Anda di halaman 1dari 9

Pentingnya Perilaku Caring Sebagai Konsep Dasar Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Rumah Sakit

Emyranda Samosir

emyrandasamosir@gmail.com

Abstract

Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan Rumah Sakit (K3RS) adalah upaya terpadu seluruh
pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan
kerja, tempat kerja rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja rumah sakit,
pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
rumah sakit. Petugas kesehatan (dokter, bidan dan perawat) sangat berpotensi terpapar patogen
berbahaya terkait dengan mobilitas merawat pasien diruangan. Risiko yang paling umum dari
infeksi dari cedera perkutan (tusukan jarum suntik). Selain itu, berisiko paparan melalui kontak
langsung dengan cairan tubuh dan jaringan yang mungkin mengandung virus. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi infeksi nosokomial di rumah sakit
adalah penerapan universal precaution. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit, rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan system manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.Selain program
k3 rs dari rumah sakit, perawat perlu meningkatakan perilaku caring dalam melakukan
pelayanan Kesehatan.

Kata Kunci : Konsep dasar K3 Rs, Caring


Latar Belakang

Sebagai salah satu tenaga pelaku lansung yang bekerja di RS, tapi
kesehatan,perawat ditunutut untuk lebih juga terhadap pasien maupun pengunjung
peduli pada lingkungannya.Caring pada RS. Sehingga sudah seharusnya pihak
perawat lebih mendalam daripada caring pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3
yang diketahui oleh khalayak di RS. Rumah sakit adalah sarana upaya
umum.Menurut Watson,Caring adalah kesehatan yang menyelenggarakan
esensi dari keperawatan dan merupakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat
fokus serta sentral dari praktik keperawatan berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga
yang dilandaskan pada nilai-nilai kesehatan dan penelitian. Potensi bahaya di
kebaikan,perhatian,kasih terhadap diri rumah sakit, selain penyakit-penyakit
sendiri dan oranglain serta menghormati infeksi juga ada potensi bahaya bahaya lain
keyakinain spiritual pasien. Hal ini didasari yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
atas tujuan keperawatan yaitu memfasilitasi rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan,
individu mencapai tingkat kesejahteraan kebakaran, kecelakaan yang berhubungan
yang lebih tinggi meliputi jiwa,raga,dan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
perkembangan pengetahuan cedera lainnya), radias.
diri,peningkatan diri, dan proses asuhan Perawat merupakan petugas
diri. kesehatan dengan presentasi terbesar dan
memegang peranan penting dalam
Dalam Undang-undang Nomor 23
pemberian pelayanan kesehatan. WHO
Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
(2013) mencatat, dari 39,47 juta petugas
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
kesehatan di seluruh dunia,66,7%-nya
Keselamatan Kerja harus diselenggarakan
adalah perawat. Di Indonesia, perawat juga
di semua tempat kerja, khususnya tempat
merupakan bagian terbesar dari tenaga
kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan yang bertugas di rumah sakit
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
yaitu sekitar 47,08% dan paling banyak
mempunyai karyawan paling sedikit 10
berinteraksi dengan pasien (Depkes RI,
orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di
2014). Ada sekitar dua puluh tindakan
atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit
keperawatan, delegasi, dan mandat yang
(RS) termasuk ke dalam kriteria tempat
dilakukan dan yang mempunyai potensi
kerja dengan berbagai ancaman bahaya
bahaya biologis, mekanik, ergonomik, dan
yang dapat menimbulkan dampak
fisik terutama pada pekerjaan mengangkat
kesehatan, tidak hanya terhadap para
pasien, melakukan injeksi, menjahit luka, baik bagi pekerja rumah sakit, pasien,
pemasangan infus, mengambil sampel pengunjung/pengantar orang sakit maupun
darah, dan memasang kateter dan lainnya. bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
rumah sakit (Sucipto, 2014).
Tujuan Pihak rumah sakit harus
Tujuan dari penulisan kajian ini ialah untuk menyediakan APD bagi perawat yang
mengkaji seberapa pentingnnya perilaku sudah ada jadwal siaga bencana dimana
caring dalam kesehatan dan keselamatan topi merah untuk kebakaran, topi biru untuk
rumah sakit khususnya bagi para perawat aset, topi kuning untuk evakuasi dan topi
yang memberikan pelayanan kesehatan. putih untuk membawa dokumen, masker,
handscoon, kacamata, sepatu bot,dan
Metode menyediakan APAR dan petunjuk cara
Rancangan penugasan kajian ini penggunaannya.
menggunakan literature review Pengawasan sarana dan prasarana
berdasarkan jurnal,dan e-book (yang telah dilakukan secara rutin setiap bulan
dipublikasikan 10 tahun terakhir) dan untuk mengecek ataupun mengontrol
menggunakan dua belas sumber referensi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan
dengan menganalisis, eksplorasi, dan kajian di rumah sakit serta membuat dan
bebas sesuai dengan judul penugasan kajian menyusun anggaran setiap tahunnya untuk
ini. sarana prasarana yang sudah tidak
memadai. Program pemeliharaan terencana
untuk menjaga sarana prasarana dan
Hasil
peralatan kesehatan agar aman, bermutu
Dari berbagai potensi bahaya
dan layak pakai dilakukan dengan adanya
tersebut, maka perlu upaya untuk
kalibrasi alat-alat kesehatan . Lingkungan
mengendalikan, meminimalisasi dan bila
kerja yang baik akan menciptakan suasana
mungkin meniadakannya, oleh karena itu
nyaman bagi pasien dan bagi pegawai.
K3 rumah sakit perlu dikelola dengan baik.
Pengawasan lingkungan kerja rumah sakit
Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan
Advent Manado dilakukan oleh tim yang
Rumah Sakit (K3RS) adalah upaya terpadu
ditugaskan untuk mengontrol lingkungan
seluruh pekerja rumah sakit, pasien,
kebersihan di area rumah sakit. Selain dari
pengunjung/pengantar orang sakit untuk
tim K3RS, juga ada tim dari Kesehatan
menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja
Lingkungan. Pengawasan dilakukan
rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman
dengan ronde setiap satu minggu atau setiap
beberapa hari untuk mengontrol lingkungan juga kerugian materi bagi pekerja dan
kerja. Kebersihan rumah sakit juga menjadi pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses
bagian penting dalam pengawasan produksi secara menyeluruh, merusak
pemantauan lingkungan kerja. Pembuangan lingkungan yang pada akhirnya akan
sampah dibagi antara sampah infeksius dan berdampak pada masyarakat luas.
sampah non-infeksius. Sehingga tenaga Rumah sakit (RS) sebagai salah
kerja rumah sakit sudah mengetahui jenis satu fasilitas kesehatan merupakan unit
sampah yang akan di buang ke wadah yang kerja yang kompleks. Kompleksitas dari
sudah terbagi. unit kerja tersebut ada pada peralatan dan
Selain pemenuhan sarana dan fasilitas yang digunakan, oleh sebab itu
prasaran,pihak rumah sakit juga potensi bahaya yang terjadi bermacam-
memberikan arahan khusus bagi para macam diantaranya adalah penyakit infeksi,
perawat untuk menumbuhkan kesadaran kebakaran, radiasi, bahan-bahan kimia, gas-
perilaku caring terhadap pasien,diri sendiri gas anestesi, gangguan
dan lingkungan.Caring terhadap prosedur psikososial.Berdasarkan data dan fakta
dan sarana dan prasarana.Walau yang terjadi di tahun 2013 terdapat petugas
bagaimanapun,kesadaran diri perawat kesehatan terinfeksi Hepatitis B berjumlah
merupakan standar penting keberhasilan 7000 tenaga kesehatan, dan 4900
pengendalian K3 di rumah sakit. diantaranya disebabkan oleh kecelakaan
jarum suntik. Berdasarkan data tersebut
masih banyak angka kejadian kecelakaan
Pembahasan kerja di RS, hal ini disebabkan oleh banyak
Sehat adalah suatu keadaaan faktor. Kejadian kecelakaan di beberapa RS
sejahtera yang meliputi fisik,mental dan diketahui juga memiliki kecenderungan
sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit tersendiri yaitu di RS Elim Rantepao
atau kecacatan (WHO,2015). Kesehatan Kabupaten Toraja diketahui dari 257 orang
dan keselamatan kerja (K3) adalah salah 104 diantaranya pernah mengalami kasus
satu bentuk upaya untuk menciptakan kecelakaan kerja. Kecenderungan kejadian
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari kecelakaan berdasarkan data dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat Occupational Safety and Health
melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja Association (OSHA) dengan rata-rata
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi 10.000 kejadian diketahui angka kejadian
dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja paling tinggi adalah tenaga kerja yang
tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi bekerja di RS dengan jumlah rata-rata 500
kejadian perhari dan diikuti oleh pekerja Tindakan perawat terbanyak di
konstruksi dengan 380 kasus per hari, Instalasi Gawat Darurat RSD dr. H.
manufaktur dengan 350 kasus perhari dan Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor
yang paling kecil adalah industri rumah yaitu memasang infus dan menjahit luka.
tangga dengan tingkat kejadian 300 Potensi bahaya pada tindakan ini adalah
kejadian perhari. Kasus pada penelitian tertusuk jarum infus dan terpapar darah
Rinawati menyatakan bahwa pada petugas pasien yang terjadi karena ketika jarum
laundry RS mengalami risiko ditusukkan ke vena, pasien bergerak dan
musculoskeletal disorders yang mengenai jari perawat atau yang melakukan
diakibatkan postur kerja yang tidak sesuai. pembendungan pada pembuluh darah yang
Permasalahan yang paling penting dalam akan diinfus (stuwing) atau bisa juga karena
membangun budaya keselamatan adalah setelah pemasangan, jarum tidak ditutup
dasar dari iklim kerja Keselamatan dan atau waktu menutup menggunakan dua
Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja tangan. Bahaya dari pekerjaan yang
yang dapat memberi kepastian untuk menggunakan jarum ini sangat signifikan
mendukung dan selalu mempromosikan sebagaimana penelitian yang dilakukan
perilaku pencegahan kecelakaan setiap saat oleh Manzoor et al. (2010) mendapatkan
bekerja. Budaya dan iklim K3 merupakan data bahwa 71,9% perawat yang bekerja
konsep teori yang banyak diterapkan di dalam satu tahun mengalami tertusuk
berbagai industri, kesehatan, nuklir, dan jarum. Apabila tertusuk jarum yang sudah
penerbangan. Dewasa ini mulai diadopsi dipakai, maka berisiko tertular HIV
untuk peningkatan performansi K3 dalam walaupun persentasenya kecil dengan
pekerjaan. Budaya K3 merupakan persentase 1%. Bahaya lain yang
kombinasi dari attitude, beliefs, norms dan teridentifikasi adalah bahaya sarana kerja,
persepsi organsiasi tertentu yang terkait seperti tempat tidur yang rendah karena
dengan iklim K3, serta perilaku sehat dan pengatur tinggi rendahnya tidak berfungsi
selamat secara praktis.Motivasi dan sehingga perawat dalam bekerja harus
pelatihan merupakan salah satu faktor membungkuk 900 yang dapat
pembentuk budaya K3 berdasarkan menyebabkan low back pain. Pada tindakan
penelitian menyatakan motivasi dan menjahit luka, bahaya yang teridentifikasi
pelatihan penggunaan Alat Pelindung Diri adalah luka kena pecahan ampul obat
(APD) memiliki keterkaitan erat dengan anestesi. Bahaya ini terjadi pada tahap
aspek pembentukan budaya K3 dengan menyiapkan obat anestesi, perawat
koefisien korelasi 0,498 dan 0,327. memecahkan ampul obat tanpa
menggunakan APD atau pelindung lain semikuantitatif, tindakan ini berada pada
sehingga pecahan ampul obat langsung level tertinggi yaitu almost certain dengan
mengenai jari tangan. rating 10. Kondisi ini sesuai dengan
Tertusuk jarum jahit terjadi pada penelitian Memish et al. (2013) yang
tahap penjahitan luka, hal ini terjadi karena menyimpulkan bahwa tertusuk jarum
perawat menjahit tidak menggunakan suntik dan benda tajam lainnya.
pinset untuk menahan tepi luka, tetapi Analisis risiko diidentifikasi
menggunakan jari tangannya sendiri. melalui identifikasi berbagai jenis tindakan
Bahaya lain yang teridentifikasi adalah yang dikerjakan perawat .Usaha yang dapat
posisi kerja yang tidak normal sehingga dilakukan untukmeminimalkan risiko
perawat harus membungkuk, postur tubuh gangguan kesehatan dan keselamatan kerja
yang janggal ini karena sarana kerja yang dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan
tidak ergonomis. Hasil penelitian ini sejalan perawat yaitu pengelolaan risiko atau
dengan penelitian Cho et al. (2013) yang dikenal dengan manajemen risiko. Menurut
menyimpulkan mayoritas perawat (70,4%) standar Australia/New Zealand (2004),
di rumah sakit di Korea Selatan mengalami pada dasarnya manajemen risiko bersifat
luka akibat tertusuk jarum suntik atau jarum pencegahan terhadap terjadinya kerugian
infus. Kejadian ini berhubungan dengan maupun kecelakaan kerja. Langkahlangkah
faktor karekteristik perawat dan pengelolaan risiko dilakukan secara
karakteristik organisasi rumah sakit. Pada berurutan yang bertujuan untuk membantu
tindakan pemasangan infus, risiko tertusuk dalam pengambilan keputusan yang lebih
jarum sering terjadi. Beberapa hal yang baik dengan melihat risiko dan dampak
menjadi alasan karena memasang infus yang kemungkinan ditimbulkan. Tujuan
adalah tindakan yang paling sering dari manajemen risiko itu sendiri adalah
dilakukan oleh perawat IGD dengan meminimalkan kerugian dengan urutan
frekuensi 5-10 kali setiap giliran kerja terdiri dari penentuan konteks, identifikasi
sehingga frekuensi paparan antara bahaya risiko, analisis risiko, evaluasi risiko,
dan sumber risiko diberi rating 10 pengendalian risiko, monitor dan evaluasi,
(continuosly). Demikian serta komunikasi dan konsultasi.Selain itu,
juga peluang terjadinya bahaya kecelakaan Pengendalian yang dilakukan terhadap
kerja, dari 18 perawat yang ada didapatkan resiko kecelakaan kerja di Rumah Sakit
sebanyak 10 orang pernah tertusuk jarum, adalah dengan mengadakan penyediaan
data ini menunjukkan bahwa kejadian APD. Berdasarkan hasil wawancara
sering terjadi. Hasil analisis mengenai pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan perlengkapan keselamatan gangguan muskuloskeletal, terjatuh atau
kerja didapatkan bahwa pihak rumah sakit terpeleset, patah tulang; dan terpapar bahan
sudah menyediakan APD berupa masker, kimia berbahaya.
handscoon, kacamata, sepatu bot, helm dan Budaya perilaku K3 terbentuk dari
untuk mencegah terjadinya kebakaran enam faktor pendukung salah satunya
pihak rumah sakit juga sudah menyediakan adalah manajemen telah memperhatikan
APAR dan petunjuk cara penggunaannya. pentingnya keselamatan pekerja dengan
adanya kebijakan mengenai K3. Dengan
Penutup adanya kebijakan K3 maka budaya K3 RS
Perawat mempunyai potensi bahaya akan lebih baik, peraturan dan prosedur K3
berupa bahaya fisik, biologi, dan ergonomi. dibuat manajemen dan dilaksanakan
Bahaya fisik didapatkan pada pekerjaan karyawan dalam upaya mentaati dan
yang menggunakan alat yang tajam, seperti mematuhi K3 RS. Komunikasi atasan dan
memasang infus dan menjahit luka. Bahaya bawahan memiliki peran penting dalam
biologi terdapat pada tindakan invasif, membudayakan K3 sehingga dibutuhkan
merawat luka, memasang infuse, dan pola komunikasi yang baik dan RS sudah
memberikan obat melalui rektal. melaksanakannya dengan baik. RS
Sedangkan postur janggal ketika memiliki kompetensi K3 yang baik yaitu
membungkuk merupakan bahaya pekerjaan dengan adanya seorang Ahli Keselamatan
karena faktor ergonomi. Hasil penelitian ini dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) dan
sesuai dengan penelitian di negara dalam proses membudayakan K3 karyawan
berkembang lainnya oleh Ndejjo et al. menerima dan terlibat dengan baik, dan ini
(2015) yang menyimpulkan tenaga terlihat dari adanya program training K3,
kesehatan di rumah sakit di Uganda pekerja bekerja menggunakan APD.
terpapar bahaya (hazard) biologis dan Lingkungan kerja yang mendukung
nonbiologis. Paparan hazard biologis merupakan salah satu faktor dalam
terdiri dari tertusuk jarum, luka gores, ketercapaian budaya K3 dan di RS telah
terpapar spesimen atau materin biologis dicapai dengan adanya karyawan yang
lainnya, terkena penyakit yang ditularkan patuh SOP, adanya rambu rambu K3, poster
lewat udara, penyakit infeksi, penyakit K3, dan patient safety guide.Selain
yang ditularkan melalui darah, dan vektor itu,perlunya kesadaran diri dari perawat dan
penyakit. Sementara itu hazard nonbiologis petugas Kesehatan lainnya utuk
terdiri dari stress; kekerasan fisik, meningkatkan perilaku caring terhadap
psikologis, seksual, dan kekerasan verbal; pasien,diri sendiri, dan lingkungan sebagai
dasar awal pencegahan kecelakaan kerja di
rumah sakit. Piri, Sovian. (2015). Pengaruh Kesehatan,
Pelatihan dan Penggunaan Alat
Daftar Pustaka Pelindung Diri terhadap
Kecelakaan Kerja pada pekerja
Bando,J.J.(2020). Konstruksi di Kota
Gambaran Penerapan Program Tomohon.Jurnal Ilmiah Media
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Engineering.2(4) .66
Rumah Sakit (K3rs) Di Rumah
Sakit Advent Manado. Jurnal Putra, A. Setia. Firawati dan Pabuty,
KESMAS.9(2).33-36 Aumas (2012). Pelaksana Program
Keselamatan Paisen Di RSUD
Maulana, Heri dkk. 2009. Solok. Jurnal Kesehatan
Promosi Kesehatan. Masyarakat. 6(2).122-125
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Putri,S. dan Rahayu,P.(2018).
Mulyati, L., Rachman, D., & Pelaksanaan Keselamatan Dan
Herdiana, Y. (2016). Fakor Kesehatan KerjaTerhadap Kejadian
Determinan yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja Perawat
Budaya Keselamatan Pasien di RumahSakit.Jurnal
RS Pemerintah Kabupaten Endurance.3(2).273-276
Kuningan. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 4(2). Ramdan,I.M dan Rahman.(2017).
Oktaviana, dkk. (2017). Analisis Risiko Analisis Risiko Kesehatan dan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Keselamatan Kerja (K3)pada
Pada Petugas Kesehatan Instalasi Perawat.JKP.5(3).230-234
Gawat Darurat Rumah Sakit Sandewa, S. (2014). Hubungan Perilaku
Akademik Ugm. dengan Risiko Kecelakaan Kerja
(http://journals.ums.ac.id/index.php pada Perawat di Ruang Rawat Inap
/JK/article/download/5522/3597 RSUD Labuang Baji Makassar.
(http://journals.ums.ac.id/index.php . Jurnal Ilmiah Kesehatan
/JK/article/download/5522/3597 Diagnosis .5( 4). 121
diakses 12 September 2019).
diakses 12 September 2019).
Simamora, R. H. (2011).
ROLE CONFLICTOF NURSE
RELATIONSHIP WITH
PERFORMANCE IN THE
EMERGENCY UNIT OF
HOSPITALS RSD DR.
SOEBANDI JEMBER. The
Malaysian Journal of Nursing, 3(2),
23-32.

Tiraihati,Z.W.(2017). Analisis
Promosi Kesehatan Berdasarkan
Ottawa Charter Di Rs Onkologi
Surabaya. Jurnal Promkes.5(1).5-6

Anda mungkin juga menyukai