Anda di halaman 1dari 14

AKTA KIMIA

INDONESIA Akta Kimindo Vol. 3(1), 2018: 127-140

Penurunan Kadar Surfaktan Anionik dan Fosfat


dalam Air Limbah Laundry di Kawasan Keputih,
Surabaya Menggunakan Karbon Aktif
W.P. Utomo, 1*; Z. V. Nugraheni1; A. Rosyidah,1, O. M. Shafwah,1 L.K. Naashihah,1 N. Nurfitria,2 I. F.
Ulfindrayani,3
1
Departemen Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kampus ITS Sukolilo, Surabaya
2
Jurusan Matematika, Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban
3
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Pembangunan Surabaya
*Corresponding author: wp.utomo@chem.its.ac.id

Abstrak
Limbah laundry merupakan salah satu limbah yang dapat mencemari lingkungan dan berdampak buruk
bagi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan kadar surfaktan anionik (deterjen) dan fosfat
yang terdapat dalam air limbah laundry di kawasan Keputih, Surabaya dengan menggunakan karbon aktif.
Penurunan kadar surfaktan anionik dan fosfat menggunakan karbon waktif dengan variasi ukuran partikel
yakni -60, -120 dan -200 mesh. Proses adsorpsi dilakukan dengan metode batch. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa kadar surfaktan anionik pada limbah sebelum adsorpsi sebesar 10,65 ppm dan kadar
fosfat sebesar 14,148 ppm. Kedua nilai tersebut berada diluar ambang batas yang ditetapkan pemerintah
sebesar 100 ppm. Uji adsorpsi menunjukkan bahwa karbon aktif mampu menurunkan kadar surfaktan
anionik dan fosfat secara signifikan. Kadar surfaktan anionik terendah setalah adsorpsi mencapai 3.102
ppm yang dihasilkan dari karbon aktif berukuran -200 mesh. Adsorpsi surfaktan anionik mengikuti model
adsorpsi isotermal Freundlich. Sementara itu, kadar fosfat tidak terdeteksi setelah proses adsorpsi. Secara
umum, semakin kecil ukuran karbon aktif, semakin besar kapasitas adsorpsinya terhadap surfaktan anionik
dan fosfat.

Kata kunci: Karbon aktif; surfaktan anionik; fosfat; adsorpsi; deterjen

Abstract
Waste water from laundry industry is one of the waste water that can pollute the environment and harmful
to humans. The aim of this research is to decrease the content of anionic surfactant (detergent) and
phosphate contained in laundry waste water in Keputih area, Surabaya by using activated carbon. The
decrease of anionic surfactnts and phosphate levels was carried out using activated carbon with particle
size variations ie -60, -120 and -200 mesh. The adsorption process was done by batch method. The results
showed that the anionic surfactant content of the waste water before adsorption was 10.65 ppm and the
phosphate level was 14.148 ppm. Both values are beyond the government-set threshold of 100 ppm. The
adsorption test showed that activated carbon was able to significantly decrease the content of the anionic
and phosphate surfactants. The lowest anionic surfactant level after adsorption reaches 3,102 ppm
produced from the 200-mesh activated carbon. Adsorption of anionic surfactants follows Freundlich's
isothermal adsorption model. Meanwhile phosphate levels are not detected after the adsorption process. In

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 127


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

general, the smaller the size of activated carbon, the greater the adsorption capacity of anionic and
phosphate surfactants.

Keyword: Activated carbon; anionic surfactant; phosphate; adsorption; detergent.

1. Pendahuluan Oleh karena itu, persentase kehadiran


Air merupakan sumber daya alam yang pencemar domestik di dalam badan air
krusial bagi kelangsungan hidup seluruh sering dijadikan indikator maju tidaknya
makhluk bumi. Kebutuhan air rata-rata suatu negara [4].
umumnya adalah sebesar 60 liter/orang/hari
Salah satu limbah yang banyak
untuk segala keperluannya. Pada tahun 2000,
menemari air sungai adalah limbah dari
dengan jumlah penduduk dunia sebesar
industri pencucian baju (laundry). Hal ini
6,121 milyar diperlukan air bersih sebanyak
disebabkan karena limbah dari laundry
367 km3, diperkirakan pada tahun 2025
mengandung deterjen yang mengandung
diperlukan sebanyak 492 km3 dan pada
beberapa potensi bahaya antara lain
tahun 2100 diperlukan 611 km3 air bersih
terbentuknya lapisan film dalam air akan
per hari [1]. Salah satu sumber air yang
menyebabkan menurunnya tingkat transfer
banyak dimanfaatkan untuk memenuhi
ke dalam air, gangguan kesehatan yang
kebutuhan hidup manusia dan makhluk
cukup serius pada manusia, serta kombinasi
hidup lainnya yaitu sungai. Pada umumnya
antara polifosfat dengan surfaktan dalam
air sungai yang keluar dari mata air
deterjen dapat meningkatkan kandungan
mempunyai kualitas yang baik. Namun
fosfat dalam air. Hal ini akan menyebabkan
dalam proses pengalirannya, air tersebut
terjadinya entroikasi yang dapat
akan menerima berbagai macam bahan
menimbulkan warna pada air [5].
pencemar [2]. Beberapa tahun terakhir ini,
kualitas air sungai di Indonesia sebagian Deterjen anionik adalah kelompok yang
besar dalam kondisi tercemar, terutama paling banyak digunakan dimasyarakat
setelah melewati daerah pemukiman, khususnya untuk proses pencucian baju
industri dan pertanian [3]. Di negara-negara rumah tangga maupun industri laundry.
berkembang termasuk Indonesia, Deterjen anionik ini mempunyai daya
pencemaran domestik merupakan jumlah pembersih yang kuat, murah dan mudah
pencemar terbesar (85%) yang masuk ke diperoleh di masyarakat. Surfaktan anionik
badan air. Sedang dinegara-negara maju, yang berasal dari sulfat adalah hasil reaksi
pencemar domestik merupakan 15% dari antara alkohol rantai panjang dengan asam
seluruh pencemar yang memasuki badan air. sulfat yang akan menghasilkan sulfat alkohol

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 128


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

yang mempunyai sifat aktif permukaan Karbon aktif dipilih karena memiliki daya
(surface active agent: Surfactan). Jenis serap yang tinggi yakni mencapai 25-100%
surfaktan anionik yang banyak digunakan terhadap senyawa organik ataupun
sebagai deterjen antara lain alkil benzen anorganik serta luas permukaan yang besar
sulfonat. Namun, saat ini alkil benzen berkisar antara 300-350 m2/g [7]. Oleh
sulfonat sudah banyak digantikan dengan karena itu, dalam penelitian ini dilakukan
alkil linear benzen sulfonat maupun natirum penurunan kadar surfaktan anionik dan
lauril sulfat yang dianggap lebih mudah fosfat dalam limbah laundry yang diperoleh
terdegradasi [6]. dari kawasan Keputih, Sukolilo, Surabaya
menggunakan karbon aktif. Air sungai di
Selain kandungan surfaktan anionik,
kawasan Keputih ini dipilih karena
keberadaan fosfat dalam limbah laundry
merupakan kawasan pemukiman padat
juga cukup berbahaya bagi lingkungan.
dengan banyak industry laundry skala rumah
Fosfat terdapat dalam air alam atau air
tangga. Ukuran partikel karbon aktif
limbah sebagai senyawa ortofosfat,
divariasikan untuk mengetahui pengaruhnya
polifosfat dan fosfat organik. Setiap senyawa
pada kapasitas adsorpsinya terhadap
fosfat tersebut terdapat dalam bentuk
surfaktan anionik dan fosfat. Model adsorpsi
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel
surfaktan anionik juga dibahas dalam
organisme dalam air. Fosfat terlarut adalah
penelitian ini.
salah satu bahan nutrisi yang menstimulasi
pertumbuhan yang sangat luar biasa pada 2. Metode Penelitian
alga dan rumput-rumputan dalam danau, 2.1. Alat dan Bahan
estuaria, dan sungai berair tenang. Batas Alat yang dibutuhkan dalam penelitian
konsentrasi fosfat terlarut yang diijinkan ini antara lain seperangkat peralatan gelas,
adalah 10 mg/L [7]. neraca analitik, spektrofotometer UV-Vis
(Genesis), kuvet, dan botol semprot.
Terdapat beberapa metode yang dapat Bahan yang diperlukan dalam
digunakan untuk menurunkan kadar penelitian ini adalah air limbah laundry yang
surfaktan anionik dan fosfat dalam limbah diambil dari sungai di sektar Keputih,
laundry, antara lain filtrasi, proses Sukolilo Surabaya, karbon aktif komersial
fotokatalisis [5], koagulasi [8] dan adsorpsi (teknis), aquadest, NaOH, H2SO4,
[7]. Proses adsorpsi merupakan proses yang kloroform, indikator fenolftalin (PP),
menarik untuk dikaji karena metode ini metilen biru, isopropil alkohol, Na2SO4,
dapat dilakukan dengan berbagai jenis amonium molibdat, asam askorbat, kertas
material, salah satunya adalah karbon aktif. saring, kalium antimonil tartrat

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 129


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

(K(SbO)C4H4O6.½H2O), dan kalium Ekstrak CHCl3 yang terkumpul pada


dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4), dan corong pisah kedua kemudian ditambahkan
kertas pH universal. dengan 50 mL larutan isopropil
2.2. Penentuan kadar surfaktan anionik alkohol/(CH3)2CHOH dan dikocok selama
(deterjen) dengan metode MBAS 30 detik. Proses ekstraksi dilakukan

(Methylene Blue Alkyl Sulfunate) pengulangan sebanyak dua kali dengan

Penentuan kadar surfaktan anionik masing-masing ditambah 10 mL CHCl3.

(deterjen) dilakukan dengan metode MBAS Lapisan CHCl3 dipisahkan dan dimasukkan

sebagaimana yang telah dilakukan oleh ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian

Arneli (2010) [9]. Dalam penentuan kadar dilakukan pengenceran hingga tanda batas.

surfaktan anionik ini, larutan standar untuk Selanjutnya dilakukan pembacaan serapan

pembuatan kurva kalibrasi maupun larutan dari lapisan CHCl3 yang telah diencerkan

sampel diperlakukan sama. Standar/Sampel dengan spektrofotometer UV-Vis pada

air limbah sebanyak 50 mL dimasukkan ke panjang gelombang 653 nm dan hal yang

dalam corong pisah yang telah disiapkan. sama juga dilakukan pada blanko. Penentuan

Standar/sampel ditetesi dengan larutan kadar surfaktan anionik dengan metode

NaOH 1 N agar standar/sampel berada MBAS ini dilakukan pada sampel limbah

dalam suasana basa yang diuji dengan laundry sebelum dan sesudah proses

indikator fenolftalein. Warna merah muda pengolahan dengan karbon aktif.

yang terbentuk dihilangkan dengan 2.3. Penentuan kadar fosfat dan deterjen
Penentuan kadar fosfat dilakukan
diteteskan larutan H2SO4 1 N secara hati-hati
dengan metode yang telah dilaporkan oleh
hingga warna merah muda tepat hilang.
Ndani (2016) [10]. Sampel air limbah
Selanjutnya sebanyak 10 mL CHCl3 dan 25
laundry diambil sebanyak 50 mL dan
mL reagen metilen biru ditambahkan ke
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Sampel
dalam corong pisah kemudian campuran
kemudian ditambahkan satu tetes indikator
dikocok selama 30 detik. Campuran
fenolftalin. Jika terbentuk warna merah
selanjutnya ditambah dengan beberapa 10
muda, dilakukan penambahan H2SO4 5N
mL isopropil alkohol untuk mengurangi
tetes demi tetes sampai warna hilang.
terjadinya emulsi. Campuran didiamkan
Kemudian ditambahkan 8 mL larutan
sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan CHCl3
campuran dan dihomogenkan. Larutan
dipisahkan dan dimasukkan ke dalam corong
didiamkan selama 15 menit. Selanjutnya
pisah lainnya. Ekstraksi CHCl3 diulangi
campuran tersebut dimasukkan ke dalam
sebanyak dua kali dengan menambahkan 10
kuvet sebanyak ¾ bagian dari volume kuVet
mL CHCl3 pada tiap ekstraksi.
dan diukur absorbansinya dengan

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 130


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

menggunakan spektrofotometer UV-Vis limbah sebanyak 50 mL dimasukkan


pada panjang gelombang 880 nm. Larutan kedalam gelas beaker. Kemudian
campuran dibuat dengan mencampurkan ditambahkan karbon aktif sebagai adsorbent
secara berturut-turut 50 mL H2SO4 5N , 5 sebanyak 4 gram. Variasi karbon akif yang
mL larutan kalium antimonil tartat, 15 mL ditambahkan adalah dengan ukuran partikel
larutan ammonium molibdat dan 30 mL yang lolos ayakan 60 mesh (-60), 120 mesh
larutan asam askorbat. Penentuan kadar (-120) dan dan 200 mesh (-200). Air limbah
fosfat ini dilakukan pada sampel limbah deterjen dan karbon aktif diaduk
laundry sebelum dan sesudah proses menggunakan magnetic stirrer dengan
pengolahan dengan karbon aktif. kecepatan 400 rpm selama 75 menit. Hasil
2.4. Penurunan Kadar surfaktan anionik treatment disaring, kemudian filtratnya
(deterjen) dianalisis sesuai dengan metode penentuan

Penurunan kadar surfaktan nionik kadar fosfat.

dilakukan dengan metode batch. Sampel air 3. Hasil dan Pembahasan


limbah sebanyak 100 mL dimasukkan 3.1. Pembuatan kurva kalibrasi larutan
kedalam gelas beaker. Kemudian MBAS
ditambahkan karbon aktif sebagai adsorbent
sebanyak 8 gram. Variasi karbon akif yang Kurva kalibrasi dibuat sebagai dasar pengukuran

ditambahkan adalah dengan ukuran partikel konsentrasi deterjen dalam limbah laundry.

yang lolos ayakan 60 mesh (-60), 120 mesh Larutan standar MBAS dibuat dari larutan induk

(-120) dan dan 200 mesh (-200). Air limbah natrium lauril sulfat. Senyawa ini dipilih sebagai

deterjen dan karbon aktif diaduk senyawa untuk larutan standar karena merupakan

menggunakan magnetic stirrer dengan jenis surfaktan anionik yang banyak digunakan

kecepatan 400 rpm selama 75 menit. Hasil pada deterjen komersial. Kurva kalibrasi

treatment disaring, kemudian filtratnya merupakan grafik yang menyatakan hubungan

dianalisis dengan metode MBAS untuk antara konsentrasi larutan standar dengan hasil

menentukan kadar deterjennya. pembacaan absorbansi larutan, yang hasilnya


merupakan garis lurus. Tabel 1 memperlihatkan
2.5. Penurunan kadar fosfat
nilai absorbansi dari larutan standar MBAS pada
Penurunan kadar fosfat dalam limbah
panjang gelombang 653 nm.
dilakukan dengan metode batch. Sampel air

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 131


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

TABEL 1 ABSORBANSI LARUTAN STANDART MBAS


Konsentrasi standart (ppm) Absorbansi
2 0,093
4 0,240
6 0,334
8 0,494
10 0,668
12 0,856

Dalam pembuatan kurva kalibrasi kemudian diplotkan terhadap konsentrasi


standar MBAS yang harus dilakukan adalah larutan standar sehingga diperoleh nilai
membuat beberapa larutan standar yang koefisien korelasi (r). Jika nilai koefisien
telah diketahui konsentrasinya dari analit korelasi tersebut mendekati 1 atau > 0,95
yang akan ditentukan konsentrasinya dalam maka dapat dikatakan bahwa hasil dari
sampel. Fungsi dari larutan standar ini pembuatan larutan standar memiliki tingkat
adalah sebagai standar dalam pengukur keakuratan yang cukup baik. Dari plot
analit yang nantinya hasilnya akan diplotkan kurva kalibrasi yang telah dilakukan
pada kurva standar untuk menentukan nilai didapatakan persmaan y = 0,0709x – 0,042
regresi dari kurva. Dalam analisis ini dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar
digunakan konsentrasi larutan standar 0,9934. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai
MBAS yang diperoleh melalui pengenceran absorbansi memiliki korelasi yang baik
larutan induk natrium lauril sulfat 1000 ppm dengan konsentrasi larutan sehingga
sehingga didapatkan larutan standar MBAS persamaan garis lurus yang diperolleh dapat
dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 digunakan untuk proses penentuan kadar
ppm. Nilai absorbansi yang didapat deterjen dari sampel.

0.9
0.8 y = 0.0709x - 0.042
0.7 R² = 0.9869
0.6
Absorbansi

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi larutan standar MBAS

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 132


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

3.2. Penentuan kadar surfaktan anionik Provinsi Jawa Timur Nomor 72 Tahun
atau deterjen dengan metode MBAS 2013, yakni dibawah 10 mg/L air limbah
[11]. Berdasarkan hasil tersebut,
Setelah penentuan kurva kalibrasi
dilakukan treatment untuk menurunkan
larutan standar, selanjutnya dilakukan
kadar surfaktan anionik atau deterjent
ekstraksi surfaktan anionik dari limbah
laundry. Tujuan dari perlakuan ini adalah
pada limbah laundry.

agar surfaktan anionik terikat dengan 3.3. Penurunan kadar surfaktan anionik
metilen biru dan terlarut dalam fase (detergen) dengan karbon aktif
kloroform. Jika kadar surfaktan anionik
dalam sampel limbah tinggi, maka akan Penurunan kadar surfaktan anionik
menunjukkan warna biru pekat pada fase (deterjen) dilakukan dengan menggunakan
kloroform. Dengan demikian, jumlah karbon aktif sebanyak 8 gram yang
surfaktan anionik yang dianalisis selanjutnya berfungsi sebagai adsorben. Penggunaan
dapat mewakili seluruh surfkatan anionik karbon aktif divariasi dengan ukuran mesh -
yang berada di limbah laundry. 60 atau 250 µm, -120 atau 125 µm dan -200

Prinsip dari metode MBAS ini atau 75 µm. Tujuan penggunaan variasi

adalah surfaktan anionik akan berikatan adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran
partikel terhadap aktifitas penurunan kadar
dengan metilen biru membentuk
surfaktan anionik. Dilakukan pengadukan
senyawa kompleks berwarna biru yang
dengan kecepatan 400 rpm selama 75 menit
larut dalam fase kloroform. Setelah
agar karbon aktif dapat menyerap dengan
diekstraksi, intensitas warna biru yang
lebih baik dan merata.
terbentuk diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang Larutan dengan campuran karbon aktif

gelombang 653 nm sesuai dengan kemudian disaring dan diukur kadar


surfaktannya dengan metode MBAS seperti
panjang gelombang pada pembuatan
pada pengukuran sampel limbah laundry
kurva kalibrasi. Hasil pengukuran
awal sebelum perlakuan. Dari hasil
menunjukkan nilai absorbansi sebesar
pengukuran maka didapatkan absorbansi
0,7153 sehingga didapat nilai
dari tiga variasi ukuran partikel sebagaimana
konsentrasi sebesar surfaktan anionik ditampilkan pada Tabel 2. Hasil absorbansi
atau deterjen sebesar 10,65 ppm. Kadar kemudian dimasukan kedalam persamaan y
surfaktan anionik atau deterjen pada = 0,0709x – 0,042 untuk mendapatkan
sampel limbah laundry yang dianalisis konsentrasi dari masing-masing treatment.
melebihi baku mutu yang telah Data hasil perhitungan konsentrasi terdapat

ditetapkan oleh Peraturan Daerah pada Tabel 3.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 133


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

TABEL 2. ABSORBANSI KADAR SURFAKTAN DENGAN KARBON AKTIF


Variasi Absorbansi
Absorbansi 1 Absorbansi 2
karbon aktif Rata-rata
Mesh 60 0,409 0,410 0,409
Mesh 120 0,278 0,278 0,278
Mesh 200 0,178 0,178 0,278

TABEL 3 KONSENTRASI SAMPEL SETELAH TREATMENT


Variasi Karbon Aktif Konsentrasi Kapasitas adsorpsi
(ppm) (mg/g)
Mesh -60 6, 3681 0.054
Mesh -120 4,5133 0.077
Mesh -200 3,1029 0.094

Hasil penentuan konsentrasi pada Tabel karena ukuran partikel yang semakin kecil
3 menunjukkan bahwa karbon aktif dapat memiliki luas permukaan yang semakin
digunakan sebagai adsorben yang baik untuk besar sehingga lebih banyak situs atau
menurunkan kadar surfaktan atau deterjen permukaan karbon aktif yang dapat
pada limbah laundry. Hal ini dibuktikan dari digunakan sebagai tempat teradsorpsinya
penurunan konsentrasi yang sangat surfaktan kationik.
signifikan pada sebelum dan sesudah 3.4. Kinetika adsorbs surfaktan pada
treatment. Hasil treatment menunjukkan karbon aktif
bahwa seluruh sampel menunjukkan Proses penyerapan atau adsorpsi oleh
konsentrasi yang berada di bawah ambang suatu adsorben dipengaruhi banyak faktor
batas maksimal kandungan surfaktan anionik dan juga memiliki pola isotermal adsorpsi
di limbah sebesar 10 mg/L. Namun tertentu yang spesifik. Faktor-faktor yang
demikian, aplikasi skala besar penggunaan mempengaruhi dalam proses adsorpsi antara
karbon aktif dalam limbah in lebih kompleks lain yaitu jenis adsorben, jenis zat yang
karena karbon aktif memiliki kapasitas diserap, luas permukaan adsorben,
adsorpsi tertentu. Artinya, kemampuan konsentrasi zat yang diadsorpsi dan suhu.
karon aktif untuk mengadsorpsi surfaktan Oleh karena faktor-faktor tersebut maka
anionik terbatas pada nilai tertentu. setiap adsorben yang menyerap suatu zat
Perhitungan kapasitas adorpsi karbon aktif satu dengan zat lain tidak akan mempunyai
dari berbagai ukuran partikel yang pola isoterm adsorpsi yang sama. Diketahui
ditunjukkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat dua jenis persamaan pola
bahwa semaikn kecil ukuran partikel karbon isoterm adsorpsi yang sering digunakan pada
aktif, semakin tinggi pula kapasitas proses adsorpsi dalam larutan yaitu
adsorpsinya. Hal ini dapat disebabkan
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 134
W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

persamaan adsorpsi Langmuir dan perhitungan menggunakan persamaan


Freundlich. Langmuir dan Freundlich. Uji persamaan
Langmuir dilakukan dengan menggunakan
Pengujian pola isoterm adsorpsi yang
Persamaan 1 sementara uji persamaan
sesuai untuk proses penyerapan surfaktan
Freundlich dilakukan dengan Persamaan 2
anionik oleh karbon aktif dilakukan dengan
[12].

Ce/(x/m) = 1/ab + 1/a Ce (1)

Log (x/m) = log k + 1/n log Ce (2)

dimana:

Ce = konsentrasi surfaktan anionik dalam larutan setelah diadsorpsi

x/m= massa surfaktan anionik yang diserap per gram karbon aktif

b = parameter afinitas atau konstanta Langmuir

a dan k = kapasitas / daya adsorpsi maksimum (mg/gram)

Penentuan persamaan isotermal plot dilakukan pada harga Ce/(x/m) versus


Langmuir dan Fruendlich dilakukan dengan Ce untuk mendapatkan persamaan Langmuir
menghitung harga x/m, Ce/(x/m), log dan memplotkan log (x/m) versus log Ce
Ce/(x/m) dan log Ce seperti yang terlihat untuk mendapatkan persamaan Freundlich.
pada Tabel 4. Data adsorpsi diperoleh dari Hasil plot data dari persamaan Langmuir
penyerapan surfaktan anionik oleh karbon ditunjukkan pada Gambar 2, sementara plot
aktif dengan variasi ukuran mesh. Data pada dari persamaan Freundlich ditampilkan pada
Tabel 4 selanjutnya diplotkan berdasarkan Gambar 3.
persamaan Langmuir dan Freundlich dimana

TABEL 4. PERHITUNGAN HARGA X/M, CE/(X/M), LOG X/M, DAN LOG CE


Ce
Ukuran ppm ppm x/m Ce/ Log
(ppm log Ce
mesh awal teradsorbsi (ppm/g) (x/m) (x/m)
sisa)

-60 10.655 4.287 6.368 0.535 11.881 -0.270 1.074

-120 10.655 6.142 4.513 0.767 5.878 -0.114 0.769

-200 10.655 7.552 3.102 0.944 3.286 -0.024 0.516

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 135


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

14
12 y = 2.6633x - 5.3993
10 R² = 0.9786

Ce/(x/m)
8
6
4
2
0
2 3 4 5 6 7
Ce

GAMBAR 2 PERSAMAAN ADSORPSI ISOTERMAL LANGMUIR DARI CE/(X/M) VERSUS CE

0
0 0.5 1 1.5
-0.05
log Ce/(x/m)

-0.1
-0.15
-0.2 y = -0.443x + 0.2118
-0.25 R² = 0.9901

-0.3
log Ce

GAMBAR 3 PERSAMAAN ADSORPSI ISOTERMAL FREUNDLICH DARI LOGCE/(X/M) VERSUS LOGCE

Pengujian persamaan adsorpsi Langmuir, maka terdapat kemungkinan


Langmuir dan persamaan adsorpsi pengaruh ikatan kimia dalam proses adsorpsi
Freundlich dibuktikan dengan grafik karbon aktif dengan surfaktan anionik.
linierisasi yang baik dan mempunyai harga Selain itu, walaupun mampu mebentuk
koefisien determinasi r2 ≥ 0.9 (mendekati lapisan multilayer di permukaan karbon
angka 1). Dari Gambar 3 dan 4 terlihat aktif, kapasitas adsorpsi surfaktan anionik
bahwa persamaan adsorpsi surfaktan anionik juga tetap dipengaruhi oleh luas permukaan
oleh karbon aktif lebih memenuhi persamaan karbon aktif.
adsorpsi Freundlich dengan nilai r2 sebesar
3.5. Penentuan kadar fosfat pada limbah
0,9901 (R=0,995). Hasil ini menunjukkan
laundry
bahwa proses adsorpsi yang terjadi antara
karbon aktif dengan surfaktan anionik lebih Penentuan kadar fosfat limbah laundry
bersifat fisik, dimana ikatan yang terbentuk diawali dengan pembuatan kurva kalibrasi fosfat.
merupakan ikatan fisika dengan terdapat Larutan fosfat yang digunakan sebagai standar
terdapat lebih dari satu lapisan permukaan adalah larutan yang dibuat dari KH2PO4.
(multilayer). Namun demikian, karena Konsentrasi larutan fosfat divariasikan sebesar 2,
adsorpsi tersebut juga memenuhi persamaan 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm. Pada tiap konsentrasi

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 136


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

larutan tersebut, ditambahkan 1 tetes indikator pada panjang gelombang 880 nm. Hasil
phenolphthalein (pp) sebagai indikator perubahan absorbansi larutan standar fosfat ditampilkan
warna. Selanjutnya apabila terjadi perubahan pada Tabel 5. Data konsentrasi dan absorbansi
warna larutan menjadi pink yang menandakan pada Tabel 5 selanjutnya di plotkan sehingga
bahwa larutan bersifat basa diteteskan H2SO4 5 N diperoleh kurva kalibrasi fosfat sebagaimana
yang bersifat asam kuat untuk merubah larutan ditampilkan pada Gambar 4. Dari hasil plot kurva
pada kondisi netral dengan ditandai perubahan standar didapatkan persamaan y = 0,1026 x +
menjadi tidak berwarna. Kemudian, dilakukan 0,0779 dengan r2 sebesar 0,9836 (r=0,9917).
penambahan 8 mL larutan campuran Karena r > 0,95 maka dapat dikatakan bahwa
sebagaimana pada analisis deterjen dan kurva standar telah memenuhi persyaratan
dihomogenkan sampai terbentuk larutan sehingga dapat digunakan sebagai acuan
berwarna biru. Larutan standar tersebut dilakukan penentuan konsentrasi kadar fosfat dari sampel
pengukuran dengan Spektrofotometer UV-Vis limbah deterjen yang akan dianalisa.

TABEL 5 ABSORBANSI LARUTAN STANDAR FOSFAT


Konsentrasi Absorbansi Absorbansi
(ppm) Rata-rata
2 0,274 0,273 0,2735
4 0,563 0,562 0,5625
6 0,756 0,754 0,755
8 0,921 0,921 0,921
10 1,09 1,093 1,0915
12 1,249 1,251 1,250

Gambar 4. Kurva Kalibrasi fosfat

Pada pengukuran kadar fosfat dalam basa. Selanjutnya, ditambahkan 1 tetes


sampel, 50 mL limbah deterjen ditetesi H2SO4 5N untuk merubah larutan menjadi
dengan indikator pp, pada penetesan terjadi kondisi netral yang diindikasikan dengan
perubahan warna menjadi merah muda yang perubahan warna menjadi tidak berwarna.
mengindikasikan bahwa sampel bersifat Pada saat ditambahkan 8 mL larutan

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 137


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

campuran terjadi perubahan warna menjadi terganggunya proses fotosintesis. Selain itu,
biru pekat. Sampel kemudian diukur alga menyebabkan kurangnya oksigen bagi
absorbansinya dengan spektrofotometer UV- makhluk hidup dalam air dikarenakan
vis pada panjang gelombang 880 nm. Hasil oksigen yang digunakan oleh alga itu
pengukuran menunjukkan nilai absorbansi sendiri. Bukan hanya itu, pertumbuhan alga
sebesar 1,5295. Nilai absorbansi tersebut dalam jumlah banyak dapat memicu
melebihi nilai absorbansi yang baik untuk tersumbatnya saluran air pada sungai
analisis menggunakan spektrofotometer UV- sehingga menyebabkan aliran sungai
vis dan berada diluar rentang interpolasi menjadi tidak lancar [7][10].
kurva kalibrasi yang diperoleh. Namun
Hasil penelitian pada penentuan kadar
demikian, nilai tersebut mengindikasikan
fosfat menunjukkan bahwa konsentrasi pada
bahwa konsentrasi fosfat dalam cairan
sampel melebihi batas baku mutu sehingga,
limbah sangat tinggi. Oleh karena itu,
perlu dilakukannya treatment untuk
sampel kemudian diencerkan untuk
mengurangi kadar fosfat. Treatment
mendapatkan absorbansi yang berada di
dilakukan pada sampel yang telah
antara rentang interpolasi kurva kalibrasi.
diperlakukan awal seperti pada pembuatan
Proses pengenceran menghasilkan
kurva kalibrasi, namun di-treatment dengan
absorbansi sebesar 0,8036 dengan faktor
menggunakan karbon aktif sebesar 4 gram
pengenceran 2. Nilai tersebut sudah berada
yang berfungsi sebagai adsorbent.
pada rentang interpolasi kurva kalibrasi
Penurunan kadar fosfat dilakukan dengan
fosfat. Penghitungan konsentrasi
variasi ukuran karbon aktif -60, -120 dan -
berdasarkan persamaan regresi dengan
200 mesh. Tujuan penggunaan variasi adalah
melibatkan faktor pengenceran
untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel
menghasilkan konsentrasi fosfat dalam
terhadap aktivitas penurunan kadar fosfat.
sampel sebesar 14,148 ppm. Hal ini
Penurunan dilakukan dengan sistem batch
menandakan bahwa sampel limbah deterjen
disertai pengadukan dengan kecepatan 400
memiliki kadar fosfat yang tinggi dan telah
rpm selama 75 menit agar karbon aktif dapat
melewati batas baku mutu Pergub Jatim
menyerap dengan lebih baik dan merata.
yaitu sebesar 10 ppm [10].
Larutan dengan campuran karbon aktif
3.7. Penurunan kadar fosfat dengan kemudian disaring dan diukur filtrat dengan
karbon aktif spektrofotometer UV-vis pada panjang

Fosfat dapat memicu pertumbuhan alga gelombang 880 nm dengan dua kali

pada air, apabila terjadi pertumbuhan yang pengukuran. Dari hasil pengukuran maka

berlebihan maka akan menyebabkan sulitnya didapatkan serapan dari tiga variasi seperti

sinar matahari untuk masuk ke dalam air dan ditunjukkan pada Tabel pada Tabel 6.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 138


W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

TABEL 6 ABSORBANSI KADAR FOSFAT DENGAN KARBON AKTIF


Variasi karbon Absorbansi Absorbansi Konsentrasi (ppm)
Absorbansi 2
aktif 1 Rata-rata
Mesh 60 0,024 0,025 0,0245 0,000
Mesh 120 0,014 0,014 0,014 0,000
Mesh 200 0,009 0,009 0,009 0,000

Hasil perhitungan konsentrasi srufaktan anionik menjadi 3,102 ppm. Hasil


menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat penurunan kadar fosfat dengan karbon aktif
dalam limbah deterjen sangat rendah dan menunjukkan bahwa kandungan fosfat
berada dibawah batas deteksi. Hal ini setelah proses tretament berkurang
menunjukkan bahwa kemampuan adsorpsi signifikan dibawah batas deteksi.
karbon aktif dalam mengadsorpi fosfat dari
Daftar Pustaka
limbah laundry sangat tinggi. Analisis pada
[1] Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya
nilai absorbansi menunjukkan bahwa Tanah dan Air. Penerbit ANDI.
semakin kecil ukuran partikel karbon aktif, Yogyakarta.
semakin besar pula kapasitas karbon aktif [2] Sofia, Y., Tontowi, dan S. Rahayu. 2010.
“Penelitian Pengolahan Air Sungai Yang
dalam mengadsorpsi fosfat. Hasil ini
Tercemar Oleh Bahan Organik”. Jurnal
menunjukkan bahwa karbon aktif sangat Sumber Daya Air, 6. 145-160.
berpotensi digunakan sebagai material [3] Simon, S.B. dan R. Hidayat. 2008.
adsorben untuk mengadsorpsi fosfat dari “Pengendalian Pencemaran Sumber Air
Dengan Ekoteknologi (Wetland Buatan)”.
limbah laundry.
Jurnal Sumber Daya Air, 4. 111-124.
[4] Suriawiria, U. 1996. Air dalam Kehidupan
dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit
4. Kesimpulan
Alumni. Bandung.
Kadar surfaktan anionik (deterjen) dan [5] Santi, S. S. (2009). Penurunan Konsentrasi
fosfat dalam air limbah laundry di Keputih, Surfaktan Pada Limbah Deterjen Dengan
Sukolilo, Surabaya melebihi ambang batas Proses Photokatalitik Sinar UV. Jurnal
Teknik Kimia Vol 4 No 1, 260-264.
yang telah ditentukan oleh Pergub Jatim
[6] Rosariawari, F. (2008). Penurunan
yakni sebesar 10,65 ppm untuk kadar Konsentrasi Limbah Deterjen
surfaktan anionik (deterjen) dan 14,148 ppm Menggunakan Furnace Bottom Ash
untuk kadar fosfat. Penurunan kadar deterjen (FBA). Jurnal Rekayasa Perencanaan, 4
(3).
dan fosfat tersebut berhasil dilakukan
[7] Majid, M., Rahmi, A., Umar, R dan Hengky,
dengan menggunkaan karbon aktif. Hasil H.K., 2017, “Efektivitas Penggunaan
yang diperoleh menunjukkan bahwa Karbon Aktif ada Penurunan Kadar
semakin kecil ukuran partikel, semakin Fosfat Limbah Cair Usaha Laundry di
Kota Pare-Pare Sulawesi Selatan”,
tinggi kapasitas adsorpsinya. Hasil adsorpsi
Prosiding Seminar Nasional
surfaktan anionik terbaik didapatkan dengan IKAKESMADA “Peran Tenaga
variasi ukuran -200 mesh dengan kandungan Kesehatan dalam Pelaksanaan SDGs”
DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 139
W.P. Utomo, dkk. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 127-140

[8] Rahimah, Z., Heldawati, H. dan Syauqiah, I., dan Way Kuala dengan Spektrofotometri
(2016), “ Pengolahan Limbah Deterjen UV-Vis”, Skripsi, Jurusan kimia FMIPA,
dengan Metode Koagulasi-Flokulasi Universitas Lampung.
Menggunakan Koagulan Kapur dan [11] Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72
PAC”, Konversi, 5 (2), 13-19 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air
[9] Arneli, (2010), “Sublasi Surfaktan dari Limbah Bagi Industri dan/atau Kegiatan
Larutan Deterjgen dan Larutan Detergen Usaha Lainnya
Sisa Cucian serta Penggunaannya [12] Handayani, M. & S, E., 2009. Uji
Kembali sebagai Detergen, Jurnal Kimia Persamaan Langmuir dan freundlich
Sains dan Aplikasi, 13 (1), 4-7 Pada Penyerapan Limbah Crom (VI)
[10] Ndani, L.P.L.M., (2016), “Penentuan Kadar oleh Zeolit. Bandung, Pusat Penelitian
Senyawa Fosfat di Sungai Way Kuripan Metalurgi-LIPI.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528 140

Anda mungkin juga menyukai