Anda di halaman 1dari 8

Penghilangan Kadar Amonia Untuk Pengolahan

Air Minum “Review Jurnal”


Reingga Katon Saputra
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Jember
e-mail: reinggakaton@gmail.com

Abstrak
Sebuah studi untuk meningkatkan kualitas air baku di Perusahaan Air Minum Taman Kota adalah
dengan dilakukan pilot plant sistem biofiltrasi. Air baku dipompa dari sungai ke reaktor secara kontinyu
dengan berbagai macam waktu detensi. Sampel air baku dan air olahan diambil setiap hari dan parameter
yang dianalisis adalah pH, TSS, Bahan Organik, Ammonian dan Nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kinerja sistem biofiltrasi menurun akibat pemendekan Waktu Retensi Hidraulik (HRT). HRT yang
lebih lama menyebabkan volume biofiltrasi yang lebih besar tangki. Oleh karena itu, penelitian ini
menunjukkan bahwa waktu retensi Hidraulik yang optimal adalah 1 jam. Pada HRT ini kualitas air yang
diolah adalah 7,2 untuk pH, 40 mg/l untuk TSS, 10,7 mg/l untuk bahan organik, 0,35 mg/l untuk nitrogen
amonia dan 0,1 mg/l untuk MBAS. Hasil ini memenuhi Peraturan No. 582 tahun 1995 untuk baku mutu
air minum (kelas B).

Kata Kunci—Biofiltrasi, Kualitas Air Baku, Air Minum.

I. PENDAHULUAN mg/l menurut Kep. Gub. DKI Jakarta No. 582 th


1995,2) sehingga dengan IPA yang ada tidak
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok
mampu mengolah air tersebut menjadi air minum
bagi manusia, terutama untuk memasak dan
yang memenuhi standar. Dampaknya IPA Taman
minum. Dengan pesatnya perkembangan penduduk
Kota dari tahun 2008 sampai sekarang tidak
maka kebutuhan air bersih untuk masyarakat juga
dioperasikan. Untuk mengatasi tingginya amonia
semakin bertambah besar. Dampak dari
nitrogen, PAM di Indonesia khususnya PAM di
perkembangan penduduk yang pesat, membawa
DKI Jakarta menggunakan senyawa khlor (gas
akibat pada buruknya kualitas air sungai sebagai air
khlor atau kalsium hipoklorit) untuk proses
baku air minum. Akibat pencemaran dari limbah
desinfeksi dan untuk menghilangkan amonia
domestik. Dengan semakin buruknya kualitas air
nitrogen serta senyawa Besi dan Mangan. Dengan
baku untuk air minum, maka disamping biaya
semakin besarnya konsentrasi senyawa amoniak
produksinya air di Instalasi Pengolahan Air (IPA)
dalam air baku, maka amoniak akan bereaksi
membesar, hasil olahannya pun sering kurang baik.
dengan khlor menjadi khloramine yang daya
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
desinfeksinya lebih lemah. Dengan demikian,
PAM di DKI Jakarta khususnya yang dihadapi oleh
tingginya amoniak ini akan mengakibatkan
PT. PAM LYONAISE JAYA (PALYJA) adalah
konsumsi khlor akan menjadi lebih besar sehingga
masalah kualitas air baku yang buruk akibat ari
biaya operasi menjadi lebih tinggi. Selain itu
pencemaran limbah domestik ke dalam sungai,
dengan semakin besarnya konsentrasi senyawa
terutama untuk Instalasi Taman Kota Jakarta Barat.
khlor yang digunakan, maka hasil samping yang
Dari hasil pemantauan yang dilakukan terhadap air
dihasilkan seperti senyawa trihalometan dan
baku (intake water) di instalasi Perusahaan Air
khlorophenol juga semakin besar. Senyawa-
Minum (PAM) Taman Kota tersebut pada bulan
senyawa tersebut dapat mengakibatkan penyakit
September 2007 oleh Tody1) menunjukkan bahwa
kanker (carcinogen). Oleh karena itu zat pencemar
konsentrasi amonia nitrogen bervariasi antara 2,44
amoniak harus dihilangkan.
mg/l hingga mencapai 5,24 mg/l, dimana nilai
Saat ini, untuk menghilangkan polutan organik,
konsentrasi tersebut telah melampaui ambang batas
deterjen, bau dan polutan mikro lainnya di dalam
peruntukkan air baku air minum yakni sebesar 1
air minum, PAM biasanya menggunakan proses busa. Deterjen mempunyai kemampuan untuk
pengolahan dengan proses adsorbsi Karbon Aktif menghilangkan kotoran pada pakaian, sehingga
Bubuk yang harganya cukup mahal, dilanjutkan banyak digunakan sebagai bahan pembersih. Untuk
dengan pengolahan secara fisika yaitu dengan mengaktifkan sifat pembersihnya itu, deterjen
proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi serta dilengkapi zat kimia yang mampu mengurangi
desinfeksi dengan khlor. Bila konsentrasi polutan tegangan permukaan air, sehingga dapat
tersebut di air baku tinggi, maka pengolahan air di menimbulkan busa. Permasalahan yang timbul
IPA dengan metode ini akan tidak ekonomis. kemudian adalah karena zat pengaktif tersebut
Untuk mengurangi kadar senyawa organik, yang disebut sebagai surfactant agents atau
deterjen dan amoniak di dalam air baku air minum detergen misalnya ABS (Alkyl Benzene
maka air sungai harus diolah terlebih dahulu Sulfonate), sulit diuraikan secara biologis (non-
melalui suatu pengolahan pendahuluan sebelum biodegradable). ABS ini ternyata masih banyak
masuk ke unit pengolahan. Salah satu alternatif digunakan sebagai bahan baku deterjen di
yakni menggunakan proses biologis dengan sistem Indonesia dan membawa dampak dari
biofilter tercelup yang diisi dengan media pemakaiannya. Menurut Ainsworth) detergen akan
penyangga dari bahan plastik tipe sarang tawon dapat membentuk lapisan film pada permukaan
atau yang dinamakan biofiltrasi. badan air yang menyebabkan perpindahan oksigen
Saat ini IPA Taman Kota tidak dioperasikan dari udara ke air terganggu. Bila konsentrasi
karena kualitas air baku yang diolah sangat buruk, deterjen melebihi konsentrasi 3 ppm akan
karena tercemar limbah domestik, sehingga tidak menyebabkan terbentuknya busa yang stabil.
memungkinkan untuk diolah menjadi air bersih Selain itu deterjen akan mudah mengikat
dengan fasilitas yang saat ini ada di Taman Kota. polyphosphate yang menyebabkan kandungan
Untuk menambah peralatan pre-treatment nutrien di badan air meningkat yang menyebabkan
konvensional guna melengkapi fasilitas yang ada eutrophikasi.
juga tidak mungkin, karena sempitnya lahan yang Amonia dan organik dapat dihilangkan dari air
tersedia. baku air minum dengan proses biologis.
Tujuan studi ini adalah untuk mengkaji Pengolahan air secara biologis merupakan suatu
perbaikan kualitas air baku dengan menggunakan proses penguraian bahanbahan pencemar, baik
proses biofiltrasi sebagai pre-treatment sehingga yang terlarut maupun yang tidak terlarut menjadi
kualitas air baku PAM Taman Kota layak bentuk yang lain berupa gas atau padatan) Hasil
digunakan sebagai air baku air minum. Target dari transformasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi
kualitas air hasil olahan biofiltrasi ini adalah lingkungan pada saat proses berlangsung yaitu
memenuhi standar air baku golongan B pada SK kondisi aerobik dan anaerobik. aerobik.
Gub. DKI No 582 tahun 1995. Proses pengolahan biologis secara aerobik
merupakan suatu proses yang membutuhkan
II. TINJAUAN TEORI oksigen untuk menunjang berlangsungnya proses
metabolisme biokimia oleh bakteri dalam
Salah satu problem atau masalah yang sering
penguraian bahan-bahan organik menjadi bentuk
dijumpai pada air minum di dunia akhir-akhir ini
yang lebih sederhana yaitu CO2, H2O, senyawa-
yakni timbulnya senyawa yang dinamakan
senyawa oksida seperti nitrat, sulfat, phosphat dan
Trihalomethanes atau disingkat THMs, sebagai
terbentuknya massa sel yang baru. Pada
akibat samping dari proses desinfeksi dengan gas
pengolahan secara biologis, pertumbuhan
khlor atau senyawa hipokhlorit. Polutan yang ada
mikroorganisme dapat dilakukan secara melekat
di sungai oleh karena pencemaran limbah domestik
pada permukaan media penyangga (attached
diataranya adalah deterjen, Amonia, Organik, Besi
growth), yakni suatu proses pengolahan dimana
dan lain sebagainya. Menurut Garno) seperti yang
senyawasenyawa organik atau senyawa-senyawa
dikutip dari Sawyer & Mc. Carty) bahwa deterjen
lainnya yang terdapat dalam air diuraikan oleh
atau surfaktan adalah senyawa yang molekulnya
mikroorganisme yang melekat pada permukaan
mempunyai struktur gugus tertentu yang
media penyangga menjadi senyawa yang lebih
menyebabkan senyawa tersebut mempunyai sifat-
sederhana serta membentuk biomasa atau sel-sel
sifat deterjen misalnya sifat dapat menimbulkan
baru. Zat Organik dapat disisihkan secara biologi
tergantung dari jumlah oksigen terlarut, jenis nitrifikasi ini berlangsung dalam dua tahap yaitu
mikroorganisme dan jumlah zat pengurai. Adanya tahap nitritasi yakni oksidasi ion ammonium (NH4
O2 menyebabkan proses oksidasi aerob dapat +) menjadi ion nitrit (NO2 -) yang dilaksanakan
berlangsung, yakni bahan – bahan organik akan oleh bakteri nitrosomonas dan tahap nitrasi yakni
diubah menjadi CO2 dan H2 O yang relatif stabil oksidasi ion nitrit menjadi ion nitrat (NO3 -) yang
dan sisanya akan disintesis menjadi mikroba baru. dilaksanakan oleh bakteri nitrobacter.
Secara umum dapat dilihat pada persamaan : Bakteri nitrosomonas dan nitrobacter ini dikenal
sebagai bakteri autotropik yaitu bakteri yang dapat
tumbuh dan berkembang biak dengan karbon dan
nitrogen dari bahan-bahan anorganik dengan
Di dalam proses biofiltrasi, senyawa amoniak sendirinya. Bakteri ini menggunakan energi dari
akan diubah menjadi nitrit, kemudian senyawa proses nitrifikasi untuk membentuk sel sintesa
nitrit akan diubah menjadi nitrat. Mekanisme yang baru. Walaupun bakteri nitrifikasi autotropik
proses penguraian senyawa amoniak pada lapisan keberadaannya di alam lebih banyak, proses
biofilm secara sederhana dapat diilustrasikan nitrifikasi dapat juga dilakukan oleh bakteri jenis
seperti pada Gambar 1. Lapisan terluar media heterotropik (Arthobacter) dan jamur (Aspergillus)
penyangga biofiltrasi adalah lapisan tipis zona 9). Bakteri heterotropik merupakan bakteri yang
aerobik, senyawa amoniak dioksidasi dan diubah membutuhkan bahan-bahan organik untuk
ke dalam bentuk nitrit. Sebagian senyawa nitrit ada membangun protoplasma. Pada proses pengolahan
yang diubah menjadi gas dinitrogen oksida (N2 O) senyawa NH4 -N secara biologis kebutuhan
dan ada yang diubah menjadi oksigen (O2) cukup besar, sehingga kebutuhan O2
yang tinggi dapat dipenuhi dengan cara
memperbesar transfer O2 ke dalam bioreaktor
instalasi pengolahan. Pada bioreaktor ini, transfer
O2 yang besar dapat diperoleh dengan cara
menginjeksikan udara ke dalamnya. Dengan
adanya injeksi udara diharapkan kontak antara
gelembung udara dan air dapat terjadi.

III. METODOLOGI PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Intake air baku PAM
Taman Kota Jakarta Barat dengan menggunakan
reaktor biofiltrasi berskala pilot plant. Reaktor ini
mempunyai ukuran panjang 3,4 m, lebar 1,5 m, dan
kedalaman air efektif 2,0 m. Total volume reaktor
biofilter 10,2 m3, dibuat dari bahan fiber glass
Gambar 1 : Ilustrasi dari mekanisme proses
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
penguraian amonia di dalam biofilm Bahan yang digunakan adalah bahan kimia
Semakin lama, lapisan biofilm yang tumbuh analisa berupa reagent Hach Nitraver, Asam Sulfat,
pada media penyangga tersebut semakin tebal Chloroform, Kalium Permanganat dan lain
sehingga oksigen tidak dapat masuk ke dalam sebagainya. Variable berubah dalam penelitian
lapisan biofilm yang mengakibatkan terbentuknya yakni waktu tinggal hidrolis atau Hydraulic
zona anaerobik. Pada zona anaerobik ini, senyawa Retention Time (HRT). Waktu tinggal hidrolis
nitrat yang terbentuk diubah ke dalam bentuk nitrit (jam) dihitung dengan persamaan :
yang kemudian dilepaskan menjadi gas nitrogen
(N.2). Proses demikian tersebut dinamakan proses
denitrifikasi. Proses nitrifikasi menurut Gardy &
Lim8) didefinisikan sebagai konversi amonia Untuk menentukan HRT, yang perlu dilakukan
nitrogen (NH4 -N) menjadi nitrit (NO2 -N) yang adalah dengan mengatur debit air yang masuk ke
kemudian menjadi nitrat (NO3-N) yang dilakukan tangki. Caranya dengan mengatur bukaan valve
oleh bakteri autotropik dan heterotropik. Proses yang ada di pipa aliran inlet. Target penelitian ini
adalah dengan waktu tinggal maksimal 1 jam dapat Gambar 4. Media peyangga biofiltrasi type sarang
diperoleh kualitas air baku yang sudah memenuhi tawon.
persyaratan. Gambar 3 memperlihatkan skema Sampling dilakukan setiap hari di inlet dan outlet
penelitian biofiltrasi. Unit biofiltrasi ini terdiri dari biofiltrasi, Sampel selanjutnya dibawa ke
bak bak biofilter yang berisi media penyangga dan laboratorium kualitas air milik PALYJA untuk
bak pengendapan akhir. Reaktor biofiltrasi ini dilakukan analisa secara duplo dengan metode
dilengkapi dengan pipa inlet dan pipa outlet yang analisa parameter sesuai prosedur Standar Nasional
terletak pada kedua sisi reaktor. Pada bagian bawah Indonesia (SNI). Parameter yang dianalisa adalah
reaktor terdapat ruang lumpur yang berfungsi pH, TSS, Organik Permanganat, Amonia Nitrogen
sebagai tempat pengendapan yang dapat digunakan dan MBAS (deterjen). Data analisa dituangkan
untuk mengeluarkan lumpur yang mengendap. dalam bentuk grafik dan tabel serta gambar yang
Pengaliran air selama proses penelitian dilakukan selanjutnya dianalisa secara deskriptif.
secara terus-menerus (continues flow). Pemberian
oksigen dilakukan menggunakan blower udara IV HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diinjeksikan ke dalam reaktor melalui suatu Gambar 5 menunjukkan pH inlet dan outlet
difuser. Pada saat awal biofiltrasi beroperasi, biofiltrasi pada HRT 6 sampai 0,5 jam. Dari
ditambahkan starbio yang merupakan enzym untuk Gambar 5 terlihat bahwa untuk keseluruhan HRT,
mempercepat perkembang biakan pH inlet selalu lebih rendah dari pH outlet. Hal ini
mikroorganisma. terjadi karena di dalam biofiltrasi ada proses
Media penyangga yang dipergunakan adalah pembubuhan udara sehingga CO2 di dalam air
sarang tawon (cross flow) yang terbuat dari plastik akan berkurang yang menyebabkan pH naik.7
(Gambar 4). Ukuran modul tiap media adalah 30 x Namun demikian pH air di outlet masih dalam
25 x 30 cm, dengan luas spesifik permukaan 220m2
batas netral yakni antara 7 dan 8.
/m3. Ketinggian media dalam reaktor biofltrasi
adalah 1,5 m dengan total volume 3,375 m3.
Perbandingan volume media terhadap volume
efektif reaktor biofilter ditetapkan 0,4, mengacu
kepada proses pengolahan awal (pretreatment) air
minum secara biologis yang telah ada yakni
Mishima Water Purification Plant, Osaka, Japan.
Gambar 5. pH inlet dan outlet biofiltrasi.
Gambar 6 menunjukkan konsentrasi TSS beserta
efisiensi penyisihannya. Konsentrasi TSS di air
baku berkisar antara 13,5 sampai 275 mg/l. Saat
penelitian ini berlangsung, sering terjadi hujan. Air
hujan akan membawa sedimen sehingga air sungai
keruh. Oleh karena itu berfluktuasinya TSS di air
kemungkinan besar dipengaruhi oleh curah hujan
di hulu. Pada HRT 6 jam efisiensi pengolahan
masih belum stabil dan berfluktuasi, namun
Gambar 3. Skema penelitian biofiltrasi. kecenderungannya meningkat dari 13-100%. Pada
HRT 4 jam sampai dengan 1 jam efisiensi menurun
yakni rata-rata 85% pada HRT 4 jam dan 46% pada
1 jam. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan biofilter untuk menahan padatan pada
waktu tinggal yang semakin pendek.
Gambar 7. Konsentrasi organik permanganat
Gambar 6. Konsentrasi TSS berikut efisiensi berikut efisiensi penyisihannya.
penyisihannya Dari data konsentrasi TSS, pada HRT 0,5 jam
Pada pertengahan HRT 1 jam ke 0,5 jam efisiensi ternyata TSS lebih rendah dibanding HRT 1 jam.
TSS cenderung naik. Pada saat itu frekwensi hujan TSS ini akan terakumulasi pada permukaan media
menurun sehingga konsentrasi TSS di air baku ikut sehingga akan menghalangi proses difusi polutan
menurun. Dengan menurunnya konsentrasi TSS ini organik. Dengan rendahnya TSS, maka proses
menjadikan efisiensi penyisihan TSS meningkat difusi akan berjalan lebih baik. Oleh sebab itu pada
bahkan efisiensi yang dapat dicapai menjadi lebih HRT 0,5 jam, karena akumulasi TSS lebih rendah,
baik dibanding pada kondisi HRT 1 jam. Pada efisiensi penyisihan organik semakin baik. Pada
kondisi HRT 1 jam, konsentrasi TSS hasil olahan HRT 1 jam, konsentrasi organik di outlet biofiltrasi
rata-rata 43 mg/l, dan angka ini sudah memenuhi rata-rata adalah 10,7 mg/l.
baku mutu sebagai air baku air minum. Konsentrasi Gambar 8 menunjukkan konsentrasi ammonia
zat organik pada inlet dan outlet biofiltrasi berikut nitrogen di air baku, air olahan serta efisiensi
efisiensi penyisihannya ditampilkan pada Gambar penghilangannya. Saat HRT dipersingkat dari 6
7. jam menjadi 4 jam, kecenderungannya efisiensi
Dalam waktu 4 bulan pengamatan, organik menurun dari 90% menjadi 70% dan stabil di
permanganat di air baku terendah 8,45 mg/l dan sekitar 70% walaupun waktu tinggal di persingkat
tertinggi 25,5 mg/l. Pada HRT 6 jam efisiensi menjadi 3 dan 2 jam.
berfluktuasi namun kecenderungannya naik yakni
pada kisaran 13-48%. Mekanisme penyisihan
organik ini terjadi dengan proses biologis pada
lapisan mikroorganisma (biofilm) yang melekat
pada dinding media biofiltrasi).
Saat awal biofiltrasi dioperasikan,
mikroorganisme kemungkinan masih sedikit yang
menyebabkan efisiensi penyisihan rendah.
Sehingga pada HRT 6 jam terjadi kenaikan
efisiensi bersamaan dengan berjalannya waktu.
Pada waktu tinggal 4 jam sampai dengan waktu
tinggal 1 jam efisiensi penyisihan organik
kecenderungannya menurun. Gambar 8. Konsentrasi amonia nitrogen berikut
Dengan demikian semakin singkat HRT, efisiensi penyisihannya.
efisiensi semakin mengecil. Pada pertengahan Penyisihan amonia berlangsung optimum pada pH
HRT 1 jam sampai 0,5 jam terjadi kecenderungan 7,5. 12 Dari data pH pada gambar 2, untuk HRT 3
kenaikan efisiensi. dan 2 jam, pH outlet 7,5, sementara untuk HRT 4
jam pH sekitar 7,8. Dengan demikian pengaruh pH
lebih dominan dibanding HRT yang menyebabkan
pada HRT 4, 3 dan 2 jam efisiensi penyisihannya
hampir sama. Pada HRT 1 jam, pH air lebih rendah
yakni sekitar 7,2. Efisensi penyisihannya turun terlihat bahwa bila TSS rendah maka efisiensi
menjadi rata-rata 65%. Penurunan ini disebabkan penyisihan organik dan MBAS naik, demikian pula
karena perpendekan HRT dan lebih rendahnya pH. sebaliknya. Hal ini membuktikan bahwa lumpur
Pada HRT 1 jam ini konsentrasi amonia di air TSS yang terakumulasi di dinding media
olahan rata-rata 0,34mg/l. menghambat proses degradasi polutan organik dan
Amonia nitrogen merupakan polutan dalam air MBAS di lapisan biofilm. Dari fenomena ini dapat
yang dengan adanya organik akan memicu diketahui bahwa sistem biofiltrasi kurang cocok
tumbuhnya mikroba dalam air. Oleh karena itu untuk air dengan TSS yang tinggi.
penghilangan amonia nitrogen dalam air dilakukan Pada akhir dari proses penelitian ini, air yang ada
dengan cara khlorinasi membentuk khloramin. di reaktor biofiltrasi di kosongkan dan diamati
Penurunan kadar amonia dengan khlor kondisi media seperti terlihat pada Gambar 11.
memerlukan konsumsi khlor 7 – 11 mg/l untuk Dari gambar terlihat bahwa media biofiltrasi
setiap 1 mg/l amonia nitrogen. Dengan demikian banyak dipenuhi oleh lumpur TSS.
apabila konsumsi khlor tinggi akan berakibat pada
sisa khlor di air olahan PAM yang tinggi pula.
Dengan tingginya sisa khlor ini bila terdapat zat
besi dan mangan terlarut maka sisa khlor tersebut
akan mengoksidasi besi dan mangan terlarut
sehingga warna air menjadi kuning.
Hasil analisa air untuk parameter MBAS berikut
berikut efisiensi penyisihannya dapat dilihat pada
Gambar 9. Kandungan MBAS di air baku berkisar
antara 0,05 sampai 0,53 mg/l. Pada HRT 6 jam
efisiensi berfluktuasi yakni pada kisaran 29-93%,
Pada HRT 4 jam sampai dengan 3 jam
kecenderungannya efisiensi menurun dari rata-rata Gambar 10. Hubungan TSS inlet dengan efisiensi
69% pada 4 jam dan 30% pada 2 jam. Dengan penyisihan organik dan MBAS
demikian reaksi penyisihan MBAS sangat Tabel 1 menunjukkan rangkuman kualitas air
dipengaruhi oleh HRT. Semakin pendek HRT, hasil olahan biofiltrasi pada HRT 1 jam. Pada Tabel
semakin kecil efisiensi penyisihannya. Pada HRT 2 1 terlihat bahwa keseluruhan parameter yang diuji
jam sampai HRT 1 jam terjadi kecenderungan yakni pH, TSS, Organik Permanganat, MBAS dan
kenaikan efisiensi, dikarenakan kondisi TSS pada Amonia di air hasil olahan biofiltrasi sudah berada
air baku lebih rendah pada HRT 1 jam. Pada HRT di bawah baku mutu air baku air minum. Artinya,
1 jam ini, konsentrasi MBAS ratarata di air hasil air olahan biofiltrasi dengan HRT 1 jam dapat
olahan biofiltrasi adalah 0,1 mg/l. dimanfaatkan sebagai air baku air minum,
khususnya PAM Taman Kota.
Tabel 1. Rangkuman kualitas air hasil olahan
biofiltrasi pada HRT 1 jam

V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Proses pre-treatment untuk perbaikan kualitas
Gambar 9. Konsentrasi MBAS breikut efisiensi air baku IPA Taman Kota yang memiliki
penyisihannya kandungan polutan diantaranya TSS, Organik,
Hubungan antara konsentrasi TSS di inlet dengan Amonia dan MBAS tinggi dapat dilakukan
efisiensi penyisihan organik permanganat dan dengan menggunakan reaktor biofiltrasi. Dengan
MBAS dapat dilihat pada Gambar 10. Dari gambar hydraulic retention time (HRT) 1 jam, kualitas air
hasil olahan. biofiltrasi dapat mencapai baku Deterjen. Skripsi Jurusan Teknik Lingkungan,
mutu air baku air minum golongan B dalam SK Jakarta: Universitas Trisakti.
Gub DKI No. 582 tahun 1995. Dengan demikian, Azizah Mia, Humairoh Mira. 2015. "Analisis
air setelah di pre-treatment dengan biofiltrasi ini Kadar Amonia (NH3) dalam air sungai
diharapkan dapat diolah dengan Instalasi Cileungsi". Jurnal Nusa Sylva.Vol.15.1.
Pengolahan Air (IPA) yang ada saat ini untuk
Mahyudin, Soemarno, Tri Budi Prayogo. 2015.
menghasilkan kualitas air olahan yang memenuhi
Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian
standard kualitas air minum. Tingginya TSS akan
Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen
menurunkan efisiensi penyisihan polutan pada
Kabupaten Malang. JPAL, Vol. 6, No. 2, 2015.
sistem biofiltrasi. Oleh karena itu disarankan
sebelum proses biofiltrasi perlu dilakukan proses Kementrian Lingkungan Hidup. 2010. Pedoman
pengendapan awal (pre-treatment) dengan waktu Verifikasi Metode Pengujian Parameter Kualitas
yang cukup agar supaya TSS tidak menyumbat di Lingkungan. Kementian Lingkungan Hidup.
media isian biofiltrasi. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Al - Ajeel Sarah, et al. 2022. "Ammonia-


oxidizing archaea and complete ammonia-
oxidizing Nitrospira in water treatment
systems," Water Research X 15.
Joseph J, Sajeesh A.K. 2020 "Determination of
ammonia content in various drinking water
sources in Malappuram District, Kerala and its
removal by adsorption using agricultural waste
materials," Material Today : Proceedings. India.
Yi- Ju Wu et al. 2020. "Biological pre-treatment
system for ammonia removal from slightly
contaminated river used as a drinking water
source," Process Safety and Environmental
Protection.
Mangkurat Wisnu. 2019. "Penurunan Kadar
Amonia, Nitrit, dan Nitrat pada Air Sungai
Menggunakan Karbon Aktif sebagai Solusi
EfisiensiChlorine"Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya.
Sisnayati. 2018. " Penuruan Kandungan Bahan
Organik, Amonia dan nitrit pada air sungai
menggunakan membran keramik berbasis clay,
sekam padi dan serbuk besi". Universitas
Tamansiswa. Palembang.
Said Nusa Idaman. 2006. "Aplikasi proses
biofiltrasi dan ultrafiltrasi untuk pengolahan air
minum" Pusat teknologi Lingkungan, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta
Pusat.
Tody Ferdica. 2007. Pengaruh Variasi Waktu
Tinggal Pada Kombinasi Biofilter dan
Ultrafiltrasi Dalam Pengolahan Air Minum
dengan Parameter Amoniak, Nitrat, Nitrit dan

Anda mungkin juga menyukai