan , jari kaki, lesi) atau multipel level

(tulangbelakang).

Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk:

1. memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yangbenar;

2. memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang

relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang;dan

3. melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant2 yang

dibutuhkan. Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua

pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana

tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan

seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu di

dokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan checklist.

Elemen Penilaian Sasaran IV

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi

lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.


2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi

saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen

serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, danfungsional.

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum

insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.

4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam

untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur

medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamaroperasi.

SASARAN V: PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN

KESEHATAN

Standar SKP V

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko

infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Maksud dan Tujuan Sasaran V

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam

tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi

pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai

dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi

pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali

dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun

infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman hand

hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai organisasi nasional dan

internasional. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan

kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand


hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah

sakit.

Elemen Penilaian Sasaran V

1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru

yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient

Safety).

2. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yangefektif.

3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan

secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

Standar SKP VI

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien

dari cedera karena jatuh.

Maksud dan Tujuan Sasaran VI

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat

inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan,

dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil

tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk

riwayat jatuh, obat dan telaahterhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan,

serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus

diterapkan rumah sakit.

Elemen Penilaian Sasaran VI

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan

melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan, danlain-lain.

2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada

hasil asesmen dianggap berisikojatuh.

3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat

jatuh dan dampak dari kejadian tidakdiharapkan.

4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan

berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera

pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. implementasi

solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya

cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan . Standar

Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit, Standar IV : Rumah sakit harus

mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif ,

dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan

pasien. Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua

rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

Saran

1. Rumah sakit umum daerah


Diharapkan rumah sakit umum daerah dapat melakukan perbaikan spesifik dalam

keselamatan pasien dalam meningkatkan pelayanan kesehatan sehigga dapat

meningkatkan mutu pelayanan.

2. Ruang rawat

Diharapkan seluruh ruang rawat RS mampu menerapkan suatu pendekatan untuk

mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan, dan meningkatkan

pelayanan keperawatan sesuai dengan standar yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes (2011),”Standar Akreditasi Rumah Sakit”, Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bidan Pelayanan

medik,Jakarta.

2. Cohen, Michael R (1999),”Medication Errors”, American

PharmaceuticalAssociation.

3. Depkes RI, “Pedoman Nasional Keselamatan Pasien RumahSakit”.

4. UU No 36 tahun 2009 tentangKesehatan

5. UU No 44 tahun 2009 tentang RumahSakit

6. UU No 29 tahun 2004 tentang PraktekKedokteran

7. UU No 38 tahun 2014 tentangKeperawatan

8. PMK No 1691 tentang Keselamatanpasien


Instrumen :

Pelaksanaan SKP IV bagi Perawat di Ruang Operasi (n=10)

Pelaksanaan
No Komponen SKP IV
Ya Tidak
1 Keselematan Pasien di Kamar Operasi
a. Melakukan Penandaan lokasi operasi
b. Memverifikasi pasien sebelum induksi anastesi
c. Memverifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan
d. Memverifikasi pasien sebelum meninggalkan
ruangan operasi

2 Penandaan lokasi operasi (site marking)


a. Melakukan pengisian formulir penandaan lokasi
operasi
b. Mengisi Nama pasien, tanggal operasi, nama
pengisi formulir

3 Verifikasi pasien sebelum induksi anastesi (sign in)


a. Mengidentifikasi pasien
b. Menjelaskan Prosedur pasien
c. Memberikan inform consent

4 Verivikasi pasien sebelum dilakukan insisi atau Tindakan


bedah (Time Out)
a. Memperkenalkan setiap anggota tim operasi
b. Mengidentifikasi benar pasien
c. Mengkonfirmasi pemberian obat atau antibiotic
kepada pasien

5 Verifikasi pasien sebelum meninggalakan ruang operasi


(sign out)
a. Pengecekan kelengkapan alat
b. Penghitungan instrumen
c. Pemberian label pada spesimen
TOTAL

Pelaksanaan SKP V bagi Perawat Terkait Pelayanan Kesehatan (n=10)

Pelaksanaan
No Komponen SKP V
Ya Tidak
1 Pelaksanaan 5 momen cuci tangan
2 Pelaksanaan hand wash
3 Pelaksaan handscrub
4 Pelaksaan cuci tangan bedah
5 Pelaksanaan cuci tangan bedah
6 Pelaksanaan audit hand hygiene

Pelaksanaan SKP VI bagi Perawat Terkait Pengurangan Resiko Jatuh (n=10)

Pelaksanaan
No Komponen SKP VI
Ya Tidak
1 Pencegahan pasien resiko jatuh
2 Penilaian Resiko Jatuh Pada Rawat Jalan dan Instalasi
Gawat Darurat
3 Prosedur Intervensi pasien Resiko Jatuh Rendah
4 Prosedur Intervensi pasien Resiko Jatuh Sedang
5 Prosedur Intervensi pasien Resiko Jatuh Tinggi
6 Assemen Ulang Resiko Jatuh
7 Pemasangan Dan Pelepasan Pita Kuning Di Rawat
Jalan,Stiker Fall Risk di Haemodialisa dan IGD
8 Pemasangan Dan Pelepasan Stiker Resiko Jatuh Pada
Gelang Pasien
9 Prosedur Penanganan Pasien Resiko Jatuh

SASARAN
KESELAMATAN
PASIEN (SKP)
SASARAN 4 : TERLAKSANANYA PROSES TEPAT-LOKASI, TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN YANG
MENJALANI TINDAKAN DAN PROSEDUR
Standar SKP 4
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur dan Tepat-
Pasien yang menjalani tindakan dan prosedur.
Maksud dan Tujuan SKP 4
Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur yang seragam sebagai berikut :
• Beri tanda di tempat operasi
• Dilakukan verifikasi pra-operasi
• Melakukan Time Out sebelum insisi kulit dimulai
• Melakukan verifikasi pasca operasi

Tujuan dari proses verifikasi pra-operasi adalah untuk:

• memastikan ketepatan tempat, prosedur dan pasien


• memastikan bahwa semua dokumen yang terkait, foto (imajing), dan hasil pemeriksaan yang relevan, diberi
label dengan benar dan tersaji
• memastikan tersedianya peralatan medik khusus dan atau implant yang dibutuhkan
Elemen Penilaian SKP 4 Telusur Skor
1. Ada regulasi untuk melakukan R Regulasi tentang pelaksanaan surgical safety check 10 TL
verifikasi sebelum, saat dan sesudah list - -
operasi dengan tersedianya “check 0 TT
list” (Surgical Safety Checklist dari
WHO Patient Safety 2009). (R)
2. Rumah sakit menggunakan satu D Bukti penandaan 10 TL
tanda ditempat sayatan operasi 5 TS
pertama atau tindakan invasif yang O Lihat form dan bukti penandaan 0 TT
segera dapat dikenali dengan cepat
sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan rumah sakit. (D,O)
3. Penandaan dilokasi operasi atau D Bukti pelaksanaan penandaan melibatkan pasien 10 TL
tindakan invasif dilakukan oleh staf 5 TS
medis yang melakukan operasi • DPJP 0 TT
atau tindakan invasif dengan O • Pasien/keluarga
melibatkan pasien. (D,O)
4. Sebelum operasi atau tindakan D Bukti form untuk mencatat pengecekan kesiapan 10 TS
invasif dilakukan, rumah sakit 5 TS
menyediakan “check list” atau Lihat form pencatatan 0 TT
proses lain untuk mencatat, O
apakah informed consent sudah
benar, apakah Tepat-Lokasi, Tepat-
Prosedur, Tepat-Pasien sudah
teridentifikasi, apakah semua
dokumen dan peralatan yang
dibutuhkan sudah siap tersedia
dengan lengkap dan
berfungsi dengan baik. (D,O)
Standar SKP 4.1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses Time-out yang dijalankan di kamar operasi sebelum
operasi dimulai, dilakukan untuk memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien yang
menjalani tindakan dan prosedur.
Elemen Penilaian SKP 4.1 Telusur Skor
1. Ada regulasi untuk melakukan R Regulasi tentang prosedur Time−Out 10 TL
tindakan sebelum operasi atau - -
tindakan invasif dilakukan, tim 0 TT
bedah melakukan prosedur Time-
Out di daerah dimana operasi atau
tindakan invasif dilakukan yang
dilakukannya sesuai kebijakan dan
prosedur yang
ditetapkan
rumahsakit. (R)
2. Rumah sakit D Bukti hasil pelaksanaan Time−Out 10 TL
menggunakan 5 TS
Komponen Time-Out terdiri dari O Lihat pelaksanaan Time −Out 0 TT
identifikasi Tepat-
Pasien,Tepat Prosedur dan tepat W • DPJP
Lokasi, persetujuan atas operasi dan • Staf klinis
konfirmasi bahwa proses verifikasi
sudah lengkap dilakukan. (D,O,W,S) S Peragaan proses time−out
3. Rumah sakit menggunakan D Bukti pelaksanaan Time−Out di luar kamar 10 TL
ketentuan yang sama tentang operasi 5 TS
Tepat- Lokasi, Tepat-Prosedur, 0 TT
Tepat- Pasien, Jika operasi O Lihat form terkait Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur,
dilakukan, termasuk prosedur Tepat-Pasien
tindakan medis dan gigi, diluar
kamar operasi. W DPJP
(D,O,W)

SASARAN 5: DIKURANGINYA RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN


Standar SKP 5
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan melaksanakan “evidence−based hand hygiene
guidelines” untuk menurunkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan SKP 5 : Lihat SNARS 1
Elemen Penilaian SKP 5 Telusur Skor
1. Ada regulasi tentang pedoman R Regulasi tentang kebersihan tangan (hand 10 TL
kebersihan tangan (hand hygiene), sesuai PPI 9 EP 1 - -
hygiene) yang mengacu pada 0 TT
standar WHO terkini. (R)
2. Rumah sakit melaksanakan program D Bukti pelaksanakan program kebersihan tangan (hand 10 TL
kebersihan tangan (hand hygiene) di hygiene) di seluruh rumah sakit, sesuai dengan PPI 9 EP 5 TS
seluruh rumah sakit sesuai regulasi 3 0 TT
(D,W)
W Staf RS
3. Staf rumah sakit dapat melakukan D Ada bukti dokumen pelaksanakan program kebersihan 10 TL
cuci tangan sesuai dengan tangan (hand hygiene) di seluruh rumah sakit sesuai 5 TS
prosedur. (W,O,S) dengan PPI 9 EP 1 0 TT

W Staf RS
4. Ada bukti staf melaksanakan lima W Staf RS 10 TL
saat cuci tangan. (W,O,S) 5 TS
O Lihat fasilitas untuk cuci tangan (1 tempat tidur satu 0 TT
handrub), lihat kepatuhan staf pada lima saat cuci
tangan.

S Peragaan cuci tangan


5. Prosedur disinfeksi di rumah sakit W Staf RS 10 TL
dilakukan sesuai dengan regulasi. 5 TS
(W,O,S) O Lihat fasilitas untuk disinfeksi dan pelaksanaan 0 TT
disinfeksi

S Peragaan disinfeksi, sesuai dengan PPI 7.2 EP 4


6. Ada bukti rumah sakit melaksanakan D Bukti pelaksanaan evaluasi upaya menurunkan infeksi 10 TL
evaluasi terhadap upaya sesuai dengan PPI 6.2 EP 2 5 TS
menurunkan angka infeksi terkait 0 TT
pelayanan kesehatan. (D,W) W •
Komite/Tim PMKP
• Komite/Tim PPI
SASARAN 6 : MENGURANGI RISIKO CEDERA KARENA PASIEN JATUH
Standar SKP 6
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mengurangi risiko pasien jatuh.
Maksud dan tujuan : lihat SNARS 1
Elemen Penilaian SKP 5 Telusur Skor
1. Ada regulasi yang mengatur tentang R Regulasi tentang mencegah pasien cedera 10 TL
mencegah pasien cedera karena karena jatuh - -
jatuh (R) 0 TT
2. Rumah sakit melaksanakan suatu D Bukti dalam RM tentang pelaksanaan asesmen 10 TL
proses asesmen terhadap semua risiko jatuh 5 TS
pasien rawat inap dan rawat 0 TT
jalan dengan kondisi, diagnosis, O Lihat hasil asesmen risiko jatuh di rawat inap dan
lokasi terindikasi berisiko tinggi rawat jalan
jatuh sesuai kebijakan dan
prosedur (D,O,W) W • PPJA
• Staf klinis
3. Rumah sakit melaksanakan proses D Bukti dalam RM tentang pelaksanaan asesmen 10 TL
asesmen awal, asesmen lanjutan, risiko jatuh 5 TS
asesmen ulang dari pasien pasien 0 TT
rawat inap yang berdasar catatan O Lihat asesmen awal dan ulang/lanjutan dari
teridentifikasi risiko jatuh (D,O,W) pasien rawat inap.

W • PPJA
• Staf klinis

Anda mungkin juga menyukai