Anda di halaman 1dari 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/312160621

Elektrokoagulasi Menggunakan Aluminium


sebagai Pretreatment pada Mikrofiltrasi Air
Permukaan yang...

Article · December 2016

CITATIONS READS

0 328

1 author:

Dwi Ananda Gunawan


Bandung Institute of Technology
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Development of Polygel-based Food Dehydrator for Medicinal Plant and Food View project

All content following this page was uploaded by Dwi Ananda Gunawan on 09 January 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Elektrokoagulasi Menggunakan Aluminium sebagai Pretreatment pada
Mikrofiltrasi Air Permukaan yang Mengandung NOM

Dwi Ananda Gunawan

Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung; dwianandagunawan@students.itb.ac.id

Abstrak
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia, flokulasi, dan koagulasi. Elektrokoagulasi
telah banyak digunakan untuk pengolahan limbah cair maupun pengolahan air itu sendiri. Elektrokoagulasi terbentuk
melalui pelarutan logam dari anoda yang kemudaian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksi dan gas
hydrogen yang dihasilkan dari katoda. Elektrokoagulasi mempunyai efisiensi yang tinggi dalam penghilanggan
kontaminan dengan biaya operasi yang relatif rendah. Hal ini dapat diintegrasikan dengan mikrofiltrasi untuk
mengatur kekeruhan air secara efektif, mikroorganisme, dan DBP (disinfeksi produk) dan secara simultan menjaga
fluks spesifik mikrofiltrasi yang tinggi. Pada jurnal ini akan dibahas mengenai penggunaan alumunium dalam
elektrokoagulasi sebagai perlakuan awal pada mikrofiltrasi yang berfokus pada mekanisme reduksi fouling dan
peningkatan penghilangan virus, NOM, dan DBP.

Kata kunci : Elektrokoagulasi, mikrofiltrasi, fouling

1. Pendahuluan Sama seperti mikrofiltrasi, ultrafiltrasi merupakan salah


Air merupakan salah satu kebutuhan utama dalam satu proses yang berkembang pesat dalam pengolahan
kehidupan sehari-hari. Akan tetapi saat ini penyediaan air. Ultrafiltrasi (UF) biasanya beroperasi pada tekanan
air bersih sulit dicari, bahkan PBB memperkirakan pada rendah dengan TMP umumnya 0,5-3 bar. Dalam
saat ini sekitar 1,2 juta orang hidup di wilayah dimana aplikasinya UF dapat dioperasikan dalam bentuk
air merupakan kelangkaan, angka ini bahkan operasi tungal atau kombinasi dengan proses lain.
diproyeksikan akan terus meningkat sampai 1,8 juta (Wenten, 2010; Wenten & Widiasa, 2002, Wenten dkk,
pada 2025 mendatang (UN, 2014). Kelangkaan kualitas 2014).
air bersih ini banyak pemicunya, diantaranya adalah
perubahan iklim ketidakteraturan penggunaan air, dan Nanofiltrasi adalah proses pemisahan jika ultrafiltrasi
kebutuhan air yang semakin meningkat sesuai dengan dan mikrofiltrasi tidak dapat mengolah air seperti yang
perkembangan populasi yang terus meningkat. diharapkan. Nanofiltrasi dapat menghasilkan proses
pemisahan yang sangat terjangkau secara ekonomis.
Untuk mengatasi peningkatan permintaan ini digunakan Tetapi Nanofiltrasi belum dapat mengolah mineral
air permukaan daripada air tanah, karena ekstraksi air terlarut, warna dan salinasi air, sehingga air hasil olahan
tanah sering menyebabkan tanah amblas yang (permeate) masih mungkin mengandung ion monovalen
membahayakan infastruktur dan dapat juga dan larutan dengan pencemar yang memiliki berat
meningkatkan intensitas banjir (Coplin & Galloway). molekul rendah seperti alkohol. Pengolahan
Akan tetapi untuk penyaringan air permukaan menggunakan Nano filtrasi pada umumnya
dibutuhkan teknologi pengolahan air yang lebih maju menggunakan membran berukuran 0.0001 mikron –
karena sifat air permukaan yang banyak mengandung 0.001 mikron (Wenten dkk, 2010).
unsur-unsur yang menyebabkan kekeruhan, patogen,
dan prekursor-prekursor yang berpotensi karsinogenik, Reverse osmosis adalah proses pengolahan yang
dan mutagenik DBP, seperti NOM (natural organic membutuhkan tekanan relatif tinggi, walaupun pada
matters) (Letterman, 1999). beberapa kasus dapat digunakan dalam tekanan rendah,
hemat energi, menghasilkan air olahan yang dapat
Penjernihan biasanya dilakukan melalui proses berbasis menyaring zat dengan molekul terkecil sekalipun yang
membran. Proses membrane yang dikenal luas dalam tidak dapat diolah oleh proses Mikro filtrasi, ultra
proses pengolahan air adalah proses membrane berbasis filtrasi dan nanofiltrasi. Reverse omosis memiliki
gaya dorong tekanan seperti mikrofiltrasi (MF), kemampuan untuk mengurangi seluruh pencemar
ultrafiltrasi (UF), nanofiltrasi (NF), dan reverse osmosis dissolved dan Suspended solid. Reverse osmosis pada
(RO). umumnya digunakan pada proses desalinasi air laut.

Mikrofiltrasi adalah proses yang mengurangi kadar Mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi merupakan teknologi
polutan dari fluida (liquid dan gas) dengan cara pemisahan dengan membrane yang telah banyak
melewatkannya pada sebuah microporous membran. digunakan dalam pengolahan air dan limbah cair karena
Membran mikrofiltrasi berukuran 0.1 sampai 1 mikron. dapat secara langsung menghilangkan berbagai, bakteri
mikroorganisme, dan kekeruhan (Heok & Tarabara, dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada
2013; Wenten, 2014). dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya
sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi
hingga mendekati 100%.

b) Metode Flokulasi
Flokulasi adalah gabungan dari partikel – partikel hasil
koagulasi menjadi pertikel yang lebih besar dan
mempunyai kecepatan mengendap yang lebih besar,
dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses
koagulasi harus diikuti flokulasi yaitu pengumpulan
koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang
mudah terendapkan atau transportasi partikel tidak
stabil, sehingga kontak antar partikel dapat terjadi.

c) Metode Adsorpsi
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan
dimana komponen dari suatu fase fluida/cairan
berpindah ke permukaan zat padat yang menjerap
(adsorban). Biasanya partikel-partikel kecil zat
penyerap dilepaskan pada adsorpi kimia, terbentuk
ikatan kuat antara penjerap dan zat yang dijerap
Gambar 1. Skematik pemisahan membran berbasis sehingga tidak mungkin terjadi proses yang bolak¬-
tekanan (Wenten dkk, 2010) balik. Pada adsopsi digunaakn istilah adsorbat dan
adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang
Ketika mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi diimplementasikan terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari
maka akan terjadi penghilangan parasit yang secara pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan
signifikan juga mengurangi konsentrasi disinfektan suatu media penjerap yang dalam hal ini biasanya
yang dibutuhkan untuk memenuhi standar mikrobiologi berbentuk padatan. Pada proses ini adsorbat menempel
air minum. Konsentrasi disinfektan yang lebih rendah dipermukaan adsorban membentuk lapisan tipis (film).
juga akan mengurangi pembentukan DBP. Oleh karena Dalam proses purifikasi air adsorban yang digunakan
itu mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi dapat mengurangi biasanya berupa karbon sehingga dikenal istilah proses
resiko mikrobiologis dan secara tak langsung juga adsorbsi karbon.
mengurangi resiko kimiawi dalam air yang kita minum.
Walaupun begitu, tetap terdapat virus dan NOM yang d) Metode Koagulasi
dapat melewati membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi, Koagulasi merupakan suatu proses pengolahan air
terlebih lagi mikro dan ultrafilter adalah sasaran dengan menggunakan sistem pengadukan cepat
terjadinya fouling, yang akan menyebabkan penurunan sehingga dapat mereaksikan bahan kimia (koagulan)
fluks dan meningkatkan tekanan antarmembran. secara seragam ke seluruh bagian air didalam suatu
Fouling dapat menurunkan produktivitas, namun hal ini reactor sehingga dapat membentuk flok-flok yang
dapat dihilangkan dengan memberikan perlakuan awal berukuran lebih besar dan dapat diendapkan diproses
(pretreatment) pada umpan air dalam mikrofiltrasi sedimentasi. Pada dasarnya proses koagulasi dapat
maupun ultrafiltrasi (Wenten, 2015). dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara
fisika. Koagulasi cara kimia yaitu proses penjernihan air
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam usaha dilakukan dengan memberikan penambahan bahan
mengatasi masalah fouling, yaitu metode oksidasi, kimia sebagai koagulan berbentuk garam (aluminium
metode adsorpsi, metode koagulasi, metode flokulasi, sulfat) untuk mempercepat terjadinya pembentukan
dan metode elektrokoagulasi. flok yang dapat diendapkan. Sedangkan koagulasi
secara fisika yang sering dinamakan dengan
a) Metode Oksidasi elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air
Proses penggunaan Ozon ini pertama kali secara elekrokimia dimana pada anoda terjadi pelepasan
diperkenalkan dari Perancis sebagai metode sterilisasi koagulan aktif berupa ion logam (biasanya aluminium
air minum pada tahun 1906. Aplikasi sistem ozonisasi atau besi) ke dalam larutan, sedangkan pada katoda
sering dikombinasikan dengan lampu ultaraviolet atau terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen
hydrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini (Holt et al, 2004)
akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam
air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi Saat ini, teknologi koagulasi telah lebih maju
senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya terkhususnya dalam elektrokimia sebagai alternatif

2

terhadap koagulan konvensional, yaitu dengan
elektrokoagulasi. Elekrokoagulasi sebenarnya
merupakan gabungan dari proses elektrokimia,
flokulasi, dan koagulasi. Elektrokoagulasi adalah
proses penggumpalan dan pengendapan pertikel-
partikel haus yang terdapat dalam air dengan
menggunakan energi listrik.

Adapun prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan


menggunakan dua buah lempeng elektroda yang
dimasukkan kedalam bejana yang diisi dengan air yang
akan dijernihkan. Selanjutnya kedua elektroda dialiri
arus listrik searah sehingga terjadilah proses
elektrokimia yang menyebabkan kation bergerak
menuju katoda dan anion bergerak menuju anoda. Dan
pada akhirnya terbentuk floulan yang akan mengikat Gambar 3. Elektrokoagulasi sistem flow (diadaptasi
kontaminan maupun partikel – partikel dari air baku dari Susetyaningsih, R., dkk, 2008)
tersebut. Pada elektokoagulasi terdapat anoda dan
katoda. Pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif Proses elektrokoagulasi umumnya menggunakan
berupa ion logam ke dalam larutan, sedangkan pada elektroda alumunium ataupun besi yang berperan
katoda terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas sebagai sacrificial electrode (elektroda yang berperan
hidrogen (Kashefi, et.al. 2014). sebagai anoda dan katoda). Kedua elektroda ini dapat
dengan efektif menghilangkan zat pengotor.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap Akan tetapi tetap terdapat kelebihan dan kekurangan
elektrokoagulasi lebih berfokus pada kemampuannya elektrokoagulasi (Letterman 1999). Kelebihannya
sebagai proses tunggal yang dapat menghilangkan adalah yaitu,
berbagai kontaminan fisikokimia. a) Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana
Akan tetapi, proses elektrokimia yang diintegrasikan dan mudah untuk dioperasikan.
dengan proses membran memerlukan optimisasi yang b) Elektrokoagulasi lebih cepat mereduksi kandungan
akan menjadi fokus kita. Pada jurnal ini akan dibahas koloid/partikel yang paling kecil, hal ini disebabkan
mengenai integrasi elektrokimia dengan mikrofiltrasi pengaplikasian listrik kedalam air akan
untuk pengolahan air minum yang menekankan pada: mempercepat mereka didalam air dengan demikian
(i) reaksi elektrodisolusi alumunium, akan memudahkan proses.
(ii) mekanisme fouling membran, dan c) Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada
(iii) kontrol NOM, precursor DBP, dan virus. proses elektrokoagulasi ini dapat membawa polutan
ke atas air sehingga dapat dengan mudah
Terdapat dua sistem juntuk melakukan dihilangkan.
elektrokoagulasi, yaitu dengan sistem batch ataupun d) Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup
flow. Pada Gambar 2 terlihat bahwa elekrokoagulasi tinggi untuk berbagai kondisi, dikarenakan tidak
sistem batch adalah proses elektrokoagulasi tanpa dipengaruhi temperatur
aliran, sedangkan pada Gambar 2 menunjukkan sistem e) Tidak diperlukan pengatuuran pH
flow yang memiliki aliran, misalnya aliran limbah. f) Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan
g) Endapan yang terbentuk dari proses
elektrokoagulasi lebih mudah dipisahkan dari air
h) Dapat memindahkan partikel-partikel koloid yang
lebih kecil
i) Dapat diatur arus listriknya

Kekurangan elektrokoagulasi (Letterman, 1999; Gao


dkk, 2012), yaitu:
a) Tidak dapat digunakan unutk mengolah cairan yang
mempunyai sifat elektrolit cukup tinggi dikarenakan
akan terjadi hubungan singkat antar elektroda
b) Besarnya reduksi logam berat dalam cairan
dipengaruhi oleh besar kecilnya arus voltase listrik
searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak
elektroda dan jarak antara elektroda
Gambar 2. Elektrokoagulasi sistem batch (diadaptasi
dari Ni’am, et.al, 2007)
3

c) Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat proses yang melewatkan arus listrik ke dalam air. Itu
mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi dapat digunakan menjadi sebuah uji nyata dengan
d) Penggunaan listrik yang mungkin mahal proses yang sangat efektif untuk pemindahan bahan
pengkontaminasi yang terdapat dalam air. Proses ini
Menurut Putero, dkk (2008) faktor-faktor yang dapat mengurangi lebih dari 99% kation logam berat.
mempengaruhi proses elektrokoagulasi antara lain: Pada dasarnya sebuah elektroda logam akan teroksidasi
kerapatan arus listrik, waktu operasi, tegangan, kadar dari logam M menjadi kation (Mn+). Selanjutnya air
asam, ketebalan plat dan jarak elektroda. akan menjadi gas hydrogen dan juga ion hidroksil (OH-
).
a) Kuat arus
Pengolahan limbah nikel dengan rapat arus 40, Terdapat beberapa interaksi yang terjadi dalam larutan
50, 60, dan 70 mA/cm2 menghasilkan penurunan selama proses elektrokoagulasi, yaitu:
kontaminan nikel sebesar 95% dan Cu sebesar 98% 1) Migrasi ion ke elektroda yang bermuatan
pada rapat arus 70 mA/cm2. Ini dikarenakan rapat arus berlawanan (electrophoresis) dan penggabungan
merupakan elektron yang berpindah setiap satuan luas. (aggreration) untuk membentuk senyawa netral.
Sehingga semakin besar rapat arus maka elektron yang 2) Kation atau ion hidroksida (OH-) membentuk
berpindah maka semakin besar, hal ini akan endapan dengan zat pengotor atau polutan.
menyebabkan pembentukan koagulan yang terbentuk 3) Logam kation berinteraksi dengan OH- membentuk
akan semakin banyak. Menurut Koparal and Ogutveren hidroksi, yang mengadsorpsi polutan (bridge
(2002) umumnya rapat arus yang digunakan pada coagulation).
interval 10 – 150 A/m2. Perbedaan kuantitas rapat arus 4) Hidroksi kemudian membentuk struktur besar dan
yangdigunakan tergantung pada perbedaan kondisi membersihkan polutan (sweep coagulation).
aplikasi (Rachmanita, 2010) 5) Oksidasi polutan sehingga mengurangi
toksisitasnya.
b) Jenis Elektrode 6) Penghilangan polutan melalui elektroflotasi dan
Pada penelitian yang dilakukan ada 3 elektrode yang adhesi gelembung gas.
digunakan yaitu Fe, Zn, serta Al. Setiap jenis elektrode
ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Hasil Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada
terbaik pada penelitian ini di dapat pada logam Al proses elektrokoagulasi menyebabkan kotoran-kotoran
dengan penurunan TSS sebesar 95,3%, sedangkan untu yang terbentuk akan terangkat ke atas permukaan air.
Fe terjadi penurunan sebesar 94,39% dan Zn sebesar Kotoran-kotoran yang terbentuk disebut flok karena
91,96%. Penggunaan jenis elektrode ini dipengaruhi ukurannya yang relative kecil. Semakin banyak kotoran
kereaktifan logam serta pembentukan koagulan untuk yang terangkat ke atas maka ukurannya akan bertambah
mengikat kotoran yang ada. besar. Kemudian dilakukan proses pengendapan setelah
air mengalami elektrokoagulasi. Proses pengendapan
c) Waktu ini berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang
Percobaan elektrokoagulasi dengan variasi waktu 10, terbentuk.
15, 20, 25. dan 30 menit. Dalam elektrokoagulasi
semakin lama waktu proses maka penurunan parameter Bila alumunium digunakan sebagai elektroda, beberapa
pencemaran akan semakin baik. Ini juga sesuai hukum kemungkinan reaksi yang akan terjadi dalam sistem
faraday yang menyatakan semakin lama waktu proses elektrokimia adalah sebagai berikut:
maka akan semakin banyak koagulan yang terbentuk. a) Reaksi pada katoda
Semakin banyak koagulan yang terbentuk maka Pada katoda akan terjadi reaksi reduksi terhadap kation
semakin baik penurunan parameter pencemaran. (ion H+ dan ion-ion logam).
1) Ion H+ dari suatu asam dalam larutan akan
d) Jarak direduksi menjadi gas hidrogen yang akan bebas
Pada penelitiannya menggunakan variasi jarak 0,5 ,1,5 sebagai gelembung-gelembung gas.
dan 2,5 cm. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan Reaksi:
bahwa jaraak 0,5 cm memberikan hasil terbaik untuk 2H+ + 2e- → H2 (1)
penuruan parameter TSS sebesar 81,73%. Jarak 2) Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali,
memepengaruhi hambatan listrik yang alkali tanah, maka ion-ion ini tidak dapat direduksi
terbentuk,semakin besar jarak maka semakin besar dari larutan. Oleh karena itu yang akan mengalami
hambatan listrik yang terbentuk (Evy, 2011). reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas
hidrogen (H2) pada katoda.
2. Elektrodisolusi alumunium Reaksi:
2H2O + 2e- → H2(g) + 2OH- (2)
Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis
gelombang pendek. Elektrokoagulasi merupakan suatu

4

3) Ion-ion logam dalam larutan akan direduksi mikrofiltrasi atau karena lebih sedikitnya NOM yang
menjadi logamnya dan terdapat pada batang terkandung dalam air laut.
katoda.
Elekrokoagulasi dengan alumunium ternyata dapat
b) Reaksi pada anoda mengurangi colloidal fouling secara efektif selama
Pada anoda akan terjadi reaksi reaksi oksidasi terhadap mikrofiltrasi air permukaan yang mengandung NOM.
anion. Anoda logam alumunium akan teroksidasi. Gambar 3 menunjukkan perbandingan antara sebelum
Reaksi: dan sesudah dilakukan perlakuan awal elektrokimiawi
Anoda: pada air danau Houston yang dilakukan oleh Chellam,
dkk.
Al(s) + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+ + 3e- (3)

Secara kuantitatif reaksi elektrodisolusi koagulan atau


elektrodisolusi alumunium mengikuti hukum Faraday,
sesuai dengan persamaan (1).

𝑀𝑟×𝐼×𝑡
𝑚= … . (1)
𝑛×𝐹

Dimana m adalah massa total alumunium (g), Mr adalah


massa atom relative (Al = 26,98 g/mol), I adalah arus
(A), t adalah waktu (s), n adalah mol elektron yang
terlibat, dan F adalah bilangan Faraday (96.500 C/eq).

Dengan menggunakan persamaan (1) pada pengukuran


selama elektrokoagulasi air permukaan maka terbukti
bahwa terdapat 2-3 mol elektron yang ditransfer selama
elektrokoagulasi menggunakan alumunium. Gambar 3. Perbandingan flux hasil kontrol fouling
Konsentrasi koagulan yang terlarut akan meningkat pada mikrofiltrasi air permukaan danau Houston
secara linear terhadap jumlah muatan listrik yang dengan elektrokoagulasi dan elektroflotasi alumunium.
dilewatkan sesuai dengan hukum Faraday. (diadaptasi dari Gamage & Chellam, 2011)

Reaksi elektrokimia yang terjadi adalah: Air danau Houston yang diuji dalam percobaan tersebut
dilaporkan mengandung 7mg/L DOC. Seperti terlihat
Anoda : dalam gambar tersebut, fluks berkurang hingga
Al(s) → Al(III) + 3e- (4) mencapai hanya 2% dari nilai awalnya tanpa
Hidrolisis: pretreatment, yang disebabkan karena adanya fouling.
Al3+ + 3H2O → Al(OH)3(s) + 3H+ (5) Dengan elektrokoagulasi nilai fluks akhir meningkat
Katoda : menjadi 15% dari nilai awalnya, bahkan hasil yang
2H2O + 2e- → H2(g) + 2OH- (6) lebih baik diperlihatkan oleh elektroflotasi, yang
memicu fluks menjadi 27% nilai awalnya. Produk hasil
Alumunium yang terlarut akan memicu reaksi hidrolisis hidrolisis alumunium membuat foulant menjadi tidak
untuk membentuk kompleks yang bersifat sebagai asam stabil dengan mengurangi potensialnya hingga 0 mV
Bronsted-Lowry, yang cenderung mengurangi pH. Ion (Ben-Sasson & Adin, 2010). Penangkapan foulant
hidroksil yang terbentuk di katoda akan menetralkan kedalam presipitasi Al(OH)3 juga membentuk flok besar
keasaman dari produk hasil hidrolisis bahkan yang mengurangi penetrasinya ke pori membran dan
menyebabkan kenaikan pH sementara yang bergantung meningkatkan permeabilitasnya dibandingkan dengan
pada massa jenis dan lamanya elektrolisis. mikrofiltrasi tanpa pretreatment (Ben-Sasson & Adin,
2010). Dengan kata lain, elektrokoagulasi dapat
3. Kontrol fouling membran dengan mengurangi fouling internal pori membrane dan
pretreatment elektrokimia ketahanan (permeabilitas) eksternalnya.

Menggunakan elektrokoagulasi pada pretreatment air Gelembung hidrogen yang terbentuk pada katoda
laut telah diketahui dapat mengatasi fouling secara memacu interaksi hidrofobik dengan NOM yang terekat
efektif, namun tidak dengan mikrofiltrasi pada pada flok yang berimbas pada flotasi flok terlebih lagi
pengolahan air permukaan. Hal ini jelas menunjukkan pada elektrolisis yang relative lebih lama, yang dapat
ketidaksesuaian yang terjadi dari flok yang berpenetrasi mengurangi jumlah massa yang dimuat ke filter dengan
pada pori yang lebih besar pada matriks polimer melancarkan pengambangan flok (Ricordel dkk, 2010).
5

Menurut Lehninger (1982), interaksi hidrofobik Dalam sistem elektrokoagulasi dan mikrofiltrasi dengan
merupakan interaksi yang bersifat menghindari alumunium, fouing pada membran diringankan hanya
lingkungan cair dan cenderung untuk berkelompok sampai ke titik dimana dosis elektrokoagulan optimal,
bersama-sama di sebelah dalam struktur globular. Air setelah titik terdebut maka fouling akan menjadi lebih
dapat mendispersi senyawa amfipatik (senyawa dengan buruk jika koagulan terus ditambahkan (Gamage dkk,
gugus hidrofobik dan gugus hidrofilik) yang 2011). Tidak seperti kontrol fouling yang terkontrol
mempunyai gugus polar dalam molekulnya misalnya sangat baik pada dosis elektrokoagulan yang
pada asam lemak. Sebagai contoh ialah garam Na-oleat. intermediet, penghilangan kontaminan dengan sistem
Natrium oleat mempunyai rantai hidrokarbon yang yang terintegrasi tersebut secara khas akan meningkat
panjang, sehingga dapat dikatakan kecenderungan secara progresif ketika lebih banyak elektrokoagulan
untuk terdispersi dalam air sangat sukar, tetapi yang ditambahkan.
kenyataannya bahwa rantai hidrokarbon yang panjang
ini akan terdispersi di dalam air membentuk misel Hal tersebut menekankan bahwa pengintegrasian mikro
(disini air yang bersifat polar tidak melarutkan rantai dan ultrafiltrasi secara langsung dapat menghilangkan
hidrokarbon nonpolar pada asam oleat, sehingga protozoa dan bakteri lainnya bahkan tanpa perlakuan
terbentuklah misel) . Dalam hal ini, gugus karboksilnya awal karena ukuran pori membrane yang sekitar satu
yang bermuatan negatif timbul di permukaan sedangkan orde lebih kecil daripada mikroorganisme tersebut
rantai hidrokarbon yang nonpolar dan tidak larut berada (Hoek & Tarabara 2013). Secara konsekuen bahwa
dibagian dalam. Dalam bentuk misel, ada gaya tarik paper ini hanya berfokus kepada kontrol NOM, DBP,
sesamanya melalui suatu interaksi Van der Walls yakni pekursor, dan virus, yang tidak dapat terhilangkan
antara rantai hidrokarbon yang berdekatan, gaya tarik dengan baik oleh mikrofiltrasi/ultrafiltrasi sendiri
ini dikenal sebagai interaksi hidrofobik. Contoh lain selama pengolahan air.
komponen sel yang membentuk struktur nonpolar
dengan bagian hidrofobiknya tersembunyi dari air Baik alumunium maupun besi merupakan
adalah protein dan asam nukleat. elektrokoagulan yang efektif dalam memicu
penghilangan NOM (Shirasaki dkk, 2009). Sebagai
Interaksi hidrofobik dengan NOM yang terekat pada tambahan untuk pengaturan DOC, sangat penting juga
flok akan berimbas pada flotasi flok dan dapat untuk mengevaluasi absorbansi UV spesifik dari NOM.
mengurangi jumlah massa yang dimuat ke filter dengan Pada percobaan yang dilakukan oleh Chellam, dkk,
melancarkan pengambangan flok. Hal tersebut ditunjukkan melalui Gambar 4, sejumlah konsentrasi
menjelaskan fluks mikrofiltrasi yang lebih baik didapat DOC dan UV254 dalam permeat mikrofiltrasi pada
ketika hanya padatan yang tidak mengambang selama rentang dosis alumunium (0-30 mg/L) ditambahkan ke
elektrolisis yang termikrofiltrasi seperti ditunjukkan air permukaan pada dua nilai pH yaitu 6.4 dan 7.5.
oleh Gambar 3. Fluks mikrofiltrasi semakin baik ketika
flotasi terjadi selama elektrokoagulasi, karena padatan
yang termuat kedalam membran atau total massa
foulant berkurang [8].

Perlakuan elektrokimiawi dengan alumunium


menunjukkan kinerja terbaik dalam kontrol fouling
pada
(i) pH dengan solubilitas rendah (misal 6.3),
(ii) dosis intermediet yang dikarenakan efeknya yang
dapat menambah jumlah flok seiring
bertambahnya jumlah koagulan yang
ditambahkan, dan
(iii) tekanan antarmembran yang lebih rendah yang
mengompresi cake sehingga luasnya lebih kecil
[8].
Gambar 4. Perbaikan dalam penghilangan NOM yang
Bench-scale testing yang dilakukan oleh Chellam, dkk diukur sebagai DOC (a) dan UV254 (b) seperti
menyatakan bahwa dosis optimum untuk kontrol penurunan nilai absorbansi UV spesifik (c) melalui
fouling adalah pada rentang 10-15 mg Al/L untuk air elektrokoagulasi alumunium (Gamage & Chellam,
danau Houston yang diuji (Zhu dkk, 2005) 2011)

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa konsentrasi DOC


4. Perbaikan kualitas air dan nilai absorbansi UV dalam elektrokoagulasi-

6

mikrofiltrasi air terlihat berkurang dengan semakin elektrokoagulasi alumunium telah teratasi dengan
banyaknya alumunium yang ditambahkan. Terlebih melarutkan mereka pada pH yang tinggi menggunakan
lagi, seperti yang terdapat pada Gambar 4, ekstrak daging sapi. Elektrolisis alumunium tidak
penghilangan NOM lebih tinggi pada pH 6,4. Hal ini menginaktivasi virus pada kondisi dengan salinitas
karena semakin banyaknya netralisasi muatan oleh rendah seperti kondisi air pada umumnya. Namun,
produk hidrolisis Al(OH)2+ dibandingkan dengan alumunium lebih efektif daripada besi dalam
Al(OH)4− pada pH 7,5, yang membentuk kompleks menghilangkan virus dari air permukaan yang
yang tak dapat larut dan membuat NOM lebih banyak mengandung NOM. Melalui percobaan yang dilakukan
teradsorb [10]. Karena pada pH 6,4 menyebabkan oleh Chellam, dkk, hal ini dapat terlihat pada Gambar 5.
solubilitas minimum NOM yang mungkin juga menjadi Hal tersebiut juga terjadi disebabkan oleh pengendapan
lebih baik tertangkap dalam endapan Al(OH)3. Al(OH)3(s) yang sukses dan penangkapan Al(OH)3(s).
Komponen pengabsorb UV juga terhilangkan pada
tingkat yang lebih tinggi daripada DOC pada koagulasi. Selain itu, kontrol alga dan virus juga dapat
Hasil yang dapat disimpulkan dari Gambar 4 ditingkatkan dengan menggunakan ion klorida pada
menunjukkan bahwa komponen yang aromatik, Mr konsentrasi yang tinggi karena ion klorida dapat
yang lebih tinggi, dan lebih hidrofobik lebih mudah memicu inaktivasi yang berujung pada penghilangan
terhilangkan melalui elektrokoagulasi. Dari hasil dengan koagulasi (Ricordel dkk, 2010; Gao dkk, 2010)
percobaan yang dilakukan oleh Chellam, dkk, bahwa
DBP dapat dikontrol dengan mengurangi jumlah Klorin adalah senyawa yang umum digunakan sebagai
konsentrasi absolut dari prekursor organik dan juga disinfektan karena sifatnya yang reaktif, tidak stabil,
reaktivitasnya, yang terukur sebagai DOC dan UV254. dan sulit terbiodegradasi. Klorin banyak digunakan
Elektrodisinfeksi telah diperkenalkan sejak dulu dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai
menggunakan karbon, campuran oksida logam, dan Oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin
anoda stabil lainnya menggunakan air yang tidak digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada
mengandung NOM. Disinfeksi adalah metode yang pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan
menggunakan desinfektan yang dapat membunuh Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah
kuman-kuman atau mengurangi mikroorganisme menjadi Fe(III) dan Mn(III). Klorin juga diperkirakan
patogen (penyebab penyakit) yang ada dalam limbah dapat berinteraksi dengan NOM yang terdapat dalam
cair/ air limbah. Desifektan dapat berupa zat senyawa/ air, khususnya air permukaan. Oleh karena itu,
zat tertentu, atau dengan peralakuan fisik. Proses perpanjangan waktu flokulasi dibutuhkan untuk
disinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah mencapai inaktivasi yang signifikan selama
proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah elektrokoagulasi alumunium dari air permukaan
pengolahan primer, sekunder, atau tersier, sebelum (Ricordel dkk, 2010; Cañizares dkk, 2006).
limbah dibuang ke lingkungan.
Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan
Elektrodisinfeksi adalah metode disinfeksi dengan tetapi termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion
melibatkan elektrokimia. Keuntungan utama dari hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin seperti
inaktivasi elektrokimiawi adalah bahwa disinfektan in- monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2)
situ mengurangi resiko yang berkaitan dengan transport termasuk di dalamnya. Klorin dapat diperoleh dari gas
kimiawi. Inaktivasi dalam sistem yang seperti itu terjadi Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2.
melalui pembentukan oksidan (misal klorin) dan radikal Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara
bebas intermediet (Jeong dkk, 2009) amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik
aminoak di dalam air dengan klorin.
Berkebalikan dengen elektrokoagulasi yang
menggunakan anoda sakrifisial dan air permukaan yang Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan
mengandung NOM. Telah ditekankan bahwa mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan
mikrofiltrasi sendiri dapat menghilangkan lebih dari klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya
99,9999% bakteri dan protozoa karena ukuran mereka pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan
yang lebih besar dari ukuran pori membrane tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium
mikrofiltrasi. Ditambah lagi, elektrokoagulasi sendiri hipoklorit akan menaikkan alkalinitas air tersebut
memiliki efektifitas yang tinggi untuk kontrol bakteri sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium
dan alga (Gao dkk, 2010). Maka dari itu, pada hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air
pembahasan ini lebih berfokus kepada mikroorganisme yang didesinfeksi.
yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari pori
membrane mikrofiltrasi (seperti virus). Selain menjadi precursor disinfektan, ion klorida juga
menyerang lapisan pasifasi pada elektroda sakrifisial
Semua virus infektif yang terbawa oleh flok yang meningkatkan pelarutan koagulan. Hal ini dapat
dihasilkan dari koagulasi konvensional dan

7

menghasilkan pelarutan koagulan super-Faradaic yang dipertahankan oleh permukaan membran
(Noubactep dkk, 2008). mikrofiltrasi.

Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering Elektrokoagulasi mikrofiltrasi memicu pergeseran
digunakan sebagai disinfektan adalah sebagai berikut: sedikit kearah THMs dan HAAs dengan meningkatkan
ion bromida atau rasio DOC. Elektrokoagulasi juga
1. Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan secara efektif dapat mengoagulasi virus dan kemudian
bubuk. dapat dihilangkan oleh mikrofiltrasi. Lapisan cake tebal
dari flok Al(OH)3 juga dapat memperbaiki pengilangan
2. Relatif murah. virus dengan berperan sebagai membrane dinamis.
Sebagai kesimpulan, dapat dinyatakan bahwa
3. Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut penggunaan sistem terintegrasi elektrokoagulasi-
pada kadar yang tinggi (7000mg/l). mikrofiltrasi merupakan alternatif yang menjanjikan
untuk menghilangkan kontaminan air dan menjaga
4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya konsern terhadap kesehatan, selain itu juga dapat
bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak meminimalisir fouling membran.
berlebihan.
5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan Dari pembahasan tersebut, kesimpulan dapat dilihat
cara menghambat aktivitas metabolisme pada poin-poin yang lebih umum sebagai berikut.
mikroorganisme tersebut. a) Mengolah air dengan menggunakan metode yang
tepat, mampu meningkatkan produksi air bersih
yang akan menjadi sumber kebutuhan hidup yang
5. Kesimpulan penting.
b) Elektrokoagulasi akan menjadi metode yang dapat
Pada paper ini, saya lebih banyak mereview mengenai digunakan sebagai alternatif pengolahan air yang
data percobaan yang dihasilkan oleh Chellam, dkk mudah dan tidak mengandung bahan kimia yang
berdasarkan integrase elektrokoagulasi alumunium dapat membahayakan pada air.
dengan mikrofiltrasi untuk pengolahan air permukaan c) Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari
untuk air minum. Telah ditunjukkan bahwa proses elektrokimia dan proses flokulasi-koagulasi,
elektrokoagulasi alumunium secara signifikan dapat yakni gabungan antara proses fisika dan kimia.
mengurangi fouling pada mikrofiltrasi dengan memicu d) Mekanisme elektrokoagulasi yaitu dengan
pembentukan cake. mengalirkan arus listrik pada air, dengan demikian
terjadi proses elektrokimia yang akan menghasilkan
Walaupun begitu, flok alumunium dapat memadat atau reaksi reduksi dan oksidasi yang akan mengikat
terkompresi dan relatif memperburuk fouling kontaminan pada air.
mikrofiltrasi pada tekanan yang lebih tinggi lagi. Hasil e) Elektrokoagulasi memiliki kelebihan dan
lainnya juga menunjukkan bahwa terdapat perbaikan kekurangan, namun dalam hal proses, elektrolisis
yang signifikan dalam kualitas air yang dimikrofiltrasi hanya memerlukan peralatan sederhana dan mudah
menggunakan perlakuan awal elektrokoagulasi. Flok untuk dioperasikan.
Al(OH)3 dapat menyerap NOM dan precursor DBP,

Gambar 5. Elektrokoagulasi alumunium menghilangkan virus dari air permukaan (Gamage& Chellam, 2011; Ben-
Sasson & Adin, 2010)

8

Daftar Pustaka

Ben-Sasson, M. and A. Adin, Fouling mechanisms and energy appraisal in microfiltration pretreated by aluminum-
based electroflocculation. Journal of Membrane Science, 2010. 352(1-2): p. 86-94.
C. Ricordel, A. Darchen, D. Hadjiev, Electrocoagulation–electroflotation as asurface water treatment for industrial uses,
Separation and Purification Technology 74 (3) (2010) 342–347.
Cañizares, P., F. Martínez, C. Jiménez, J. Lobato, and M.A. Rodrigo, Coagulation and Electrocoagulation of
Wastes Polluted with Dyes. Environmental Science & Technology, 2006. 40(20): p. 6418-6424.
Coplin, L.S. and D. Galloway, Chapter 7. Houston-Galveston,
Texas: Managing coastal subsidene, in Land Subsidence in the United States, D. Galloway, D.R. Jones, and S.
E. Ingebritsen, Editors. 1999, U.S. Department of the Interior and U.S. Geological Survey: Reston, VA. p. 35-
48.
Delaire, C., C.M. van Genuchten, K.L. Nelson, S.E. Amrose, and A.J. Gadgil, Escherichia coli Attenuation by F
Electrocoagulation in Synthetic Bengal Groundwater: Effect of pH and Natural Organic Matter. Environmenta
Science & Technology, 2015. 49(16): p. 9945-9953.
Gamage, N.P. and S. Chellam, Aluminum electrocoagulation pretreatment reduces fouling during surface water micro
filtration. Journal of Membrane Science, 2011. 379(1-2): p. 97-105.
Gamage, N.P. and S. Chellam, Aluminum electrocoagulation pretreatment reduces fouling during surface water micro
filtration. Journal of Membrane Science, 2011. 379(1-2): p. 97-105.
Gamage, N.P., J.D. Rimer, and S. Chellam, Improvements in permeate flux by aluminum electroflotation pretreatmen
t during microfiltration of surface water. Journal of Membrane Science, 2012. 411-412: p. 45-53.
Gao, S.S., M.A. Du, J.Y. Tian, J.Y. Yang, J.X. Yang, F. Ma, and J. Nan, Effects of chloride ions on electrocoagulation-
flotation process with aluminum electrodes for algae removal. Journal of Hazardous Materials, 2010. 182(1-
3): p. 827-834.
Ghernaout, D., A. Badis, A. Kellil, and B. Ghernaout, Application of electrocoagulation in Escherichia coli cultur
and two surface waters. Desalination, 2008. 219(1–3): p. 118-125.
Ghernaout, D., M.W. Naceur, and A. Aouabed, On the dependence of chlorine by-products generated specie
formation of the electrode material and applied charge during electrochemical water treatment. Desalination
2011. 270(1-3): p. 9-22.
Harif, T., M. Khai, and A. Adin, Electrocoagulation versus chemical coagulation: Coagulation/flocculation mechanis
ms and resulting floc characteristics. Water Research, 2012. 46(10): p. 3177-3188.
Hoek, E.M.V. and V.V. Tarabara, eds. Encyclopedia of Membrane Science and Technology. 2013, John Wiley & Son
s, Inc. : New York, N.Y.
Holt, P.K., G.W. Barton, and C.A. Mitchell, The future for electrocoagulation as a localised water treatment
technology. Chemosphere, 2005. 59(3): p. 355-367.
J. Wang, J. Guan, S.R. Santiwong, T.D. Waite, Effect of aggregate characteristics under different coagulation
mechanisms on microfiltration membrane fouling, Desalination 258 (1–3) (2010) 19–27.
Jacangelo, J.G., J.M. Laine, K.E. Carns, E.W. Cummings, and J. Mallevialle, Low-pressure membrane filtration fo
removing giardia and microbial indicators. Journal American Water Works Association, 1991. 83(9): p. 97-106
Jeong, J., C. Kim, and J. Yoon, The effect of electrode material on the generation of oxidants and microbial inactivati
on in the electrochemical disinfection processes. Water Research, 2009. 43(4): p. 895-901.
Lakshmanan, D., A Systematic Study of Arsenic Removal from Drinking Water Using Coagulation-Filtration and
Electrocoagulation-Filtration., in Civil and Environmental Engineering. 2007, University of Houston: Houston,
TX.
Letterman, R.D., ed. Water Quality and Treatment: A Handbook of Community Water Supplies. 5th Edition ed. 1999,
McGraw Hill, Inc.: New York.
Noubactep, C., A. Schoner, and P. Woafo, Metallic Iron Filters for Universal Access to Safe Drinking Wate
Clean-Soil Air Water, 2009. 37(12): p. 930-937.
Ricordel, C., A. Darchen, and D. Hadjiev, Electrocoagulation electroflotation as a surface water treatment for
industrial uses. Separation and Purification Technology, 2010. 74(3): p. 342-347.
S. Chellam, J.G. Jacangelo, Existence of critical recovery and impacts of operational mode on potable water
microfiltration, Journal of Environmental Engineering 124 (12) (1998) 1211–1219.
Shirasaki, N., I. Matsushita, Y. Matsui, M. Kobuke, and K. Ohno, Comparison of removal performance of two surrog
ates for pathogenic waterborne viruses, bacteriophage Q and MS2, in a coagulation
ceramic microfiltration system. Journal of Membrane Science, 2009. 326(2): p. 564-571.

9

Shirasaki, N., T. Matsushita, Y. Matsui, and K. Ohno, Effects of reversible and irreversible membrane fouling on
virus removal by a coagulation-microfiltration system. Journal of Water Supply Research and Technology-Aqua,
2008. 57(7): p. 501-506.
United Nations. http://www.un.org/waterforlifedecade/scarcity.shtml. 2014. [diakses pada 17 Oktober 2016].
van Genuchten, C.M., A.J. Gadgil, and J. Pena, Fe(III) Nucleation in the Presence of Bivalent Cations and
Oxyanions Leads to Subnanoscale 7 angstrom Polymers. Environmental Science & Technology, 2014. 48(20):
p.
11828-11836.
van Genuchten, C.M., J. Pena, S.E. Amrose, and A.J. Gadgil, Structure of Fe(III) precipitates generated by the
electrolytic dissolution of Fe(0) in the presence of groundwater ions. Geochimica et Cosmochimica Acta, 2014.
127: p. 285-304
Wan, W., T.J. Pepping, T. Banerji, S. Chaudhari, and D.E. Giammar, Effects of water chemistry on arsenic removal
from drinking water by electrocoagulation. Water Research, 2011. 45(1): p. 384-392
Wenten, I.G. “Perkembangan Terkini di Bidang Teknologi Membran.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014.
Wenten, I.G. dkk. Teknologi Membran dalam Pengolahan Air. 2014.
Wenten, I.G., “Industri Membran dan Perkembangannya.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2015.
Wenten, I.G., “Teknologi Membran dan Aplikasinya di Indonesia.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2010.
Wenten, I.G., “Teknologi Membran: Prospek dan Tantangannya.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2015.
Wenten, I.G., A.N. Hakim, P.T.P. Aryanti. “Bioreaktor Membran untuk Pengolahan Limbah Industri.” Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung, 2014.
Wenten, I.G., and I. N. Widiasa. "Enzymatic hollow fiber membrane bioreactor for penicilin hydrolysis." Desalination
149.1 (2002): 279-285.
Wenten, I.G., K. Khoiruddin, P.T.P. Aryanti, A.N. Hakim. “Pengantar Teknologi Membran.” Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung, 2010.
Zhu, B., D.A. Clifford, and S. Chellam, Comparison of electrocoagulation and chemical coagulation pretreatmen
for enhanced virus removal using microfiltration membranes. Water Research, 2005. 39(13): p. 3098-3108.

10

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai