Anda di halaman 1dari 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/287647501

Teknologi Pengolahan Air Gambut

Article December 2015

CITATIONS READS

0 294

1 author:

Hilman Dzulkhairi
Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hilman Dzulkhairi on 22 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Teknologi Pengolahan Air Gambut
Hilman Dzulkhairi*

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung


Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia
Corresponding Author: hilman.dzulkhairi@students.itb.ac.id

Abstrak
Daerah gambut memiliki kandungan air yang memiliki warna yang keruh, tingkat keasaman dan zat
organik yang tinggi. Air gambut diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu agar dapat menjadi
air bersih dan digunakan untuk keperluan manusia. Metode pengolahan yang dapat dilakukan
diantaranya adalah metode konvensional (flokulasi dan koagulasi), absorpsi, dan teknologi filtrasi
dengan membran. Reverse osmosis menjadi pilihan yang cukup baik dari ketiga metode tersebut
karena dapat menghasilkan air olahan dengan warna sekitar 5 TCU dan zat organik 0.78 mh/L.
Sedangkan metode absorpsi dengan kombinasi CSMZ, GAC, dan batu kapur hanya menghasilkan air
olahan dengan warna 12 TCU dan zat organik 0 mg/L. Dan metode konvensional menghasilkan air
olahan dengan warna 17 TCU dan zat organik 3.92 mg/L. Fouling yang terjadi pada sistem RO dapat
diatasi dengen metode konvensional dan membrane Microfiltration atau Ultrafiltration. Penggunaan
membrane MF/UF menjadi pilihan yang terbaik karena tidak membutuhkan bahan kimia yang besar
dan pengeluaran biaya operasi pada sistem RO dapat lebih rendah. Biaya operasi lebih rendah
disebabkan karena rendahnya potensi terbentuknya fouling sehingga sistem RO dapat bekerja
optimal.
Kata kunci : absorbsi, flokulasi, fouling, koagulasi, microfiltration, ultrafiltration, reverse osmosis

1. Pendahuluan air gambut agar menjadi air bersih (Nusa


dkk, BPPT).
Air merupakan kebutuhan pokok manusia.
Gambut terbentuk dari akumulasi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
tanaman berbahan organik pada kondisi
selalu memerlukan air terutama untuk
rawa yang stagnan, sehingga proses
minum, masak, mandi, mencuci dan
dekomposisi lambat dan terdapat
sebagainya. Pemenuhan kebutuhan air
akumulasi bahan organik. Bahan organik
bersih sudah menjadi masalah yang sangat
tersebut adalah asam humat dan asam
umum. Di daerah-daerah yang belum
fulvat. Tanah gambut adalah asam dan
mendapatkan pelayanan air bersih,
mengandung kation seperti Fe dan Mn.
biasanya menggunakan air sumur galian,
(Mirna dkk, ITS).
air sungai yang kadang air yang
digunakan tidak memenuhi standar air Air gambut dapat mengganggu kesehatan
bersih. Daerah yang bergambut atau rawa jika dikonsumsi namun merupakan
biasanya mengandung air berwarna sumber air yang potensial karena
coklat, berkadar asam humus, zat organik, ketersediaannya. Keasaman air yang
dan besi yang tinggi.untuk sumur yang tinggi dapat merusak gigi dan
dangkal sedangkan sumur yang agak menyebabkan sakit perut jika dikonsumsi.
dalam air berwarna jernih dan memiliki Sementara tingginya kandungan organik
kandungan besi dan mangan yang tinggi. dari air gambut dapat menyebabkan bau
Oleh karena itu diperlukan sistem (Wenten, 2010).
pengolahan air untuk mengatasi kondisi
Hilman Dzulkhairi, Teknologi Pengolahan Air Gambut, 2015, xx-xx 2

Akibat dari keasaman dan tingginya yang tidak dapat diendapkan secara
konsentrasi bahan organik dari air gravitasi, menjadi partikel yang lebih
gambut, diperlukan treatment yang besar sehingga dapat diendapkan dengan
selektif dari air gambut untuk keperluan jalan penambahan bahan koagulasi.
air bersih. Saat ini, sudah banyak metode Koagulasi dilakukan dengan pembubuhan
yang telah dibuat dan dibuktikan bahan koagulan ke dalam air baku,
keefektifan dari treating air baku seperti sehingga kotoran yang berupa koloid
koagulasi dan flokulasi, absorbsi, filtrasi, maupun suspensi yang ada di dalamnya
dan kombinasi. Pertimbangan dalam menggumpal dan mudah diendapkan.
menentukan metode yang cocok untuk Kotoran yang berupa koloid maupun
kondisi air gambut sangat penting dan suspensi halus, yaitu zat warna organik,
metode yang memungkinkan cukup lumpur halus, bakteri, dan algae serta
mudah untuk dilakukan dalam lainnya tidak dapat mengendap karena
menghasilkan air dengan kualitas yang partikelnya yang sangat halus. Selain itu
tinggi pada lokasi tertentu (Syafalni dkk, partikel-partikel kotoran tersebut
2013). umumnya mempunyai kelebihan muatan
elektron negatif sehingga terjadi tolak-
Penulis mencoba menjabarkan metode- menolak partikel yang menyebabkan sulit
metode yang digunakan dalam mengendap. Oleh karena itu, koagulasi
pengolahan air gambut dan dapat berjalan dengan baik apabila
menyimpulkan metode yang cukup baik penyebabnya dapat dihilangkan yaitu
dalam mengolah air gambut. dengan netralisasi kelebihan muatan
negatif partikel kotoran. Netralisasi
tersebut dapat dilakukan dengan cara
pembubuhan bahan koagulan yaitu bahan
2. Karakteristik Air Gambut atau alat yang mempunyai kemampuan
netralisir muatan negatif partikel kotoran
Air gambut merupakan air permukaan dan kemampuan mengikat partikel-
yang berasal dari daerah dengan kondisi partikel tersebut. Pemilihan bahan
tanah bergambut. Di Indonesia, air koagulan harus berdasarkan pertimbangan
tersebut banyak kita jumpai di daerah antara lain : jumlah kualitas air yang akan
Kalimantan dan Sumatra. Air gambut di olah, kekeruhan air baku, metode
memiliki ciri-ciri intensitas warna yang filtrasi serta sistem pembuangan lumpur
tinggi, tingkat keasaman rendah dan endapan. Untuk pengolahan air gambut
kandungan zat organik yang tinggi. Warna beberapa bahan koagulan beberapa zat
coklat kemerahan dan rendahnya tingkat koagulan yang umum dipakai antara lain
keasaman pada air gambut merupakan adalah aluminium sulfat atau tawas dan
akibat dari tingginya kandungan zat Poly Aluminium Chloride (PAC). Hal ini
organik yang terdapat didalamnya. Zat-zat disebabkan karena harganya relatif murah,
organik tersebut biasanya biasanya dalam mudah didapat dan hasilnya cukup baik
bentuk asam humus yang berasal dari (Nusa dkk, BPPT).
dekomposisi bahan organik seperti daun,
pohon atau kayu. Flokulasi adalah kelanjutan dari proses
koagulasi yaitu proses terjadinya
gumpalan kotoran atau flok akibat
3. Metode Pengolahan Air Gambut pembubuhan koagulan. Untuk
mendapatkan flok yang besar dan
kuat(stabil) perlu dilakukan pengadukan
A). Proses Konvensional (koagulasi dan lambat. Pengadukan yang cepat dilakukan
flokulasi) merupakan proses segera setelah pembubuhan koagulan agar
penggumpalan partikel-partikel halus
Hilman Dzulkhairi, Teknologi Pengolahan Air Gambut, 2015, xx-xx 3

zat koagulan dapat tercampur dengan biasanya bermuatan negatif dan sukar
cepat, sedangkan pengadukan lambat mengendap karena adanya gaya tolak
dilakukan untuk memberikan kesempatan menolak antar partikel koloid tersebut.
agar gumpalan partikel kotoran yang Dengan adanya hidroksida aluminium
terjadi tumbuh menjadi besar dan kuat yang bermuatan positif makan akan
sehingga mudah atau cepat mengendap terjadi tarik menarik antara partikel koloid
(Nusa dkk, BPPT). Dalam metode yang bermuatan negatif dengan partikel
konvensional dibutuhkan bahan kimia aluminium hidroksida yang bermuatan
yang cukup banyak, sedangkan untuk positif sehingga terbentuk gumpalan
sistem mebrane MF/UF tidak partikel yang makin lama makin besar dan
membutuhkan bahan kimia yang terlalu berat dan cepat mengendap. Selain
banyak. Kebutuhan energi pada proses partikel-partikel koloid juga partikel zat
pretreatment dalam sistem membrane organic tersuspensi, zat anorgaik, bakteri
MF/UF lebih besar dibandingkan metode dan mikroorganisme yang lain dapat
konvensional. Kebutuhan pompa untuk bersama-sama membentuk gumpalan
melewatkan air melalui membrane itu partikel yang akan mengendap bersama-
bergantung dari membrane dan kualitas sama. Jika alkalinitas air baku tidak cukup
dari air baku. Metode MF/UF dapat untuk dapat bereaksi dengan alum makan
menghasilkan hasil yang baik dengan dapat ditambahkan kapur atau soda abu
pengeluaran yang kecil jika dibandingkan agar reaksi dapat berjalan baik (Nusa dkk,
dengan metode konvensional yang dapat BPPT).
mengurangi kemampuan sistem RO
karena rendahnya flux dan terbentuknya Selain aluminium sulfat, bahan koagulan
fouling (Wenten dkk, 2013). lain yang digunakan adalah Poly
Aluminium Chloride (PAC). PAC
Pada proses koagulasi dan flokulasi merupakan bentuk polimerisasi
digunakan bahan koagulan yang kondensasi dari garam aluminium
merupakan zat kimia. Penentuan dosis berbentuk cair dan merupakan koagulan
bahan koagulan dan kondisi operasi dari yang sangat baik. Mempunyai dosis yang
proses koagulasi dan flokulasi merupakan bervariasi dan sedikit menurunkan
hal sangat penting karena jika tidak sesuai alkalinitas. Daya koagulasinya lebih besar
dapat menghasilkan hasil samping dari dan pada alum dan dapat menghasilkan
pencampuran bahan koagulan tersebut. flok yang stabil walaupun pada suhu yang
Pada proses ini biasanya digunakan rendah serta pengerjaannya pun mudah.
aluminium sulfat sebagai bahan koagulan. Dibandingkan dengan aluminium sulfat,
Akhir-akhir ini alum cair banyak PAC mempunyai beberapa kelebihan
digunakan karena cara pengerjaannya yakni kecepatan pembentukan floknya
maupun transportasinya mudah. Tetapi cepat dan flok yang dihasilkan
pada suhu yang rendah dan konsentrasi mempunyai kecepatan pengendapan yang
tinggi akan terjadi pengkristalan Al2O3 besar dan dapat menghasilkan flok yang
yang menyebabkan penyumbatan pada baik meskipun pada suhu rendah. Dari
perpipaan. Oleh karena itu konsentrasi segi teknik dan ekonomi, alum biasanya
yang digunakan harus diatur pada dipakai pada saat kondisi air baku yang
konsentrasi tertentu. Garam aluminium normal sedangkan PAC dipakain pada
sulfat jika ditambahkan kedalam air saat temperatur rendah atau pada saat
dengan mudah akan larut dan bereaksi kekeruhan air baku yang sangat tinggi
dengan HCO3- menghasilkan aluminium (Nusa dkk, BPPT).
hdroksida yang mempunyai muatan
positif. Sementra itu partikel-partikel Jika kondisi kekeruhan air baku tinggi,
koloidal yang terdapat dalam air baku diperlukan bahan koagulan pembantu
Hilman Dzulkhairi, Teknologi Pengolahan Air Gambut, 2015, xx-xx 4

untuk mengatasi pembentukan flok yang dilakukan. Zulfikar dkk telah melakukan
kurang baik. Pemilihan bahan ini harus eksperimen dalam mensintesis Chitosan
dapat menghasilkan flok yang baik/stabil Silica Composites (CSC) yang dapat
dan tidak berbahaya ditinjau dari segi digunakan sebagai absorben dalam
kesehatan. Disamping itu juga harus pengolahan air gambut. Hasil dari
ekonomis serta pengerjaannya mudah. penelitiannya menunjukkan bahwa
Contoh bahan koagulan pembantu yang absorpsi asam humat meningkat dengan
sering digunakan adalah silika aktif. meningkatkan waktu kontak dan suhu.
(Nusa dkk, BPPT). Kondisi dengan pH asam sangat baik
dalam absorpsi asam humat dari air
Pada proses ini biasa digunakan alat-alat gambut. Syafalni dkk juga menggunakan
dan bahan penunjang dalam pengolahan metode absorpsi dalam pengolahan air
air gambut menjadi air bersih diantaranya gambut. Dalam penelitiannya digunakan
adalah bak pencampur cepat untuk proses beberapa absorben diantara adalah batu
koagulasi dan flokulasi, alat filtrasi kapur, Granular Actvated Carbon (GAC),
kaporit dan kapur untuk proses netralisasi dan Cationic Surfactant Modified Zeolite
pH, bak penampungan untuk proses aerasi (CSMZ). Kondisi optimum untuk
dan pompa. Berikut hasil data yang telah menghilangkan warna, COD dan
dilakukan Nusa dkk dalam mengolah air turbiditas dari semua absorben telah
gambut di Kalimantan Tengah. teramati pada kondisi asam dengan nilai
pH sekitar 2-4. Ketiga jenis absorben
tersebut dikombinasikan dan
menghasilkan hasil optimal dalam proses
Tabel 1. Hasil Kualitas Pengolahan Air absorpsi dengan urutan layer pertama
Gambut dengan Metode Konvensional CSMZ, layer kedua GAC, dan layer
(Nusa dkk, BPPT) ketiga batu kapur.

No Parameter Unit Air Air Pada penelitian Zulfikar dkk digunakan


Baku Olahan chitosan silican composites sebagai
absorben dari pengolahan air gambut.
1 Warna TCU 125 17 Pada penelitian tersebut absorben ini
memiliki nilai absorption capacity
2 Zat Mg/l 14.54 3.92 sebesar 120.2. Nilai tersebut cukup baik
Organik untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
pemilihan material ini sebagai absorben
dalam pengolahan air gambut. Akan tetapi
data mengenai warna dan zat organik
sebelum dan sesudah pengolahan tidak
ditampilkan.
B). Absorpsi atau penyerapan dalam Pada penelitian kedua yang menggunakan
kimia adalah suatu fenomena fisik atau teknik absorbsi dalam mengolah air
kimiawi atau suatu proses sewaktu atom, gambut, Syalfani dkk menggunakan
molekul, atau ion memasuki suatu fase kombinasi Cationic Surfactant Modified
limbak (bulk) lain yang bisa berupa gas, Zeolite, Granular Activated Carbon, dan
cairan, ataupun padatan. Proses ini batu kapur sebagai bahan absorben.
berbeda dengan adsorpsi karena Berikut skema dari proses pengolahan air
pengikatan molekul dilakukan melalui gambut pada penelitian ini.
volume dan bukan permukaan. Beberapa
penelitian mengenai penggunaan absorben
untuk pengolahan air gambut telah
Hilman Dzulkhairi, Teknologi Pengolahan Air Gambut, 2015, xx-xx 5

C). Filtrasi adalah pembersihan partikel


padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium
penyaringan, atau septum, yang di atasnya
padatan akan terendapkan. Filtrasi yang
sekarang biasa digunakan saat ini adalah
menggunakan teknologi membran.
Membran dapat dibedakan dari ukuran
pori yang terdapat didalamnya,
mikrofiltrasi memiliki ukuran 0,1-10 m,
ultrafiltrasi memiliki ukuran 0,1 m
sampai 20 nm dan nanofiltrasi dari 1
sampai 10 anstrom.

3. Teknologi Membran Dalam


Pengolahan Air Gambut
Gambar 1. Skema Proses Pengolahan
Air Gambut. (Syalfani dkk, 2013) Sebagai teknologi pengolahan air yang
relatif baru, proses membran menawarkan
keuntungan-keuntungan yang tidak
didapat dari proses konvensional. Salah
Absorben 1 menggunakan CSMZ, satu keuntungan dari aplikasi teknologi
absorben 2 menggunakan GAC, dan yang membran adalah rendahnya energi yang
terakhir menggunakan batu kapur. Dari digunakan. Pemisahan yang berbasis
proses dengan skema di atas didapatkan membran tidak berdasarkan hasil
hasil sebagai berikut. kesetimbangan fasa yang menggunakan
banyak energi. Perubahan fasa akan
mempengaruhi kualitas bahan dan produk
yang dihasilkan. Keuntungan lain
Tabel 2. Hasil Kualitas Pengolahan Air teknologi membran adalah desain modul
Gambut dengan Metode Absorpsi membran sangat sederhana, kompak,
(Syafalni dkk, 2013) mudah dioperasikan dan tidak
membutuhkan peralatan tambahan dalam
No Parameter Unit Air Air jumlah banyak. Memperbesar atau
Baku Olahan memperkecil skala pengoperasian
setelah merupakan hal yang mudah dilakukan.
2 hari Dengan sifat modular yang dimilikinya
maka peningkatan skala proses membran
dapat dilakukan dengan hanya menambah
1 Warna TCU 224.7 12 modul membran termasuk peralatan
bantunya. Dalam aplikasinya untuk
2 Zat Mg/L 33.3 0 pengolahan air, penggunaan membran
Organik tidak membutuhkan penambahan bahan-
bahan kimia (koagulan, flokulan)
sehingga ramah bagi lingkungan (Wenten,
1997).
Hilman Dzulkhairi, Teknologi Pengolahan Air Gambut, 2015, xx-xx 6

Metode-metode Reverse Osmosis klorin sebagai disinfektan. Akan tetapi


biasanya terdapat permasalahan yang peningkatan dosis disinfektan juga akan
terjadi setelah proses treatment air. mengakibatkan semakin tingginya
Umumnya masalah yang terjadi adalah kemungkinan terbentuknya produk
terbentuknya fouling akibat adanya samping dari disinfektan ini.
endapan dari air yang tertinggal dalam Pembentukan produk samping disinfektan
sistem water treatment. Untuk mengatasi seperti trihalometan (THM) juga menjadi
hal itu, dibutuhkan proses pretreatment isu penting karena berkaitan dengan
air sebelum dilakukan proses water masalah kesehatan (I.G. Wenten, 1997)
treatment. Terdapat dua metode untuk
proses pretreatment dari metode RO Produk samping disinfekan ini akan
diantaranya adalah konvensional terbentuk ketika material organik alami
pretreatment dan membrane microfiltrasi dalam air bereaksi dengan klorin atau
atau ultrafiltrasi. senyawa oksidator lainnya yang
digunakan sebagai disinfeksi. Tidak
Pada proses filtrasi dengan menggunakan semua senyawa organik alami merupakan
membran merupakan proses berbasis gaya precursor produk samping tersebut, tetapi
dorong tekanan seperti mikrofiltrasi, pengendaliannya dapat dilakukan dengan
ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan reverse penghilangan senyawa-senyawa organik
osmosis. Karakteristik masing-masing alami atau penghilangan prekursor produk
dapat dilihat di tabel 3. samping. Penyisihan senyawa organik
alami tidak hanya mengurangi
Tabel 3 Perbandingan proses-proses pembentukan produk samping disinfektan
pemisahan dengan membrane (Wenten, tetapi juga mengurangi kebutuhan klorin
1997) pada sistem distribusi. Penyisihan
senyawa organik alami akan
Mikrofiltrasi Ultrafiltrasi Nanofiltrasi & menghilangkan sumber makanan bakteri
Reverse Osmosis sehingga akan menurunkan aktivitas
biologis dan pertumbuhan kembali
Proses Proses Proses pemisahan mikroba di dalam sistem distribusi. Proses
pemisahan pemisahan antar zat terlarut membran merupakan pilihan yang tepat
antar antar molekul dengan B.M untuk produksi air minum, karena proses
partikel rendah (garam, membran mampu merejeksi kontaminan
glukosan, laktosa, organik dan anorganik dari air (Wenten,
micropollutents. 1997).

Pemisahan Pemisahan Pemisahan Pada pengolahan air gambut, teknologi


berdasarkan berdasarkan berdasarkan membran yang dapat digunakan adalah
ukuran ukuran perbedaan di dalam reverse osmosis (RO) dan Nanofiltrasi
partikel partikel kelarutan dan (NF). Pada penelitian ini RO digunakan
difusivitas untuk memurnikan air yang kandungan
garam inorganiknya tinggi. Membran RO
juga dapat menahan senyawa organik
non-ionik seperti molekul fruktosa (Mr =
Dalam pengolahan air saat ini, khususnya 180) namun senyawa organik yang lebih
untuk produksi air minum, salah satu isu kecil, misalnya etil alkohol (Mr = 46)
penting yang berkembang adalah semakin tidak dapat ditahan oleh membran ini.
ketatnya standar kualitas yang harus Nanofiltrasi dapat merejeksi senyawa
dipenuhi. Salah satu metode konvensional organik dengan berat molekul 300 1000
yang biasa ditempuh untuk memenuhi sedangkan rejeksi garam 15 -90%.
persyaratan ini adalah penambahan dosis
Hilman Dzulkhairi, Teknologi Pengolahan Air Gambut, 2015, xx-xx 7

Semakin besar ukuran pori membran dengan membran. Dari ketiga metode
maka semakin besar pula senyawa tersebut dengan mengutip hasil data
organik yang dapat melewati membran. percobaan dari peneliti sebelumnya dapat
Untuk senyawa organik dengan berat disimpulkan bahwa metode reverse
molekul lebih besar dari 1000, dapat osmosis yang paling baik dibandingkan
digunakan ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi konvensional dan absorpsi.
mempunyai pori yang lebih besar.
Keuntungan dari metode ini adalah biaya Fouling yang dapat terjadi dalam sistem
operasi lebih murah, membutuhkan RO dapat diatasi dengan proses
membran yang lebih sedikit dan pretreatment terlebih dahulu. Metode
tekananvyang dibutuhkan lebih kecil. konvensional dan penggunaan membrane
Reverse osmosis diperkirakan dapat MF/UF dapat digunakan untuk proses
merejeksi zat organik yang terdapat dalam pretreatment. Penggunaan membrane
air gambut karena reverse osmosis MF/UF menjadi pilihan yang terbaik
menggunakan membrane dense dan karena tidak membutuhkan bahan kimia
mempunyai selektivitas yang cukup baik yang banyak dibandingkan metode
terhadap garam dan zat organik. Zat konvensional. Kemungkinan terbentuknya
organik yang terkandung dalam air fouling pada membrane MF/UF lebih
gambut memiliki berat molekul yang kecil dibandingkan dengan metode
tinggi sehingga dapat tertahan oleh konvensional sehingga operating costs
membran (John dkk, UNRI). RO lebih rendah dan dapat menghasilkan
kualitas air yang baik.
Dari penelitian John dkk, didapatkan hasil
sebagai berikut. Dari ketiga metode yang telah disebutkan
sebelumnya, metode pengolahan air
Tabel 4. Hasil kualitas pengolahan air gambut dengan menggunakan reverse
gambut dengan metode Reverse osmosis menjadi pilihan yang terbaik
Osmosis (John dkk, UNRI) karena sistem pengolahan yang mudah
dan kualitas air olahan yang dihasilkan
No Parameter Unit Air Air lebih baik dibandingkan dengan metode
Baku Olahan konvensional dan absorpsi. Walaupun
teknologi dari reverse osmosis cukup
mahal untuk diaplikasikan secara
1 Warna TCU 225 5 komersial dibandingkan metode filtrasi
konvensional akibat tingginya harga
2 Zat Mg/L 162.7 0.78 membran. Akan tetapi semakin
Organik berkembangnya teknologi, membran
ultrafiltrasi semakin meningkat dan harga
dari membran saat ini cukup lebih murah
dibandingkan sebelumnya. Oleh karena
itu, reverse osmosis merupakan teknologi
4. kesimpulan pengolahan air yang cukup kompetitif
dengan metode filtrasi lainnya (I.G.
Teknik pengolahan air gambut menjadi air Wenten, ITB). Perbandingan data dapat
bersih dapat dilakukan dengan beberapa dilihat dari hasil olahan masing-masing
metode, diantaranya adalah metode metode yang akan digambarkan pada
konvensional (koagulasi dan flokulasi), grafik.
metode absorpsi, dan metode filtrasi
18

16

14

12
Warna (TCU)
10
Zat Organik (mg/L)
8

0
Konvensional Absorpsi Reverse Osmosis

Gambar 2. Perbandingan hasil olahan air gambut dengan beberapa metode (Syafalni
dkk, John dkk, Nusa dkk)

[7] Wenten, I.G., Hakim, A.N., Khoiruddin.,


Aryanti, P.T.P., Troubleshooting dalam
Daftar Pustaka Operasi Membran, Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung, 2013.
[1] Apriani, M., Masduqi, A., The Use of Iron
[8] Wenten, I.G., Ultrafiltration in Water
in Peat Water for Fenton Process, Institut
Treatment and Its Evaluation as Pre-Treatment
Teknologi Sepuluh November.
for Reverse Osmosis System, Dept. of
[2] Pinem, J.A., Dharma, A.E., Reverse
Chemical Engineering ITB.
Osmosis Untuk Pengurangan Kepekatan
[9] Zulfikar, M.A., Setiyanto, H.,
Warna dan Zar Organik Air Gambut,
Wahyuningrum, D., Mukti, R.R., Peat Water
Universitas Riau.
Treatment using Chitosan-Silica Composite as
[3] Syafalni, S., Abustan, I., Brahmana, A.,
an absorbent, Int. J. Environ. Res., 8(3), P
Zakaria, S.N.F., Abdullah, R., Peat Water
687- 710, 2014.
Treatment using Combination of Cationic
Surfactant Modified Zeolite, Granular
Activated Carbon, and Limestone, Modern
Applied Science, Vol 7., No.2, 2013.
[4] Said, N.I., Hidayat, W., Teknologi
Pengolahan Air Gambut Sederhana, BPPT.

[5] Wenten, I.G., Membran untuk Pengolahan


Air, Teknik Kimia Institut Teknologi
Bandung- PT. Olah Bumi Mandiri, 1997.
[6] Wenten, I.G., Teknologi Membran dan
Aplikasinya di Indonesia, Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung, 2010.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai