pemupukan dan pengapuran, dan pengisian air kolam. Pengeringan dasar kolam
beracun yang terdapat di dasar kolam. Gas beracun yang terdapat di dasar kolam
berasal dari hasil penguraian bahan organik seperti kotoran ikan, sisa
pakan, lumpur/kotoran yang terbawa air masuk dan mengendap di dasar kslam
utaman adalah akuarium, bak fiber glass, bak semen. Wadah yang terbuat dari
plastik tempat wadah pembenihan harus diusahakan memiliki sifat fisika dan
kimia perairan yang stabil, yaitu seperti suhu pada wadah pembenihan harus pada
Kolam yang digunakan untuk pemeliharaan induk ikan lele berupa kolam
semen dengan ukuran masing-masing untuk induk jantan dan betina adalah 3x5
m. Pada salah satu sisi kolam dibuat saluran atau pintu masuk air (inlet) pada sisi
yang lain secara bersebrangan dibuat saluran pembuangan atau outlet. Pada pintu
masuk air dan saluran pembuangan dipasang penyaring agar ikan lele tidak keluar
bahkan bahan pembersih lain sampai kotoran yang menempel bersih. Kemudia di
bilas menggunakan air tawar hingga bersih. Proses sanitasi ini dilakukan dengan
pengeringan wadah selama 2-5 hari. Pengeringan dilakukan untuk menguapkan
ikan lele dumbo berbentuk persegi panjang dengan P : 4,5 m dan L : 2,5 m.
Pematang dan dasar kolam terbuat dari beton, selain berfungsi untuk kolam
pemijahan, kolam tersebut juga berfungsi sebagai kolam penetasan dan kolam
terlebih dahulu dilakukan seperti pembersihan kolam dengan disikat, agar hama
dan penyakit yang ada pada kolam bias hilang. Pengeringan kolam dilakukan
selama 1–3 hari. Setelah kolam kering selanjutnya dilakukan pengisian air ke
dalam kolam dengan ketingian 30–40 cm. Kolam pemijahan tersebut terlebih
dahulu disediakan kakaban yang terbuat dari ijuk sebagai tempat untuk
selesai dilakukan. Sebelum memasukan air pastikan pintu pengeluaran air (outlet)
sudah ditutup rapat dan pintu pemasukan air (inlet) sudah dipasang jaring yang
bertujuan untuk mencegah masuknya hama dan kotoran yang mengikuti aliran air
ke dalam kolam. Untuk pemijahan ikan lele air berkisar antara 40 - 50 cm dan
selama pemijahan berlangsung air harus tetap di kontrol untuk memastikan air
mengalir dengan system limpas yaitu air terus masuk kekolam dan air yang
melebihi pintu monik keluar. Selain itu bertujuan untuk menyuplai oksigen
menempelnya telur-telur induk lele. Bahan utama dalam pembuatan kakaban ini
adalah ijuk. Selain itu, bahan pembuat kakaban terdiri atas bambu reng dan tali
plastik. Kakaban dipasang dengan menyusun ijuk diatas bambu dan kedua ujung
Kakaban adalah alat yang terbuat dari ijuk yang di himpit oleh bambu.
yang digunakan dalam satu kolam pemijahan terdapat 24 buah kakaban untuk 4
Maka dari itu, kakaban diberi pemberat menggunakan batu yang diletakkan
dikedua sisi kakaban dan di ikat dengan tali rafia. Hal ini dimaksudkan untuk
menenggelamkan kakaban tersebut agar telur ikan lele menempel pada kakaban
mampu menjadi solusi budidaya yang selama ini kurang memuaskan. Dalam
media budidaya air jernih ikan akan lebih mudah dikontrol dan diamati
pertumbuhan serta kelangsungan hidupnya. Adaptasi ikan lele dari habitat alami
pada lumpur ke dalam habitat buatan pada air tanpa media lumpur merupakan
pertama adalah pemilihan induk yaitu satu induk lele dumbo jantan dan satu induk
lele dumbo betina. Langlah kedua, induk lele dumbo jantan dan betina yang telah
matang kelamin dilepaskan ke dalam kolam pemijahan sekitar pukul 09.00. Agar
induk lele dumbo yang sedang dipijahkan tidak meloncat keluar kolam, bagian
atas kolam ditutup dengan papan atau bekas karung pakan yang telah dimodifikasi
menjadi lembaran terpal. Induk lele dumbo akan berpijah pada malam hari
menjelang pagi hari, yaitu pada pukul 24.00-04.00 WIB (Suhardedi, 2010).
± 0,05kg, panjang 30 ± 2,5 cm ) dan 1 induk betina berumur 1 tahun (berat 0,70 ±
0,05 kg, panjang 28 ± 2,5 cm). Pemijahan secara alami dilakukan dalam wadah
aquarium dengan volume 10 liter air. Telur dipanen kemudian diseleksi untuk
Induk Lele jantan dan betina yang dipijahkan memiliki berat 1,5 kg,
dengan perbandingan 1 : 1 (1 ekor induk jantan dan betina). Induk yang matang
gonad dipindahkan ke bak pemijahan pada pukul 17:00 WIB (sore hari). Induk
Lele yang akan memijah akan mencari tempat persembunyian sendiri, sebelum
24.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB. Tiga hari setelah terjadi pemijahan
induk betina akan meletakkan telur-telurnya di bagian atas kakaban. Telur juga
ada didasar dan pinggiran kolam. Pada saat induk betina mengeluarkan telur-
tersebut. Telur-telur yang terbuahi berwarna kuning bening sedangkan telur yang
tidak terbuahi berwarna kuning kehijauan dan telur yang terbuahi akan menetas
Kegiatan pemijahan pada iken lele yang juga biasa diterapkan adalah
pemijahan buatan secara semi intensif, yaitu dilakukan tidak hanya dengan
yang lebih banyak terlibat di dalamnya untuk mencapai hasil yang optimal
ikan lele pembenihan semi intensif ini difokuskan pada manipulasi teknik
pemijahan dengan cara memberikan perangsang pada induk ikan lele jantan dan
kemudian induk lele yang telah diberikan suntikan hormon dimasukkan dalam
kelenjar endokrin adalah terdapat beberapa organ antara lain pituitari, pineal,
of gonads dan urohypophysis. Teknik penyuntikan hormon pada ikan ada 3 yaitu
berfungsi untuk merangsang dan memacu hormon Gonatrophin pada tubuh ikan
sehingga dapat mempercepat proses ovulasi dan pemijahan, yaitu pada proses
pematangan gonad dan dapat memberikan daya rangsang yang lebih tinggi,
laten yang relatif singkat juga dapat menekan angka mortalitas. Hormon ini juga
dapat bekerja pada organ target yang lebih tinggi pada ikan (Sinjal, 2014).
dibersihkan dengan air panas atau alat injeksi yang baru. Kemudian timbang
induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis ovaprim. Dosis ovaprim
untuk induk betina dan jantan 0.3 ml/kg. Saat mengambil ovaprim gunakan
induk jantan dan induk betina secara intramuscular (bagian punggung), dengan
bekas suntikan ditekan/ditutup dengan jari telunjuk beberapa saat agar hormon
(Clarias gariepinus)
jenis ikannya. Sifat dan karakteristik telur ikan bermacam-macam, antara lain
menempel pada substrat, tenggelam, melayang, maupun terapung dalam di
perairan. sebagai contoh: ikan mas, lele, dan ikan patin memiliki sifat telur
Berdasarkan karakteristik serta sifat telur yang beragam, maka teknologi tepat
guna yang diterapkan untuk mendukung proses inkubasi dan penetasan harus
disesuaikan dengan jenis ikannya. Salah satu kunci keberhasilan proses penetasan
ikan adalah menjaga agar suhu media inkubasi berada pada kondisi optimal dan
Larva (berasal dari bahasa Latin: larvae) adalah bentuk muda (juvenile)
perkembangan morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum
terbuka, cadangan kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva
yang baru menetas bersifat pasif, Hari ke dua mulut mulai terbuka dan mulai
berusaha, memasuki hari ke tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat
tersebut cadangan kuning telurnya telah menipis, yaitu tinggal 25-30% dari
volume awal. Selama cadangan makanan bawaan lahir masih ada, maka larva
mulai menipis maka larva harus dilatih untuk mendapatkan pakan tambahan
(Bhagawati, 2013).
berbentuk persegi panjang (rectangular) dan bulat (circular) dengan volume 0,5,
1,0 atau 3,0 m3. Tempat pemeliharaan diisi air bersih dan diberi aerasi
secukupnya. Larva yang dipelihara bisa langsung dari telur yang sudah diseleksi
atau telur diinkubasi terlebih dahulu dan setelah menetas baru dipindahkan
3-5 jam penetasan perlu dilakukan penyiponan dasar tangki untuk membuang
cangkang dan telur yang tidak menetas. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
penetasan telur ikan lele diisi dengan air jernih setinggi 10 cm. Seluruh kakaban
tempat menempelnya telur ikan lele yang ditetaskan harus terendam air. Oleh
karena itu, kakaban tersebut harus dipasang di dasar kolam dengan pemberat.
Penetasan telur ikan lele dipengaruhi oleh suhu air dan suhu udara. Suhu udara
yang optimum akan membantu mempercepat penetasan telur, biasanya telur ikan
lele akan menetas dalam waktu 20-24 jam setelah terjadi pemijahan. Bak
penetasan telur selalu dikontrol dan dipastikan hingga semua telur menetas.
adanya pembusukan dari telur-telur yang tidak menetas (Ariyati et al., 2015).
Induk lele dumbo Clarias gariepinus jantan dan betina setelah memijah
telur akan rusak dan dimakan induk lele jantan dan betina. Setelah induk diangkat
kakaban dibiarkan sampai telur menetas. Selama proses penetasan kualitas air dan
suhu tetap setabil dan diusahakan saluran air tetap tertutup dengan rapat agar tidak
ada hama yang masuk ke dalam tersebut. Ciri-ciri telur yang baik adalah telur
yang berwarna kuning bening transparan yang ditengah-tengahnya terlihat bintik
hitam (embrio), sedangkan telur yang tidak baik berwarna putih susu dan
sudah menempel dikakaban di angkat pada pagi hari dari kolam pemijahan lalu di
pindah ke kolam yang sudah disiapkan untuk penetasan telur. Cara meletakkan
kakaban di upayakan tenggelam semua. Hal tersebut bertujuan agar telur dapat
menetas semua. Oleh sebab itu kakaban ditekan menggunakan bambu yang
ditancapkan ke dasar kolam di dua sisi kakaban, hal ini dimaksudkan untuk
Benih atau larva ikan lele yang baru menetas biasanya berwarna kehijauan,
kecokelatan, hingga kehitaman. Benih atau larva ikan lele tersebut terlihat
berkumpul di dasar kolam atau bak penetasan. Benih akan mulai bergerak
menyebar setelah berumur dua hari. Hingga hari ketiga, benih ikan lele tidak perlu
diberi pakan, karena masih memiliki cadangan pakan yang menempel pada
tubuhnya, berupa kuning telur. Pada hari keempat, larva atau benih ikan lele baru
diberi pakan, disamping ukurannya yang sudah bertambah besar, cadangan pakan
berupa telur yang menempel pada tubuhnya juga sudah habis atau tidak
mencapai ukuran 3-5 cm. Dan pendederan III adalah pemeliharaan benih ukuran
3-5 cm hingga mencapai ukuran 5-8 cm (ukuran korek api). Pemeliharaan larva
kualitas air dan suhu air diusahakan harus tetap normal dan stabil, apabila benih
hasil pemijahan awal yang dilakukan pada waktu praktek mengalami kegagalan
(benih banyak yang mati), salah satu faktornya disebabkan oleh fluktuasi suhu
yang menurun secara drastis (28-24o C). Apabila mengalami kesuksesan pada saat
melakukan pemijahan yang kedua kalinya, berarti karena fluktuasi suhu waktu itu
berada pada kisaran normal dan stabil (28o C) (Wafi dan Setyoharini, 2013).
METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 02 April 2018 pukul 10.00 WIB
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kawat untuk mengikat
kakaban, tang untuk merekatkan kakaban, ember untuk wadah ikan, akuarium
untuk wadah pemijahan buatan ikan, bak semen untuk wadah pemijahan semi
buatan, aerator untuk mensuplai oksigen di media pemijahan ikan lele, terpal
untuk menutup wadah pemijahan semi buatan ikan lele, jaring (tanggok) untuk
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ijuk untuk bahan
(Clarias gariepinus) sebagai objek praktikum, air untuk media pemijahan ikan
lele, hormon ovaprim untuk bahan utama pemijahan ikan lele, methyl blue untuk
pembersih media pemijahan semi buatan, larutan NaCl 7 % untuk bahan utama
pemijahan buatan, bulu ayam untuk mengaduk sel telur dan sel sperma ikan lele,
tissue untuk membersihkan alat-alat praktikum, sunlight untuk mencuci alat yang
- Persiapan air
3. Diisi akuarium dengan air tersebut kemudian ditambahkan methyl blue dengan
- Persiapan Kakaban
4. Disusun ijuk keatas bambu dengan posisi bambu sejajar, dirapikan bagian sisi-
5. Diikat kedua ujung bambu dan bagian tengah bambu menggunakan kawat
2. Diamati induk ikan lele jantan yang sudah siap memijah. Induk ikan lele jantan
yang siap memijah ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: induk ikan lele
Kemudian tubuh ikan lele jantan tidak mengalami kecacatan, tubuh ikan lele
jantan gempal dan langsing, gerakannya lebih lincah, alat kelamin runcing dan
3. Diamati induk ikan lele betina yang sudah siap memijah. Induk ikan lele betina
yang siap memijah ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: induk ikan lele
betina harus berumur minimal 1,5 tahun, sudah matang gonad, apabila di
striping akan mengeluarkan butiran telur, perut terlihat membesar dan lembek,
4. Induk ikan lele jantan dan betina diletakkan ditempat yang berbeda sebelum
3. Dipasang kakaban sebagai media penempelan telur ikan lele. Posisi kakaban
tidak boleh terlalu di dasar, maka digunakan pemberat. Ini dilakukan agar telur
ovaprim dilakukan pada induk jantan dan induk betina secara intramuscular
5. Dimasukkan induk jantan dan betina kedalam bak pemijahan agar dalam waktu
2. Distriping ikan jantan dan betina untuk diambil sel sperma dan sel telurnya.
4. Dicampurkan dengan sel sperma ikan jantan dan sel telur ikan betina ke dalam
6. Dimasukkan campuran tersebut kedalam akuarium yang berisi air yang telah di
aerasi.
7. Diamati perkembangan telur ikan yang telah dihasilkan sampai telur menjadi
ukuran benih.
1. Diangkat induk jantan dan betina dari bak pemijahan. Pemindahan ini
dilakukan dengan tujuan agar telur tidak terkena lendir ikan lele, karena pada
lendir ikan lele terdapat bakteri yang dapat menyebabkan telut-telur akan mati.
Hasil
yang harus diperhatikan terlebih dahulu yaitu kematangan gonad dari setiap induk
yang akan dipijahkan atau dikawinkan, salah satu ciri – ciri induk ikan lele yang
telah matang gonad yaitu pada induk betina bagian perut tampak membesar
kearah anus dan jika diraba terasa lembek dan induk jantan yaitu alat kelaminnya
tampak runcing dan berwarna kemerahan. Hal ini sesuai dengan Bramasta (2009),
yang menyatakan bahwa induk lele sangkuriang yang telah matang gonad
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Induk Jantan : 1. Alat kelamin tampak jelas dan
runcing 2. Warna tubuh agak kemerahan 3. Tubuh ramping dan gerakannya lincah
Induk Betina : 1. Bagian perut tampak membesar kearah anus dan jika diraba
membesar.
Teknik pemijahan pada ikan ada 3, yaitu pertama pemijahan alami yang
tidak menggunakan campur tangan manusia sama sekali. Kedua, pemijahan semi
buatan atau semi alami, yaitu dengan memberikan suntikan hormon ke induk ikan
jantan dan betina untuk merangsang pemijahan lalu di biarkan memijah secara
alami di kolam pemijahan. Dan ketiga, pemijahan buatan dengan mengambil sel
sperma dan sel telur masing–masing induk. Hal ini sesuai dengan Yuatiati et al
(2015) yang menyatakan bahwa dalam budidaya ikan, teknik pemijahan ikan
dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu: pemijahan ikan secara alami,
Dalam praktikum yang telah kami lakukan proses pemijahan ikan lele
menggunakan metode semi intensif, yang berarti proses pemijahan ikan dengan
menggunakan bantuan hormone dan terbukti ikan lele cepat dalam melakukan
pemijahan. Hal ini sesuai dengan Ariyati et al (2015), yang menyatakan bahwa
kegiatan utama dari budidaya ikan lele pembenihan semi intensif ini difokuskan
induk ikan lele jantan dan betina menggunakan hormon ovaprim atau kelenjar
hipofisa melalui penyuntikan, kemudian induk lele yang telah diberikan suntikan
dengan menggunakan jarum suntik dengan dosis 0,3/kg dan dilakukan pada sore
hari, hal ini dikarenakan ikan lele bersifat nocturnal yang aktif pada malam hari
sehingga dapat membantu reaksi dari ovaprim tersebut. Hal ini sesuai dengan
sore hari. Pertama siapkan peralatan penyuntikan dan hormon ovaprim. Kemudian
timbang induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis ovaprim. Dosis
Setelah terjadi penetasan telur ikan lele yang terjadi selama 2 x 24 jam
setelah pemijahan maka tampaklah benih ikan lele yang baru menetas berwarna
kecoklatan. Hal ini sesuai dengan Ariyati et al (2015), yang menyatakan bahwa
benih atau larva ikan lele yang baru menetas biasanya berwarna kehijauan,
kecokelatan, hingga kehitaman. Benih atau larva ikan lele tersebut terlihat
berkumpul di dasar kolam atau bak penetasan. Benih akan mulai bergerak
sampai permukaan bambu halus. Kemudian posisi bambu sejajar dan ijuk disusun
diatas bambu tersebut dengan rapi. Kedua ujung bambu dan bagian tengah bambu
diikat dengan kawat atau tali yang telah disediakan. Hal ini sesuai dengan
ijuk diatas bambu dan kedua ujung bambu di ikat dengan tali tersebut.
Benih ikan lele yang baru menetas tidak perlu diberikan pakan terlebih
dahulu dikarenakan benih ikan lele masih memiliki kantung kuning telur yang
dapat digunakan untuk pakan alaminya, namun setelah lebih dari 3 hari benih ikan
lele sudah dapat diberi pakan buatan seperti kuning telur setengah matang dan
tepung pellet. Hal ini sesuai dengan Ariyati et al (2015), yang menyatakan bahwa
benih ikan lele tidak perlu diberi pakan, karena masih memiliki cadangan pakan
yang menempel pada tubuhnya, berupa kuning telur. Pada hari keempat, larva atau
benih ikan lele baru diberi pakan, disamping ukurannya yang sudah bertambah
besar, cadangan pakan berupa telur yang menempel pada tubuhnya juga sudah
induk tersebut harus segera dipindahkan ke wadah semula agar telur-telur tidak
terkontaminasi dengan adanya lendir induk lele. Setelah itu kakaban dibiarkan
inkubasi. Hal ini sesuai dengan Wafi dan Setyoharini (2013) yang menyatakan
bahwa induk lele dumbo Clarias gariepinus jantan dan betina setelah memijah
telur akan rusak dan dimakan induk lele jantan dan betina. Setelah induk diangkat
Kesimpulan
1. Seleksi induk pada induk jantan dan betina dengan melihat ciri-ciri morfologi.
Pada induk jantan gerakan lebih agresif, pada induk betina gerakan lambat.
Umur induk yang siap memijah adalah jantan ±1 tahun dengan bobot 1-2 kg
2. Persiapan wadah dan media pemijahan ikan lele (Clarias gariepinus) adalah
menyiapkan wadah berupa akuarium, bak semen, bak fiberglass, atau bak
perangsang kepada induk jantan dna betina yang kemudian proses ovulasi
dengan memindahkan induk jantan dan betina setelah pemijahan agar telur-
telur tidak rusak. Kemudian telur dibiarkan sampai menetas dengan ciri larva
menggunakan aerator. Pada saat pemeliharaan, larva tidak diberi pakan karena
Saran
lancar.
Agung, A. N. B. A. A., A. Saputra., A. Sandra., Z. A. Asman., F. Januar., F. Rosti.,
F. Pakaya., L. Aprillia., S. L. Ibrahim dan M. Khoiron. 2016. Teknik
Pembenihan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Sekolah Tinggi
Perikanan, Jakarta.
Aidil, D., I. Zulfahmi dan Muliari. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Derajat
Penetasan Telur dan Perkembangan Larva Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias gariepinus var. sangkuriang). 5 (1).
Ariyati, R. W., D. Chilmawati dan Sarjito. 2015. IbM Kelompok Pembenihan Lele
di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. 17 (1).
Bhagawati, D. 2013. Aplikasi Teknologi Teapt Guna dalam Pembenihan
Perikanan Air Tawar. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Darsono. 2015. Teknik Pembenihan Ikan Gurami (Osphronemus gourami Lac)
Skala Rumah Tangga. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Ismail dan A. Khumaidi. 2016. Teknikpembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio, L)
di Balai Benih Ikan (BBI) Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu
Perikanan. 7 (1)..
Mayunar. 1994. Status Keberhasilan Pembenihan Ikan Kerapu Sunu di Indonesia
dan Prospek Pengembangannya. Oseana. 19 (4). ISSN : 0216-1877.
Sinjal, H. 2011. Pengaruh Substrat Ijuk dan Hydrilla sp. Terhadap Derajat
Pembuatan dan Penetasan Telur Ikan Mas. 7 (1).
Siregar, M. R. K. 2010. Analisis Resiko Produksi Pembenihan Lele Dumbo pada
Famili jaya Kecamatan Lawangan. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Sugianto, A. 2014. Pengaruh Pemberian Larva Lalat sebagai Pakan Tambahan
Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
[Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.
Perdana, B. P. 2013. Kinerja Produksi Belut Monopterus albus pada Media
Budidaya yang Berbeda. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Suhardedi, C. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) di Kabupaten Boyolali. [Skripsi]. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Wafi, A dan Setyoharini. 2013. Pembenihan Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan (BBI) Kabat, Banyuwangi.
Jurnal Ilmu Perikanan. 4 (1).
Yuatiati, A., T. Herawati dan A. Nurhayati. 2015. Diseminasi Penggunaan
Ovaprim untuk Mempercepat Pemijahan Ikan Mas di Desa Sukamahi
dan Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat. 4 (1).