discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/312160621
CITATIONS READS
0 328
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Development of Polygel-based Food Dehydrator for Medicinal Plant and Food View project
All content following this page was uploaded by Dwi Ananda Gunawan on 09 January 2017.
Abstrak
Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia, flokulasi, dan koagulasi. Elektrokoagulasi
telah banyak digunakan untuk pengolahan limbah cair maupun pengolahan air itu sendiri. Elektrokoagulasi terbentuk
melalui pelarutan logam dari anoda yang kemudaian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksi dan gas
hydrogen yang dihasilkan dari katoda. Elektrokoagulasi mempunyai efisiensi yang tinggi dalam penghilanggan
kontaminan dengan biaya operasi yang relatif rendah. Hal ini dapat diintegrasikan dengan mikrofiltrasi untuk
mengatur kekeruhan air secara efektif, mikroorganisme, dan DBP (disinfeksi produk) dan secara simultan menjaga
fluks spesifik mikrofiltrasi yang tinggi. Pada jurnal ini akan dibahas mengenai penggunaan alumunium dalam
elektrokoagulasi sebagai perlakuan awal pada mikrofiltrasi yang berfokus pada mekanisme reduksi fouling dan
peningkatan penghilangan virus, NOM, dan DBP.
Mikrofiltrasi adalah proses yang mengurangi kadar Mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi merupakan teknologi
polutan dari fluida (liquid dan gas) dengan cara pemisahan dengan membrane yang telah banyak
melewatkannya pada sebuah microporous membran. digunakan dalam pengolahan air dan limbah cair karena
Membran mikrofiltrasi berukuran 0.1 sampai 1 mikron. dapat secara langsung menghilangkan berbagai, bakteri
mikroorganisme, dan kekeruhan (Heok & Tarabara, dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada
2013; Wenten, 2014). dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya
sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi
hingga mendekati 100%.
b) Metode Flokulasi
Flokulasi adalah gabungan dari partikel – partikel hasil
koagulasi menjadi pertikel yang lebih besar dan
mempunyai kecepatan mengendap yang lebih besar,
dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses
koagulasi harus diikuti flokulasi yaitu pengumpulan
koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang
mudah terendapkan atau transportasi partikel tidak
stabil, sehingga kontak antar partikel dapat terjadi.
c) Metode Adsorpsi
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan
dimana komponen dari suatu fase fluida/cairan
berpindah ke permukaan zat padat yang menjerap
(adsorban). Biasanya partikel-partikel kecil zat
penyerap dilepaskan pada adsorpi kimia, terbentuk
ikatan kuat antara penjerap dan zat yang dijerap
Gambar 1. Skematik pemisahan membran berbasis sehingga tidak mungkin terjadi proses yang bolak¬-
tekanan (Wenten dkk, 2010) balik. Pada adsopsi digunaakn istilah adsorbat dan
adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang
Ketika mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi diimplementasikan terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari
maka akan terjadi penghilangan parasit yang secara pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan
signifikan juga mengurangi konsentrasi disinfektan suatu media penjerap yang dalam hal ini biasanya
yang dibutuhkan untuk memenuhi standar mikrobiologi berbentuk padatan. Pada proses ini adsorbat menempel
air minum. Konsentrasi disinfektan yang lebih rendah dipermukaan adsorban membentuk lapisan tipis (film).
juga akan mengurangi pembentukan DBP. Oleh karena Dalam proses purifikasi air adsorban yang digunakan
itu mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi dapat mengurangi biasanya berupa karbon sehingga dikenal istilah proses
resiko mikrobiologis dan secara tak langsung juga adsorbsi karbon.
mengurangi resiko kimiawi dalam air yang kita minum.
Walaupun begitu, tetap terdapat virus dan NOM yang d) Metode Koagulasi
dapat melewati membran mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi, Koagulasi merupakan suatu proses pengolahan air
terlebih lagi mikro dan ultrafilter adalah sasaran dengan menggunakan sistem pengadukan cepat
terjadinya fouling, yang akan menyebabkan penurunan sehingga dapat mereaksikan bahan kimia (koagulan)
fluks dan meningkatkan tekanan antarmembran. secara seragam ke seluruh bagian air didalam suatu
Fouling dapat menurunkan produktivitas, namun hal ini reactor sehingga dapat membentuk flok-flok yang
dapat dihilangkan dengan memberikan perlakuan awal berukuran lebih besar dan dapat diendapkan diproses
(pretreatment) pada umpan air dalam mikrofiltrasi sedimentasi. Pada dasarnya proses koagulasi dapat
maupun ultrafiltrasi (Wenten, 2015). dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara
fisika. Koagulasi cara kimia yaitu proses penjernihan air
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam usaha dilakukan dengan memberikan penambahan bahan
mengatasi masalah fouling, yaitu metode oksidasi, kimia sebagai koagulan berbentuk garam (aluminium
metode adsorpsi, metode koagulasi, metode flokulasi, sulfat) untuk mempercepat terjadinya pembentukan
dan metode elektrokoagulasi. flok yang dapat diendapkan. Sedangkan koagulasi
secara fisika yang sering dinamakan dengan
a) Metode Oksidasi elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air
Proses penggunaan Ozon ini pertama kali secara elekrokimia dimana pada anoda terjadi pelepasan
diperkenalkan dari Perancis sebagai metode sterilisasi koagulan aktif berupa ion logam (biasanya aluminium
air minum pada tahun 1906. Aplikasi sistem ozonisasi atau besi) ke dalam larutan, sedangkan pada katoda
sering dikombinasikan dengan lampu ultaraviolet atau terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen
hydrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini (Holt et al, 2004)
akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam
air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi Saat ini, teknologi koagulasi telah lebih maju
senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya terkhususnya dalam elektrokimia sebagai alternatif
2
terhadap koagulan konvensional, yaitu dengan
elektrokoagulasi. Elekrokoagulasi sebenarnya
merupakan gabungan dari proses elektrokimia,
flokulasi, dan koagulasi. Elektrokoagulasi adalah
proses penggumpalan dan pengendapan pertikel-
partikel haus yang terdapat dalam air dengan
menggunakan energi listrik.
4
3) Ion-ion logam dalam larutan akan direduksi mikrofiltrasi atau karena lebih sedikitnya NOM yang
menjadi logamnya dan terdapat pada batang terkandung dalam air laut.
katoda.
Elekrokoagulasi dengan alumunium ternyata dapat
b) Reaksi pada anoda mengurangi colloidal fouling secara efektif selama
Pada anoda akan terjadi reaksi reaksi oksidasi terhadap mikrofiltrasi air permukaan yang mengandung NOM.
anion. Anoda logam alumunium akan teroksidasi. Gambar 3 menunjukkan perbandingan antara sebelum
Reaksi: dan sesudah dilakukan perlakuan awal elektrokimiawi
Anoda: pada air danau Houston yang dilakukan oleh Chellam,
dkk.
Al(s) + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+ + 3e- (3)
𝑀𝑟×𝐼×𝑡
𝑚= … . (1)
𝑛×𝐹
Reaksi elektrokimia yang terjadi adalah: Air danau Houston yang diuji dalam percobaan tersebut
dilaporkan mengandung 7mg/L DOC. Seperti terlihat
Anoda : dalam gambar tersebut, fluks berkurang hingga
Al(s) → Al(III) + 3e- (4) mencapai hanya 2% dari nilai awalnya tanpa
Hidrolisis: pretreatment, yang disebabkan karena adanya fouling.
Al3+ + 3H2O → Al(OH)3(s) + 3H+ (5) Dengan elektrokoagulasi nilai fluks akhir meningkat
Katoda : menjadi 15% dari nilai awalnya, bahkan hasil yang
2H2O + 2e- → H2(g) + 2OH- (6) lebih baik diperlihatkan oleh elektroflotasi, yang
memicu fluks menjadi 27% nilai awalnya. Produk hasil
Alumunium yang terlarut akan memicu reaksi hidrolisis hidrolisis alumunium membuat foulant menjadi tidak
untuk membentuk kompleks yang bersifat sebagai asam stabil dengan mengurangi potensialnya hingga 0 mV
Bronsted-Lowry, yang cenderung mengurangi pH. Ion (Ben-Sasson & Adin, 2010). Penangkapan foulant
hidroksil yang terbentuk di katoda akan menetralkan kedalam presipitasi Al(OH)3 juga membentuk flok besar
keasaman dari produk hasil hidrolisis bahkan yang mengurangi penetrasinya ke pori membran dan
menyebabkan kenaikan pH sementara yang bergantung meningkatkan permeabilitasnya dibandingkan dengan
pada massa jenis dan lamanya elektrolisis. mikrofiltrasi tanpa pretreatment (Ben-Sasson & Adin,
2010). Dengan kata lain, elektrokoagulasi dapat
3. Kontrol fouling membran dengan mengurangi fouling internal pori membrane dan
pretreatment elektrokimia ketahanan (permeabilitas) eksternalnya.
Menggunakan elektrokoagulasi pada pretreatment air Gelembung hidrogen yang terbentuk pada katoda
laut telah diketahui dapat mengatasi fouling secara memacu interaksi hidrofobik dengan NOM yang terekat
efektif, namun tidak dengan mikrofiltrasi pada pada flok yang berimbas pada flotasi flok terlebih lagi
pengolahan air permukaan. Hal ini jelas menunjukkan pada elektrolisis yang relative lebih lama, yang dapat
ketidaksesuaian yang terjadi dari flok yang berpenetrasi mengurangi jumlah massa yang dimuat ke filter dengan
pada pori yang lebih besar pada matriks polimer melancarkan pengambangan flok (Ricordel dkk, 2010).
5
Menurut Lehninger (1982), interaksi hidrofobik Dalam sistem elektrokoagulasi dan mikrofiltrasi dengan
merupakan interaksi yang bersifat menghindari alumunium, fouing pada membran diringankan hanya
lingkungan cair dan cenderung untuk berkelompok sampai ke titik dimana dosis elektrokoagulan optimal,
bersama-sama di sebelah dalam struktur globular. Air setelah titik terdebut maka fouling akan menjadi lebih
dapat mendispersi senyawa amfipatik (senyawa dengan buruk jika koagulan terus ditambahkan (Gamage dkk,
gugus hidrofobik dan gugus hidrofilik) yang 2011). Tidak seperti kontrol fouling yang terkontrol
mempunyai gugus polar dalam molekulnya misalnya sangat baik pada dosis elektrokoagulan yang
pada asam lemak. Sebagai contoh ialah garam Na-oleat. intermediet, penghilangan kontaminan dengan sistem
Natrium oleat mempunyai rantai hidrokarbon yang yang terintegrasi tersebut secara khas akan meningkat
panjang, sehingga dapat dikatakan kecenderungan secara progresif ketika lebih banyak elektrokoagulan
untuk terdispersi dalam air sangat sukar, tetapi yang ditambahkan.
kenyataannya bahwa rantai hidrokarbon yang panjang
ini akan terdispersi di dalam air membentuk misel Hal tersebut menekankan bahwa pengintegrasian mikro
(disini air yang bersifat polar tidak melarutkan rantai dan ultrafiltrasi secara langsung dapat menghilangkan
hidrokarbon nonpolar pada asam oleat, sehingga protozoa dan bakteri lainnya bahkan tanpa perlakuan
terbentuklah misel) . Dalam hal ini, gugus karboksilnya awal karena ukuran pori membrane yang sekitar satu
yang bermuatan negatif timbul di permukaan sedangkan orde lebih kecil daripada mikroorganisme tersebut
rantai hidrokarbon yang nonpolar dan tidak larut berada (Hoek & Tarabara 2013). Secara konsekuen bahwa
dibagian dalam. Dalam bentuk misel, ada gaya tarik paper ini hanya berfokus kepada kontrol NOM, DBP,
sesamanya melalui suatu interaksi Van der Walls yakni pekursor, dan virus, yang tidak dapat terhilangkan
antara rantai hidrokarbon yang berdekatan, gaya tarik dengan baik oleh mikrofiltrasi/ultrafiltrasi sendiri
ini dikenal sebagai interaksi hidrofobik. Contoh lain selama pengolahan air.
komponen sel yang membentuk struktur nonpolar
dengan bagian hidrofobiknya tersembunyi dari air Baik alumunium maupun besi merupakan
adalah protein dan asam nukleat. elektrokoagulan yang efektif dalam memicu
penghilangan NOM (Shirasaki dkk, 2009). Sebagai
Interaksi hidrofobik dengan NOM yang terekat pada tambahan untuk pengaturan DOC, sangat penting juga
flok akan berimbas pada flotasi flok dan dapat untuk mengevaluasi absorbansi UV spesifik dari NOM.
mengurangi jumlah massa yang dimuat ke filter dengan Pada percobaan yang dilakukan oleh Chellam, dkk,
melancarkan pengambangan flok. Hal tersebut ditunjukkan melalui Gambar 4, sejumlah konsentrasi
menjelaskan fluks mikrofiltrasi yang lebih baik didapat DOC dan UV254 dalam permeat mikrofiltrasi pada
ketika hanya padatan yang tidak mengambang selama rentang dosis alumunium (0-30 mg/L) ditambahkan ke
elektrolisis yang termikrofiltrasi seperti ditunjukkan air permukaan pada dua nilai pH yaitu 6.4 dan 7.5.
oleh Gambar 3. Fluks mikrofiltrasi semakin baik ketika
flotasi terjadi selama elektrokoagulasi, karena padatan
yang termuat kedalam membran atau total massa
foulant berkurang [8].
6
mikrofiltrasi air terlihat berkurang dengan semakin elektrokoagulasi alumunium telah teratasi dengan
banyaknya alumunium yang ditambahkan. Terlebih melarutkan mereka pada pH yang tinggi menggunakan
lagi, seperti yang terdapat pada Gambar 4, ekstrak daging sapi. Elektrolisis alumunium tidak
penghilangan NOM lebih tinggi pada pH 6,4. Hal ini menginaktivasi virus pada kondisi dengan salinitas
karena semakin banyaknya netralisasi muatan oleh rendah seperti kondisi air pada umumnya. Namun,
produk hidrolisis Al(OH)2+ dibandingkan dengan alumunium lebih efektif daripada besi dalam
Al(OH)4− pada pH 7,5, yang membentuk kompleks menghilangkan virus dari air permukaan yang
yang tak dapat larut dan membuat NOM lebih banyak mengandung NOM. Melalui percobaan yang dilakukan
teradsorb [10]. Karena pada pH 6,4 menyebabkan oleh Chellam, dkk, hal ini dapat terlihat pada Gambar 5.
solubilitas minimum NOM yang mungkin juga menjadi Hal tersebiut juga terjadi disebabkan oleh pengendapan
lebih baik tertangkap dalam endapan Al(OH)3. Al(OH)3(s) yang sukses dan penangkapan Al(OH)3(s).
Komponen pengabsorb UV juga terhilangkan pada
tingkat yang lebih tinggi daripada DOC pada koagulasi. Selain itu, kontrol alga dan virus juga dapat
Hasil yang dapat disimpulkan dari Gambar 4 ditingkatkan dengan menggunakan ion klorida pada
menunjukkan bahwa komponen yang aromatik, Mr konsentrasi yang tinggi karena ion klorida dapat
yang lebih tinggi, dan lebih hidrofobik lebih mudah memicu inaktivasi yang berujung pada penghilangan
terhilangkan melalui elektrokoagulasi. Dari hasil dengan koagulasi (Ricordel dkk, 2010; Gao dkk, 2010)
percobaan yang dilakukan oleh Chellam, dkk, bahwa
DBP dapat dikontrol dengan mengurangi jumlah Klorin adalah senyawa yang umum digunakan sebagai
konsentrasi absolut dari prekursor organik dan juga disinfektan karena sifatnya yang reaktif, tidak stabil,
reaktivitasnya, yang terukur sebagai DOC dan UV254. dan sulit terbiodegradasi. Klorin banyak digunakan
Elektrodisinfeksi telah diperkenalkan sejak dulu dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai
menggunakan karbon, campuran oksida logam, dan Oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin
anoda stabil lainnya menggunakan air yang tidak digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa pada
mengandung NOM. Disinfeksi adalah metode yang pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan
menggunakan desinfektan yang dapat membunuh Mn(II) yang banyak terkandung dalam air tanah
kuman-kuman atau mengurangi mikroorganisme menjadi Fe(III) dan Mn(III). Klorin juga diperkirakan
patogen (penyebab penyakit) yang ada dalam limbah dapat berinteraksi dengan NOM yang terdapat dalam
cair/ air limbah. Desifektan dapat berupa zat senyawa/ air, khususnya air permukaan. Oleh karena itu,
zat tertentu, atau dengan peralakuan fisik. Proses perpanjangan waktu flokulasi dibutuhkan untuk
disinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah mencapai inaktivasi yang signifikan selama
proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah elektrokoagulasi alumunium dari air permukaan
pengolahan primer, sekunder, atau tersier, sebelum (Ricordel dkk, 2010; Cañizares dkk, 2006).
limbah dibuang ke lingkungan.
Yang dimaksud dengan klorin tidak hanya Cl2 saja akan
Elektrodisinfeksi adalah metode disinfeksi dengan tetapi termasuk pula asam hipoklorit (HOCl) dan ion
melibatkan elektrokimia. Keuntungan utama dari hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin seperti
inaktivasi elektrokimiawi adalah bahwa disinfektan in- monokloramin (NH2Cl) dan dikloramin (NHCl2)
situ mengurangi resiko yang berkaitan dengan transport termasuk di dalamnya. Klorin dapat diperoleh dari gas
kimiawi. Inaktivasi dalam sistem yang seperti itu terjadi Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2.
melalui pembentukan oksidan (misal klorin) dan radikal Kloramin terbentuk karena adanya reaksi antara
bebas intermediet (Jeong dkk, 2009) amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik
aminoak di dalam air dengan klorin.
Berkebalikan dengen elektrokoagulasi yang
menggunakan anoda sakrifisial dan air permukaan yang Bentuk desinfektan yang ditambahkan akan
mengandung NOM. Telah ditekankan bahwa mempengaruhi kualitas yang didesinfeksi. Penambahan
mikrofiltrasi sendiri dapat menghilangkan lebih dari klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya
99,9999% bakteri dan protozoa karena ukuran mereka pH air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan
yang lebih besar dari ukuran pori membrane tetapi penambahan klorin dalam bentuk natrium
mikrofiltrasi. Ditambah lagi, elektrokoagulasi sendiri hipoklorit akan menaikkan alkalinitas air tersebut
memiliki efektifitas yang tinggi untuk kontrol bakteri sehingga pH akan lebih besar. Sedangkan kalsium
dan alga (Gao dkk, 2010). Maka dari itu, pada hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air
pembahasan ini lebih berfokus kepada mikroorganisme yang didesinfeksi.
yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari pori
membrane mikrofiltrasi (seperti virus). Selain menjadi precursor disinfektan, ion klorida juga
menyerang lapisan pasifasi pada elektroda sakrifisial
Semua virus infektif yang terbawa oleh flok yang meningkatkan pelarutan koagulan. Hal ini dapat
dihasilkan dari koagulasi konvensional dan
7
menghasilkan pelarutan koagulan super-Faradaic yang dipertahankan oleh permukaan membran
(Noubactep dkk, 2008). mikrofiltrasi.
Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering Elektrokoagulasi mikrofiltrasi memicu pergeseran
digunakan sebagai disinfektan adalah sebagai berikut: sedikit kearah THMs dan HAAs dengan meningkatkan
ion bromida atau rasio DOC. Elektrokoagulasi juga
1. Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan secara efektif dapat mengoagulasi virus dan kemudian
bubuk. dapat dihilangkan oleh mikrofiltrasi. Lapisan cake tebal
dari flok Al(OH)3 juga dapat memperbaiki pengilangan
2. Relatif murah. virus dengan berperan sebagai membrane dinamis.
Sebagai kesimpulan, dapat dinyatakan bahwa
3. Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut penggunaan sistem terintegrasi elektrokoagulasi-
pada kadar yang tinggi (7000mg/l). mikrofiltrasi merupakan alternatif yang menjanjikan
untuk menghilangkan kontaminan air dan menjaga
4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya konsern terhadap kesehatan, selain itu juga dapat
bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak meminimalisir fouling membran.
berlebihan.
5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan Dari pembahasan tersebut, kesimpulan dapat dilihat
cara menghambat aktivitas metabolisme pada poin-poin yang lebih umum sebagai berikut.
mikroorganisme tersebut. a) Mengolah air dengan menggunakan metode yang
tepat, mampu meningkatkan produksi air bersih
yang akan menjadi sumber kebutuhan hidup yang
5. Kesimpulan penting.
b) Elektrokoagulasi akan menjadi metode yang dapat
Pada paper ini, saya lebih banyak mereview mengenai digunakan sebagai alternatif pengolahan air yang
data percobaan yang dihasilkan oleh Chellam, dkk mudah dan tidak mengandung bahan kimia yang
berdasarkan integrase elektrokoagulasi alumunium dapat membahayakan pada air.
dengan mikrofiltrasi untuk pengolahan air permukaan c) Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari
untuk air minum. Telah ditunjukkan bahwa proses elektrokimia dan proses flokulasi-koagulasi,
elektrokoagulasi alumunium secara signifikan dapat yakni gabungan antara proses fisika dan kimia.
mengurangi fouling pada mikrofiltrasi dengan memicu d) Mekanisme elektrokoagulasi yaitu dengan
pembentukan cake. mengalirkan arus listrik pada air, dengan demikian
terjadi proses elektrokimia yang akan menghasilkan
Walaupun begitu, flok alumunium dapat memadat atau reaksi reduksi dan oksidasi yang akan mengikat
terkompresi dan relatif memperburuk fouling kontaminan pada air.
mikrofiltrasi pada tekanan yang lebih tinggi lagi. Hasil e) Elektrokoagulasi memiliki kelebihan dan
lainnya juga menunjukkan bahwa terdapat perbaikan kekurangan, namun dalam hal proses, elektrolisis
yang signifikan dalam kualitas air yang dimikrofiltrasi hanya memerlukan peralatan sederhana dan mudah
menggunakan perlakuan awal elektrokoagulasi. Flok untuk dioperasikan.
Al(OH)3 dapat menyerap NOM dan precursor DBP,
Gambar 5. Elektrokoagulasi alumunium menghilangkan virus dari air permukaan (Gamage& Chellam, 2011; Ben-
Sasson & Adin, 2010)
8
Daftar Pustaka
Ben-Sasson, M. and A. Adin, Fouling mechanisms and energy appraisal in microfiltration pretreated by aluminum-
based electroflocculation. Journal of Membrane Science, 2010. 352(1-2): p. 86-94.
C. Ricordel, A. Darchen, D. Hadjiev, Electrocoagulation–electroflotation as asurface water treatment for industrial uses,
Separation and Purification Technology 74 (3) (2010) 342–347.
Cañizares, P., F. Martínez, C. Jiménez, J. Lobato, and M.A. Rodrigo, Coagulation and Electrocoagulation of
Wastes Polluted with Dyes. Environmental Science & Technology, 2006. 40(20): p. 6418-6424.
Coplin, L.S. and D. Galloway, Chapter 7. Houston-Galveston,
Texas: Managing coastal subsidene, in Land Subsidence in the United States, D. Galloway, D.R. Jones, and S.
E. Ingebritsen, Editors. 1999, U.S. Department of the Interior and U.S. Geological Survey: Reston, VA. p. 35-
48.
Delaire, C., C.M. van Genuchten, K.L. Nelson, S.E. Amrose, and A.J. Gadgil, Escherichia coli Attenuation by F
Electrocoagulation in Synthetic Bengal Groundwater: Effect of pH and Natural Organic Matter. Environmenta
Science & Technology, 2015. 49(16): p. 9945-9953.
Gamage, N.P. and S. Chellam, Aluminum electrocoagulation pretreatment reduces fouling during surface water micro
filtration. Journal of Membrane Science, 2011. 379(1-2): p. 97-105.
Gamage, N.P. and S. Chellam, Aluminum electrocoagulation pretreatment reduces fouling during surface water micro
filtration. Journal of Membrane Science, 2011. 379(1-2): p. 97-105.
Gamage, N.P., J.D. Rimer, and S. Chellam, Improvements in permeate flux by aluminum electroflotation pretreatmen
t during microfiltration of surface water. Journal of Membrane Science, 2012. 411-412: p. 45-53.
Gao, S.S., M.A. Du, J.Y. Tian, J.Y. Yang, J.X. Yang, F. Ma, and J. Nan, Effects of chloride ions on electrocoagulation-
flotation process with aluminum electrodes for algae removal. Journal of Hazardous Materials, 2010. 182(1-
3): p. 827-834.
Ghernaout, D., A. Badis, A. Kellil, and B. Ghernaout, Application of electrocoagulation in Escherichia coli cultur
and two surface waters. Desalination, 2008. 219(1–3): p. 118-125.
Ghernaout, D., M.W. Naceur, and A. Aouabed, On the dependence of chlorine by-products generated specie
formation of the electrode material and applied charge during electrochemical water treatment. Desalination
2011. 270(1-3): p. 9-22.
Harif, T., M. Khai, and A. Adin, Electrocoagulation versus chemical coagulation: Coagulation/flocculation mechanis
ms and resulting floc characteristics. Water Research, 2012. 46(10): p. 3177-3188.
Hoek, E.M.V. and V.V. Tarabara, eds. Encyclopedia of Membrane Science and Technology. 2013, John Wiley & Son
s, Inc. : New York, N.Y.
Holt, P.K., G.W. Barton, and C.A. Mitchell, The future for electrocoagulation as a localised water treatment
technology. Chemosphere, 2005. 59(3): p. 355-367.
J. Wang, J. Guan, S.R. Santiwong, T.D. Waite, Effect of aggregate characteristics under different coagulation
mechanisms on microfiltration membrane fouling, Desalination 258 (1–3) (2010) 19–27.
Jacangelo, J.G., J.M. Laine, K.E. Carns, E.W. Cummings, and J. Mallevialle, Low-pressure membrane filtration fo
removing giardia and microbial indicators. Journal American Water Works Association, 1991. 83(9): p. 97-106
Jeong, J., C. Kim, and J. Yoon, The effect of electrode material on the generation of oxidants and microbial inactivati
on in the electrochemical disinfection processes. Water Research, 2009. 43(4): p. 895-901.
Lakshmanan, D., A Systematic Study of Arsenic Removal from Drinking Water Using Coagulation-Filtration and
Electrocoagulation-Filtration., in Civil and Environmental Engineering. 2007, University of Houston: Houston,
TX.
Letterman, R.D., ed. Water Quality and Treatment: A Handbook of Community Water Supplies. 5th Edition ed. 1999,
McGraw Hill, Inc.: New York.
Noubactep, C., A. Schoner, and P. Woafo, Metallic Iron Filters for Universal Access to Safe Drinking Wate
Clean-Soil Air Water, 2009. 37(12): p. 930-937.
Ricordel, C., A. Darchen, and D. Hadjiev, Electrocoagulation electroflotation as a surface water treatment for
industrial uses. Separation and Purification Technology, 2010. 74(3): p. 342-347.
S. Chellam, J.G. Jacangelo, Existence of critical recovery and impacts of operational mode on potable water
microfiltration, Journal of Environmental Engineering 124 (12) (1998) 1211–1219.
Shirasaki, N., I. Matsushita, Y. Matsui, M. Kobuke, and K. Ohno, Comparison of removal performance of two surrog
ates for pathogenic waterborne viruses, bacteriophage Q and MS2, in a coagulation
ceramic microfiltration system. Journal of Membrane Science, 2009. 326(2): p. 564-571.
9
Shirasaki, N., T. Matsushita, Y. Matsui, and K. Ohno, Effects of reversible and irreversible membrane fouling on
virus removal by a coagulation-microfiltration system. Journal of Water Supply Research and Technology-Aqua,
2008. 57(7): p. 501-506.
United Nations. http://www.un.org/waterforlifedecade/scarcity.shtml. 2014. [diakses pada 17 Oktober 2016].
van Genuchten, C.M., A.J. Gadgil, and J. Pena, Fe(III) Nucleation in the Presence of Bivalent Cations and
Oxyanions Leads to Subnanoscale 7 angstrom Polymers. Environmental Science & Technology, 2014. 48(20):
p.
11828-11836.
van Genuchten, C.M., J. Pena, S.E. Amrose, and A.J. Gadgil, Structure of Fe(III) precipitates generated by the
electrolytic dissolution of Fe(0) in the presence of groundwater ions. Geochimica et Cosmochimica Acta, 2014.
127: p. 285-304
Wan, W., T.J. Pepping, T. Banerji, S. Chaudhari, and D.E. Giammar, Effects of water chemistry on arsenic removal
from drinking water by electrocoagulation. Water Research, 2011. 45(1): p. 384-392
Wenten, I.G. “Perkembangan Terkini di Bidang Teknologi Membran.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014.
Wenten, I.G. dkk. Teknologi Membran dalam Pengolahan Air. 2014.
Wenten, I.G., “Industri Membran dan Perkembangannya.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2015.
Wenten, I.G., “Teknologi Membran dan Aplikasinya di Indonesia.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2010.
Wenten, I.G., “Teknologi Membran: Prospek dan Tantangannya.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2015.
Wenten, I.G., A.N. Hakim, P.T.P. Aryanti. “Bioreaktor Membran untuk Pengolahan Limbah Industri.” Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung, 2014.
Wenten, I.G., and I. N. Widiasa. "Enzymatic hollow fiber membrane bioreactor for penicilin hydrolysis." Desalination
149.1 (2002): 279-285.
Wenten, I.G., K. Khoiruddin, P.T.P. Aryanti, A.N. Hakim. “Pengantar Teknologi Membran.” Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung, 2010.
Zhu, B., D.A. Clifford, and S. Chellam, Comparison of electrocoagulation and chemical coagulation pretreatmen
for enhanced virus removal using microfiltration membranes. Water Research, 2005. 39(13): p. 3098-3108.
10