Anda di halaman 1dari 21

Media dan Wadah Pemijahan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Persiapan wadah meliputi pengeringan kolam, pengolahan dasar kolam,

pemupukan dan pengapuran, dan pengisian air kolam. Pengeringan dasar kolam

pendederan bertujuan untuk membasmihama dan penyakit dan mengoksidasi gas

beracun yang terdapat di dasar kolam. Gas beracun yang terdapat di dasar kolam

berasal dari hasil penguraian bahan organik seperti kotoran ikan, sisa

pakan, lumpur/kotoran yang terbawa air masuk dan mengendap di dasar kslam

dan sebagainya (Bhagawati, 2013).

Wadah dalam pembenihan ikan lele (Clarias gariepinus) yang paling

utaman adalah akuarium, bak fiber glass, bak semen. Wadah yang terbuat dari

plastik tempat wadah pembenihan harus diusahakan memiliki sifat fisika dan

kimia perairan yang stabil, yaitu seperti suhu pada wadah pembenihan harus pada

28-29o C (Siregar, 2010).

Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan induk ikan lele berupa kolam

semen dengan ukuran masing-masing untuk induk jantan dan betina adalah 3x5

m. Pada salah satu sisi kolam dibuat saluran atau pintu masuk air (inlet) pada sisi

yang lain secara bersebrangan dibuat saluran pembuangan atau outlet. Pada pintu

masuk air dan saluran pembuangan dipasang penyaring agar ikan lele tidak keluar

dari kolam (Ariyati et al., 2015).

Proses sanitasi wadah yang umum dilakukan adalah dengan menyikat

seluruh permukaan dan dinding wadah dengan menggunakan detergen atau

bahkan bahan pembersih lain sampai kotoran yang menempel bersih. Kemudia di

bilas menggunakan air tawar hingga bersih. Proses sanitasi ini dilakukan dengan
pengeringan wadah selama 2-5 hari. Pengeringan dilakukan untuk menguapkan

air sisa pembiasan (Bhagawati, 2013).

Persiapan kolam pemijahan ikan, kolam yang digunakan untuk pemijahan

ikan lele dumbo berbentuk persegi panjang dengan P : 4,5 m dan L : 2,5 m.

Pematang dan dasar kolam terbuat dari beton, selain berfungsi untuk kolam

pemijahan, kolam tersebut juga berfungsi sebagai kolam penetasan dan kolam

pemeliharaan benih ikan. Sebelum dilakukan pemijahan persiapan kolam sudah

terlebih dahulu dilakukan seperti pembersihan kolam dengan disikat, agar hama

dan penyakit yang ada pada kolam bias hilang. Pengeringan kolam dilakukan

selama 1–3 hari. Setelah kolam kering selanjutnya dilakukan pengisian air ke

dalam kolam dengan ketingian 30–40 cm. Kolam pemijahan tersebut terlebih

dahulu disediakan kakaban yang terbuat dari ijuk sebagai tempat untuk

penempelan telur, ukuran kakaban disesuaikan dengan ukuran kolam

(Wafi dan Setyoharini, 2013).

Pengisian air dilakukan setelah proses perbaikan kolam pengeringan

selesai dilakukan. Sebelum memasukan air pastikan pintu pengeluaran air (outlet)

sudah ditutup rapat dan pintu pemasukan air (inlet) sudah dipasang jaring yang

bertujuan untuk mencegah masuknya hama dan kotoran yang mengikuti aliran air

ke dalam kolam. Untuk pemijahan ikan lele air berkisar antara 40 - 50 cm dan

selama pemijahan berlangsung air harus tetap di kontrol untuk memastikan air

mengalir dengan system limpas yaitu air terus masuk kekolam dan air yang

melebihi pintu monik keluar. Selain itu bertujuan untuk menyuplai oksigen

terlarut di dalam kolam yang merangsang induk untuk memijah

(Ismail dan Khumaidi, 2016).


Dalam media pembenihan ikan, biasanya digunakan kakaban. Kakaban

merupakan sebuat alat perlengkapakn yang berfungsi sebagai tempat

menempelnya telur-telur induk lele. Bahan utama dalam pembuatan kakaban ini

adalah ijuk. Selain itu, bahan pembuat kakaban terdiri atas bambu reng dan tali

plastik. Kakaban dipasang dengan menyusun ijuk diatas bambu dan kedua ujung

bambu di ikat dengan tali tersebut (Darsono, 2015).

Kakaban adalah alat yang terbuat dari ijuk yang di himpit oleh bambu.

Kakaban dipasang berjejer dikolam pemijahan agar telur ikan menempel di

kakaban tersebut dan mudah untuk di pindahkan. Pemasangan kakaban dilakukan

sebelum induk-induk dimasukkan. Ukuran kakabannya adalah 2 x 0,2 m. Kakaban

yang digunakan dalam satu kolam pemijahan terdapat 24 buah kakaban untuk 4

stel induk. Kakaban diupayakan berada sekitar 5 - 10 cm di bawah permukaan air.

Maka dari itu, kakaban diberi pemberat menggunakan batu yang diletakkan

dikedua sisi kakaban dan di ikat dengan tali rafia. Hal ini dimaksudkan untuk

menenggelamkan kakaban tersebut agar telur ikan lele menempel pada kakaban

(Ismail dan Khumaidi, 2016).

Penggunaan media air jernih sebagai media pemeliharaan diharapkan

mampu menjadi solusi budidaya yang selama ini kurang memuaskan. Dalam

media budidaya air jernih ikan akan lebih mudah dikontrol dan diamati

pertumbuhan serta kelangsungan hidupnya. Adaptasi ikan lele dari habitat alami

pada lumpur ke dalam habitat buatan pada air tanpa media lumpur merupakan

suatu proses domestikasi. Domestikasi merupakan suatu proses adaptasi

organisme terhadap lingkungan budidaya dan terhadap semua aspek pengolahan

yang digunakan untuk pertumbuhan (Perdana, 2013).


Pemijahan Semi Intensif Ikan Lele (Clarias gariepinus)

Pemijahan induk lele dumbo baru dapat dilakukan setelah dipastikan

kolam benar-benar telah siap untuk digunakan. Langkah-langkah pemijahan

pertama adalah pemilihan induk yaitu satu induk lele dumbo jantan dan satu induk

lele dumbo betina. Langlah kedua, induk lele dumbo jantan dan betina yang telah

matang kelamin dilepaskan ke dalam kolam pemijahan sekitar pukul 09.00. Agar

induk lele dumbo yang sedang dipijahkan tidak meloncat keluar kolam, bagian

atas kolam ditutup dengan papan atau bekas karung pakan yang telah dimodifikasi

menjadi lembaran terpal. Induk lele dumbo akan berpijah pada malam hari

menjelang pagi hari, yaitu pada pukul 24.00-04.00 WIB (Suhardedi, 2010).

Pemijahan alami menggunakan 1 induk jantan berumur 1 tahun (berat 0,5

± 0,05kg, panjang 30 ± 2,5 cm ) dan 1 induk betina berumur 1 tahun (berat 0,70 ±

0,05 kg, panjang 28 ± 2,5 cm). Pemijahan secara alami dilakukan dalam wadah

aquarium dengan volume 10 liter air. Telur dipanen kemudian diseleksi untuk

digunakan dalam penelitian. Telur terpilih kemudian ditempatkan dalam wadah

perlakuan dengan kepadatan100 telur/wadah (Aidil et al., 2016).

Induk Lele jantan dan betina yang dipijahkan memiliki berat 1,5 kg,

dengan perbandingan 1 : 1 (1 ekor induk jantan dan betina). Induk yang matang

gonad dipindahkan ke bak pemijahan pada pukul 17:00 WIB (sore hari). Induk

Lele yang akan memijah akan mencari tempat persembunyian sendiri, sebelum

terjadinya pemijahan, sepasang induk saling kejar-kejaran, beberapa waktu

kemudian maka terjadilah pemijahan. Pemijahan biasanya terjadi pada pukul

24.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB. Tiga hari setelah terjadi pemijahan

induk betina akan meletakkan telur-telurnya di bagian atas kakaban. Telur juga
ada didasar dan pinggiran kolam. Pada saat induk betina mengeluarkan telur-

telurnya, disaat bersamaan induk jantan menyemprotkan spermanya kepada telur

tersebut. Telur-telur yang terbuahi berwarna kuning bening sedangkan telur yang

tidak terbuahi berwarna kuning kehijauan dan telur yang terbuahi akan menetas

setelah 48 jam atau 2 hari (Wafi dan Setyoharini, 2013).

Kegiatan pemijahan pada iken lele yang juga biasa diterapkan adalah

pemijahan buatan secara semi intensif, yaitu dilakukan tidak hanya dengan

mengandalkan manipulasi lingkungan, tetapi juga dengan campur tangan manusia

yang lebih banyak terlibat di dalamnya untuk mencapai hasil yang optimal

melalui beberapa sentuhan teknologi budidaya. Kegiatan utama dari budidaya

ikan lele pembenihan semi intensif ini difokuskan pada manipulasi teknik

pemijahan dengan cara memberikan perangsang pada induk ikan lele jantan dan

betina menggunakan hormon ovaprim atau kelenjar hipofisa melalui penyuntikan,

kemudian induk lele yang telah diberikan suntikan hormon dimasukkan dalam

kolam pemijahan agar memijah secara alami (Ariyati et al., 2015).

Teknik pemijahan ikan lele menggunakan hormon ovaprim. Hormon

merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana

kelenjar endokrin adalah terdapat beberapa organ antara lain pituitari, pineal,

thymus, jaringan ginjal, jaringan kromaffi, interregnal tissue, corpuscles of

stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets, intestinal tissue, intestitial tissue

of gonads dan urohypophysis. Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu

intra muscular (penyuntikan kedalam motot), intra peritorial (penyuntikan pada

rongga perut), dan intracranial (penyuntikan di kepala) (Yuatiati et al., 2015).


Ovaprim adalah campuran analog salmon Gonatrophin Releasing

Hormone (SGnRH-a) dan anti dopamine. Ovamprim sebagai hormon yang

berfungsi untuk merangsang dan memacu hormon Gonatrophin pada tubuh ikan

sehingga dapat mempercepat proses ovulasi dan pemijahan, yaitu pada proses

pematangan gonad dan dapat memberikan daya rangsang yang lebih tinggi,

menghasilkan telur dengan kualitas yang baik serta menghasilkan telur/waktu

laten yang relatif singkat juga dapat menekan angka mortalitas. Hormon ini juga

dapat bekerja pada organ target yang lebih tinggi pada ikan (Sinjal, 2014).

Penyuntikan induk dilakukan pada sore hari. Pertama siapkan peralatan

penyuntikan dan hormon ovaprim. Penggunaan injeksi spuit yang sudah

dibersihkan dengan air panas atau alat injeksi yang baru. Kemudian timbang

induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis ovaprim. Dosis ovaprim

untuk induk betina dan jantan 0.3 ml/kg. Saat mengambil ovaprim gunakan

spuit sesuai dosis yang sudah ditentukan. Selanjutnya, dilakukan penyuntikan

induk jantan dan induk betina secara intramuscular (bagian punggung), dengan

kemiringan jarum suntik 40–450 dengan kedalaman jarum suntik ± 1 cm yang

disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan. Lakukan penyuntikan dengan hati–hati.

Setelah hormon disuntikkan jarum dilepaskan secara perlahan, kemudian

bekas suntikan ditekan/ditutup dengan jari telunjuk beberapa saat agar hormon

tidak keluar kembali (Agung et al., 2016).

Pemeliharaan dan Perawatan Benih Ikan Lele Sangkuriang

(Clarias gariepinus)

Telur ikan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda tergantung

jenis ikannya. Sifat dan karakteristik telur ikan bermacam-macam, antara lain
menempel pada substrat, tenggelam, melayang, maupun terapung dalam di

perairan. sebagai contoh: ikan mas, lele, dan ikan patin memiliki sifat telur

menempel pada substrat, sedangkan ikan gurame terapung di permukaan air.

Berdasarkan karakteristik serta sifat telur yang beragam, maka teknologi tepat

guna yang diterapkan untuk mendukung proses inkubasi dan penetasan harus

disesuaikan dengan jenis ikannya. Salah satu kunci keberhasilan proses penetasan

ikan adalah menjaga agar suhu media inkubasi berada pada kondisi optimal dan

untuk masing-masing jenis ikan nilai optimalnya berlainan. Aplikasi corong

inkubasi contohnya. Alat sederhana tersebut sangat membantu dalam

memproduksi benih (Bhagawati, 2013).

Larva (berasal dari bahasa Latin: larvae) adalah bentuk muda (juvenile)

pada hewan yang perkembangannya melalui metamorfosis. Sebagian besar

perkembangan morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum

terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva

yang baru menetas bersifat pasif, Hari ke dua mulut mulai terbuka dan mulai

berusaha, memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat

tersebut cadangan kuning telurnya telah menipis, yaitu tinggal 25-30% dari

volume awal. Selama cadangan makanan bawaan lahir masih ada, maka larva

tidak perlu mendapatkan pakan tambahan. Namun apabila cadangan makanannya

mulai menipis maka larva harus dilatih untuk mendapatkan pakan tambahan

(Bhagawati, 2013).

Pemeliharaan larva ikan lele dilakukan dalam bak/tangki fiberglass

berbentuk persegi panjang (rectangular) dan bulat (circular) dengan volume 0,5,

1,0 atau 3,0 m3. Tempat pemeliharaan diisi air bersih dan diberi aerasi
secukupnya. Larva yang dipelihara bisa langsung dari telur yang sudah diseleksi

atau telur diinkubasi terlebih dahulu dan setelah menetas baru dipindahkan

ke bak/tangki pemeliharaan. Apabila menggunakan telur secara langsung, setelah

3-5 jam penetasan perlu dilakukan penyiponan dasar tangki untuk membuang

cangkang dan telur yang tidak menetas. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga

peningkatan konsentrasi amoniak dalam wadah pemeliharaan yang dapat

menyebabkan kematian larva (Mayunar, 1994).

Kolam penetasan dibuat dan dipersiapkan bersamaan dengan persiapan

kolam pemijahan. Kolam penetasan terbuat dari kolam tembok/semen. Kolam

penetasan telur ikan lele diisi dengan air jernih setinggi 10 cm. Seluruh kakaban

tempat menempelnya telur ikan lele yang ditetaskan harus terendam air. Oleh

karena itu, kakaban tersebut harus dipasang di dasar kolam dengan pemberat.

Penetasan telur ikan lele dipengaruhi oleh suhu air dan suhu udara. Suhu udara

yang optimum akan membantu mempercepat penetasan telur, biasanya telur ikan

lele akan menetas dalam waktu 20-24 jam setelah terjadi pemijahan. Bak

penetasan telur selalu dikontrol dan dipastikan hingga semua telur menetas.

Selanjutnya, kakaban diangkat untuk menghindari penurunan kualitas air akibat

adanya pembusukan dari telur-telur yang tidak menetas (Ariyati et al., 2015).

Induk lele dumbo Clarias gariepinus jantan dan betina setelah memijah

segera diangkat dan dimasukkan kekolam induk semula karena dikhawatirkan

telur akan rusak dan dimakan induk lele jantan dan betina. Setelah induk diangkat

kakaban dibiarkan sampai telur menetas. Selama proses penetasan kualitas air dan

suhu tetap setabil dan diusahakan saluran air tetap tertutup dengan rapat agar tidak

ada hama yang masuk ke dalam tersebut. Ciri-ciri telur yang baik adalah telur
yang berwarna kuning bening transparan yang ditengah-tengahnya terlihat bintik

hitam (embrio), sedangkan telur yang tidak baik berwarna putih susu dan

ditengah-tengahnya tidak terdapat bintik hitam (embrio)

(Wafi dan Setyoharini, 2013).

Proses penetasan telur diawali dengan pengangkatan kakaban. Telur yang

sudah menempel dikakaban di angkat pada pagi hari dari kolam pemijahan lalu di

pindah ke kolam yang sudah disiapkan untuk penetasan telur. Cara meletakkan

kakaban di upayakan tenggelam semua. Hal tersebut bertujuan agar telur dapat

menetas semua. Oleh sebab itu kakaban ditekan menggunakan bambu yang

ditancapkan ke dasar kolam di dua sisi kakaban, hal ini dimaksudkan untuk

menenggelamkan kakaban tersebut. sementara waktu penetasan telur terjadi

mencapai 2 x 24 jam setelah pembuahan. Kakaban diangkat 3 hari setelah telur

menetas atau setelah larva tidak menempel di kakaban

(Ismail dan Khumaidi, 2016).

Benih atau larva ikan lele yang baru menetas biasanya berwarna kehijauan,

kecokelatan, hingga kehitaman. Benih atau larva ikan lele tersebut terlihat

berkumpul di dasar kolam atau bak penetasan. Benih akan mulai bergerak

menyebar setelah berumur dua hari. Hingga hari ketiga, benih ikan lele tidak perlu

diberi pakan, karena masih memiliki cadangan pakan yang menempel pada

tubuhnya, berupa kuning telur. Pada hari keempat, larva atau benih ikan lele baru

diberi pakan, disamping ukurannya yang sudah bertambah besar, cadangan pakan

berupa telur yang menempel pada tubuhnya juga sudah habis atau tidak

mencukupi (Ariyati et al., 2015).


Pendederan I merupakan pemeliharaan larva hingga benih ukuran 1 cm

(biji oyong). Pendederan II adalah pemeliharaan benih ukuran 1 cm hingga

mencapai ukuran 3-5 cm. Dan pendederan III adalah pemeliharaan benih ukuran

3-5 cm hingga mencapai ukuran 5-8 cm (ukuran korek api). Pemeliharaan larva

ikan lele menjadi ukuran 1 cm merupakan pemeliharaan yang paling rawan,

karena benih ikan lele masih sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

lingkungan terutama kualitas air (Darsono, 2015).

Kolam yang digunakan sebagai tempat penetasan telur sekaligus dijadikan

tempat pemeliharaan benih adalah kolam pemijahan. Dalam pemeliharaan benih

kualitas air dan suhu air diusahakan harus tetap normal dan stabil, apabila benih

hasil pemijahan awal yang dilakukan pada waktu praktek mengalami kegagalan

(benih banyak yang mati), salah satu faktornya disebabkan oleh fluktuasi suhu

yang menurun secara drastis (28-24o C). Apabila mengalami kesuksesan pada saat

melakukan pemijahan yang kedua kalinya, berarti karena fluktuasi suhu waktu itu

berada pada kisaran normal dan stabil (28o C) (Wafi dan Setyoharini, 2013).
METODOLOGI

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 02 April 2018 pukul 10.00 WIB

sampai dengan selesai di Laboratorium Budidaya Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kawat untuk mengikat

kakaban, tang untuk merekatkan kakaban, ember untuk wadah ikan, akuarium

untuk wadah pemijahan buatan ikan, bak semen untuk wadah pemijahan semi

buatan, aerator untuk mensuplai oksigen di media pemijahan ikan lele, terpal

untuk menutup wadah pemijahan semi buatan ikan lele, jaring (tanggok) untuk

memindahkan telur ke inkubasi, baskom untuk wadah pemijahan buatan, spons

untuk membersihkan tempat ikan, kamera untuk dokumentasi, serbet untuk

membersihkan kotoran-kotoran dan alat tulis untuk mencatat hasil praktikum.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ijuk untuk bahan

pembuat kakaban, bambu untuk penyangga ijuk, sepasang ikan lele

(Clarias gariepinus) sebagai objek praktikum, air untuk media pemijahan ikan

lele, hormon ovaprim untuk bahan utama pemijahan ikan lele, methyl blue untuk

pembersih media pemijahan semi buatan, larutan NaCl 7 % untuk bahan utama

pemijahan buatan, bulu ayam untuk mengaduk sel telur dan sel sperma ikan lele,

tissue untuk membersihkan alat-alat praktikum, sunlight untuk mencuci alat yang

digunakan dan handwash untuk mencuci tangan.


Prosedur Praktikum

Prosedur dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

A. Prosedur Persiapan Wadah dan Media Pemijahan Ikan Lele

- Persiapan air

1. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.

2. Dibersihkan bak kolam pemijahan dengan beberapa kali pergantian air.

3. Diisi akuarium dengan air tersebut kemudian ditambahkan methyl blue dengan

dosis yang telah ditentukan.

- Persiapan Kakaban

1. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.

2. Diambil sebuah bambu lalu di belah menjadi dua bagian.

3. Dikikis bambu sampai permukaan bambu halus.

4. Disusun ijuk keatas bambu dengan posisi bambu sejajar, dirapikan bagian sisi-

sisi ijuk tersebut.

5. Diikat kedua ujung bambu dan bagian tengah bambu menggunakan kawat

hingga kedua bambu tersebut merekat.

6. Didokumentasikan setiap kegiatan praktikum.

B. Prosedur Seleksi Induk Ikan Lele

1. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.

2. Diamati induk ikan lele jantan yang sudah siap memijah. Induk ikan lele jantan

yang siap memijah ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: induk ikan lele

jantan harus berumur minimal 1 tahun, sudah matang gonad, apabila di

striping akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu berupa sperma.

Kemudian tubuh ikan lele jantan tidak mengalami kecacatan, tubuh ikan lele
jantan gempal dan langsing, gerakannya lebih lincah, alat kelamin runcing dan

mencapai sirip anus dan sirip cenderung kemerahan.

3. Diamati induk ikan lele betina yang sudah siap memijah. Induk ikan lele betina

yang siap memijah ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: induk ikan lele

betina harus berumur minimal 1,5 tahun, sudah matang gonad, apabila di

striping akan mengeluarkan butiran telur, perut terlihat membesar dan lembek,

gerakannya cenderung lembat, alat kelamin bulat kemerahan dan membesar

serta warna tubuh coklat kemerahan.

4. Induk ikan lele jantan dan betina diletakkan ditempat yang berbeda sebelum

terjadi proses pemijahan.

C. Prosedur Pemijahan Semi Buatan dan Buatan Ikan Lele

- Pemijahan Semi Buatan

1. Disiapkan induk jantan dan betina yang telah matang gonad.

2. Sebelum pemijahan, bak pemijahan telah dipersiapkan beserta medianya.

3. Dipasang kakaban sebagai media penempelan telur ikan lele. Posisi kakaban

tidak boleh terlalu di dasar, maka digunakan pemberat. Ini dilakukan agar telur

hasil pemijahan tidak berhamburan dan mudah dipindahkan.

4. Dilakukan penyuntikan pada induk ikan lele jantan. Penyuntikan hormon

ovaprim dilakukan pada induk jantan dan induk betina secara intramuscular

(bagian punggung), dengan kemiringan jarum suntik 40–45o dengan kedalaman

jarum suntik ± 1 cm yang disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan.

5. Dimasukkan induk jantan dan betina kedalam bak pemijahan agar dalam waktu

24 jam dapat memijah di bak tersebut.

6. Waktu yang baik untuk pemijahan dilakukan pada sore hari.


7. Selama proses pemijahan bak harus ditutup agar ikan tidak keluar.

8. Didokumentasikan setiap kegiatan praktikum.

- Pemijahan Buatan Ikan Lele

1. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.

2. Distriping ikan jantan dan betina untuk diambil sel sperma dan sel telurnya.

3. Diambil baskom lalu tuangkan larutan NaCl 7% kedalam baskom tersebut

sesuai dengan takarannya.

4. Dicampurkan dengan sel sperma ikan jantan dan sel telur ikan betina ke dalam

larutan NaCl 7% tersebut.

5. Diaduk hingga rata menggunakan bulu ayam.

6. Dimasukkan campuran tersebut kedalam akuarium yang berisi air yang telah di

aerasi.

7. Diamati perkembangan telur ikan yang telah dihasilkan sampai telur menjadi

ukuran benih.

8. Didokumentasikan setiap kegiatan praktikum.

D. Prosedur Pemeliharaan Telur dan Larva Ikan Lele

1. Diangkat induk jantan dan betina dari bak pemijahan. Pemindahan ini

dilakukan dengan tujuan agar telur tidak terkena lendir ikan lele, karena pada

lendir ikan lele terdapat bakteri yang dapat menyebabkan telut-telur akan mati.

2. Diangkat telur agar mendapatkan O2 dan dipindahkan ke inkubasi.

3. Disesuaikan kondisi suhu pada saat masa inkubasi.

4. Disediakan oksigen terlarut pada masa inkubasi dengan menggunakan aerator

agar telur mendapat oksigen yang cukup.

5. Didokumentasikan setiap kegiatan praktikum.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Telur Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Gambar 2. Larva Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)


Pembahasan

Dalam pemijahan ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) hal utama

yang harus diperhatikan terlebih dahulu yaitu kematangan gonad dari setiap induk

yang akan dipijahkan atau dikawinkan, salah satu ciri – ciri induk ikan lele yang

telah matang gonad yaitu pada induk betina bagian perut tampak membesar

kearah anus dan jika diraba terasa lembek dan induk jantan yaitu alat kelaminnya

tampak runcing dan berwarna kemerahan. Hal ini sesuai dengan Bramasta (2009),

yang menyatakan bahwa induk lele sangkuriang yang telah matang gonad

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Induk Jantan : 1. Alat kelamin tampak jelas dan

runcing 2. Warna tubuh agak kemerahan 3. Tubuh ramping dan gerakannya lincah

Induk Betina : 1. Bagian perut tampak membesar kearah anus dan jika diraba

terasa lembek 2. Lubang kelamin berwarna kemerahan dan tampak agak

membesar.

Teknik pemijahan pada ikan ada 3, yaitu pertama pemijahan alami yang

tidak menggunakan campur tangan manusia sama sekali. Kedua, pemijahan semi

buatan atau semi alami, yaitu dengan memberikan suntikan hormon ke induk ikan

jantan dan betina untuk merangsang pemijahan lalu di biarkan memijah secara

alami di kolam pemijahan. Dan ketiga, pemijahan buatan dengan mengambil sel

sperma dan sel telur masing–masing induk. Hal ini sesuai dengan Yuatiati et al

(2015) yang menyatakan bahwa dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan

dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu: pemijahan ikan secara alami,

pemijahan secara semi intensif, pemijahan ikan secara intensif.

Dalam praktikum yang telah kami lakukan proses pemijahan ikan lele

menggunakan metode semi intensif, yang berarti proses pemijahan ikan dengan
menggunakan bantuan hormone dan terbukti ikan lele cepat dalam melakukan

pemijahan. Hal ini sesuai dengan Ariyati et al (2015), yang menyatakan bahwa

kegiatan utama dari budidaya ikan lele pembenihan semi intensif ini difokuskan

pada manipulasi teknik pemijahan dengan cara memberikan perangsang pada

induk ikan lele jantan dan betina menggunakan hormon ovaprim atau kelenjar

hipofisa melalui penyuntikan, kemudian induk lele yang telah diberikan suntikan

hormon dimasukkan dalam kolam pemijahan agar memijah secara alami.

Ikan lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) disuntikkan hormone ovaprim

dengan menggunakan jarum suntik dengan dosis 0,3/kg dan dilakukan pada sore

hari, hal ini dikarenakan ikan lele bersifat nocturnal yang aktif pada malam hari

sehingga dapat membantu reaksi dari ovaprim tersebut. Hal ini sesuai dengan

Agung et al (2015), yang menyatakan bahwa penyuntikan induk dilakukan pada

sore hari. Pertama siapkan peralatan penyuntikan dan hormon ovaprim. Kemudian

timbang induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis ovaprim. Dosis

ovaprim untuk induk betina dan jantan 0.3 ml/kg.

Setelah terjadi penetasan telur ikan lele yang terjadi selama 2 x 24 jam

setelah pemijahan maka tampaklah benih ikan lele yang baru menetas berwarna

kecoklatan. Hal ini sesuai dengan Ariyati et al (2015), yang menyatakan bahwa

benih atau larva ikan lele yang baru menetas biasanya berwarna kehijauan,

kecokelatan, hingga kehitaman. Benih atau larva ikan lele tersebut terlihat

berkumpul di dasar kolam atau bak penetasan. Benih akan mulai bergerak

menyebar setelah berumur dua hari.

Dalam proses pembuatan kakaban, bambu di belah dua lalu di kikis

sampai permukaan bambu halus. Kemudian posisi bambu sejajar dan ijuk disusun
diatas bambu tersebut dengan rapi. Kedua ujung bambu dan bagian tengah bambu

diikat dengan kawat atau tali yang telah disediakan. Hal ini sesuai dengan

Darsono (2015) yang menyatakan bahwa kakaban dipasang dengan menyusun

ijuk diatas bambu dan kedua ujung bambu di ikat dengan tali tersebut.

Benih ikan lele yang baru menetas tidak perlu diberikan pakan terlebih

dahulu dikarenakan benih ikan lele masih memiliki kantung kuning telur yang

dapat digunakan untuk pakan alaminya, namun setelah lebih dari 3 hari benih ikan

lele sudah dapat diberi pakan buatan seperti kuning telur setengah matang dan

tepung pellet. Hal ini sesuai dengan Ariyati et al (2015), yang menyatakan bahwa

benih ikan lele tidak perlu diberi pakan, karena masih memiliki cadangan pakan

yang menempel pada tubuhnya, berupa kuning telur. Pada hari keempat, larva atau

benih ikan lele baru diberi pakan, disamping ukurannya yang sudah bertambah

besar, cadangan pakan berupa telur yang menempel pada tubuhnya juga sudah

habis atau tidak mencukupi.

Berdasarkan hasil praktikum, setelah induk selesai melakukan pemijahan

induk tersebut harus segera dipindahkan ke wadah semula agar telur-telur tidak

terkontaminasi dengan adanya lendir induk lele. Setelah itu kakaban dibiarkan

sampai telur-telur menetas, kemudian telur-telur terset dipindahkan ke wadah

inkubasi. Hal ini sesuai dengan Wafi dan Setyoharini (2013) yang menyatakan

bahwa induk lele dumbo Clarias gariepinus jantan dan betina setelah memijah

segera diangkat dan dimasukkan kekolam induk semula karena dikhawatirkan

telur akan rusak dan dimakan induk lele jantan dan betina. Setelah induk diangkat

kakaban dibiarkan sampai telur menetas.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Seleksi induk pada induk jantan dan betina dengan melihat ciri-ciri morfologi.

Pada induk jantan gerakan lebih agresif, pada induk betina gerakan lambat.

Umur induk yang siap memijah adalah jantan ±1 tahun dengan bobot 1-2 kg

dan betina ±1,5 tahun dengan bobot 4-5 kg.

2. Persiapan wadah dan media pemijahan ikan lele (Clarias gariepinus) adalah

menyiapkan wadah berupa akuarium, bak semen, bak fiberglass, atau bak

terpal. Kemudian menyiapkan media pemijahan berupa air dan kakaban.

Pemijahan semi buatan yang dilakukan adalah dengan menyuntikkan hormon

perangsang kepada induk jantan dna betina yang kemudian proses ovulasi

terjadi secara alamiah.

3. Manajemen pemeliharaan telur dan larva ikan lele (Clarias gariepinus)

dengan memindahkan induk jantan dan betina setelah pemijahan agar telur-

telur tidak rusak. Kemudian telur dibiarkan sampai menetas dengan ciri larva

akan berwarna kunig kehijauan. Setelah itu larva dipindahkan ke corong

inkubasi agar pertumbuhannya tidak terganggu dan di beri suplai oksigen

menggunakan aerator. Pada saat pemeliharaan, larva tidak diberi pakan karena

memiliki cadangan makanan dalam tubuhnya berupa kuning telur.

Saran

Saran untuk praktikum ini adalah diharapkan agar praktikan memahami

materi sebelum memasuki laboratorium agar proses praktikum berjalan dengan

lancar.
Agung, A. N. B. A. A., A. Saputra., A. Sandra., Z. A. Asman., F. Januar., F. Rosti.,
F. Pakaya., L. Aprillia., S. L. Ibrahim dan M. Khoiron. 2016. Teknik
Pembenihan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Sekolah Tinggi
Perikanan, Jakarta.
Aidil, D., I. Zulfahmi dan Muliari. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Derajat
Penetasan Telur dan Perkembangan Larva Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias gariepinus var. sangkuriang). 5 (1).
Ariyati, R. W., D. Chilmawati dan Sarjito. 2015. IbM Kelompok Pembenihan Lele
di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. 17 (1).
Bhagawati, D. 2013. Aplikasi Teknologi Teapt Guna dalam Pembenihan
Perikanan Air Tawar. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Darsono. 2015. Teknik Pembenihan Ikan Gurami (Osphronemus gourami Lac)
Skala Rumah Tangga. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Ismail dan A. Khumaidi. 2016. Teknikpembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio, L)
di Balai Benih Ikan (BBI) Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu
Perikanan. 7 (1)..
Mayunar. 1994. Status Keberhasilan Pembenihan Ikan Kerapu Sunu di Indonesia
dan Prospek Pengembangannya. Oseana. 19 (4). ISSN : 0216-1877.
Sinjal, H. 2011. Pengaruh Substrat Ijuk dan Hydrilla sp. Terhadap Derajat
Pembuatan dan Penetasan Telur Ikan Mas. 7 (1).
Siregar, M. R. K. 2010. Analisis Resiko Produksi Pembenihan Lele Dumbo pada
Famili jaya Kecamatan Lawangan. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Sugianto, A. 2014. Pengaruh Pemberian Larva Lalat sebagai Pakan Tambahan
Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
[Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Perdana, B. P. 2013. Kinerja Produksi Belut Monopterus albus pada Media
Budidaya yang Berbeda. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suhardedi, C. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) di Kabupaten Boyolali. [Skripsi]. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Wafi, A dan Setyoharini. 2013. Pembenihan Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan (BBI) Kabat, Banyuwangi.
Jurnal Ilmu Perikanan. 4 (1).
Yuatiati, A., T. Herawati dan A. Nurhayati. 2015. Diseminasi Penggunaan
Ovaprim untuk Mempercepat Pemijahan Ikan Mas di Desa Sukamahi
dan Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. 4 (1).

Anda mungkin juga menyukai