Anda di halaman 1dari 81

Stephani M Nainggolan

PERSI CABANG DIY

Seminar Strategi Menyusun Hospital


Disaster Plan
12 Nov 2013
 Indonesia adalah salah satu Negara di dunia ini
yang sangat rawan bencana :
 Hampir semua jenis bencana bisa terjadi di
Indonesia baik Bencana alam maupun buatan
manusia
 Jenis bencana menurut BNPB : Banjir, gempa
bumi, tsunami, erupsi gunung vulkanik, tanah
longsor, gelombang pasang, puting beliung, KLB,
kecelakaan industri , kebakaran hutan dan
lahan, kecelakaan transportasi, konflik
kerusuhan, aksi teror, kekeringan , Hama
Tanaman .
 Bencana disebabkan letak geografis, kondisi
geografi, serta keadaan psiko-sosio-kultural
masyarakatnya
 Setiap kejadian bencana, Institusi Kesehatan terutama Rumah
Sakit selalu memegang peran yang sangat penting.
 Berdasarkan pengalaman di lapangan, terkesan bahwa Rumah
Sakit sering kali tidak menunjukkan kesiapan yang memadai
menghadapi bencana ini.
 Akibatnya disetiap kejadian bencana, hambatan dan kekurangan-
kekurangan yang sama selalu berulang ditemui oleh Rumah Sakit.
 Salah satu penyebab ketidaksiapan Rumah Sakit tersebut adalah
belum adanya petunjuk yang baku sehingga belum ada persepsi
yang sama terhadap kesiapan menghadapi bencana
 Dalam usaha meminimalkan resiko bencana, diharapkan Rumah
Sakit mempunyai perencanaan dan prosedur untuk penanganan
bencana dalam bentuk Hospital Disaster Plan.
 Dengan adanya perencanaan ini diharapkan rumahsakit dapat
menangani korban secara lebih baik dalam situasi bencana.
 26 Desember 2004, gempa bumi besar terjadi di
dalam laut sebelah barat Pulau Sumatra di dekat
Pulau Simeuleu, yg memicu tsunami yang
menewaskan lebih dari 225.000 jiwa di sebelas
negara dan menimbulkan kehancuran hebat di
banyak kawasan pesisir di negara-negara yang
terkena.
 Sepanjang abad XX hanya sedikit bencana yang
menimbulkan korban jiwa masif seperti itu.
 Di Indonesia gempa bumi dan tsunami
mengakibatkan sekitar 165.708 korban jiwa dan
nilai kerusakan yang ditimbulkannya mencapai
lebih dari Rp 48 triliun, (BNPB, tahun 2010)
 Pada keadaan tertentu rumah sakit menjadi
“korban” dari bencana, seperti kejadian
gempa bumi disertai Tsunami di Aceh
 Tahun 2004, rumah sakit mengalami “total
collapse” dari semua sistem yang ada di
rumah sakit (infra struktur, sarana, tenaga,
peralatan dan lain-lain) dan gempa bumi
yang terjadi di Yogyakarta, rumah sakit
mengalami “collaps function” sementara
waktu.
 Rumah sakit harus siap dalam perencanaan
manajemen bencana.
 Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna.
 Pendirian Rumah Sakit bertujuan
memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
rumah sakit dan sumber daya manusia di
rumah sakit.
 Standar Akreditasi rumah sakit  bahwa
setiap rumah sakit harus memiliki Hospital
Disaster Plan secara tertulis. (UU RS tahun
2009)
 UUNo. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
bahwa Rumah Sakit berkewajiban :
Memberikan pelayanan gawat darurat,
Berperan aktif dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada bencana
Melaksanakan fungsi sosial antara lain
dengan pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa
Berkewajiban memiliki sistem pencegahan
kecelakaan dan penanggulangan bencana
UNDANG-UNDANG NO. 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
BAB V
PERSYARATAN SARANA, PRASARANA
DAN PERALATAN RS UMUM

 Pasal7
(1) Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, keselamatan dan peralatan
BagianKetujuh ( tentang Peralatan )
Pasal17
 Rumahsakit yang tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
pasal7, pasal8, pasal9, pasal10, pasal11,
pasal12, pasal13, pasal14, pasal15
danpasal16 tidak diberikan izin mendirikan,
dicabut atau tidak diperpanjang izin
operasional RumahSakit
DEFINIS OPERASIONAL

 Bentuk penyusunan perencanaan menghadapi


situasi darurat atau rencana kontingensi,
dimaksudkan agar RS tetap berfungsi sehari-
hari terhadap pasien yang sudah ada
sebelumnya (business continuity plan). 
disebut sebagai Rencana Penanggulangan
Bencana di Rumah Sakit (Hospital Disaster
Plan).
 Untukmengetahui Kesiapan Rumah Sakit
dalam Penanganan Korban Bencana meliputi
kesiapan sumber daya manusia (SDM), Sarana
dan Prasarana, Prosedur dan Keuangan
Dibutuhkan data yang berhubungan
dengan kesiapan Rumah Sakit
dalam penanganan korban
bencana :
 Tim penanggulangan bencana
rumah sakit
 Ketersediaan anggaran dalam
penanganan korban bencana.
 Kebijakan dan Standar Prosedur
Operasional (SPO) penanganan
korban bencana
 Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah
Sakit
 pernah mengikuti pelatihan yang
berhubungan dengan penanganan
kedaruratan dan korban bencana seperti TOT
Hospital Preparednes for Emergencies &
Disaster (HOPE), TOT Peningkatan Kapasitas
 Advanced Cardiac Life Support Course
(ACLS), Pelatihan Advanced Trauma Life
Support (ATLS), Basic Trauma Cardiac Life
Support (BTCLS),
 Kesiapan Fasilitas, Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit
 Alat kesehatan untuk penanganan keadaan
darurat tersedia di IGD sesuai dengan
kapasitas Tempat Tidur IGD
 Obat-obatan untuk keadaan darurat cukup
tersedia di IGD dan Gudang Farmasi,
 RS mempunyai Ambulance dan mobil
jenazah.
 Kebijakan dan Standar Prosedur Operasional
(SPO) Rumah Sakit
 Dokumen Standar Pelayanan Keselamatan
Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana,
 Disaster Program
 Skema Zona Risiko Tinggi, Skema Zona Evakuasi
Bencana bagi Pasien, Pengunjung dan Karyawan
 Jalur evakuasi,
 Tanda bahwa rumah sakit mempunyai daerah
penampungan di luar rumah sakit.
 beberapa brancard dan kursi roda yang siap
di depan dan di belakang
 IGD. Sarana komunikasi yang ada hanya
Telepon dan Hand Phone , radio.
 Tenda darurat untuk RS lapangan ada di
bagian perlengkapan, Pusat infomasi
 sebagai tempat Area penampungan pasien,
pengunjung dan karyawan jika terjadi
bencana.
Dalam situasi bencana, yang paling sering
permasalahan muncul di RS adalah :
 Pada satu saat ada penderita dalam jumlah
banyak yang harus dilayani sehingga
persiapan yang terlalu sederhana (simple
alarm) akan tidak mencukupi, dan diperlukan
persiapan yang lebih komperhensif dan
intensif (Organization for a Mass admission
of Patients – OMP).
 Kebutuhan yang melampaui kapasitas RS,
dimana hal ini akan diperparah bila terjadi
kekurangan logistic dan SDM, atau kerusakan
terjadi infra struktur dalam RS itu sendiri.
 Konsep dasar suatu HDP adalah melindungi
semua pasien, karyawan, dan tim penolong
serta respon yang optimal dan efektif dari
tim penanggulangan bencana yang berbasis
pada struktur organisasi RS sehari-hari
 Perencanaan dalam HDP harus sudah diuji
dalam suatu simulasi
 Disosialisasikan ke internal RS maupun
institusi lainnya yang berhubungan.
 Perlu dipersiapkan sejak awal bahwa suatu
HDP merupakan bagian integral dalam sistim
penangulangan bencana lokal /daerah
setempat.
 “Bila perencanaan yang sudah disusun tidak
pernah di uji coba, dapat dipastikan kalau
perencanaan tersebut akan gagal
•Internal Marketing
•HIS Integration dll.
Tim
Pendukun
g

Tim Standar

•IPSG
Tim Pengarah •ACC
Tim
•PFR, dst. Implementa
si

Ketua dan •Rawat Inap


•IGD
Sekretariat
•OK, dst.
 Manajemen atau institusi menetapkan,
menyediakan dan memelihara infrastruktur yang
diperlukan untuk menjalankan aktifitas
organisasi dan menghasilkan produk berupa jasa
di bidang pelayanan kesehatan umumnya dan
pelayanan spesifik khususnya. Termasuk
didalamnya
 a.Bangunan, ruang kerja dan sarana
pendukungnya/prasarana
 b.Peralatan, perangkat keras dan perangkat
lunak (komputer, peralatan elektromedis, dan
alat kesehatan lainnya
 c.Sarana pendukung lain seperti ambulans, listrik
medik, gas medik, lift medik, dll
 Manajemen atau institusi memelihara
lingkungan kerja yang dibutuhkan untuk
mencapai hasil kerja yang maksimal, baik
untuk karyawan, pasien, masyarakat,
maupun pengunjung; seperti suhu,
ruangan, penerangan di ruang kerja,
persyaratan Analisa mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
 Pengendali Penyediaan Produksi dan
Pelayanan
 Pelaksanaan kegiatan pelayanan
menggunakan Standart Operating Procedure
(SOP)yang jelas sehingga memudahkan
pelaksana mengerjakan tugasnya.
 Tiap jenis pelayanan yang diberikan,
didukung dengan peralatan yang memadai,
dan terpelihara melalui jadwal pemeliharaan
dan kalibrasi yang terprogram
 KeselamatanPasien, Pengunjung dan Petugas
 Utilisasi
 Optimalisasi
 PemenuhanRegulasi
 MenurunkanBahaya, KontrolBahaya,
danResiko
 MencegahKecelakaan danPerlukaan
 Memelihara“SAFE CONDITION
 RSharus menyediakan fasilitas yang aman,
fungsional dan mendukung bagi pasien, keluarga,
staf dan pengunjung .

 Perlu manajemen yang efektif:


 Fasilitas fisik
 Peralatan medis dan lainnya
 Manusia
 Kepemimpinan dan Perencanaan
 Keselamatan dan Keamanan
 Bahan Berbahaya
 Kesiapan Menghadapi Bencana
 Penanganan Kebakaran
 Peralatan Medis
 Sistem Utilitas
 Edukasi Staf
24 Standar,
93 Element
Penilaian

Leadership and planning • 4 Standar, 12 Elemen Penilaian


Safety and security • 3 Standar, 11 Elemen Penilaian

Hazardous material • 1 Standar, 8 Elemen Penilaian

Disaster Preparedness • 2 Standar, 5 Elemen Penilaian

Fire Safety • 4 Standar, 17 Elemen Penilaian

Medical Equipment • 3 Standar, 11 Elemen Penilaian

Utility Systems • 3 Standar, 9 Elemen Penilaian

Staff education • 4 Standar, 10 Elemen Penilaian

30 APRIL 2012 33
1. Keselamatan dan keamanan
 Keselamatan: bangunan, lantai dan peralatan
tidak menimbulkan bahaya/risiko bagi pasien,
staf, pengunjung
 Keamanan: Perlindungan dari kerugian,
kerusakan, gangguan, akses atau penggunaan
oleh pihak yang tidak berwenang.
2. Bahan berbahaya: penanganan,
penyimpanan, penggunaan, pengendalian
bahan radioaktif dan lainnya
3. Manajemen Kegawatdaruratan: respon
terencana dan efektif terhadap epidemik,
bencara, dan emergensi
4. Penanganan kebakaran: properti dan
penghuni terlindung dari api dan asap
5. Peralatan medis: Peralatan dipilih,
dipelihara dan digunakan dengan cara yg
meminimalkan risiko
6. Sistem utilitas: listrik, air dan sistem lain
dipelihara untuk meminimalkan risiko
kegagalan operasional
PASIEN

KELUARGA PASIEN

STAF

PENGUNJUNG
ID Card Penunggu
Pasien/Tamu

ID Card Tenant
Pemantauan CCTV
Akses Ruang Bayi
(hanya menggunakan
ID perawat)
inventarisa
si

Penanganan
Labeling
penyimpana
n
penggunaan

B3
Pembuangan
Dokumentasi
limbah

APD
Simbol & Label
Penyimpanan B3 B3
Proses
Pengangkutan Survey ke Lokasi
Pembakaran
(incinerator )
 simulasipenanggulangan kebakaran namun
simulasi ini dgn melibatkan Tim
Penanggulangan Bencana Rumah Sakit,
 BILA TERJADI KEBAKARAN DALAM
RUANGAN INI, KE ARAH MANA KITA
LARI ?
 APAKAH PINTU KE LUAR DALAM
RUANGAN INI MEMENUHI SYARAT ?
 APAKAH DALAM RUANGAN INI ADA
ALAT PEMADAM ?
 BERAPA LAMA DIPERLUKAN UNTUK
SAMPAI KE EKSIT ? BAGAIMANA BILA
TERJADI KEBAKARAN DI
RUMAH SAKIT ?
Pemeriksaan
 InventarisasiPeralatan Medis
 Pemeliharaan Peralatan
 Perbaikan Peralatan
 Pengujian dan kalibrasi peralatan
 Pelatihan Pengguna dan Teknisi Peralatan
medis
 Sistem Recall (penarikan peralatan)
 Validasi Penyediaan Proses untuk Produksi dan
Pelayanan
 Manajemen atau institusi melakukan validasi
atas proses yang tidak dapat diverifikasi hasil
akhirnya dalam hal :
 a.Kualifikasi personel yang melakukan
pelayanan.
 b.Kualitas peralatan medis dan non-medis yang
akan digunakan
 c.Pencatatan atas proses tersebut
 d.Penggunaan prosedur (SOP, SPM) yang telah
disetujui secara periodik dan bila diperlukan
ditinjau ulang
 Dalam mengendalikan keakuratan dan kesesuaian hasil dari peralatan
yang digunakan, manajemen atau institusi secara berkesinambungan
melakukan pemeliharaan dan pemantauan peralatan secara seksama.
Untuk hal tersebut, manajemen atau institusi :
a.Melakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang telah diidentifikasi untuk
dikalibrasi, sesuai jadwal kalibrasi yang mengacu pada standar nasional
kalibrasi alat, baik secara internal maupun eksternal.
b.Memberikan identitas yang jelas termasuk status kalibrasi.
c.Memberikan perlindungan terhadap penyetelan yang tidak perlu, sehingga
hasil kalibrasi tidak terganggu.
d.Memberikan perlindungan fisik terhadap alat ukur selama penanganan,
pemeliharaan dan penyimpanan, dari hasil kondisi yang dapat merusak
alat.
e.Melakukan penyimpanan catatan mutu hasil kalibrasi.
f.Bila ditemukan alat ukur yang digunakan selama ini rusak atau tidak layak
kalibrasi atau kalibrasi berubah dari standar, maka bagian/unit terkait
bertanggungjawab untuk memeriksa dan menyimpan validitas hasil
pengukuran sebelumnya yang menggunakan alat ukur tersebut.
 Hasil yang diharapkan dari HDP :
1. Korban dalam jumlah banyak mendapat
penanganan sebaik mungkin, melalui
optimalisasi kapasitas penerimaan dan
penanganan pasien, dan pengorganisasian
kerja secara profesional korban tetap dapat
ditangani secara individu, termasuk pasien yg
sudah dirawat sebelum bencana terjadi.
2. Penanganan korban di luar RS, bantuan medis
diberikan dalam bentuk pengiriman tenaga medis
maupun logistik medis yang diperlukan.
 Pada kasus dimana bencana terjadi didalam RS
(Internal Disaster), seperti terjadinya kebakaran,
gempa yang mengakibatkan bangunan roboh, target
dari HDP adalah :
1. Mencegah timbulnya korban manusia,
kerusakan harta benda maupun lingkungan,
dengan cara :
• Membuat SPO yang sesuai
• Melatih karyawan agar dapat menjalankan
SPO tersebut
• Memanfaatkan bantuan dari luar secara
optimal.
2. Mengembalikan fungsi normal RS secepat mungkin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai