Anda di halaman 1dari 46

PCRA

Pre Construction Risk Assesment

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Tak Kenal Maka Tak Sayang…..
Lina Sari, SKM, MARS
Instansi :RSUP Dr. M. Djamil Padang
Sekretaris Komite K3RS dan Bencana
Email : linaaldi04@gmail.com
Hp/WA :08126747622
Pengalaman Kerja dan Organisasi :
1.Kasubag Administrasi SDM
2.Kasubang Pengembangan dan Mutasi SDM
3.Pembimbing Kesehatan Kerja
4.Anggota PAKKI
5.Anggota PKVHI Sumbar
6.Dewan Pembina Yayasan Taratak Jiwa
Dasar Hukum
Pre Construction Risk Assesment

UU Nomor 1 Tahun 1970


01 Keselamatan Kerja

UU No 44 Tahun 2009
02 Rumah Sakit

Permenkes 66 Tahun 2016


03 Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS

Permenkes 27 Tahun 2017


04 PPIRS.
Data &
Fakta
Tahun 2018
Kecelakaan kerja terjadi di
Rumah Sakit Umum
Daerah Budi Asih,
Cawang, Jakarta Timur,
Rabu (24/10), sekitar pukul
08.35 WIB. Seorang
pekerja ekspedisi tewas
akibat tertimpa alat
kesehatan yang sedang
dikirimkannya
TUJUAN Program K3
Pada Bangunan Gedung dan prasarana Fasyankes :
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko
2. Memastikan bahwa gedung/ bangunan, peralatan dan
sistem yang digunakan tidak menimbulkan bahaya
bagi penghuni
3. Mencegah terjadinya kecelakaan / cidera / PAK
4. Menciptakan kondisi yang menjamin keselamatan dan
keamanan bagi pasien, staf, pengunjung dan lainnya
5. Terwujudnya bangunan gedung fasyankes sesuai
fungsi yang ditetapkan
6. Memenuhi persyaratan teknis: keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta
kelestarian lingkungan di fasyankes
STRATEGI
PENERAPAN K3
PADA PROYEK
KONSTRUKSI
1.Identification  Mapping potensi bahaya menurut area / aktifitas

2.Evaluation  potensi bahaya untuk menentukan skala prioritas.


3.Develops the plan  Terapkan konsep baku/program SMK3.
4.Implementation  Konsep pengendalian dengan baik. ( Siapkan
SDM untuk menjalankan program/kebijakan K3.
5.Monitoring  Susun rencana audit internal / inspeksi / tracer
Identifikasi Bahaya
a. Sebelum memulai pekerjaan, harus dilakukan identifikasi bahaya, guna
mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
b. Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengadaan pekerjaan, safety
committee ( K3 ), IPSRS, ISP, PPI, dsb.
c. Identifikasi bahaya menggunakan teknik yang sesuai seperti check list,
PCRA dan sebagainya.
d. Semua hasil identifikasi bahaya harus didokumentasikan dengan baik
dan dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
e. Identifikasi bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang
meliputi - Design phase - Procurement - Konstruksi - Commissioning dan
start up - Penyerahan kepada pemilik.
Project Safety Review
a. Sesuai dengan perkembangan proyek, dilakukan kajian K3 yang
mencakup kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan
pembangunannya.
b.Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyek dibangun
dengan standar keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan.
c. Bila diperlukan kontraktor harus melakukan project safety review
untuk setiap tahapan kegiatan kerja, terutama bagi kontraktor EPC
(Engineering, Procurement, Construction).
d.Project safety review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya
dalam setiap tahapan project secara sistematis.
Pre Construction Risk Assesment (PCRA) adalah kegiatan
mengidentifikasi potensi risiko, dampak dan pengendalian risiko yang
dapat timbul dari kegiatan renovasi, konstruksi, rehabilitasi dan
restorasi, meliputi kualitas udara, infection Control Risk Assesment
(ICRA), Utilitas, Kebisingan, getaran, bahan berbahaya, layanan darurat
dan bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan dan
layanan rumah sakit.
 ICRA merupakan pengkajian yang di lakukan secara kualitatif dan
kuantitatif terhadap resiko infeksi terkait aktifitas pengendalian infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan serta mengenali ancaman/bahaya dari
aktifitas tersebut
 Penilaian risiko pengendalian infeksi adalah proses multidisiplin yang
berfokus pada pengurangan risiko dari infeksi ke pasien dengan
perencanaan fasilitas desain, dan konstruksi kegiatan dengan dampak
kerja ke pasien atau mencegah dan atau meminimalkan dampak proyek
dengan menggunakan Matrix (tool untuk menilai risiko)
RUANG LINGKUP PCRA
Siapa Yang Melakukan PCRA
IDENTIFIKASI RISIKO PCRA
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah dalam pelaksanaan pekerjaan/proyek
berdampak pada terganggunya kualitas udara ambient, jika iya buat rencana
langkah-langkah pengendalian.
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah konstruksi secara langsung akan
mempengaruhi area perawatan pasien? jika iya buat rencana langkah-langkah
pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan, selama kegiatan pekerjaan/proyek apakah
pasokan air, drainase, daya listrik, sistem ventilasi, oksigen, vacum, katup
sprinkle, Sistim Informasi dan utilitas lainnya  akan mungkin terganggu atau
terpengaruh di daerah manapun di luar area kerja, jika iya buat rencana
langkah-langkah pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah kegiatan pekerjaan konstruksi/proyek
akan menimbulkan kebisingan yang akan mengganggu penghuni yang
berdekatan dengan, di atas, atau di bawah area konstruksi (>40-80 Dbc), jika iya
buat rencana langkah-langkah pengendalian
LANJUTAN..
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah kegiatan pekerjaan konstruksi/ proyek
menghasilkan getaran yang akan mengganggu penghuni yang berdekatan
dengan, di atas, atau di bawah area konstruksi? getaran >140 Dba, jika iya buat
rencana langkah-langkah pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah pekerjaan cenderung
menghasilkan/mengandung bahan berbahaya, jika iya buat rencana langkah-
langkah pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan apakah proyek memiliki potensi untuk
menghalangi akses emergensi, jika iya buat rencana langkah-langkah
pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan apakah Proyek memiliki potensi untuk
menghalangi akses bila terjadi keadaan darurat, jika iya buat rencana langkah-
langkah pengendalian
LANJUTAN..
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah kegiatan pekerjaan/ proyek
mempengaruhi sistem deteksi kebakaran, jika iya buat rencana langkah-
langkah pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah kegiatan pekerjaan/proyek
mempengaruhi sistem pencegah kebakaran, jika iya buat rencana langkah-
langkah pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah kegiatan pekerjaan/ proyek memerlukan
APAR, jika iya buat rencana langkah-langkah pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah ada penggunaan api (mengelas) dalam
mendukung pekerjaan/ proyek, jika iya buat rencana langkah-langkah
pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah kegiatan pekerjaan/proyek memerlukan
staf dilatih terhadap respon kebakaran, jika iya buat rencana langkah-langkah
pengendalian
LANJUTAN..
 Identifikasi rencana pekerjaan apakah proyek mempunyai potensi
mempengaruhi jalur keluar yang diperlukan atau perlu jalan keluar dengan cara
lain, jika iya buat rencana langkah-langkah pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan apakah jalur keluar yang terkena tidak dapat
digunakan oleh orang lain selain staf konstruksi, jika iya buat rencana langkah-
langkah pengendalian
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah pekerjaan pembersihan puing-puing
terkait pekerjaan konstruksi memerlukan pengkajian ICRA Level III dan IV, jika
iya buat rencana langkah-langkah pengendalian.
 Identifikasi rencana pekerjaan, apakah pengiriman kontraktor atau pembuangan
puing-puing dilakukan di luar jam kerja normal? jika iya buat rencana langkah-
langkah pengendalian.
 Identifikasi rencana pekerjaan, Apakah ada pekerjaann/keadaan lain selain
point-point diatas yang mempengaruhi perawatan dan pelayanan pasien, jika
ada buat rencana langkah-langkah pengendalian
Contoh PCRA

PCRA IPJT PCRA ICRA IPJT 2019.pdf


Langkah Pertama ICRA
Identifikasi type/jenis konstruksi kegiatan
proyek (Type A-D).

Kegiatan Inspeksi/ pemeriksaan visual, non –


invasive, tidak mengganggu struktur bangunan:
pekerjaan cat tanpa sprayer dan pengamplasan,

TYPE A pemasangan wallpaper, pekerjaan listrik, air dan


gas; atau pekerjaan yang dapat mengganggu
pasokan air pada satu ruangan pasien selama
kurang dari 15 menit.
Langkah Pertama ICRA
Identifikasi type/jenis konstruksi kegiatan
proyek (Type A-D).

Pekerjaan skala kecil, jangka pendek, debu tingkat


sedang sampai tinggi: pekerjaan struktur yg memerlukan
pemotongan dinding atau plafon dimana debu bisa
dikontrol/diminimalisasi;
Pekerjaan plesteran, pengecatan dengan sprayer dan
TYPE B pengamplasan, pekerjaan instalasi listrik/kabel
telepon/komputer, air dan gas serta saluran ventilasi; atau
Pekerjaan dapat mengganggu pasokan air pada 2
ruangan pasien atau lebih dg durasi kurang dari 30
menit..
Langkah Pertama ICRA
Identifikasi type/jenis konstruksi kegiatan
proyek (Type A-D).

Pekerjaan menghasilkan debu tingkat sedang sampai


tinggi, pekerjaan pemasangan, plesteran dan pengecatan
dengan sprayer dan pengamplasan thd dinding/partisi
baru, pembongkaran lantai dan plafon, pekerjaan saluran
air, listrik/perkabelan dan gas di atas plafon; dan
TYPE C Pekerjaan perkabelan skala besar, yang membutuhkan
penyelesaian pekerjaan melewati 1 shift kerja; atau
Pekerjaan yg dapat mengganggu pasokan air pada 2
ruangan pasien atau lebih dg durasi lebih dari 30 menit
kurang dari 1 jam
Langkah Pertama ICRA
Identifikasi type/jenis konstruksi kegiatan
proyek (Type A-D).

Pekerjaan konstruksi skala besar dan jangka panjang


yang membutuhkan shift kerja yang berturut-turut; atau

TYPE D
Pekerjaan gedung baru, pembongkaran/ perombakan
gedung dan sistem kabel secara menyeluruh; atau
Pekerjaan yg dapat mengganggu pasokan air gas pada 2
ruangan pasien atau lebih dg durasi lebih dari 1 jam
Identifikasi Kelompok Pasien Beresiko

Resiko sangat
Resiko Rendah Resiko sedang Resiko tinggi
tinggi
Hemodialisa
Instalasi Rawat Jalan
Kamar bersalin Ruangan Kemoterapi
(Kecuali Klinik Paru, THT,
Instalasi Laboratorium Ruangan Luka Bakar
Area kantor Bedah, Ortopedi, Onkologi,
Sentral Kamar Isolasi Protektf
Mata, Gigi, Kebidanan dan
Pekarangan, Semua Instalasi Rawat Inap Kamar Isolasi Penyakit
Anak)
dan HCU, kecuali Ruangan
Taman, Ruangan Ekhokardiografi
Rawat Intensif, Ruangan
Infeksi Menular
Rehabilitasi Medik Ruangan perawatan
Jalan Radiologi/Radioterapi
Kemoterapi, Luka Bakardan
KamarIsolasi Intensif ICU, NICU,
Area luar Instalasi Diagnostik
Klinik Rawat Jalan Paru, CVCU
Terpadu/Endoskopi
gedung Instalasi Gizi
THT, Bedah, Ortopedi, Instalasi Bedah Sentral
Onkologi, Mata, (Kamar Operasi)
Instalasi Binatu
Gigi,Kebidanan dan Anak Lab. Kateterisasi
Instalasi Pemulasaran
Instalasi Farmasi/Depo Obat
Jenasah
Instalasi Gawat Darurat.
Jantung
Perinatologi.
Matriks Kelas Resiko
Kelompok Resiko X
Tipe Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D
(lingkari)
Kelompok 1 – Resiko
I II II III/IV
Rendah
Kelompok 2 – Resiko
I II III IV
Sedang
Kelompok 3 – Resiko
I II III/IV IV
Tinggi

Kelompok 4 – Resiko
II III III/IV IV
Sangat Tinggi
Rekomendasi Kelas I

Selama Pekerjaan Berlangsung Setelah Selesai Pekerjaan

1. Kurangi debu selama pekerjaan berlangsung. 1. Lakukan pembersihan


2. Segera ganti keramik lantai atau plafon bila pada area pekerjaan
rusak segera setelah selesai
3. Segera pasang tutup kotak panel, penutup pekerjaan
pipa/lubang/ saluran, keramik lantai dan
plafon setelah pekerjaan inspeksi selesai
4. Segera bersihkan bila terjadi tumpahan air,
minyak dan lain-lain dengan prosedur
pembersihan yang sesuai.
Rekomendasi Kelas II
Selama Pekerjaan Berlangsung Setelah Pekerjaan
1. Sediakan alat pencegah agar debu tidak berterbangan ke 1. Bersihkan permukaan ruangan
atmosfer dengan disinfektan.
2. Bila mungkin basahi permukaan benda dengan air saat proses 2. Kemasi sampah/puing pekerjaan
pemotongan untuk mengontrol debu dalam kontainer tertutup saat
3. Tutup rapat pintu antar ruangan, segel dengan lakban pengangkutan menuju lokasi
4. Tutup ventilasi bila menggunakan sistem sentral pembuangan. Hindari melewati
5. Pasang keset kaki/karpet debu pada pintu masuk dan keluar area pasien/publik
dari area pekerjaan 3. Lakukan pembersihan ruangan
6. Matikan/Isolasi Sistem AC pada area pekerjaan dengan vacuum HEPA filter
7. Matikan smoke detector 4. Sebelum meninggalkan area kerja
pastikan sistem AC dan Smoke
8. Beritahu petugas keamanan bahwa smoke detector sementara detector dihidupkan kembali dan
dimatikan selama proyek berjalan berfungsi dengan baik
9. Segera pasang tutup kotak panel, penutup pipa/lubang/ saluran,
Rekomendasi Kelas III
Selama Pekerjaan Berlangsung Setelah Pekerjaan
1. Dapatkan Izin dari Komite PPIRS sebelum pekerjaan dimulai 1. Bersihkan area kerja dan permukaan
2. Sediakan dokumen kebijakan/Panduan/Standar Kesehatan dan Keselamatan horizontal pada penyelesaian proyek.
Kerja (K3)/ Health and Safety 2. Pastikan pembatas area pekerjaan tetap
3. Matikan/Isolasi Sistem AC pada area kerja terpasang sampai proses pembersihan
4. Matikan smoke detector selesai dan diterima oleh PPHP atas
rekomendasi Instalasi Kesling dan Komite
5. Beritahu petugas keamanan bahwa smoke detector dimatikan sementara PPIRS
selama proyek berjalan 3. Buka pembatas area dengan sangat hati-
6. Pasang dinding/pagar pembatas area dan peringatan gangguan kenyamanan hati untuk mencegah tebaran debu atau
7. Pasang jaring pengaman sekeliling bangunan agar material yang jatuh tidak kotoran puing-puing bekas konstruksi.
berterbaran 4. Lakukan pembersihan ruangan dengan
8. Lakukan upaya pengontrolan debu: Vakum HEPA Filter/ Penyiraman air vacuum HEPA filter
secara berkala. 5. Bersihkan permukaan ruangan dengan
9. Bila pekerjaan di dalam suatu ruangan/area yang berdekatan dengan ruangan disinfektan.
lain dalam suatu gedung, pastikan tekanan udara area kerja negatif 6. Sebelum meninggalkan area kerja
10. Kemasi sampah/puing pekerjaan dengan kontainer tertutup saat proses pastikan sistem AC dan Smoke detector
pengangkutan. Hindari melewati area pasien/publik dihidupkan kembali dan berfungsi dengan
11. Keluar-masuk bahan/peralatan kerja harus menggunakan media transportasi baik
tertutup kecuali material padat tanpa debu. Hindari melewati area pasien/publik
12. Segera pasang penutup kotak panel, penutup pipa/lubang/ saluran, keramik
lantai dan plafon setelah pekerjaan selesai
13. Segera bersihkan bila terjadi tumpahan air, minyak dan lain-lain dengan
prosedur pembersihan yang sesuai.
Rekomendasi Kelas IV
Selama Pekerjaan Berlangsung Setelah Pekerjaan
1. Dapatkan Izin dari Komite PPIRS sebelum pekerjaan dimulai 1. Bersihkan area kerja dan permukaan
2. Sediakan dokumen kebijakan/Panduan/Standar Kesehatan dan Keselamatan horizontal pada penyelesaian proyek.
Kerja (K3)/ Health and Safety 2. Buka pembatas area dengan sangat hati-
3. Pasang dinding/ pagar pembatas area dan peringatan gangguan kenyamanan hati untuk mencegah tebaran debu atau
4. Pasang jaring pengaman sekeliling bangunan agar material yang jatuh tidak kotoran puing-puing bekas konstruksi.
berterbaran 3. Kemasi sampah/puing pekerjaan ke dalam
5. Matikan/Isolasi Sistem AC pada area kerja kontainer tertutup saat pengangkutan
6. Matikan smoke detector menuju lokasi pembuangan. Hindari
melewati area pasien/publik
7. Beritahu petugas keamanan bahwa smoke detector sementara dimatikan 4. Barang-barang/peralatan kerja harus
selama proyek berjalan dibawa dengan media transportasi
8. Lakukan upaya pengontrolan debu: Vakum HEPA Filter/ Penyiraman Air tertutup kecuali material padat tanpa
secara berkala. debu. Hindari melewati area pasien/publik
9. Bila pekerjaan di dalam suatu ruangan/area yang berdekatan dengan ruangan 5. Lakukan pembersihan ruangan dengan
lain dalam suatu gedung, pastikan tekanan udara area kerja negatif vacuum HEPA filter
10. Sediakan pos atau ruangan anteroom sebelum pintu masuk area pekerjaan 6. Bersihkan permukaan ruangan dengan
sebagai sarana ganti pakaian/ APD bagi semua orang atau pekerja keluar- disinfektan.
masuk. 7. Sebelum meninggalkan area kerja
11. Gunakan sepatu kerja safety dan perlengkapan APD lainnya ketika memasuki pastikan sistem AC dan Smoke detector
area kerja dan lepaskan/ ganti bila hendak keluar dari area kerja dihidupkan kembali dan berfungsi baik
12. Pastikan pembatas area pekerjaan selalu terpasang sampai proses
pembersihan selesai dan diterima oleh PPHP atas rekomendasi Instalasi
Kesling dan Komite PPIRS
13. Segera bersihkan bila terjadi tumpahan air, minyak, dll dengan prosedur
Kasus 1
Akan dilaksanakan pembangunan lanjutan
gedung lantai 2 dan 3. Gedung akan
diperuntukkan untuk pelayanan jantung. Pada
lantai 1 sudah ada pelayanan radiologi dan
rehabilitasi medik. Pembangunan meliputi
pemasangan Lift, proteksi kebakaran, nurse call,
selain itu juga pembuatan jembatan antar
gedung yang berada diatas selasar rumah sakit.
Selasar masih digunakan untuk aktifitas sehari
hari rs.
Kasus 2
Akan dilaksanakan perbaikan sistem udara
diruang Kemoterapi. Perbaikan ini akan
membongkar beberapa plafon serta memasang
sistem HVAC kemoterapi. Pasien di ruang
kemoterapi hampir penuh setiap hari. Ruang
kemoterapi beroperasional dari jam 08.00 –
16.00 Wib.
INSPEKSI PCRA

Inspeksi K3 RS
Inspeksi PCRA.docx
Thank You

Anda mungkin juga menyukai