Anda di halaman 1dari 44

Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

MODUL 1

ANALISA ZAT PADAT

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Untuk menentukan Total Padatan (TS), Total
Padatan Terlarut (TDS), Total Padatan Tersuspensi (TSS), Padatan Tersuspensi Volatile
(VSS) dan Padatan Tersuspensi Tetap (FSS) dalam sampel air laundry.

2. TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

Semua mahluk hidup membutuhkan air, mulai dari mikroorganisme sampai manusia. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan, sehingga tidak akan ada kehidupan
seandainya di bumi ini tidak ada air. Air juga digunakan dalam kehidupan sehari-hari, untuk
kebutuhan makan, minum, memasak, mencuci, mandi, membersihan kotoran yang ada
dirumah, rekreasi, industri dan lainya. Kebutuhan air bersih menjadi masalah di berbagai
negara, terutama negara dengan jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia (Tamana,
2018).

Di Indonesia, saat ini kebutuhan manusia makin meningkat terutama pada kebutuhan
mahasiswa yang memanfaatkan jasa laundry (binatu). Pada umumnya, usaha laundry
menawarkan jasa berupa mencuci dan menyetrika pakaian, sehingga mahasiswa dapat
menggunakan waktu dan tenaganya lebih efisien. Dengan adanya usaha laundry yang
semakin berkembang dari waktu ke waktu, maka termuat dampak positif dan negatif.
Dampak positif yang ditimbulkan dari usaha laundry adalah mendorong perekonomian
untuk terus berkembang dan juga mahasiswa tidak perlu mengeluarkan tenaga dan waktu
yang lebih untuk mencuci dan menyetrika. Akan tetapi, dampak negatif yang ditimbulkan
oleh air limbah laundry akan sangat berbahaya bagi lingkungan seperti dapat menimbulkan
pencemaran air karena masuknya zat kimia berbahaya sehingga mengganggu ekosistem di
perairan (Ardiyanto & Yuantari, 2016 dalam Rahmatiyas, 2021).

Air limbah laundry pada dasarnya mengandung deterjen yang merupakan sintesis zat padat
muka/surfaktan (surface active agent) yang memiliki beberapa jenis diantaranya adalah
anionik, kationik, dan nonionik. Hal yang umum digunakan yakni deterjen berjenis anionik
yang berbentuk sulfat dan sulfonat. Deterjen terususun atas senyawa yang bernama Dodecyl
Benzene Sulfonat (DBS), senyawa tersebut merupakan senyawa penghasil busa pada air

Analisa Zat Padat – Kelompok 3 I-1


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

limbah laundry. Selain itu, senyawa lain penyusun deterjen yang sulit akan terurai secara
ilmiah yakni Natrium Dodecyl Benzene Sulfonat (NaDBS) dan Sodium Tripolyphospat
(Arsa dkk, 2019 dalam Rahmatiyas, 2021).

Analisis zat padat mencakup TSS, TDS, TS, VSS, dan FSS:
1. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan
dengan ukuran partikel maksimal atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Lumpur,
.
tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri, dan jamur merupakan bagian dari
TSS. Pembentukan lumpur dapat mengganggu aliran serta menyebabkan pendangkalan
yang disebabkan oleh jumlah pengendapan material tersuspensi. Proses fotosintesi
akan terganggu jika kadar TSS dalam air terlalu tinggi karena menghalangi masuknya
sinar matahari ke dalam air. Selain itu, kadar TSS yang tinggi akan membuat kadar
oksigen terlarut yang dilepas oleh tanaman ke dalam air turun (Soemirat, 2004 dalam
Ratri dkk, 2022).
2. Total Dissolved Solid (TDS)
TDS (Total Dissolved Solid) adalah suatu padatan yang terurai dan terlarut di dalam air,
TDS adalah benda padat yang terlarut yaitu semua mineral, garam, logam, serta
kationanion yang terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni
(H2O). Secara umum, konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara
kation dan anion didalam air. TDS terukur dalam satuan parts per million (ppm) atau
perbandingan rasio berat ion terhadap air nutrien penting dalam sistem biologis. Benda-
benda padat di dalam air tersebut berasal dari banyak sumber organik seperti daun,
lumpur, plankton, serta limbah industri dan kotoran. Sumber lainnya bisa berasal dan
limbah rumah tangga, pestisida, dan banyak lainnya (Ratri dkk, 2022).
3. Total Solid (TS)
TS (Total Solid) merupakan banyaknya materi padat organik dan anorganik yang
terkandung di dalam air.
4. Volatile Suspended Solids (VSS)
VSS (Volatile Suspended Solids) merupakan banyaknya materi padat tersuspensi
organik yang terkandung dalam air.
5. Fixed Suspended Solids (FSS)
FSS (Fixed Suspended Solids) merupakan banyaknya materi anorganik tersuspensi
dalam air.

Analisa Zat Padat – Kelompok 3 I-2


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh air limbah laundry yang langsung dibuang ke sungai
tanpa melalui pengolahan yakni tingginya tingkat deterjen terlebih jika menggunakan
deterjen yang memiliki tingkat konsentrasi tinggi, akan sangat membahayakan biota
perairan (ikan dan tumbuhan) dan juga efek toksisitas terhadap manusia sebagai konsumen
(Pratiwi dkk, 2012 dalam Rahmatiyas, 2021).

3. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :


1. Kertas saring 2 buah
2. Cawan penguap 4 buah
3. Desikator
4. Furnace
5. Oven
6. Gelas ukur 50 ml
7. Timbangan
8. Tang krus
9. Pinset

3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :


1. Aquadest
2. Sampel

4. PROSEDUR PRAKTIKUM

4.1 Prinsip Percobaan

Pengukuran zat padat dalam air berdasarkan metode gravimetri yaitu analisis berdasarkan
penimbangan berat. Penentuan padatan dilakukan dengan cara penyaringan, pemanasan,
dan penimbangan.

4.2 Cara kerja

Adapun flowchart dari prosedur percobaan analisa zat padat untuk mencari nilai TDS dan
TSS adalah sebagai berikut :

Analisa Zat Padat – Kelompok 3 I-3


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Mulai

Di ambil sampel air laundry

Dimasukkan ke dalam beaker gelas

Ditimbang berat kosong untuk cawan penguap dan kertas saring

Diletakkan kertas saring di atas membran filter holder

Dituangkan sampel air laundry

Dihubungkan dengan pompa vacum

Dipanaskan dalam oven 105℃ selama satu jam

Diletakkan sampel dari kertas saring ke dalam cawan penguap

Dipanaskan dalam oven 105℃ selama satu jam

Didinginkan dalam desikator selama 1 jam

Ditimbang dan catat berat akhir wadah dan kertas saring untuk nilai TSS dan TDS

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Prosedur Percobaan Analisa Zat Padat

Analisa Zat Padat – Kelompok 3 I-4


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Adapun flowchart dari prosedur percobaan Analisa zat padat untuk mencari nilai FSS dan
VSS :

Mulai

Dipanaskan cawan penguap dan kertas saring

Dimasukkan ke dalam furnace dengan suhu 550℃

Didinginkan dalam desikator

Ditimbang dan catat berat akhir untuk nilai FSS dan VSS

Selesai

Gambar 4.2 Flowchart Prosedur Percobaan Analisa Zat Padat

5. HASIL PERHITUNGAN

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Analisa Zat Padat


TSS TDS
Berat Cawan Berat total Berat cawan Berat total Berat total
Kosong cawan pada kosong cawan pada cawan pada
suhu 105°C suhu 105°C suhu 550°C
148,029 149,927 150,556 150,921 150,783
Sumber: Hasil Praktikum, 2022

6. ANALISIS HASIL

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai TSS telah melebihi nilai standar baku mutu air limbah
dimana kandungan padatan tersuspensi total (TSS) adalah 63.260 mg/l. Sedangkan standar
baku mutu yang ditetapkan adalah 40 mg/l. Untuk padatan terlarut (TDS) juga telah

Analisa Zat Padat – Kelompok 3 I-5


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

melebihi nilai baku mutu yaitu 12.160 mg/l. Nilai standar baku mutu yang ditetapkan untuk
TDS adalah 1000 mg/l.

Kandungan Total Suspended Solid (TSS) memiliki hubungan yang erat dengan kejernihan
perairan. Semakin rendah kadar Total Suspended Solid (TSS), maka akan semakin tinggi
nilai oksigen terlarut dan kejernihan (Dewa dkk, 2016 dalam Yuliyanti, 2019). TSS yang
tinggi menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan mengganggu
proses fotosintesis, menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang dilepas ke dalam air oleh
tanaman. Turunnya oksigen terlarut dalam air yang mengganggu ekosistem akuatik. Selain
itu, apabila jumlah materi tersuspensiini mengendap, maka pembentukan lumpur
dapatmengganggu aliran serta menyebabkan pendangkalan (Soemirat 2004 dalam
Ruhmawati dkk, 2017).

Salah satu metode yang digunakan untuk mengurangi TSS yaitu fitoremediasi.
Fitoremediasi adalah pencucian polutan yang diremediasi oleh tumbuhan, termasuk pohon,
rumput-rumputan dan tumbuhan air. Pencucian ini bisa berarti penghancuran, inaktivasi
atau imobilisasi polutan ke bentuk yang tidak berbahaya. Fitoremediasi merupakan suatu
sistem yang menggunakan tumbuhan, dimana tumbuhan tersebut bekerjasama dengan
mikroorganisme dalam media untuk mengubah, menstabilkan, atau menghancurkan zat
kontaminan menjadi kurang atau tidak berbahaya sama sekali bahkan menjadi bahan yang
berguna secara ekonomi. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses
fitoremediasi, antara lain jenis tanaman, faktor cuaca/iklim, suhu, dan pH (Siregar dan
Anwar 2010 dalam Ruhmawati dkk, 2017). Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari
beberapa konsep dasar yaitu, fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi,
rhizofiltrasi, dan interaksi dengan mikroorganisme pendegradasi polutan (Hidayati, 2005
dalam Ruhmawati dkk, 2017).

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut
Volume sample = 30 ml
1000
TSS = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 (𝑚𝑙) ×(g-b) × 1000
1000
= × (149,927 - 148,029) × 1000 = 63.260 mg/l
30
1000
TDS = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 (𝑚𝑙) ×(e-b) × 1000
1000
= × (150,921 - 150,556) × 1000 = 12.160 mg/l
30

Analisa Zat Padat – Kelompok 3 I-6


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

TS = TSS + TDS
= 63.260 + 12.160 = 75.420 mg/l

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini yaitu sebagai berikut:


1. Hasil perhitungan untuk cawan TSS didapat 149,611 gram.
2. Hasil perhitungan untuk cawan TDS didapat 150,783 gram.
3. Dari hasil tersebut, nilai TSS dan TDS melebihi nilai standart baku mutu dimana standar
baku mutu TSS yang ditetapkan adalah 40 mg/L dan nilai standart baku mutu TDS
adalah 1000 mg/L.

7.2 Saran

Adapun saran dari hasil praktikum ini yaitu sebagai berikut:


1. Sebaiknya praktikan mempelajari dan memahami terlebih dahulu modul yang akan
dilakukan praktikumnya dan menjaga kekondusifannya selama praktikum.
2. Sebaiknya pihak laboratorium lebih mempersiapkan jadwal yang tepat kapan dapat
dilaksanakan praktikum.

Analisa Zat Padat – Kelompok 3 I-7


Laboratorium Kualitas Air (TEL2013)

MODUL 2

ANALISA LOGAM BESI

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi kadar besi (Fe)
pada sampel air sungai menggunakan metode AAS (Atomic Absorbsion
Spektrophotometri).

2. TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Air juga dipergunakan
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, jika kebutuhan akan air
belum tercukupi maka dapat memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan
kesehatan maupun sosial. Sebagian besar permukaan bumi ditutupi oleh air atau lautan.
Air mengisi cekungan-cekungan di permukaan bumi, seperti terbentuknya laut, danau,
situ, kolam, sungai, dan mata air. Air terdapat di berbagai lapisan bumi, di permukaan
bumi, udara, dan di dalam bumi. Air permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak
mengalami infiltrasi (peresapan) atau air hujan yang mengalami peresapan dan muncul
kembali ke permukaan bumi. Air permukaan dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu
limpasan, sungai, danau, dan rawa. Salah satu jenis air permukaan yaitu sungai sebagai
sumber air yang penting dan banyak dimanfaatkan, sepanjang keberadaannya cukup dalam
jumlah dan kualitas untuk berbagai keperluan seperti rumah tangga, irigasi, industri,
aktivitas perdesaan dan perkotaan serta kehidupan organisme lainnya dalam suatu
ekosistem (Poedjiastoeti et al, 2017).
Logam besi (Fe) merupakan logam berat esensial yang keberadaannya dalam jumlah
tertentu diperlukan oleh organisme hidup. Akan tetapi bila jumlah dari logam berat masuk
kedalam tubuh dengan jumlah berlebihan, maka akan berubah fungsi menjadi racun bagi
tubuh (Murrayam dkk, 2018). Dampak dari logam berat yaitu Fe terhadap tanah dan
tanaman yang berlebihan adalah hilang atau berubah kualitas tanah, sehingga tanah tidak
menjadi subur dan dapat menjadi racun bagi tanaman (Kesumaningwati dkk, 2022).

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibedakan menjadi logam berat
esensial dan logam berat non esensial. Logam berat esensial dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namum jika dalam jumlah yang berlebihan dapat

Analisa Zat Besi - Kelompok 3 II-1


Laboratorium Kualitas Air (TEL2013)

menimbulkan efek racun, diantaranya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan Se. Sedangkan logam
berat non esensial merupakan logam yang dalam jumlah sedikit maupun banyak memiliki
sifat racun dan hingga saat ini belum diketahui manfaatnya di dalam tubuh, logam ini
diantaranya adalah Hg, Cd, Pb, Cr, As, dan Sn. Metode AAS (Atomic Absorbsion
Spektrophotometri) berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sumber
cahaya pada SSA adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari 4 elemen
yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah
teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator.
Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus
bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel (Christian, 2003 dalam Himayati, 2019).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan yaitu 1 mg/L (Nurrahmania, 2021).

3. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1. AAS (Atomic Absorbsion Spektrophotometri)
2. Labu ukur
3. Beaker glass
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur
6. Erlenmeyer
7. Corong
8. Kertas saring

3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1. Aquabidest
2. Sampel air (Air sungai)
3. Larutan Fe 100 ppm
4. Asam nitrat pekat

Analisa Zat Besi - Kelompok 3 II-2


Laboratorium Kualitas Air (TEL2013)

4. PROSEDUR PRAKTIKUM

4.1 Prinsip Percobaan


Senyawa logam dalam contoh uji didestruksi dalam suasana asam, kemudian diukur
kadarnya dengan spektrofotometer serapan atom secara langsung pada panjang gelombang
tertentu.

4.2 Cara Kerja

Adapun flowchart dari prosedur percobaan analisis logam besi pada sampel air sungai
yaitu sebagai berikut :

Mulai

Ambil sampel 50 ml masukkan ke dalam beaker glass 100 ml

Tambahkan 5 ml asam nitrat pekat dan dipanaskan perlahan-lahan sampai


sisa volumenya 25 ml

Tambahkan lagi 5 ml asam nitrat pekat kemudian tutup beaker glass


dengan kaca arloji dan panaskan lagi

Lanjutkan penambahan asam nitrat dan pemanasan sampai semua logam


larut atau sampai larutan menjadi bening

Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke labu ukur 50 ml,
tambahkan aquabidest sampai tepat pada tanda

Pindahkan sampel ke dalam tabung reaksi

Periksa absorbansi dan masing-masing karutan standar dan sampel secara


berurutan dengan menggunakan AAS

Analisa Zat Besi - Kelompok 3 II-3


Laboratorium Kualitas Air (TEL2013)

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Prosedur Percobaan Analisa Logam Besi

5. HASIL PERHITUNGAN

Adapun hasil perhitungan analisa logam besi (Fe) pada sampel air sungai adalah sebagai
berikut :
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Analisa Logam Besi (Fe)
Sampel Air Sungai Konsentrasi Fe (mg/L)
Air Sungai 0,0054
Sumber: Praktikum Analisis Logam, 2022

6. ANALISIS HASIL
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, nilai konsentrasi Besi (Fe) pada sampel air sungai
tersebut diperoleh sebesar 0,0054 mg/l. Jika dibandingkan dengan nilai baku mutu
Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, batas maksimum kandungan besi (Fe) pada air kelas I (air
minum) adalah sebesar 0,3 mg/l. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kualitas air
sungai belum tercemar.

Adanya besi (Fe) dalam jumlah yang berlebih dalam air dapat menimbulkan berbagai
masalah diantaranya adalah tidak enaknya rasa air minum, dapat menimbulkan endapan
dan menambah kekeruhan. Adanya konsentrasi zat besi pada air tanah juga dapat
menimbulkan rasa atau bau logam pada air tersebut. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan
menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air
melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk.

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, nilai konsentrasi Besi (Fe) pada sampel air
sungai menggunakan AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometry) diperoleh sebesar
0,259 mg/l.

Analisa Zat Besi - Kelompok 3 II-4


Laboratorium Kualitas Air (TEL2013)

2. Berdasarkan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, batas maksimum
kandungan besi (Fe) pada air kelas I (air minum) adalah sebesar 0,3 mg/l. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kadar besi (Fe) pada sampel air sungai masih
dibawah ambang batas baku mutu sehingga aman untuk dikonsumsi.

7.2 SARAN
Adapun saran dari praktikum ini adalah :
1. Sebaikanya praktikan mempelajari modul mengenai logam besi (Fe) sebelum
praktikumberlangsung, agar memudahkan pada saat praktikum.
2. Ketika praktikan memasuki ruangan laboratorium wajib menggunakan jas lab yang
rapi.
3. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus fokus dan tetap menjaga sikap dan
kondisi yang kondusif.

Analisa Zat Besi - Kelompok 3 II-5


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

MODUL 3

DISSOLVED OXYGEN - BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND


(DO-BOD)

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan Biological Oxygen Demand (BOD)
dan Dissolved Oxygen (DO) dari sampel air yang diberikan yaitu air permukaan.

2. TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Permukaan


Air permukaan adalah air yang berada di permukaan tanah. Air permukaan merupakan salah
satu sumber yang dapat dipakai atau digunakan untuk bahan baku air bersih, terutama untuk air
minum. Dibandingkan dengan sumber lain, air permukaan merupakan sumber air yang mudah
tercemar. Keadaan ini terutama berlaku bagi tempat-tempat yang dekat dengan tempat tinggal
penduduk. Hampir semua buangan dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau
dicuci dengan air, dan pada waktu dibuang akan dibuang ke badan air permukaan (Himayati,
2019).

Air permukaan (surface water) meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air
lainnya, tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu
badan air disebut watersheads atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju
suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai
menuju laut disebut aliran air sungai (river run off) (Resdiyono, 2020).

2.2 Baku Mutu

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, dibedakan menjadi empat kelas yakni :

1. Kelas I, air yang peruntukannya dapat dipergunakan untuk air baku air minum dan atau
peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan air minum
tersebut.

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-1


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

2. Kelas II, air yang peruntukannya dapat dipergunakan untuk prasarana, sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan penggunaan tersebut.
3. Kelas III, air yang peruntukannya dapat dipergunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
perternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas IV, air yang peruntukanya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lainnya yang mempersayaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.3 Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu jumlah oksigen terlarut yang diperlukan
oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik
dalam kondisi aerobik. BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi
mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik
yang dapat diurai. Beberapa peneliti menambahkan bahwa pengertian BOD tidak hanya
menyatakan jumlah oksigen, tetapi juga menyatakan jumlah bahan organik mudah urai
(biodegradable organics) yang ada di perairan (Santoso, 2018).

Metode pengukuran BOD cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal
(DOi) dari sampel pada awal pengambilan sampel, kemudian mengukur kandungan oksigen
terlarut kembali setelah sampel diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap yang
sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang
dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen dapat dilakukan
secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri) atau dengan menggunakan alat
yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan probe khusus (Santoso, 2018).

2.4 Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dan sangat penting dalam menilai
kesehatan lingkungan perairan. Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh proses fisik, kimia
dan biologis. Faktor yang menyebabkan peningkatan konsentrasi oksigen terlarut adalah
fotosintesis, difusi dari permukaan laut, dan terutama aksi angin dan arus yang dengan
menyebabkan turbulensi air permukaan, memenuhi lapisan permukaan dengan oksigen.

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-2


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut disebabkan oleh respirasi organisme laut dan oleh
oksidasi zat organik baik oleh reaksi kimia sederhana atau oleh aktivitas bakteri. Suhu tinggi
dan nilai salinitas tinggi menyebabkan pengurangan kelarutan oksigen. Hampir semua
organisme hidup membutuhkan oksigen untuk melakukan proses biologisnya. Namun, jumlah
oksigen yang dibutuhkan berbeda sesuai dengan spesies, cara hidup, jenis kelamin, usia serta
faktor lingkungan seperti suhu, salinitas dan keberadaan berbagai jenis polutan (Rajkumar
Mandal & Gada Lal Das, 2021).

3. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1. Inkubator
2. Aerator
3. Botol BOD
4. Erlenmeyer 250 ml, 2 bh
5. Pipet takar 5 ml, 2 bh
6. Gelas ukur 50 ml
7. Labu ukur 500 ml, 2 bh
8. Micropipette 1 ml
9. Buret
10. Statip
11. Bola hisap

3.2 Bahan

1. Larutan baku sodium Thiosulfat, 0,1 N


2. Larutan Alkali Iodide (NaI)
3. Larutan indikator Amilum
4. Larutan Asam Sulfat pekat
5. Larutan Mangan Sulfat (MnSO4 )
6. Larutan Kalium Dikromat, 0,02N
7. Buffer Fosfat

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-3


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

8. Aquades

4. PROSEDUR PRAKTIKUM

4.1 Prinsip Percobaan

4.1.1 BOD (Biological Oxygen Demand)


Pengukuran BOD terdiri dari pengenceran sampel, inkubasi selama 5 hari pada suhu 20℃ dan
pengukuran oksigen terlarut selama inkubasi menunjukan banyaknya oksigen yang dibutuhkan
oleh sample air. Oksigen terlarut diukur dengan metoda titrasi Winkler.

4.1.2 DO (Dissolved Oxygen)


Oksigen akan mengoksidasi Mn2+ dalam suasana basa membentuk endapan MnO2 . Dengan
penambahan alkali iodida dalam suasana asam akan membebaskan iodium. Banyaknya iodium
yang dibebaskan ekivalen dengan banyaknya oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan
dianalisis dengan metode titrasi iodometris dengan larutan standar thiosulfat dan indikator
larutan kanji.

4.2 Cara Kerja


Biological Oxygen Demand (BOD)

Mulai

Tambahkan 200 ml air suling sampai leher botol sampel di dalam 2 botol BOD

Botol BOD B Botol BOD B


B otol BOD B B otol BOD B

Simpan dalam inkubator selama 5 hari


Tambahkan 1 ml MnSO4
dengan suhu 20℃
C
o
Tambahkan 1 ml alkali iodide C 4 B1otol
Tambahkan ml BOD
alkaliB MnSO4
4

Tutup dan homogenkan Tambahkan 1 ml alkali


iodide
azide

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-4


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Tambahkan 1-2 ml H2SO4 tanpa Tutup dan homogenkan


menimbulkan gelembung

Tutup dan homogenkan


200 ml sampel ke dalam erlenyemer

200 ml sampel ke dalam erlenyemer


Tambahkan Na2S2O3 0,025 N ke
dalam buret
Titrasi sampai warna menjadi kuning
Titrasi sampai warna menjadi pucat
kuning pucat

Tambahkan 1 ml indikator amilum


Tambahkan 1 ml indikator hingga berwarna biru
amilum hingga berwarna biru

Titrasi hingga tak bewarna


Titrasi hingga tak bewarna

Catat nilai awal dan akhir


Catat nilai awal dan akhir

Hitung nilai BOD dengan Hitung nilai BOD dengan


mengurangkan nilai DO5-DO mengurangkan nilai DO5-DO

Selesai Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Prosedur Percobaan Analisa BOD

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-5


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Dissolved Oxygen (DO)

Mulai

Masukkan Sodium Thiosulphate ke dalam buret

Masukkan 10 ml Kalium Dikromat dan 2 ml Asam Hidroklorat ke


dalam Erlenmeyer menggunakan pompa hisap

Titrasi hingga tak berwarna

Catat nilai awal dan akhir hitung nilai Normalitas Sodium Thiosulphate

Masukkan sampel uji ke dalam botol


BOD
Tambahkan 2 ml larutan Magnesium Sulfat dan 2 ml pereaksi Alkali-iodide-Azide

Biarkan mengendap selama beberapa menit

Tambahkan 2 ml Asam Sulfat pekat kedalam botol BOD

Masukkan 200 ml sampel ke dalam Erlenmeyer dengan pompa hisap

Titrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna kuning pucat

Tambahkan 2 ml Indikator Amilum hingga berwarna biru

Titrasi kembali hingga tak berwarna

Hitung nilai oksigen terlarut

Selesai

Gambar 4.2. Flowchart Prosedur Percobaan Analisa DO

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-6


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

5. HASIL PERHITUNGAN

5.1 Percobaan 1 (Evi Tri Lastri - 210407015)

a. Percobaan DO

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

b. Percobaan BOD

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-7


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

5.2 Percobaan 2 (Rafi Eka Dzaky - 210407023)

a. Percobaan DO

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

b. Percobaan BOD

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-8


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

5.3 Percobaan 3 (Yuli Yarna Baziko - 210407024)

a. Percobaan DO

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

b. Percobaan BOD

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-9


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

5.4 Percobaan 4 (Gracelia Br Lumban Gaol – 210407028)

a. Percobaan DO

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

b. Percobaan BOD

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-10


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

5.5 Percobaan 5 (Kayla Aurora Alifia - 210407038)

a. Percobaan DO

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

b. Percobaan BOD

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-11


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Adapun hasil rekapitulasi dari setiap percobaan dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini:
Tabel 5.1 Data Hasil Perhitungan Analisa BOD dan DO
Percobaan Nilai BOD (mg/l) Nilai DO (mg/l)
1 130 4.656
2 80.00 7.68
3 240 7.68
4 31.67 7.2
5 190 7.08
Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

6. ANALISIS HASIL

Berdasarkan tabel 5.1 nilai konsentrasi BOD yang didapat tidak konstan, nilai BOD yang
diperoleh pada percobaan pertama sebesar 130 mg/l, percobaan kedua yaitu sebesar 80 mg/l,
percobaan ketiga sebesar 240 mg/l yang merupakan percobaan dengan nilai tertinggi, percobaan
keempat sebesar 31,67 mg/l yang merupakan percobaan dengan nilai terendah, dan pada
percobaan kelima yaitu sebesar 190 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu untuk air kelas I yang diperbolehkan ialah 2 mg/l,
baku mutu BOD untuk air kelas II sebesar 3 mg/l, untuk kelas III sebesar 6 mg/l, dan untuk
kelas IV sebesar 12 mg/l. Oleh karena itu berdasarkan data percobaan dapat disimpulkan bahwa
nilai BOD pada kelima sampel yang telah dilakukan percobaan telah melewati baku mutu air
untuk kels I,II,III, dan, IV. Kandungan BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme aerobik untuk menguraikan hampir semua zat organik terlarut maupun yang
tersuspensi dalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi maka semakin kecil sisa oksigen terlarut
maka kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen juga tinggi. Berdasarkan data
yang diperoleh nilai BOD melebihi baku mutu dan memiliki nilai BOD yang tinggi. Sehingga
dapat dikatakan terjadi pencemaran pada sampel air.

Sedangkan untuk hasil percobaan DO berdasarkan tabel 5.1, diperoleh nilai DO pada percobaan
pertama sebesar 4,656 mg/l, percobaan kedua sebesar 7,68 mg/l, percobaan ketiga juga sebesar
7,68 mg/l, percobaan keempat sebesar 7,2 mg/l, dan pada percobaan kelima sebesar 7,08 mg/l.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, baku mutu kadar
DO minimum untuk air kelas I ialah 6 mg/l, baku mutu DO untuk air kelas II sebesar 4 mg/l,

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-12


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

untuk kelas III sebesar 3 mg/l, dan untuk kelas IV sebesar 0 mg/l. Dapat dianalisi bahwa kadar
DO pada air permukaan tersebut tercemar. Badan air tanah tersebut tidak dapat digunakan
sebagai bahan baku air minum.

7. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini yaitu sebagai berikut:


1. Berdasarkan nilai BOD yang diperoleh pada percobaan pertama, kedua, ketiga, dan keempat
yaitu nilai konsentrasi BOD sebesar 130 mg/l, 80 mg/l, 245 mg/l, dan 31,67 mg/l.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, dapat
disimpulkan bahwa kadar BOD pada kelima sampel air tanah yang telah dilakukan percobaan
telah melewati baku mutu.
2. Berdasarkan nilai DO yang diperoleh pada percobaan pertama, kedua, ketiga, dan keempat
yaitu nilai konsentrasi DO sebesar 4,656 mg/l, 7,68 mg/l, 7,68 mg/l, 7,2 mg/l, dan 7,08.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, dapat
disimpulkan bahwa kadar DO pada air permukaan tersebut tercemar. Badan air tanah tersebut
tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum.

7.2 Saran

Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini yaitu sebagai berikut:


1. Sebaiknya simulasi laboratorium virtual tersebut menggunakan standar SNI.
2. Sebaiknya laboratorium virtual tersebut menjelaskan secara singkat prinsip kerja apparatus
yang digunakan.

Analisa DO-BOD-Kelompok 3 III-13


Laboratorium Kualitas Lingkungan (TEL 2103)

MODUL 4

CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan Chemical Oxygen Demand
(COD) dari sampel air yang diberikan yaitu air permukaan.
2. TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak tergantikan oleh apapun. Bumi kita
punhampir 70% tertutupi oleh air. Berdasarkan rasanya air terbagi menjadi air tawar dan
air asin. Air tawar umumnya berada di daratan, sementara air asin umumnya berada di
lautan. Air tawar sendiri berdasarkan keterdapatannya dapat dibagi menjadi air permukaan
dan air bawah permukaan atau air tanah. Air permukaan air yang terdapat diatas
permukaan tanah seperti di sungai, danau, situ dan kolam. Air bawah permukaan (air
tanah) air yang terdapat atau mengalir dibawah permukaan seperti sumur dan mata air. Air
yang meresap kebawah permukaan bumi melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh
(vadous zone) dan sistem air jenuh. Sistem air jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat
pada satu lapisan batuan dan berada pada suatu cekungan air tanah. Sistem ini dipengaruhi
oleh kondisi geologi, hidrogeologi dan gaya tektonik, serta struktur bumi yang membentuk
cekungan air tanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan mengalir pada lapisan batuan
yang kita kenal dengan akuifer (Mareta dkk, 2019).

Chemical Oxygen Demand yaitu parameter yang digunakan untuk mengetahui jumlah
oksigen untuk mengoksidasi senyawa organik. Kadar COD yang tinggi menurunkan
kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air. Akibatnya, tumbuhan dan hewan tidak dapat
menggunakan oksigen sebagai sumber kehidupan dan dapat mengakibatkan kematian
biota perairan (Saputri, 2021).

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang
terkandung dalam air yang sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator
kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat
sehingga segala macam bahan organik baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan
sulit urai akan teroksidasi (Nurjanah dkk, 2017).

Analisa COD – Kelompok 3 IV-1


Laboratorium Kualitas Lingkungan (TEL 2103)

Tingkat pencemaran perairan dapat dianalisis juga berdasarkan konsentrasi COD


(Chemical Oxygen Demand). Untuk mengurai semua bahan organik yang terdapat dalam
air yaitu membutuhkan total oksigen (COD). Bahan sengaja diurai secara kimia dengan
oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak
sulfat (Yulis et al., 2018).

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Buret
2. Tabung reaksi
3. Gelas erlenmeyer 250 ml
4. Pipet volum 5 ml
5. Pipet tetes
6. Corong
7. Bola hisap
8. Batu didih
9. COD reaktor dan transformer
10. Gelas ukur 10 ml

3.2 Bahan
1. Larutan digesti K 2 Cr2 O7 0,0167 N
2. Reagen asam Sulfat-Perak Sulfat
3. Indikator Ferroin
4. Aquadest
5. Larutan FAS 0,05 N
6. Sampel

Analisa COD – Kelompok 3 IV-2


Laboratorium Kualitas Lingkungan (TEL 2103)

4. PROSEDUR PRAKTIKUM

4.1 Prinsip Percobaan


Senyawa organik dalam air dioksidasi oleh larutan Kalium Dikromat dalam suasana asam
pada temperatur 150o C. Kelebihan Kalium Dikromat dititrasi oleh larutan Ferro
Ammonium Sulfat (FAS) dengan indikator Ferroin.

4.2 Cara Kerja


Adapun flowchart dari prosedur percobaan analisis zat padat untuk mencari nilai COD
adalah sebagai berikut:
Mulai

Masukkan 2,5 ml sampel ke dalam tabung reaksi

Tambahkan 1,5 ml larutan digesti

Tambahkan ke dalam larutan tersebut 3,5 ml Ag 2 SO4. Aduk larutan


tersebut hingga homogen

Letakkan tabung yang berisi larutan tadi ke dalam COD reaktor.


Kemudian panaskan pada suhu 150℃ selama 2 jam

Setelah dingin tambahkan 3 tetes indikator ferroin

Titrasi dengan larutan FAS 0,05 N hingga terjadi perubahan


warna dari hijau sampai merah-coklat

Diperlukan percobaan blanko dengan cara seperti di atas

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Prosedur Percobaan Analisa COD

Analisa COD – Kelompok 3 IV-3


Laboratorium Kualitas Lingkungan (TEL 2103)

5. HASIL PERHITUNGAN
5.1 Percobaan 1 (Evi Tri Lastri - 210407015)

Sumber: Hasil Virtual, 2022

5.2 Percobaan 2 (Rafi Eka Dzaky - 210407023)

Analisa COD – Kelompok 3 IV-4


Laboratorium Kualitas Lingkungan (TEL 2103)

5.3 Percobaan 3 (Yuli Yarna Baziko - 210407024)

Sumber: Hasil Virtual, 2022

5.4 Percobaan 4 (Gracelia Br Lumban Gaol - 210407028)

Sumber: Hasil Virtual, 2022

Analisa COD – Kelompok 3 IV-5


Laboratorium Kualitas Lingkungan (TEL 2103)

5.5 Percobaan 5 (Kayla Aurora Alifia - 210407038)

Sumber: Hasil Virtual, 2022

Adapun hasil rekapitulasi dari setiap percobaan dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1 Data Hasil Praktikum COD Kelompok 3

Hasil Pembacaan
Nama Praktikan Burret Volume FAS Kadar COD
Awal Akhir

Blank 0 13.7 13.7


Evi Tri Lastri
100
(210407015) Water
0 8.7 8.7
sample
Blank 0 14.6 14.6
Rafi Eka Dzaky
91
(210407023) Water
0 10 10
sample
Blank 0 13.7 13.7
Yuli Yarna Baziko
100
(210407024) Water
0 8.7 8.7
sampe
Gracelia Br Blank 0 9.9 9.9
Luman Gaol 16
Water
(210407028) 0 9.1 9.1
sampe
Kayla Aurora Blank 0 13.7 13.7
Alifia 100
Water
(210407038) 0 8.7 8.7
sampe
Sumber: Hasil Virtual, 2022

Analisa COD – Kelompok 3 IV-6


Laboratorium Kualitas Lingkungan (TEL 2103)

6. ANALISIS HASIL

Berdasarkan Tabel 5.1 nilai konsentrasi COD terendah didapat pada percobaan ke-4 dan
tertinggi didapat pada percobaan ke-1, percobaan ke-3, dan percobaan ke-5. Berdasarkan
baku mutu menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air dengan kriteria mutu air berdasarkan kelas yaitu
kelas I 10 mg/l, pada kelas II yaitu 25 mg/l, pada kelas III 50 mg/l dan pada kelas IV 100
mg/l. Hasil pada percobaan pertama diperoleh nilai konsentrasi 100 mg/l dimana kadar
COD diklasifikasikan sebagai kelas IV. Hasil pada percobaan kedua diperoleh nilai
konsentrasi 91 mg/l dimana kadar COD diklasifikasikan sebagai kelas IV. Hasil pada
percobaan ketiga diperoleh nilai konsentrasi 100 mg/l dimana kadar COD diklasifikasikan
sebagai kelas IV. Hasil pada percobaan keempat diperoleh nilai konsentrasi 16 mg/l
dimana kadar COD diklasifikasikan sebagai kelas II. Hasil pada percobaan kelima
diperoleh nilai konsentrasi 100 mg/l dimana kadar COD diklasifikasikan sebagai kelas IV.
Dapat di analisis bahwa, kadar COD pada air tanah tersebut tidak tersebar secara merata.
Akibatnya, nilai yang di dapat berbeda jauh dari sampel sebelumnya. Dapat disimpulkan
bahwa perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap air tanah tersebut sebelum
digunakan dalam suatu kegiatan agar tidak menjadi sumber pencemar dan sumber
penyakit.

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :


1. Sampel ke-1 diperoleh konsentrasi 100 mg/l, diklasifikasikan ke kategori air kelas IV
menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air dan dapat digunakan sebagai air pertanaman
ataupun irigasi.
2. Sampel ke-2 diperoleh konsentrasi 91 mg/l, diklasifikasikan ke kategori air kelas IV
menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air dan dapat digunakan sebagai air pertanaman
ataupun irigasi.
3. Sampel ke-3 diperoleh konsentrasi 100 mg/l, diklasifikasikan ke kategori air kelas IV
menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

Analisa COD – Kelompok 3 IV-7


Laboratorium Kualitas Lingkungan (TEL 2103)

dan Pengendalian Pencemaran Air dan dapat digunakan sebagai air pertanaman
ataupun irigasi.
4. Sampel ke-4 diperoleh konsentrasi 16 mg/l, diklasifikasikan ke kategori air kelas I
menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air yang menandakan bahwa air tidak tercemar.
5. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 16/1996) kandungan COD
maksimal yaitu 300 mgl.

7.2 SARAN

Adapun saran untuk praktikum ini, yaitu:


1. Sebaiknya simulasi laboratorium virtual tersebut menggunakan standar SNI.
2. Sebaiknya Sebaiknya laboratorium virtual tersebut menjelaskan secara singkat prinsip
kerja apparatus yang digunakan.

Analisa COD – Kelompok 3 IV-8


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

MODUL 5

ANALISA SULFAT

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi ion sulfat dalam
sampel dengan metode turbidimetri dengan menggunakan alat spektrofotometri.

2. TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena air
merupakan media penularan penyakit, disamping itu juga pertambahan jumlah penduduk
didunia ini yang semakin bertambah jumlahnya sehingga menambah aktivitas kehidupan
yang mau tidak mau menambah pencemaran air yang pada hakikatnya dibutuhkan (Hadian
dkk, 2022).

Air permukaan meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya, tidak
mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air
disebut watersheads atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu
badan air disebut limpasan permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai
menuju laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 60 % air yang masuk ke sungai
berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar
daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin (Himayati, 2019).

Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan air (bau dan
warna). Salah satu parameter yang diuji pada kimia dalam penentuan kualitas air adalah
kadar ion sulfat (SO2-
4 ). Menurut Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010, kadar

maksimum sulfat dalam air minum adalah 250 mg/L. Akan tetapi berdasarkan Permenkes
No. 32 tahun 2017 kadar maksimum sulfat yang digunakan air untuk keperluan higiene
sanitasi yaitu 400 mg/L. Sulfat dapat mempengaruhi perubahan rasa air menjadi rasa pahit
dan dapat menimbulkan efek samping jika kadar sulfat dalam air memiliki konsentrasi yang
tinggi. Bahaya ion sulfat apabila dikonsumsi dengan kandungan sulfat yang cukup besar
dapat menyebabkan laxative / diare (Jannah dkk, 2017).

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-1


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Sulfat sebagian besar didistribusikan di alam dan dapat hadir di perairan alami dalam
konsentrasi mulai dari beberapa ratus hingga beberapa ribu mg/l. Ini terjadi secara alami
pada mineral terlarut, termasuk barit, epsomit dan gipsum. Mineral terlarut ini mensubsidi
kandungan mineral air minum. Drainase Tambang Asam (AMD) dapat menyumbang sulfat
dalam jumlah besar melalui oksidasi pirit. Ini adalah anion kedua terbanyak di air laut.
Konsentrasinya yang tinggi berujung pada kelarutan garam yang tinggi sehingga terbentuk
kation-kation terdepan dalam air laut, yaitu, Na, Mg 2+dan Ca 2+ (Virtual Lab, 2022).

3. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Magnetic Stirrer 1 set
2. Gelas ukur 10 ml, 25 ml, 50 ml masing-masing 1 buah
3. Kertas Saring diameter 125 mm
4. Beaker glass 250 ml 2 buah
5. Beaker glass 200 ml 1 buah
6. Beaker glass 100 ml 4 buah
7. 6 buah labu ukur 100 ml
8. Corong
9. Pipet tetes 2 buah
10. Spatula
11. Kuvet spektro

3.2 Bahan
1. Kristal BaCl2
2. Sampel

4. PROSEDUR PRAKTIKUM

4.1 Prinsip Percobaan


Ion sulfat dalam air dengan penambahan kristal BaCl2 akan membentuk koloid tersuspensi
(kekeruhan). Semakin tinggi konsentrasi sulfat maka cairan akan semakin keruh. Kekeruhan
yang terjadi diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang 420 nm.

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-2


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

4.2 Cara Kerja


Adapun flowchart dari prosedur praktikum analisa sulfat adalah:

Mulai

Sediakan 8 erlenmeyer

Masukkan 100 ml larutan besi standar dengan ukuran 5-40 mg/L

Tambahkan air suling pada masing-


masing erlenmeyer hingga volume sama
100 ml

Sediakan erlenmeyer kosong dan isi dengan 100 ml air suling

Masukkan air suling pada masing-masing erlenmeyer hingga


volume sama 100 ml

Tambahkan 20 ml larutan buffer pada


semua erlenmeyer

Masukkan magnetic stirrer ke dalam erlenmeyer 1 lalu letakkan


di atas hot plate

Ulangi langkah diatas hingga erlenmeyer ke-8

Amati hingga larutan buffer tercampur rata

Tambahkan 1 spatula kristal barium


klorida dan aduk 60-65 detik

Biarkan sekitar 5 menit

Letakkan blank solution dalam kuvet

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-3


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Letakkan di spektrofotometer dan atur panjang gelombang 420 nm

Isi kuvet dengan larutan sulfat

Letakkan kuvet ke dalam spektrofotometer

Catat nilai absorbansi dan transmitansi

Hitung konsentrasi sulfat dan buat grafik

Selesai

Gambar 4.1 Flowchart Percobaan Analisa Sulfat

5. HASIL PERHITUNGAN

5.1 Percobaan 1 (Evi Tri Lastri - 210407015)


Adapun untuk percobaan pertama didapatkan hasil perhitungan berdasarkan simulasi
VLabs yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-4


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

5.2 Percobaan 2 (Rafi Eka Dzaky – 210407023)


Adapun untuk percobaan pertama didapatkan hasil perhitungan berdasarkan simulasi
VLabs yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Sumber: Hasil Virtual Lab,2022

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-5


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

5.3 Percobaan 3 (Yuli Yarna Baziko – 210407024)


Adapun untuk percobaan pertama didapatkan hasil perhitungan berdasarkan simulasi
VLabs yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-6


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

5.4 Percobaan 4 (Gracelia Br Lumban Gaol – 210407028)


Adapun untuk percobaan pertama didapatkan hasil perhitungan berdasarkan simulasi
VLabs yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-7


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-8


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

5.5 Percobaan 5 (Kayla Aurora Alifia – 210407038)


Adapun untuk percobaan pertama didapatkan hasil perhitungan berdasarkan simulasi
VLabs yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-9


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

Adapun hasil rekapitulasi dari setiap percobaan dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini:
Tabel 5.1 Data Hasil Perhitungan Analisa Sulfat

Kadar Sulfat
Percobaan
Air Keran (mg/l) Air Sampel (mg/l)
1 5.45 9.08
2 5.22 7.91
3 5.12 8.49
4 5.5 8.5
5 5.45 9.08
Sumber: Hasil Virtual Lab, 2022

6. ANALISIS HASIL
Berdasarkan tabel 5.1, nilai konsentrasi sulfat terendah didapatkan pada saat percobaan ke-
2 yaitu sebesar 7,91 mg/l. Sedangkan untuk konsentrasi sulfat tertinggi didapatkan pada
percobaan ke-1 dan percobaan ke-5 yaitu 9,08 mg/l. Dari data tersebut jika dibandingkan
dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan kriteria mutu
air berdasarkan kelas untuk kandungan sulfat dalam air keran dan air permukaan tidak
melebihi baku mutu. Dimana konsentrasi sulfat untuk kelas I adalah 300 mg/l. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sulfat dari dua sampel diatas tidak melebihi baku
mutu. Kedua sampel tersebut tidak mengalami pencemaran dan layak untuk dijadikan air
baku untuk air minum.

Sulfat adalah salah satu ion dari sekian banyak anion-anion utama yang terdapat di dalam
perairan alam. Hal ini menjadi sangat penting dalam persediaan air bagi masyarakat, karena

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-10


Laboratorium Kualitas Air (TEL 2103)

apabila kandungan sulfat dalam perairan dalam konsentrasi yang tinggi maka akan
menyebabkan gangguan pada manusia yang mengkonsumsinya.Bahaya kandungan sulfat
yang terdapat dalam air yaitu sulfat dapat mempengaruhi perubahan rasa air menjadi rasa
pahit dan dapat menimbulkan efek samping jika kadar sulfat dalam air memiliki konsentrasi
yang tinggi. Bahaya ion sulfat apabila dikonsumsi dengan kandungan sulfat yang cukup
besar dapat menyebabkan laxative/diare.

7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh berdasarkan simulasi virtual lab untuk nilai kadar sulfat pada
percobaan pertama yaitu 9,08 mg/l, nilai kadar sulfat pada percobaan kedua yaitu 7,91
mg/l, kadar sulfat pada percobaan ketiga yaitu 8,49 mg/l, nilai kadar sulfat pada
percobaan keempat yaitu 8,5 mg/l dan nilai kadar sulfat pada percobaan kelima yaitu
9,08 mg/l.
2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan kriteria mutu air berdasarkan
kelas untuk sulfat air keran dan air permukaan yang didapat tidak melebihi baku mutu
yang ada. Dari hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa airkeran dan air permukaan
tersebut layak untuk dikonsumsi.

7.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah:
1. Seharusnya pada bagian teori di dalam virtual labs lebih banyak ditambahkan referensi
agar praktikan lebih memahami mengenai analisa sulfat.
2. Seharusnya Indonesia mempunyai website virtual labs seperti ini agar hasil yang
diperoleh nantinya akan sama dengan baku mutu di Indonesia.
3. Seharusnya kedepannya virtual labs ini menggunakan dua bahasa, agar mahasiswa
dapat lebih mengerti baik prosedur pengerjaan maupun modul yang disediakan di
dalam virtual labs.

Analisa Sulfat - Kelompok 3 V-11

Anda mungkin juga menyukai