BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses untuk memisahkan uap air dari aliran gas. Proses
dehidrasi ini juga dikenal sebagai proses pengeringan. Prinsip dehidrasi adalah
mempertemukan gas dengan zat yang bisa mengikat air dari gas. Setelah
beberapa saat, zat tersebut akan jenuh oleh uap air sehingga tidak dapat
menyerap uap air dari gas. Maka untuk dapat menggunakan zat kimia tadi, uap
air dibuang dengan cara menguapkan kembali uap air dari zat kimia dan dibuang
ke atmosfer. Berikut beberapa metode dehidrasi yang digunakan :
1. Absorpsi dengan zat kimia. Pada metode ini, uap air diambil dengan kontak
antara gas dengan liquid yang bersifat higroskopis (suka air/menyerap air).
Pada metode ini sangat efektif digunakan karena titik didih yang tinggi
sehingga aman ketika diregenerasi.
2. Adsorpsi dengan material padat. Adsorpsi merupakan kemampuan material
untuk menahan gas atau liquid di permukaannya. Pada sistem ini, uap air
dari gas akan terkumpul pada permukaan padatan. Padatan yang umum
digunakan adalah silica gel, alumina dan silicate. Sistem ini kurang efektif
pada jumlah aliran gas yang besar karena membutuhkan tempat yang luas
dan untuk regenerasinya relatif lama. Sistem ini juga digunakan untuk
mengeringkan udara bertekanan dari uap air. Proses yang kecil namun
sangat penting dalam proses produksi minyak dan gas.
3. Refrigerasi atau cooling Kemampuan gas alam untuk mengandung uap air
ketika temperatur diturunkan pada tekanan tetap maka akan menurun.
Sistem ini akan efektif jika temperatur gas awalnya tinggi dan proses ini
tidak bisa berdiri sendiri. Biasanya dengan digabung dengan metode injeksi
kimia yang zat kimia akan direcover kembali (Sanjaya & Novendy, 2017).
Dehidrasi, yaitu melepaskan air dari gugus hidroxil dan hidrogen yang
terikat pada karbon dekat tempat terkaitnya OH. Jika dihitung dengan tenaga
ikat, reaksi dehidrasi ini merupakan reaksi endotermik dan memerlukan panas
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, D. (2019). Perbandingan Hidrolisis Gula Aren dan Gula Pasir dengan
Katalis Matriks Polistirena Terikat Silang (Crosslink). Jurnal Ilmiah Kohesi 3
(3), 15-19.
Arsyad, M. (2018). Pengaruh Konsentrasi Gula terhadap Pembuatan Selai Kelapa
Muda (Cocos Nucifera L). Agriculture Technology Journal, 1 (2), 35-45.
Ginting, P.A., Barus A., & Sipayung R. (2017). Pertumbuhan dan Produksi Melon
(Cucumis melo L.) terhadap Pemberian Pupuk NPK dan Pemangkasan Buah.
Jurnal Agroteknologi FP USU, 5 (4), 786-798.
Hawa., C.L., Aghat, R.I., & Lutfi, M. (2019). Perubahan Struktur Mikro dan Warna
Irisan Stroberi Kering dengan Pre-Treatment Dehidrasi Osmosi dan Pelapisan
Sodium Alginat. Jurnal Industri Teknologi Pertanian, 13 (2), 61-66.
Huda, N.A., Suwarno, B.W., & Maharijaya A. (2018). Karasteristik Buah Melon
(Cucumis melo L.) pada Lima Stadia Kematangan. J. Agron, 46 (3), 298-305.
Nainggolan, Tiurmaida., Sumbayak, R.J., & Gulo, N.K. (2019). Respon
Pertumbuhan dan Hasil Melon (Cucumis melo L) Terhadap Dosis Phonska.
Jurnal Agrotekda, 3 (1), 93-102.
Sanjaya, S.A. & Novendy A. (2017). Prediksi Pembentukan Hidrat Gas dengan
Pengaruh Joule-Thomson Effect yang Diakibatkan oleh Choke Performance.
Jurnal Chemurgy, 1 (1), 1-7.
Rochani, A., Yuniningsih, S., & Ma'sum, Z. (2016). Pengaruh Konsentrasi Gula
Larutan Molasses terhadap Kadar Etanol pada Proses Fermentasi. Jurnal Reka
Buana, 1 (1), 43-48.
Sari, P.Y., Rahman, A., & Kasrina. (2018). Pengembangan Lembar Kerja Peserta
Didik Berdasarkan Studi Pengaruh Osmosis Terhadap Warna Mata. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Biologi, 2 (2), 16-21.
Tanjung, A.R., Karo-Karo, T., & Julianti, E. (2018). Pengaruh Penambahan Gula
Pasir dan Lama Pengeringan terhadap Mutu Gula Kelapa Sawit. JFLS, 2 (2),
123-132.
Ulfa, L.H., Falahiyah, R., & Singgih, S. (2020). Uji Osmosis pada Kentang dan