Abstrak
Limbah laundry merupakan salah satu limbah yang dapat mencemari lingkungan dan berdampak buruk
bagi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar surfaktan anionik (deterjen) dan fosfat
yang terdapat dalam air limbah laundry di kawasan Keputih, Surabaya dengan menggunakan karbon aktif.
Penurunan kadar surfaktan anionik dan fosfat menggunakan karbon waktif dengan variasi ukuran partikel
yakni -60, -120 dan -200 mesh. Proses adsorpsi dilakukan dengan metode batch. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa kadar surfaktan anionik pada limbah sebelum adsorpsi sebesar 10,65 ppm dan kadar
fosfat sebesar 14,148 ppm. Kedua nilai tersebut berada diluar ambang batas yang ditetapkan pemerintah
sebesar 100 ppm. Uji adsorpsi menunjukkan bahwa karbon aktif mampu menurunkan kadar surfaktan
anionik dan fosfat secara signifikan. Kadar surfaktan anionik terendah setalah adsorpsi mencapai 3.102
ppm yang dihasilkan dari karbon aktif berukuran -200 mesh. Adsorpsi surfaktan anionik mengikuti model
adsorpsi isotermal Freundlich. Sementara itu, kadar fosfat tidak terdeteksi setelah proses adsorpsi. Secara
umum, semakin kecil ukuran karbon aktif, semakin besar kapasitas adsorpsinya terhadap surfaktan anionik
dan fosfat.
Abstract
Waste water from laundry industry is one of the waste water that can pollute the environment and harmful
to humans. The aim of this research is to decrease the content of anionic surfactant (detergent) and
phosphate contained in laundry waste water in Keputih area, Surabaya by using activated carbon. The
decrease of anionic surfactnts and phosphate levels was carried out using activated carbon with particle
size variations ie -60, -120 and -200 mesh. The adsorption process was done by batch method. The results
showed that the anionic surfactant content of the waste water before adsorption was 10.65 ppm and the
phosphate level was 14.148 ppm. Both values are beyond the government-set threshold of 100 ppm. The
adsorption test showed that activated carbon was able to significantly decrease the content of the anionic
and phosphate surfactants. The lowest anionic surfactant level after adsorption reaches 3,102 ppm
produced from the 200-mesh activated carbon. Adsorption of anionic surfactants follows Freundlich's
isothermal adsorption model. Meanwhile phosphate levels are not detected after the adsorption process. In
general, the smaller the size of activated carbon, the greater the adsorption capacity of anionic and
phosphate surfactants.
yang mempunyai sifat aktif permukaan Karbon aktif dipilih karena memiliki daya
(surface active agent: Surfactan). Jenis serap yang tinggi yakni mencapai 25-100%
surfaktan anionik yang banyak digunakan terhadap senyawa organik ataupun
sebagai deterjen antara lain alkil benzen anorganik serta luas permukaan yang besar
sulfonat. Namun, saat ini alkil benzen berkisar antara 300-350 m2/g [7]. Oleh
sulfonat sudah banyak digantikan dengan karena itu, dalam penelitian ini dilakukan
alkil linear benzen sulfonat maupun natirum penurunan kadar surfaktan anionik dan
lauril sulfat yang dianggap lebih mudah fosfat dalam limbah laundry yang diperoleh
terdegradasi [6]. dari kawasan Keputih, Sukolilo, Surabaya
menggunakan karbon aktif. Air sungai di
Selain kandungan surfaktan anionik,
kawasan Keputih ini dipilih karena
keberadaan fosfat dalam limbah laundry
merupakan kawasan pemukiman padat
juga cukup berbahaya bagi lingkungan.
dengan banyak industry laundry skala rumah
Fosfat terdapat dalam air alam atau air
tangga. Ukuran partikel karbon aktif
limbah sebagai senyawa ortofosfat,
divariasikan untuk mengetahui pengaruhnya
polifosfat dan fosfat organik. Setiap senyawa
pada kapasitas adsorpsinya terhadap
fosfat tersebut terdapat dalam bentuk
surfaktan anionik dan fosfat. Model adsorpsi
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel
surfaktan anionik juga dibahas dalam
organisme dalam air. Fosfat terlarut adalah
penelitian ini.
salah satu bahan nutrisi yang menstimulasi
pertumbuhan yang sangat luar biasa pada 2. Metode Penelitian
alga dan rumput-rumputan dalam danau, 2.1. Alat dan Bahan
estuaria, dan sungai berair tenang. Batas Alat yang dibutuhkan dalam penelitian
konsentrasi fosfat terlarut yang diijinkan ini antara lain seperangkat peralatan gelas,
adalah 10 mg/L [7]. neraca analitik, spektrofotometer UV-Vis
(Genesis), kuvet, dan botol semprot.
Terdapat beberapa metode yang dapat Bahan yang diperlukan dalam
digunakan untuk menurunkan kadar penelitian ini adalah air limbah laundry yang
surfaktan anionik dan fosfat dalam limbah diambil dari sungai di sektar Keputih,
laundry, antara lain filtrasi, proses Sukolilo Surabaya, karbon aktif komersial
fotokatalisis [5], koagulasi [8] dan adsorpsi (teknis), aquadest, NaOH, H2SO4,
[7]. Proses adsorpsi merupakan proses yang kloroform, indikator fenolftalin (PP),
menarik untuk dikaji karena metode ini metilen biru, isopropil alkohol, Na2SO4,
dapat dilakukan dengan berbagai jenis amonium molibdat, asam askorbat, kertas
material, salah satunya adalah karbon aktif. saring, kalium antimonil tartrat
(deterjen) dilakukan dengan metode MBAS Lapisan CHCl3 dipisahkan dan dimasukkan
sebagaimana yang telah dilakukan oleh ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian
Arneli (2010) [9]. Dalam penentuan kadar dilakukan pengenceran hingga tanda batas.
surfaktan anionik ini, larutan standar untuk Selanjutnya dilakukan pembacaan serapan
pembuatan kurva kalibrasi maupun larutan dari lapisan CHCl3 yang telah diencerkan
air limbah sebanyak 50 mL dimasukkan ke panjang gelombang 653 nm dan hal yang
dalam corong pisah yang telah disiapkan. sama juga dilakukan pada blanko. Penentuan
NaOH 1 N agar standar/sampel berada MBAS ini dilakukan pada sampel limbah
dalam suasana basa yang diuji dengan laundry sebelum dan sesudah proses
yang terbentuk dihilangkan dengan 2.3. Penentuan kadar fosfat dan deterjen
Penentuan kadar fosfat dilakukan
diteteskan larutan H2SO4 1 N secara hati-hati
dengan metode yang telah dilaporkan oleh
hingga warna merah muda tepat hilang.
Ndani (2016) [10]. Sampel air limbah
Selanjutnya sebanyak 10 mL CHCl3 dan 25
laundry diambil sebanyak 50 mL dan
mL reagen metilen biru ditambahkan ke
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Sampel
dalam corong pisah kemudian campuran
kemudian ditambahkan satu tetes indikator
dikocok selama 30 detik. Campuran
fenolftalin. Jika terbentuk warna merah
selanjutnya ditambah dengan beberapa 10
muda, dilakukan penambahan H2SO4 5N
mL isopropil alkohol untuk mengurangi
tetes demi tetes sampai warna hilang.
terjadinya emulsi. Campuran didiamkan
Kemudian ditambahkan 8 mL larutan
sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan CHCl3
campuran dan dihomogenkan. Larutan
dipisahkan dan dimasukkan ke dalam corong
didiamkan selama 15 menit. Selanjutnya
pisah lainnya. Ekstraksi CHCl3 diulangi
campuran tersebut dimasukkan ke dalam
sebanyak dua kali dengan menambahkan 10
kuvet sebanyak ¾ bagian dari volume kuVet
mL CHCl3 pada tiap ekstraksi.
dan diukur absorbansinya dengan
ditambahkan adalah dengan ukuran partikel konsentrasi deterjen dalam limbah laundry.
yang lolos ayakan 60 mesh (-60), 120 mesh Larutan standar MBAS dibuat dari larutan induk
(-120) dan dan 200 mesh (-200). Air limbah natrium lauril sulfat. Senyawa ini dipilih sebagai
deterjen dan karbon aktif diaduk senyawa untuk larutan standar karena merupakan
menggunakan magnetic stirrer dengan jenis surfaktan anionik yang banyak digunakan
kecepatan 400 rpm selama 75 menit. Hasil pada deterjen komersial. Kurva kalibrasi
dianalisis dengan metode MBAS untuk antara konsentrasi larutan standar dengan hasil
0.9
0.8 y = 0.0709x - 0.042
0.7 R² = 0.9869
0.6
Absorbansi
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (ppm)
3.2. Penentuan kadar surfaktan anionik Provinsi Jawa Timur Nomor 72 Tahun
atau deterjen dengan metode MBAS 2013, yakni dibawah 10 mg/L air limbah
[11]. Berdasarkan hasil tersebut,
Setelah penentuan kurva kalibrasi
dilakukan treatment untuk menurunkan
larutan standar, selanjutnya dilakukan
kadar surfaktan anionik atau deterjent
ekstraksi surfaktan anionik dari limbah
laundry. Tujuan dari perlakuan ini adalah
pada limbah laundry.
agar surfaktan anionik terikat dengan 3.3. Penurunan kadar surfaktan anionik
metilen biru dan terlarut dalam fase (detergen) dengan karbon aktif
kloroform. Jika kadar surfaktan anionik
dalam sampel limbah tinggi, maka akan Penurunan kadar surfaktan anionik
menunjukkan warna biru pekat pada fase (deterjen) dilakukan dengan menggunakan
kloroform. Dengan demikian, jumlah karbon aktif sebanyak 8 gram yang
surfaktan anionik yang dianalisis selanjutnya berfungsi sebagai adsorben. Penggunaan
dapat mewakili seluruh surfkatan anionik karbon aktif divariasi dengan ukuran mesh -
yang berada di limbah laundry. 60 atau 250 µm, -120 atau 125 µm dan -200
Prinsip dari metode MBAS ini atau 75 µm. Tujuan penggunaan variasi
adalah surfaktan anionik akan berikatan adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran
partikel terhadap aktifitas penurunan kadar
dengan metilen biru membentuk
surfaktan anionik. Dilakukan pengadukan
senyawa kompleks berwarna biru yang
dengan kecepatan 400 rpm selama 75 menit
larut dalam fase kloroform. Setelah
agar karbon aktif dapat menyerap dengan
diekstraksi, intensitas warna biru yang
lebih baik dan merata.
terbentuk diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang Larutan dengan campuran karbon aktif
Hasil penentuan konsentrasi pada Tabel karena ukuran partikel yang semakin kecil
3 menunjukkan bahwa karbon aktif dapat memiliki luas permukaan yang semakin
digunakan sebagai adsorben yang baik untuk besar sehingga lebih banyak situs atau
menurunkan kadar surfaktan atau deterjen permukaan karbon aktif yang dapat
pada limbah laundry. Hal ini dibuktikan dari digunakan sebagai tempat teradsorpsinya
penurunan konsentrasi yang sangat surfaktan kationik.
signifikan pada sebelum dan sesudah 3.4. Kinetika adsorbs surfaktan pada
treatment. Hasil treatment menunjukkan karbon aktif
bahwa seluruh sampel menunjukkan Proses penyerapan atau adsorpsi oleh
konsentrasi yang berada di bawah ambang suatu adsorben dipengaruhi banyak faktor
batas maksimal kandungan surfaktan anionik dan juga memiliki pola isotermal adsorpsi
di limbah sebesar 10 mg/L. Namun tertentu yang spesifik. Faktor-faktor yang
demikian, aplikasi skala besar penggunaan mempengaruhi dalam proses adsorpsi antara
karbon aktif dalam limbah in lebih kompleks lain yaitu jenis adsorben, jenis zat yang
karena karbon aktif memiliki kapasitas diserap, luas permukaan adsorben,
adsorpsi tertentu. Artinya, kemampuan konsentrasi zat yang diadsorpsi dan suhu.
karon aktif untuk mengadsorpsi surfaktan Oleh karena faktor-faktor tersebut maka
anionik terbatas pada nilai tertentu. setiap adsorben yang menyerap suatu zat
Perhitungan kapasitas adorpsi karbon aktif satu dengan zat lain tidak akan mempunyai
dari berbagai ukuran partikel yang pola isoterm adsorpsi yang sama. Diketahui
ditunjukkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat dua jenis persamaan pola
bahwa semaikn kecil ukuran partikel karbon isoterm adsorpsi yang sering digunakan pada
aktif, semakin tinggi pula kapasitas proses adsorpsi dalam larutan yaitu
adsorpsinya. Hal ini dapat disebabkan
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 134
W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140
dimana:
x/m= massa surfaktan anionik yang diserap per gram karbon aktif
14
12 y = 2.6633x - 5.3993
10 R² = 0.9786
Ce/(x/m)
8
6
4
2
0
2 3 4 5 6 7
Ce
0
0 0.5 1 1.5
-0.05
log Ce/(x/m)
-0.1
-0.15
-0.2 y = -0.443x + 0.2118
-0.25 R² = 0.9901
-0.3
log Ce
larutan tersebut, ditambahkan 1 tetes indikator pada panjang gelombang 880 nm. Hasil
phenolphthalein (pp) sebagai indikator perubahan absorbansi larutan standar fosfat ditampilkan
warna. Selanjutnya apabila terjadi perubahan pada Tabel 5. Data konsentrasi dan absorbansi
warna larutan menjadi pink yang menandakan pada Tabel 5 selanjutnya di plotkan sehingga
bahwa larutan bersifat basa diteteskan H2SO4 5 N diperoleh kurva kalibrasi fosfat sebagaimana
yang bersifat asam kuat untuk merubah larutan ditampilkan pada Gambar 4. Dari hasil plot kurva
pada kondisi netral dengan ditandai perubahan standar didapatkan persamaan y = 0,1026 x +
menjadi tidak berwarna. Kemudian, dilakukan 0,0779 dengan r2 sebesar 0,9836 (r=0,9917).
penambahan 8 mL larutan campuran Karena r > 0,95 maka dapat dikatakan bahwa
sebagaimana pada analisis deterjen dan kurva standar telah memenuhi persyaratan
dihomogenkan sampai terbentuk larutan sehingga dapat digunakan sebagai acuan
berwarna biru. Larutan standar tersebut dilakukan penentuan konsentrasi kadar fosfat dari sampel
pengukuran dengan Spektrofotometer UV-Vis limbah deterjen yang akan dianalisa.
campuran terjadi perubahan warna menjadi terganggunya proses fotosintesis. Selain itu,
biru pekat. Sampel kemudian diukur alga menyebabkan kurangnya oksigen bagi
absorbansinya dengan spektrofotometer UV- makhluk hidup dalam air dikarenakan
vis pada panjang gelombang 880 nm. Hasil oksigen yang digunakan oleh alga itu
pengukuran menunjukkan nilai absorbansi sendiri. Bukan hanya itu, pertumbuhan alga
sebesar 1,5295. Nilai absorbansi tersebut dalam jumlah banyak dapat memicu
melebihi nilai absorbansi yang baik untuk tersumbatnya saluran air pada sungai
analisis menggunakan spektrofotometer UV- sehingga menyebabkan aliran sungai
vis dan berada diluar rentang interpolasi menjadi tidak lancar [7][10].
kurva kalibrasi yang diperoleh. Namun
Hasil penelitian pada penentuan kadar
demikian, nilai tersebut mengindikasikan
fosfat menunjukkan bahwa konsentrasi pada
bahwa konsentrasi fosfat dalam cairan
sampel melebihi batas baku mutu sehingga,
limbah sangat tinggi. Oleh karena itu,
perlu dilakukannya treatment untuk
sampel kemudian diencerkan untuk
mengurangi kadar fosfat. Treatment
mendapatkan absorbansi yang berada di
dilakukan pada sampel yang telah
antara rentang interpolasi kurva kalibrasi.
diperlakukan awal seperti pada pembuatan
Proses pengenceran menghasilkan
kurva kalibrasi, namun di-treatment dengan
absorbansi sebesar 0,8036 dengan faktor
menggunakan karbon aktif sebesar 4 gram
pengenceran 2. Nilai tersebut sudah berada
yang berfungsi sebagai adsorbent.
pada rentang interpolasi kurva kalibrasi
Penurunan kadar fosfat dilakukan dengan
fosfat. Penghitungan konsentrasi
variasi ukuran karbon aktif -60, -120 dan -
berdasarkan persamaan regresi dengan
200 mesh. Tujuan penggunaan variasi adalah
melibatkan faktor pengenceran
untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel
menghasilkan konsentrasi fosfat dalam
terhadap aktivitas penurunan kadar fosfat.
sampel sebesar 14,148 ppm. Hal ini
Penurunan dilakukan dengan sistem batch
menandakan bahwa sampel limbah deterjen
disertai pengadukan dengan kecepatan 400
memiliki kadar fosfat yang tinggi dan telah
rpm selama 75 menit agar karbon aktif dapat
melewati batas baku mutu Pergub Jatim
menyerap dengan lebih baik dan merata.
yaitu sebesar 10 ppm [10].
Larutan dengan campuran karbon aktif
3.7. Penurunan kadar fosfat dengan kemudian disaring dan diukur filtrat dengan
karbon aktif spektrofotometer UV-vis pada panjang
Fosfat dapat memicu pertumbuhan alga gelombang 880 nm dengan dua kali
pada air, apabila terjadi pertumbuhan yang pengukuran. Dari hasil pengukuran maka
berlebihan maka akan menyebabkan sulitnya didapatkan serapan dari tiga variasi seperti
sinar matahari untuk masuk ke dalam air dan ditunjukkan pada Tabel pada Tabel 6.
[8] Rahimah, Z., Heldawati, H. dan Syauqiah, I., dan Way Kuala dengan Spektrofotometri
(2016), “ Pengolahan Limbah Deterjen UV-Vis”, Skripsi, Jurusan kimia FMIPA,
dengan Metode Koagulasi-Flokulasi Universitas Lampung.
Menggunakan Koagulan Kapur dan [11] Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72
PAC”, Konversi, 5 (2), 13-19 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air
[9] Arneli, (2010), “Sublasi Surfaktan dari Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan
Larutan Deterjgen dan Larutan Detergen Usaha Lainnya
Sisa Cucian serta Penggunaannya [12] Handayani, M. & S, E., 2009. Uji
Kembali sebagai Detergen, Jurnal Kimia Persamaan Langmuir dan freundlich
Sains dan Aplikasi, 13 (1), 4-7 Pada Penyerapan Limbah Crom (VI)
[10] Ndani, L.P.L.M., (2016), “Penentuan Kadar oleh Zeolit. Bandung, Pusat Penelitian
Senyawa Fosfat di Sungai Way Kuripan Metalurgi-LIPI.