Anda di halaman 1dari 27

PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS KESEHATAN

BLUD RUMAH SAKIT KONAWE


2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Provinsi Jawa Tengah (RSUD
Tugurejo) selanjutnya disebut Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
diperuntukkan bagi masyarakat dan merupakan tempat kerja yang memiliki
risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia
rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit. Proses kegiatan pemberian pelayanan, lingkungan kerja
maupun kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak
memenuhi standar dapat merupakan sumber bahaya potensial yang dapat
mengganggu keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia yang ada di
rumah sakit. Bahaya potensial (hazard) yang dimaksud dapat digolongkan
ke dalam bahaya potensial fisika (kebisingan, getaran, lantai licin,), kimia
(desinfektan, clorine, formaldehide), biologi (bakteri, virus, kecoa dan lain
lain), ergonomi (manual handling, posisi statis dan lain-lain), dan psikososial
(beban kerja, hubungan kerja yang tidak harmonis dan lain lain). Selain itu
juga terdapat bahaya potensial mekanikal (tertusuk, terpotong), elektrikal
(tersengat listrik) dan limbah (limbah padat medis dan non medis).
Rumah sakit perlu membentuk satuan kerja yang dapat mengelola,
memantau dan memastikan fasilitas dan pengaturan keselamatan yang ada
sehingga tidak menimbulkan potensi bahaya dan risiko yang akan
berdampak buruk bagi pasien, staf dan pengunjung. Satuan kerja yang
dibentuk berupa Tim Manajeman Fasilitas Keselamatan yang disesuaikan
dengan kebutuhan, ketersediaan sumber daya dan beban kerja rumah sakit.
Rumah Sakit harus memiliki program pengelolaan fasilitas dan keselamatan
yang menjangkau seluruh fasilitas dan lingkungan Rumah Sakit.
2

B.Tu.juan
l.Umum
Menetapkan Kebijakan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) di
Rum.ah Sakit.
2. Khusus
a. Merencanakan program kerja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK);
b. Melaksanakan program kerja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK};
c. Pemantauan dan evaluasi program kerja Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK);

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) di Rumah Sakit
meliputi:
1. Kepemimpinan dan perencanaan;
2. Keselamatan;
3. Keamanan;
4. Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) dan Lim.bah 83;
5. Proteksi Kebakaran;
6. Peralatan Medis;
7. Sistem Utilitas;
8. Penanganan Kedaruratan dan Bencana;
9. Konstruksi dan Renovasi;
10. Pelatihan.

D.Batasan Operasional
1. Kepemimpinan dan perencanan adalah upaya yang dilakukan dalam
bidang perencanaan dan penganggaran untuk penggantian atau
peningkatan fasilitas, sistem, dan peralatan yang diperlukan untuk
memenuhi terselenggaranya manajeman fasilitas dan keselamatan.
2. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik
terhadap manusia, maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek
kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak
langsung.
3. Keamanan adalah upaya untuk melindungi property milik rumah sakit,
pasien, staf, keluarga, dan pengunjung dari bahaya kehilangan,
kerusakan, atau pengrusakan oleh orang yang tidak berwenang
3

4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (83) adalah upaya


meminimalkan risiko penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (83) terhadap sumber daya
manusia Ru.mah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan Rumah Sakit.
5. Proteksi kebakaran adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebakaran di Rumah Sakit, Pengendalian kebakaran adalah
upaya yang dilakukan untuk memadamkan api pada saat terjadi
kebakaran dan setelahnya.
6. Pengelolaan peralatan medis adalah upaya yang dilakukan untuk
menjaga dan memastikan peralatan medis aman bagi sumber daya
manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan Rumah Sakit
7. Sistim utilitas adalah upaya yang dilakukan untuk memastikan dan
menjaga kebutuhan utilitas aman bagi sum.her daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit.
8. Penanganan kedaruratan dan bencana adalah suatu rangkaian kegiatan
yang dirancang untuk meminimalkan dampak kerugian atau kerusakan
yang mungkin terjadi akibat keadaan darurat oleh karena kegagalan
teknologi, ulah manusia atau bencana yang dapat terjadi setiap saat dan
dimana saja (internal dan eksternal).
9. Kontruksi dan renovasi adalah suatu kegiatan renovasi, pembongkaran
dan pemeliharaan gedung rumah sakit.
10. Pelatihan adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia di Rumah Sakit
mengenai program kerja MFK.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07 /Menkes/ 1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sa.kit.
4

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Distribusi Ketenagaan
Dalam Tim Manajemen Fasilitas Keselamatan (MFK) dibutuhkan
ketenagaan dengan syarat - syarat sebagai berikut :
1. Penanggung Jawab adalah minimal seorang Dokter atau Sl bidang
Kesehatan, mempunyai kemampuan kepemimpioan manajerial yang baik
serta ditetapkan oleh Direktur;
2. Wakil Penanggung Jawab adalah minimal berpendidikan Sl bidang
Kesehatan, mempunyai kemampuan kepemimpinan manajerial yang baik
serta ditetapkan oleh Direktur;
3. Sekretaris adalah minimal berpendidikan S1 bidang Kesehatan,
berkomunikasi dengan baik, memiliki sertifikat K3RS serta dapat
mengoperasionalkan komputer serta ditetapkan oleh Direktur;
4. Koordinator Program Kerja adalah seseorang yang memiliki komitmen
dan kompetensi dibidang masing-masing program kerja serta ditetapkan
oleh Direktur;
5. Anggota program kerja adalah Pegawai Rumah Sakit dari berbagai unsur
bagian rumah sakit sesuai kedudukan dalam tim, yaitu :
a. Program kerja kepemimpinan dan perencanaan terdiri dari unsur
teknik rumah tangga, teknik medik, dan teknik lingkungan;
b. Program kerja keselamatan terdiri dari unsur rumah tangga,
satpam, keperawatan, teknik medik dan teknik lingkungan;
c. Program kerja keamanan terdiri dari unsur rumah tangga, satpam;
d. Program kerja bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 terdiri
dari unsur teknik lingkungan, unsur kefarmasian, unsur
laboratorium;
e. Program kerja proteksi kebakaran terdiri dari unsur rumah tangga,
satpamdan teknik lingkungan;
f. Program kerja peralatan medis terdiri dari unsur teknik medik;
g. Program kerja sistem utilitas terdiri dari unsur rumah tangga;
h. Program kerja kedaruratan dan bencana terdiri dari unsur perawat,
dokter IGD serta staf telah mendapatkan pelatihan Kebencanaan I
K3RS;
i. Program kerja kostruksi dan renevasi terdiri dari unsur rumah
tangga;
J. Program kerja pelatihan terdiri dari unsur bagian diklat.
5

B.Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK}
dilaksanakan setiap bulan untuk program kerja:
1. Keselamatan;
2. Keamanan;
3. Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3} dan Limbah B3;
4. Proteksi Kebakaran;
5. Peralatan Medis;
6. Sistem Utilitas;
7. Penanganan Kedaruratan dan Bencana.

Untuk program kerja yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan


adalah:
1. Konstruksi dan Renovasi.
2. Pelatihan.
6

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

8 TR,llt.W..CE.M.1AE

E CS
SO.~AASIR.RAWATIW.
F
~RAWAt~

L M• C<l!l£K

-
O ICi
=*HCA. PSRS, Taul.StRU1.Wt l

_
CLO.AkC IAA'AHG
p GASCENT4"t.

,. 0

Gambar 1.
Denah Rumah Sa.kit

Ruangan Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) terletak di


ged ung C lantai 2.

Gambar2. Denah
Ruang MFK

Keterangan :
1. Ruang Kepala Seksi Penunjang Non Medik;
2. Ruang Kepala Seksi Penunjang Medik;
7

3. Ruang Rapat Bidang Penunjang;


4. Ruang Kepala Bidang Penunjang;
5. Ruang TKRS;
6. Ruang MFK dan K3RS;
7. Lift;
8. Tangga;
9. Ruang Sholat;
10. Koridor;
11. Ruang staf Bidang Pelayanan;
12. Ruang rapat Bidang Pelayanan;
13. Ruang Sub Koordinator Pelayanan.

B. Standar Fasilita.s
Fasilita.s yang ada di ruangan Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK)adalah:
1. Meja sebanyak 1 buah;
2. Kursi sebanyak 3 buah;
3. Almari kaca sebanyak 1 buah;
4. AC sebanyak 1 buah.
8

BAB IV
TATA LAKSANA

Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)adalah satuan kerja


yang dibentuk untuk mengelola, memantau dan memastikan fasilitas dan
keselamatan yang ada di Rumah Sakit tidak menimbulkan potensi babaya
yang akan berdampak bagi pasien, pengunjung, maupun staff. Adapun
program kerja Tim MFK meliputi : program kerja kepemimpinan dan
perencanaan, program kerja keselamatan, program kerja keamanan, program
kerja pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3)dan Limbah B3, program
kerja proteksi kebakaran, program kerja peralatan medis, program kerja sistern
utilitas, program kerja penanganan kedaruratan dan bencana, program kerja
konstruksi dan renovasi dan program kerja pelatihan,

A. Program Kerja Kepemimpinan dan Perencanaan


Program kerja kepemimpinan dan perencanaan bertugas menyusun
program manajemen fasilitas dan keselamatan di Rumah Sakit meliputi
menyusun kebijakan program kerja, penetapan organisasi, merencanakan
anggaran, pemantauan sarana dan prasarana Rum.ah Sakit.
1. Menyusun Kebijakan
Kebijakan serta tujuan dari program MFK harus tertulis secara resmi
dan ditetapkan oleh Direktur. Kebijakan tersebut harus jelas dan
mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh SDM Rumah Sakit baik
manajemen, karyawan, kontraktor, pemasok dan pasien, pengunjung,
pengantar pasien, tamu serta pihak lain yang terkait dengan ta.ta cara
yang tepat. Selain itu semuanya bertanggung jawab mendukung dan
menerapkan kebijakan pelaksanaan MFKserta prosedur-prosedur yang
berlaku di Rumah Sakit selama berada di lingkungan rumah sakit.
Kebijakan MFKharus disosialisasikan dengan berbagai upaya pada saat
rapat pimpinan, rapat koordinasi, rapat lainnya, spanduk, banner,
poster, audiovisual, dan lain-lain.

2. Penetapan Organisasi
Dalam pelaksanaan MFK diperlukan orgarusasi yang dapat
menyelenggarakan program-program MFK secara menyeluruh.
Organisasi dapat berupa Tim yang di sahkan oleh Direktur. Struktur
organisasi Tim MFK terdiri dari penanggung jawab, wakil penanggung
jawab, sekretaris dan koordinator dan anggota program kerja. Yang
9

masing-masing mempunyai tugas dan fungsi yang jelas sehingga


didalam pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara maksimal.

3. Merencanakan Anggaran
Anggaran sangatlah diperlukan untuk mendukung program dapat
berjalan sesuai dengan semestinya. Perencanaan anggaran yang tepat
akan menentukan keberhasilan dari masing-masing kegiatan.

4. Pemantauan Sarana dan Prasarana


Pemantauan sarana dan prasarana sangatlah diperlukan guna
mengetahui kualitas dan kuantitas dari sarana dan prasarana tersebut.
Kegiatan pemantauan sarana dan prasarana ini dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan facility tour. Kegiatan ini dilakukan secara terus
menerus minimal l bulan sekali. Hasil dari pemantauan dibuat laporan
sebagai dasar merencanakan anggaran untuk pengajuan penggantian
apabila ada yang sudah mengalami kerusakan.

B. Program Kerja Keselamatan


Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung,
halaman/ ground, peralatan, teknologi medis, informasi serta sistem di
lingkungan Rumah Sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko fisik bagi
pegawai, pasien, pengunjung serta masyarakat sekitar. Keselamatan
merupakan kondisi atau situasi selamat dalam melaksanakan aktivitas atau
kegiatan tertentu.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan standar
keselamatan sebagai berikut:
1. Pemetaan area berisiko terjadinya gangguan keselamatan Rumah Sakit;
2. Identifikasi dan penilaian risiko yang komprehensif menyangkut
keselamatan;
3. Melakukan upaya pengendalian dan pencegahan lain pada kejadian
tidak selamat antara lain :
a. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD}, sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan;
b. Cara kerja aman, dengan selalu berpedoman pada Standar
Operasional Prosedur {SOP), serta dilindungi oleh peraturan-
peraturan yang ada;
c. Pengelolaan lingkungan untuk selalu menyesuaikan dengan lingkup
pekerjaan yang dilakukan, dengan substitusi, eliminasi dan
administrasi;
10

d. Penempatan pasien yang tepat, dengan pemberian pengaman tempat


tidur yang cukup, pegangan khusus pada kamar mandi, dengan
tujuan menghindari pasien jatuh (patient safety);
e. Pencegahan kecelakaan dan cidera, dengan pemherian atau
penempatan tanda-tanda bahaya atau risiko yang jelas di setiap
sudut Rum.ah Sa.kit, agar memudahkan pasien, staf dan pengunjung
mendapatkan pelayanan yang diharapkan;
f. Melakukan pengkajian keselamatan dan keamanan selama terdapat
proyek konstruksi dan renovasi serta penerapan strategi-strategi
untuk mengurangi risiko.

C.Program Kerja Keamanan


Keamanan adalah suatu kondisi yang melindungi properti milik Ru.mah
Sakit, sumher daya manusia Rumab Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari bahaya pengrusakan
dan kehilangan atau akses serta penggunaan oleh mereka yang tidak
berwenang. Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang
mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil
maupun non materil.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan standar
keamanan sebagai berikut:
1. Pemetaan area berisiko terjadinya gangguan keamanan di Rumah Sakit;
2. Identifikasi dan penilaian risiko yang komprehensif menyangkut
keamanan;
3. Melakukan upaya pengendalian dan pencegahan lain pada kejadian
tidak aman antara lain:
a. Cara kerja aman dengan selalu berpedoman pada Standar Prosedur
Operasional {SPO) serta dilindungi oleh peraturan-peraturan yang
ada;
b. Pemeliharaan kondisi yang aman, dengan mensosialisasikan kode-
kode yang disepakati dan harus dipahami oleh seluruh pekerja
(kebijakan diserahkan kepada unit kerja terkait), untuk menjamin
keamanan Rumah Sakit, sebagai contoh :
1) Kode merah untuk bahaya kebakaran;
2) Kode biru untuk serangan jantung atau kondisi tidak sadar;
3) Kode merah muda/ pink untuk penculikan bayi;
4) Kode ungu untuk kondisi darurat (evakuasi total);
11

c. Menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki


rencana untuk mengurangi risiko yang sudah jelas dan menciptakan
fasilitas fisik yang aman bagi pasien, keluarga pasien, staf dan
pengunjung.
d. Melakukan pemantauan dan pengamanan area-area yang
diidentifikasi berisiko keamanan.
e. Memastikan sernua staf, pegawai pihak ketiga, dan vendor sudah
diidentifikasi.
f. Memberikan tanda pengenal sernentara selarna di area Rurnah Sakit. g.
Semua area berisiko tinggi keamanan dan area-area yang terbatas
sudah diidentifikasi, didokurnentasi dan dipantau serta terjaga
keamanannya. Contohnya ruang bayi, ICU, utililitas, dan lain-lain.
h. Memastikan perlindungan setiap orang yang ada di Rurnah Sakit
terhadap kerugian pribadi dan dari kehilangan atau kerusakan
properti.

D.Program Kerja Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (83) dan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (83)
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (83) dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya meminimalkan risiko
penggunaan 83 dan limbah 83 terhadap sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit.
83 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/ atau jumlah, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup serta mencemarkan dan/ atau merusak lingkungan
hidup sekitamya.
Limbah 83 adalah adalah sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan yang
mengandung 83. Untuk di rumah sakit, limbah rnedis termasuk limbah
83.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan standar
Pengelolaan 83 dan Limbah 83 sebagai berikut:
1. Identifikasi dan lnventarisasi 83 dan Limbah 83 yang di rumah sakit.
Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jurnlah semua 83 dan instalasi yang
akan ditangani untuk mengenal ciri- ciri dan karakteristiknya.
Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat rnernbedakan satu dengan lainnya.
12

2. Mengawasi pelaksanaan kegiatan inventarisasi, penyimpanan,


penanganan, penggunaan B3.
a. Menyiapkan dan Memiliki Lembar Data Keselamatan Ba.han
(Material Safety Data Sheet). Informasi mengenai bahan-bahan
berbahaya terkait dengan penanganan yang aman, prosedur
penanganan tumpahan, dan prosedur untuk mengelola pemaparan
sudah yang terbaru dan selalu tersedia.
b. Menyiapkan sarana keselamatan B3:
1) Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
2) Penyiram badan (body wash);
3) Pencuci mata (eyewasher);
4) Alat Pelindung Diri (APD);
5) Rambu dan Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3};
6) Spill Kit.

3. Pembuatan Pedoman dan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan B3


dan Lim.bahB3 yang Aman:
a. Menetapkan dan menerapkan secara aman bagi petugas dalam
penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan- bahan dan
limbah B3;
b. Menetapkan dan menerapkan cara penggunaan alat pelindung diri
yang sesuai dan prosedur yang dipersyaratkan sewaktu
menggunakannya;
c. Menetapkan dan menerapkan pelabelan bahan-bahan dan limbah
berbahaya yang sesuai;
d. Menetapkan dan menerapkan persyaratan dokumentasi, termasuk
surat izin, lisensi atau lainnya yang dipersyaratkan oleh peraturan
yang berlaku;
e. Menetapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi)
untuk tumpahan dan paparan B3;
f. Menetapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan.

4. Penanganan Keadaan Darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


a. Melakukan pelatihan dan simulasi tumpahan B3;
b. Menerapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan B3;
c. Menerapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi)
untuk tumpahan dan paparan B3.
13

E. Program Kerja Proteksi Kebakaran


Proteksi kebakaran adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebakaran di Rumah Sakit. Pengendalian kebakaran adalah
upaya yang dilakukan untuk memadamkan api pada saat terjadi
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan standar
proteksi kebarakan yaitu :
1. Identifikasi Area Berisiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan
a. Mengetahui potensi bahaya kebakaran yang ada di tempat kerja,
dengan membuat daftar potensi-potensi bahaya kebakaran yang ada
di semua area Rumah Sakit;
b. Mengetahui lokasi dan area potensi kebakaran secara spesifik,
dengan membuat denah potensi berisiko tinggi terutama terkait
bahaya kebakaran;
c. lnventarisasi dan pengecekan sarana proteksi kebakaran pasif dan
aktif:
1) proteksi kebakaran secara aktif, contohnya APAR, hidran, detektor
api, detektor asap, sprinkler, dan lain-lain;
2) proteksi kebakaran secara pasif, contohnya jalur evakuasi, pintu
darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman, ram,
kompartemen, dan lain- lain.

2. Pemetaan Area Berisiko Tinggi Kebakaran dan Ledakan


a. Peta area risiko tinggi ledakkan dan kebakaran;
b. Peta keberadaan alat proteksi kebakaran aktif (APAR, hydrant);
c. Peta jalur evakuasi dan titik kumpul aman;
d. Denah lokasi di setiap Gedung.

3. Pengurangan Risiko Bahaya Kebakaran dan Ledakan


a. Sistim peringatan dini;
b. Tanda-tanda dan/atau rambu evakuasi;
c. Akses keluar, akses evakuasi, dan area tempat titik kumpul aman;
d. Penyediaan alat evakuasi untuk gedung bertingkat;
e. penempatan bahan mudah terba.kar aman dari api dan panas ;
f, Pengaturan konstruksi gedung sesuai dengan prinsip keselamatan
dan kesehatan kerja, sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
g. Penyimpanan B3 yang mudah terbakar dan gas medis;
14

h. Pelarangan bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasten,


pendampingpasien, clan pengunjung yang dapat menimbulkan
kebakaran (peralatan masak-memasak);
1. Larangan merokok;
J. Inspeksi fasilitas/area berisiko kebakaran secara berkala;
k. Menyusun kebijakan, pedoman dan SPO terkait keselamatan
kebakaran.

4. Pengendalian Kebakaran
a. Alat pemadam api ringan;
b. Deteksi asap dan api;
c. Sistim alarm kebakaran;
d. Penyemprot air otomatis isprinklen;
e. Pintu darurat;
f. Jalur evakuasi; g.
Tangga darurat; h.
Pengendali asap;
1. Tempat titik kumpul aman;
J. Penyemprot air manual (Hydrant);
k. Tim yang bertugas untuk membantu penanggu]angan kebakaran
yang tergabung dalam Tim Tanggap Darurat atau Bencana { Hospital
Disaster Plan);
I. Pelatihan dan sos.ialisasi.

5. Simulasi Kebakaran
Minimal dilakukan 1 tahun sekali untuk setiap gedung. Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam pencegahan dan penanggulangan
kebakaran:
a. Rumah Sakit perlu menguji secara berkala rencana penanganan
kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang terkait dengan
deteksi dini dan pemadaman serta mendokumentasilran hasil ujinya;
b. Bahaya terkait dengan setiap pembangunan di dalam/berdekatan
dgn bangunan yang dihuni pasien;
c. Jalan keluar yang aman dan tidak terhalang bila tejadi kebakaran
(jalur evakuasi), Sistem peringatan dini, sistem deteksi dini, smoke,
heat, ion atauflame detector, alarm kebakaran, dan patroli kebakaran.
Mekanisme penghentian/supresi (suppression) seperti selang air,
supresankimia (chemical suppressants) atau sistem penyemburan
(sprinkler). Merupakan sistem pemadam kebakaran secara aktif, baik
15

dilakukan secara otomatis maupun manual dan sating terintegrasi dalam


suatu area atau lokasi. .Jenis antara lain APAR (Alat Pemadam Api
Ringan), serta sistem penanggulangan kebakaran satu tempat dengan
menggunakan gas.

6. Program Kerja Peralatan Medis


Peralatan medis merupakan sarana pelayanan di Rumah Sakit
dalam memberikan tindakan kepada pasiennya, perawatan, dan
pengobatan yang digunakan untuk diagnosa, terapi, rehablitasi dan
penelitian medik baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja adalah upaya memastikan sistem peralatan medis aman bagi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan standard
peralatan medis antara lain :
a. Memastikan tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis;
b. Memastikan penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan
yang tidak digunakan;
c. Memastikan dilaksanakanya Inspeksi berkala;
d. Memastikan dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan;
e. Memastikan dilakukan pemeliharaan promotif dan pemeliharaan
terencana pada peralatan medis;
f. Memastikan petugas yang memelihara dan menggunakan peralatan
medis kompeten dan terlatih.

F. Program Kerja Sistem Utilitas


Sistem utilitas Rumah Sakit adalah sistem dan peralatan yang
mendukung pelayanan mendasar perawatan kesehatan yang aman. Sistem
ini mencakup distribusi listrik, air, ventilasi dan aliran udara, gas medis,
pipa air, pemanasan, limbah, dan sistem komunikasi dan data. Pengelolaan
sistem utilitas Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
yaitu upaya memastikan sistim utilitas am.an bagi sumber daya manusia
Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun
lingkungan Rumah Sakit
Pengelolaan Sistem utilitas Rumah Sakit antara lain meliputi:
1. Penggunaan listrik;
2. Penggunaan air;
3. Penggunaan tata udara;
16

4. Penggunaan gen set;


5. Penggunaan lift;
6. Penggunaan gas medis;
7. Penggunaan jaringan kom unikasi;
8. Penggunaan mekanikal dan elektrikal;
9. Penggunaan instalasi pengelolaan air limbah;

Pelaksanaan Pengelolaan sistem utilitas Rumah Sakit


1. Sasaran Pelaksanaan :
a. Listrik dan air bersih tersedia 24 jam sehari, tujuh hari dalam
seminggu.
b. Rum.ah Sakit mengidentifikasi area dan layanan yang memiliki
risiko terbesar jika terjadi pemadaman listrik atau kontaminasi
atau gangguan air.
c. Rumah Sakit merencanakan sumber-sumber listrik clan arr
alternatif dalam keadaan darurat.
d. Tata udara, gas medis, sistim kunci, sistim perpipaan limbah, lift,
boiler dan lain-lain berfungsi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Pelaksanaan Kegiatan:
a. Memastikan adanya daftar inventaris komponen-komponen sistem
utilitasnya dan memetakan pendistribusiannya.
b. Memastikan dilakukan kegiatan pemeriksaan, pengujian dan
pemeliharaan terhadap semua komponen-komponen sistem utilitas
yang beroperasi, semua komponennya ditingkatkan bila perlu.
c. Mengidentifikasi jangka waktu untuk pemeriksaan, pengujian, dan
pemeliharaan semua komponen-kornponen sistem utilitas yang
beroperasi di dalam daftar inventaris, berdasarkan kriteria seperti
rekomendasi produsen, tingkat risiko, dan pengalaman Rum.ah
Sakit.
d. Memberikan label pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk
membantu pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian.
e. Memastikan dilakukannya dokumentasi setiap kegiatan sistem
utilitas

G.Program Kerja Penanganan Kedaruratan dan Bencana


Suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk meminimalkan
dampak kerugian atau kerusakan yang mungkin terjadi akibat keadaan
darurat oleh karena kegagalan teknologi, ulah manusia atau bencana yang
17

dapat terjadi setiap saat dan dimana saja (internal dan ekstemal). Keadaan
darurat adalah suatu keadaan tidak normal atau tidak diinginkan yang
terjadi pada suatu tempat/kegiatan yang cenderung membahayakan bagi
manusia, merusak peralatan/harta benda atau merusak lingkungan
sekitarnya.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melaksanakan standard
penanganan kedaruratan dan bencana antara lain :
1. Identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana
Mengidentifikasi potensi keadaan darurat di area kerja yang berasal dari
aktivitas (proses, operasional, peralatan), produk dan jasa.
2. Penilaian analisa risiko kerentanan bencana
Menilai risiko keadaan darurat di area kerja yang berasal dari aktivitas
(proses, operasional, peralatan), produk dan jasa. Analisis kerentanan
bencana terkait dengan bencana alam, teknologi, manusia, penyakit /
wabah dan hazard material.
3. Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana;
Pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana untuk menentukan skala
prioritas;
4. Pengendalian kondisi darurat atau bencana;
5. Menyusun pedoman tanggap darurat atau bencana;
6. Membentuk Tim Tanggap Darurat atau Bencana ( Hospital Disaster Plan);
7. Menyusun SPO tanggap darurat atau bencana;
8. Menyediakan alat/ sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan
hasil identifikasi;
9. Menilai kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan
alat keadaan darurat oleh petugas yang berkompeten dan berwenang;
10. Memasang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu
darurat sesuai dengan standar dan pedoman teknis;
11. Simulasi kondisi darurat atau bencana
a. Simulasi kondisi darurat atau bencana berdasarkan penilaian analisa
risiko kerentanan bencana dilakukan terhadap keadaan;
b. Memberikan pelatihan tanggap darurat atau bencana.
12. Melakukan uji coba (stimulasi) kesiapan petugas yang bertanggung
jawab menangani keadaan darurat yang dilakukan minimal 1 tahun
sekali pada setiap gedung.
18

H.Program Kerja Konstruksi dan Renovasi


Kegiatan konstruksi dan renovasi di Rumah Sakit berdampak pada
semua orang dalam area rumah sakit, Kebisingan dan getaran yang terkait
dengan aktivitas dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pasien, dan
debu serta bau dapat mengubah kualitas udara, yang dapat mengacam
status pernapasan pasien.
Persyaratan pada saat proses pembongkaran, renovasi dan konstruksi /
pembangunan gedung:
1. Terdapat pagar pembatas proyek dengan area perawatan di Rumah
Sakit. Pagar dipasang setinggi minimal 2 m dengan bahan tahan lama.
2. Terpasang rambu-rambu dan signase berupa:
a) Papan nama proyek;
b) Simbol dan lambang K3RS;
c) Tanda larangan merokok;
d] Tanda area / daerah dengan akses terbatas.
3. Lokasi proyek, minimal mempunyai 2 akses utama keluar yang mudah
teridenti:fikasi sebagai jalur evakuasi dan pintu keluar masuk area
proyek.
4. Terdapat akses pasien sementara yang memadai selama proses
konstruksi berlangsung.
5. Area proyek harus menerapkan 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan
Rajin).
6. Terdapat ruang pertemuan di lokasi proyek.
7. Terdapat kamar mandi sementara untuk pekerja proyek.
8. Pekerja konstruksi dapat teridenti:fikasi (ID card/ seragam) dan
menggunakan alat pelindung diri (APD)yang sesuai dan disediakan oleh
kontraktor pelaksana.
9. APD yang digunakan di lokasi proyek minimal helm proyek, ear plug,
sepatu safety dan sarung tangan.
10. Kontraktor menyediakan alat pemadam api ringan (APAR)yang stap
digunakan di lokasi proyek.
11. Kontraktor menyediakan kotak P3K yang memadai dan siap digunakan
(minimal tersedia perban steril, iodin, antiseptik, plester, gunting).
12. Proyek diharapkan memiliki kegiatan rapat rutin dan safety talk/briefing
untuk pekerja.
13. Kontraktor memastikan keamanan sumber listrik yang digunakan dalam
proses konstruksi.
14. Area Rumah Sakit be bas dari asap rokok dan api.
19

15. Pengukuran fisik pada area proyek dan lingkungan sekitar proyek sesuai
dengan persyaratan:
a. Kebisingan melebihi nilai ambang batas (NAB:85 dB).
b. Getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung
pada lengan dan tangan pekerja tidak melebihi 4m/det2.
c. Getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh
tubuh tidak melebihi 0,5 m/det2.
d. Kandungan debu maksimal di dalam udara area lokasi proyek dan
lingkungan sekitarnya tiidak melebihi 0,5 mg/m3·
16. Pada proyek yang menggunakan 83 {bahan berbahaya dan beracun)
harus melakukan pengelolaan 83 sesuai dengan standard prosedur
operasional sebagai berikut:
a. Tempat penyimpanan B3 harus terpisah dari bahan laindan
dirancang sesuai karakteristik B3.
b. Tempat penyimpanan 83 wajib dilengkapi sistem tanggap darurat ..
c. 83 yang disimpan harus memiliki MSDS (material safety data sheet).
d. 83 yang disimpan dapat diidentifikasi jenis dan karakteristiknya.
e. Apabila kegiatan proyek memiliki limbah 83, maka tempat
pembuangannya harus terpisah dari limbah lain dan berkoordinasi
dengan bagian sanitasi.
f. Apabila proyek menggunakan 83 atau menghasilkan limbah 83 wajib
melapor ke komite K3RS.
17. Kontraktor pelaksana melakukan sosialisasi pada seluruh pekerja proyek
mengenai:
a. Prosedur evakuasi pada saat terjadi bencana;
b. Lokasi APAR;
c. Lokasi titik kumpul aman;
d. Prosedur penanggulangan kebakaran;
e. Kode-kode emergensi yang diterapkan Rumah Sakit:
1) Kode merah / red code: kebakaran;
2) Kode biru / blue code: henti jantung;
3) Kode hijau / green code : Informasi gempa;
4) Kode kuning / yellow code: ancaman born;
5) Kode coklat / brown code: bencana eksternal;
6) Kode orange/ orange code: informasi tumpahan B3;
7) Kode ungu / purple code: informasi perintah evakuasi;
8) Kode hitam / black code: bencana Internal;
9) Kode merah muda / pink code: penculikan bayi.
20

18. Bangunan yang direnovasi sesuai standard K3RS antara lain:


a. Setiap bangunan mempunyai minimal 2 akses keluar sebagai jalur
evakuasi;
b. Setiap pinyu harus mengarah/mengayun keluar;
c. Ka.mar mandi sesuai dengan ketentuan, pintu harus
mengarah/mengayun keluar, menggunakan kunci K3RS terdapat
handrail dan dilengkapi dengan nurse call;
d. Setiap stop kontak dilengkapi dengan proteksi (child protection)
minimal di area anak-anak;
e. Bangunan dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran seperti
instalasi fire alarm, smoke detector, hydran, sprinkler;
f. Instalasi gas medis mudah teridentifikasi, terdapat penandaan pada
valve dan box panel harus terdapat sistem penguncian.
19. Kontraktor wajib melaporkan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja ke komite K3RS

I. Program Kerja Pelatihan


Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan dibidang
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan karyawan, maka perlu diadakan
program kerja pelatihan untuk memperbarui keilmuan.
Kegiatan pelatihan MFK berkolaborasi dengan Bagian Perencanaan
dan Diklat di Sub Bagian Diklat. Pelatihan yang diberikan yaitu pelatihan
secara internal maupun secara eksternal. Pelaksanaan pelatihan dapat
berupa bimbingan teknis, sosialisasi, workshop.
Pengusulan pelatihan harus mempertimbangkan :
1. Berkaitan dengan pemanfaatan sarana prasarana yang sudah dimiliki
oleh Rumah Sakit;
2. Berkaitan dengan program - program unggulan yang ditetapkan oleh
manajemen;
3. Diklat yang mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan
mutu pelayanan dan cakupan pelayanan;
4. Diklat yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi individu / organisasi
untuk meningkatakan kompetensi; dan
5. Anggaran yang tersedia.
21

BABV
WGISTIK

Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK} belum memiliki gudang


logistik, dimana persediaan barang-barang yang dimiliki oleh Bagian / Intalasi
dibawah fungsi tugas Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)berada
di seluruh ruangan sebagai berikut:
1. Almari APD Kode Merah ( Kebakaran);
2. Peta Jalur Evakuasi;
3. Arah Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul;
4. Papan dan Helm Petugas Kode Merah;
5. APAR;
6. Almari Penyimpanan 83
7. Aye Washer;
8. Spilkit;
9. Rambu-rambu keselamatan.

Berikut beberapa contoh Logistik yang ada di Rumah Sakit:

Rambu-rambu Gambar

1 Almari APO Kode Merah

2.
I
I Arah Jalur Evakuasi

I
1 3. I Hydran
22
22

f No.~ Rambu-ra~ --·------ Garnbar _


14.
4_
APAR I
. I

5. ! Tanda Exit
I

I
I I
I
·.~

--
1 6. Ram bu
ITitik ~ - ,e
I
r rr
I
kumpul
I
I
I'
I I 1T:t:T :K

-----1 11-1,,
I

4" J ~
KUMP UL
7. Ram bu
Penanda

I
j
APAR

I
I
I I
I
8. I Smoke Detektor
23
23

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Tim Manajemen Fasilitas dan Keselarnatan (MFK)berkoordinasi dengan


Komite Mutu, Komite PPI serta Komite K3RS untuk melaporkan kejadian
Insiden yang terjadi kepada pasien akibat :
1. Kelelahan akibat kerja petugas;
2. Kerusakan fasilitas, bangunan;
3. Fasilitas yang kurang memadai;
4. Kerusakan alat medis.
Hasil dari investigasi disampaikan ke Sub Komite Keselamatan Pasien dan
Bidang / Bagian terkait untuk dilakukan pembenahan dan perbaikan.
24
24

BAB VII
KESELAMATANKERJ
A

Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)berkoorclinasi dengan


Komite K3RS dalam mengelola resiko untuk menjamin keselamatan kerja bagi
petugas dan pekerja baik karyawan rumah sakit atau pekerja dari luar yang
bekerja di lingkungan Rumah Sakit dengan :
1. Adanya relokasi area beresiko, renovasi/ perbaikan/ pembangunan
sesuai peraturan K3 Kontruksi;
2. Adanya rambu-rambu keselamatan;
3. Adanya penyedian APD untuk pekerja/pegawai di area beresiko;
4. Adanya penyedian fasilitas pengamanan di Rumah Sakit;
5. Adanya monitoring dan pengawasan lingkungan kerja oleh petugas
K3RS.
Berikut beberapa contoh Keselamatan kerja di lingkungan Rumah Sakit:
1. Relokasi area beresiko

2. Ram.bu-ram.bu keselamatan

3. Bekerja menggunakan APD


25

BAB VII
PENGENDALIAN
MUTU

A. INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja adalah petunjuk hasil kerja dalam ukuran
kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu
kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan. Untuk mendukung
pencapaian Indikator kinerja Rumah Sakit yaitu Pelayanan Prima ,
Mandiri, dan Terdepan di Jawa Tengah, maka Tim MFK mempunyai IKR
sebagai berikut :
1. Tidak adanya kejadian Kecelakaan Kerja / Insiden akibat kerusakan
Fasilitas dan Bangunan di lingkungan Rumah Sakit;
2. Tidak adanya kejadian kehilangan di lingkungan Rumah Sakit;
3. Tidak ada kejadian terpapar B3 dan limbah B3;
4. Peralatan medis dapat berfungsi dengan baik;
5. Sistem utilitas dapat berfungsi dengan baik;
6. Terlaksananya Pelatihan K3RS, APAR, Evakuasi dan
Kegawatdaruratan Bencana setiap 6 bulan sekali.

B. EVALUASI
Evaluasi Dilakukan oleh TIM Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK)sebagaiberikut :
1. Koordinasi Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)dengan
anggotasetiap bulan sekali;
2. Evaluasi Program kerja ke Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK)setiap (tiga) bulan sekali dengan pelaporan.

C. PELAPORAN
Laporan tertulis setiap:
1. 3 (tiga} bulan dari koordinator Program Kerja ke Tim Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan (MFK);
2. Semesteran / 6 (enam) bulan dari Tim Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK)ke Direktur Rumah Sakit.
26
25
BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Rumah


Sakit Umum Daerah Tugurejo Provinsi Jawa Temgah ini dibuat sebagai acuan
dalam melaksanakan Program Kerja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK).

Anda mungkin juga menyukai