Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

ANALISIS ZAT PADAT

OLEH:

NAMA : MUTIARA FAJAR


NO. BP : 1110942029
HARI/ TGL PRAKTIKUM : SABTU/ 23 FEBRUARI 2013
KELOMPOK : V ( LIMA )
REKAN KERJA : 1. NANDA ELIN JUNAIDI (1110942005)
2. AROIYA ALAWIYAH (1110942013)
3. M. DIO FADILAH (1110942023)
4. FAUZIA RAHMI (1110942028)
5. TIARA WAHYUNI (1110942031)
6. WINDY PRATIWI (1110942036)

ASISTEN:
KURNIA NOVITA SARI
LUCIANA GUSTIN
ALIFIA SALMI

LABORATORIUM AIR
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas beberapa sub-bab, yaitu tujuan, metode dan prinsip
percobaan.

1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah menentukan jumlah/ kadar zat padat dalam air
sampel, baik yang tersuspensi maupun yang terlarut.

1.2 Metode Percobaan

Pada percobaan kali ini, metode yang digunakan adalah metode gravimetri yaitu
analisis berdasarkan penimbangan berat.

1.3 Prinsip Percobaan

Penentuan padatan dilakukan dengan cara penyaringan, pemanasan, dan


penimbangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas beberapa sub-bab, yaitu kondisi eksisting wilayah
sampling dan teori yang mendukung praktikum.

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling

Praktikum analisis zat padat kali ini menggunakan sampel yang diambil dari air
laut di Muaro, Padang. Pengambilan sampel dilakukan pada hari Kamis tanggal
21 Februari 2013 pada pukul 13.50 sampai 14.30 WIB. Titik koordinat
pengambilan sampel yaitu 00o57’88,38” Lintang Selatan dan 100o21’53,75” Bujur
Timur dengan elevasi 8,49 m. Pengambilan sampel dilakukan pada sebuah
dermaga dan dilakukan pada dua titik, yaitu di sebelah kanan dan kiri Muaro. Air
di tempat pengambilan sampel tersebut berwarna keijauan dan sangat keruh serta
berbau busuk. Di sekitar tempat pengambilan sampel terdapat sampah rumah
tangga yang berserakan.

2.2 Teori

Analisis zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen
air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses
pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan (Alaerts,
1984).

Dalam metode analisis zat padat pengertian Zat Padat Total adalah semua zat-zat
yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana. Bila sampel air dalam bejana
tersebut dikeringkan pada sushu tertentu. Zat Padat Total terdiri dari Zat Padat
Terlarut dan Zat Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organik dan anorganik
(Alaerts dkk, 1984).

Zat padat tersuspensi (Total suspended solid) adalah semua zat padat (pasir,
lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat
berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi,
ataupun komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik.
Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi
cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung
efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak
berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain
dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai, ataupun
dari udara dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat pengikisan (Tarigan,
2003).

Di dalam air terkandung bermacam-macam zat seperti zat organik, anorganik,


baik yang larut maupun yang tidak larut, misalnya yang bersifat koloid atau yang
merupakan suspensi yang tidak larut. Kesemuanya ini didalam air ditetapkan
sebagai kadar solid. Adapaun macam-macam solid yang dimaksudkan antara lain
(Alaerts dkk, 1984):
1. TS (Total Solids)
TS adalah zat padat total/residu total setelah sampel limbah cair dikeringkan
pada suhu 1050C yang bertujuan untuk mengetahui parameter mutu air.
2. TSS (Total Suspended Solids)
TSS adalah zat padat tersuspensi dimana sampel disaring dengan kertas filter,
filter yang mengandung zat tersuspensi dikeringkan pada suhu 1050C selama 2
jam.
3. FSS (Fixed Suspended Solids)
FSS merupakan residu yang tertinggal setelah TSS dibakar pada suhu 500
500C.
4. VSS (Volatile Suspended Solids)
VSS adalah zat padat yang hilang sewaktu TSS dibakar pada suhu 500 500C.
5. TDS (Total Dissolved Solids)
TDS adalah zat padat terlarut/residu terlarut dimana sampel disaring dengan
kertas filter, cairan yang lolos dikeringkan pada suhu 1050C hingga garam
mengendap.
6. FDS (Fixed Dissolved Solids)
FDS adalah residu yang tertinggal setelah TDS dibakar pada suhu 500 500C.
7. VDS (Volatile Dissolved Solids)
VDS adalah zat padat yang hilang pada waktu TDS dibakar pada suhu 500
500C.

Beberapa sumber dan komposisi beberapa partikulat pencemar yang umum berada
di suatu perairan antara lain erosi tanah, lumpur merah dari pabrik aluminium
oksida, padatan dari pencucian batubara, lubang tanah liat, kegiatan penimbunan
sisa pengerukan, penyulingan pasir-pasir mineral, dan pabrik pencucian, kerikil
dan kegiatan-kegiatan lainnya. Komposisi dan sifat partikulat pencemar dari erosi
tanah berupa mineral tanah, pasir, tanah liat dan lumpur, sedangkan mineral
sedimen, pasir, tanah liat, lumpur, detritus organik dihasilkan dari kegiatan
penimbunan sisa pengerukan. Garam-garam besi yang dapat berubah menjadi besi
terhidrasi dalam air laut merupakan pencemar dari lumpur merah dari pabrik
aluminium oksida dan penyulingan pasir-pasir mineral. Sedangkan di udara
partikel-partikel tersuspensi dapat berbentuk cair ataupun padat, seperti aerosol.
Di dalam air partikel-partikel bersifat padat, tapi masih dapat bersifat non aqua
(fase cairan kental), suspensinya di dalam air disebut hydrosol. Pada kasus lain,
unsur tunggal dapat berbentuk suspensi murni atau dalam bentuk lain berupa
senyawa-senyawa dan unsur-unsur kimia komplek. Mikroorganisme juga
termasuk unsur, seperti bakteri, alga, virus (Tarigan, 2003).

TS

TDS TSS

VDS FDS FSS VSS

TFS

TVS

Gambar 2.1 Skema Analisis Zat Padat

Seorang Insinyur Teknik Lingkungan selalu berkaitan dengan pengukuran materi


padatan dalam berbagai jenis, yakni cairan dan semi cairan, mulai dari air minum
limbah domestik dan industri, serta lumpur yang dihasilkan dalam proses
pengolahan. Semua materi kecuali air yang terkandung dalam zat cair atau bahan
cair digolongkan sebagai materi zat padat atau padatan (Sawyer, 1978).

Penentuan kadar air sangat diperlukan, karena zat yang dianalisis sering
mengandung air yang jumlahnya tidak menentu. Contohnya bahan-bahan berasal
dari hewan dan tumbuh-tumbuhan, bahan-bahan higroskopis, dan sebagainya.
Jumlah air yang terkandung sering tergantung dari perlakuan yang telah dialami
bahan, kelembaban udara tempat disimpannya dan lain sebagainya. Bila
kandungan air setiap kali ditentukan, maka berat kering bahan yang bersangkutan
secara nyata akan diketahui dan berat kering itu tetap. Dari jumlah dan macam
pekerjaan yang perlu dilakukan dan waktu tunggu untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu, jelas bahwa analisis secara gravimetri memerlukan banyak waktu
(Henny, 2009).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Pada bab ini akan dibahas beberapa sub-bab, yaitu alat dan bahan yang digunakan
pada praktikum.

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisis zat padat antara lain:
1. Kertas saring 2 buah, untuk menyaring blanko dan sampel;
2. Cawan penguap 4 buah, untuk wadah sampel;
3. Statip 2 buah, untuk meletakkan corong saat penyaringan;
4. Desikator, untuk menstabilkan suhu cawan setelah dipanaskan;
5. Furnace, untuk proses pembakaran cawan dengan suhu 550oC;
6. Oven, untuk memanaskan cawan;
7. Gelas ukur 50 mL, untuk mengukur sampel yang akan digunakan;
8. Neraca analitik, untuk menimbang massa cawan dan kertas saring;
9. Tang krus, untuk memindahkan cawan dari oven;
10. Pinset, untuk meletakkan kertas saring pada corong;
11. Beaker glass, sebagai wadah sampel dan blanko;
12. Corong, untuk membantu proses penyaringan;
13. Hot Plate, untuk menguapkan filtrat.

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum analisis zat padat antara lain:
1. Aquadest;
2. Sampel air.

3.3 Cara Kerja


Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum analisis zat padat terdiri atas:
1. Persiapan
a. Empat buah cawan penguap dan dua buah kertas saring bebas abu
disiapkan;
b. Cawan-cawan yang telah bersih dipanaskan pada suhu 105oC selama satu
jam di dalam oven;
c. Cawan yang telah dipanaskan lalu dimasukkan ke dalam desikator, lalu
ditimbang hingga konstan;
d. Kertas saring bebas abu dibasahi dengan aquadest dan dipanaskan pada
suhu 105oC selama satu jam;
e. Kertas saring yang telah dipanaskan lalu dimasukkan ke dalam desikator
dan ditimbang hingga didapat berat masing-masing cawan penguap.

2. Pengukuran Zat Padat Terlarut


a. 10 mL sampel air disaring dengan kertas saring bebas abu;
b. Filtrate diuapkan pada cawan diatas hot plate sampai kering;
c. Cawan dimasukkan ke oven dengan suhu 105oC selama satu jam;
d. Cawan yang telah dipanaskan selanjutnya didinginkan di dalam desikator
selama 10 menit, kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik;
e. Cawan yang berisi TDS dimasukkan ke dalam furnace 550oC selama satu
jam, kemudian suhu diturunkan ke 105oC, sampai suhu stabil;
f. Cawan didinginkan di dalam desikator selama 10 menit, kemudian
ditimbang lagi dengan menggunakan neraca analitik;
g. Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan dan
dipanaskan di dalam oven dengan suhu 105oC selama satu jam;
h. Cawan tersebut didinginkan di dalam desikator selama satu jam, kemudian
ditimbang;
i. Cawan tersebut dipanaskan pada suhu 550oC selama satu jam, kemudian
suhu diturunkan ke 105oC, sampai suhu stabil;
j. Dinginkan di dalam desikator selama 10 menit, kemudian ditimbang;
k. Perlakuan yang sama dilakukan terhadap blanko.

3.4 Rumus

3.4.1 Sampel

TSS = (e – a) x 1000/ ml sampel x 1000


FSS = (f – a) x 1000/ml sampel x 1000
VSS = TSS - FSS
TDS = (i – c) x 1000/ ml sampel x 1000
FDS = (j – c) x 1000/ ml sampel x 1000
VDS = TDS – FDS
TS = TSS + TDS

3.4.2 Blanko

TSS = (g - b) x 1000/ ml blanko x 1000


FSS = (h - b) x 1000/ml blanko x 1000
VSS = TSS - FSS
TDS = (k - d) x 1000/ ml blanko x 1000
FDS = (l – d) x 1000/ ml blanko x 1000
VDS = TDS – FDS
TS = TSS + TDS

Keterangan:
a = massa cawan + kertas saring (sampel)
b = massa cawan + kertas saring (blanko)
c = massa cawan sampel h = g dipanaskan 550° C
d = massa cawan blanko i = c dipanaskan 105° C
e = a dipanaskan 105° C j = i dipanaskan 550° C
f = e dipanaskan 550° C k = d dipanaskan 105° C
g = b dipanaskan 105° C l = k dipanaskan 550° C
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil dan perhitungan berdasarkan hasil
yang diperoleh dalam praktikum.

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum diperoleh data sebagai berikut:


Percobaan Awal Pemanasan 105 oC Pemanasan 550 oC
Cawan + kertas (sampel) 35,5905 35,6215 34,4211
Cawan + kertas (blanko) 35,4979 35,5190 34,4057
Cawan + sampel 38,1212 38,1646 35,8140
Cawan + Blanko 35,8102 35,8106 38,1791

4.2 Perhitungan

4.2.1 Blanko

Dari data yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

TSS = (g - b) x 1000/ ml blanko x 1000

= (35,5190 gr – 35,4979 gr) x 1000/10 ml x 1000

= 211 mg/L

FSS = (h - b) x 1000/ml blanko x 1000

= (34,4057 gr – 35,4979 gr) x 1000/10 ml x 1000

= -10922 mg/L

VSS = TSS - FSS

= 211 mg/L – (-10922 mg/L)

= 11133 mg/L
TDS = (k - d) x 1000/ ml blanko x 1000

= (35,8106 gr – 35,8102gr) x 1000/10 ml x 1000

= 4 mg/L

FDS = (l – d) x 1000/ ml blanko x 1000

= (38,1791 gr – 35,8102 gr) x 1000/10 ml x 1000

= 23689 mg/L

VDS = TDS – FDS

= 4 mg/L – (23689 mg/L)

= -23685 mg/L

TS = TSS + TDS

= 211 mg/L + 4 mg/L

= 215 mg/L

4.2.2 Sampel

Dari data yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

TSS = (e – a) x 1000/ ml sampel x 1000

= (35,6215 gr – 35,5905 gr) x 1000/10 ml x 1000

= 310 mg/L

FSS = (f – a) x 1000/ml sampel x 1000

= (34,4211 gr – 35,5905) x 1000/10 ml x 1000

= -11694 mg/L

VSS = TSS – FSS

= 310 mg/L – (- 11694 gram / ml)


= 12004 mg/L

TDS = (i – c) x 1000/ ml sampel x 1000

= (38,1646 gr – 38,1212 gr) x 1000/10 ml x 1000

= 434 mg/L

FDS = (j – c) x 1000/ ml sampel x 1000

= (35,8140 gr –38,1215 gr) x1000/10 ml x 1000

= -23075 mg/L

VDS = TDS – FDS

= 434 mg/L – (-23075 mg/L)

= 23509 mg/L
TS = TSS + TDS

= 310 mg/L + 434 mg/L

= 744 mg/L
4.3 Pembahasan

Praktikum analisis zat padat kali ini, sampel yang digunakan adalah sampel cair
yang berasal dari air sungai di Muaro, Padang. Kondisi air berwarna keruh dan
sangat berbau. Setelah dilakukan percobaan, terlihat bahwa nilai TSS dan TDS
pada sampel tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Dalam perhitungan nilai TSS sampel yang didapatkan sebesar 310 mg/L dan
blanko 211 mg/L. Apabila dibandingkan hasil dari TSS sampel dan blanko,
didapatkan selisihnya yaitu 99 mg/L. Nilai TDS sampel adalah 434 mg/L dan
blanko 4 mg/L. Apabila dibandingkan nilai TDS sampel dan blanko, didapatkan
selisihnya yaitu 430 mg/L. Tujuan mencari nilai selisihnya yaitu untuk
mengetahui perbandingan hasil yang didapat antara sampel dan blanko. Apabila
dilihat dari peraturan kelas I, II, III dan IV nilai TSS sampel melebihi ambang
batas yang telah ditentukan, yaitu 50 mg/L untuk kelas I dan II, 400 mg/L untuk
kelas III dan IV, sehingga air pada sungai tersebut masih layak digunakan untuk
pertanian. Nilai TDS sampel tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan,
yaitu 1000 mg/L untuk kelas I, II dan III, 2000 mg/L untuk kelas IV.

Total padatan terlarut pada blanko adalah 4 mg/l. Apabila dilihat secara logika,
seharusnya kandungan padatan pada blanko bernilai hampir mendekati nol, akibat
adanya beberapa gangguan terhadap blanko yang terjadi pada saat percobaan. Hal
ini dapat menjadi pembanding untuk hasil yang didapatkan pada sampel.
Kesalahan dapat disebabkan beberapa hal yang mengkontaminasi percobaan.
Seperti debu atau udara yang mengandung partikulat tersuspensi masuk ke dalam
blanko, baik yang terlarut maupun yang tersuspensi. Selain itu, kontaminasi juga
dapat terjadi pada saat pemindahan kertas saring atau cawan. Kesalahan juga
dapat terjadi pada saat proses penimbangan. Dalam praktikum analisis zat padat
ini, metode yang digunakan adalah gravimetri, sehingga hal terpenting dalam
praktikum ini adalah proses penimbangan.

Total zat padat yang terlalu tinggi pada air muara akan menyebabkan kualitas air
menjadi buruk, menimbulkan terjadinya berbagai reaksi, dan mengganggu
estetika. Zat padat yang tersuspensi atau TSS mempunyai dampak buruk terhadap
kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan
air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme.
Sedangkan dampak zat padat terlarut atau TDS di perairan dapat mengganggu
pertumbuhan biota air akibat kandungan mineral berlebih yang larut di perairan.

Apabila ditinjau dari kondisi eksistingnya, tingginya nilai TSS dapat dipengaruhi
oleh aktivitas warga sekitar, seperti limbah pencucian motor, aktivitas dermaga,
dan letaknya yang berada di perbatasan antara air sungai dan air laut, sehingga
menyebabkan adanya zat padat baik yang larut maupun yang tersuspensi.

Tingginya nilai TDS dan TSS pada air dapat dihilangkan atau diolah dengan cara:
1. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis atau RO adalah perpindahan air melalui satu tahap ke tahap
berikutnya yakni bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat;
2. Ion exchange
Ion exchange dapat digunakan untuk menghilangkan ion-ion pengganggu,
memperbesar konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau
demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam campuran dengan
kromatografi penukar ion;
3. Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.

Sebagai seorang teknik lingkungan, analisis zat padat ini sangat dibutuhkan untuk
mengetahui kandungan zat padat yang terdapat di suatu perairan, baik yang
tersuspensi maupun yang terlarut. Apabila kandungan TDS maupun TSS di
perairan melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, maka dapat dilakukan
pengolahan yang tepat sehingga air tersebut dapat dipergunakan sesuai
peruntukannya.
BAB V
PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas beberapa sub-bab, yaitu kesimpulan dan saran terhadap
percobaan.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:


1. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai TS pada sampel sebesar 744 mg/L dan
blanko sebesar 215 mg/L, TDS sampel sebesar 434 mg/L dan blanko 4 mg/L
dan TSS sampel sebesar 310 mg/L dan blanko 211 mg/L. Nilai FSS sampel
adalah -11694 mg/L sedangkan blanko -10922 mg/L. Nilai VSS sampel
adalah 12004 mg/L dan blanko 11133 mg/L. Nilai FDS sampel adalah -23075
mg/L sedangkan blanko adalah 23689 mg/L. Dan nilai VDS sampel adalah
23509 mg/L sedangkan nilai VDS blanko adalah -23685 mg/L;
2. Pada Peraturan Pemerintah RI no 82 tahun 2001 ambang batas TDS yang
dibolehkan adalah 1000 mg/L dan nilai TSS adalah sebesar 50 mg/L. Dapat
dilihat bahwa nilai TSS pada sampel dan blanko telah melebihi ambang batas;
3. Nilai TDS sampel yang diperoleh cukup tinggi sesuai dengan kondisi eksisting
dimana banyaknya aktivitas sehari-hari masyarakat disekitar muara dan
adanya sampah rumah tangga;
4. Tingginya nilai TDS dan TSS pada suatu perairan mempunyai dampak buruk
terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan
air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi
organisme;
5. Tingginya nilai TDS dan TSS pada air dapat dihilangkan atau diolah dengan
cara reserve osmosis, ion exchange atau destilasi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat praktikan berikan setelah melakukan percobaan ini
adalah:
1. Melakukan setiap langkah kerja dengan hati-hati dan dalam keadaan bersih;
2. Teliti dan cermat dalam menuangkan larutan agar sesuai kadar yang
dibutuhkan;
3. Hendaknya melakukan penimbangan sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts dan Sri Sumestri. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional

Sawyer dan Mc Carty. 1978. Chemistry for Environmental Engineering. Tokyo:


Mc Graw Hill

Henny, Fatiyatul. 2009. Analisa Zat Padat. http://andalucygroup.blogspot. com


/analisiszat padat. Tanggal Akses: 20 Februari 2013

Tarigan dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. http://pustaka.
litbang.deptan.go.id/publikasi/p3264075.pdf. Tanggal akses: 21 Februari
2013

Anda mungkin juga menyukai