Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Disusun Oleh:

Nama : Fernando Sahat Pangihutan Siregar

NPM : E1G020080

Prodi : Teknologi Industri Pertanian

Kelompok :-

Hari/Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2020

Jam : 10.00-12.00

Dosen : 1.Dra. Devi Silsia. M.Si

2. Dra. Syafnil. M.Si

Ko-Ass : Elvira Rosa Nasution

Objek Praktikum : Analisis kualitas Air

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,
bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di muka bumi ini tidak pernah terdapat
dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar.
Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang te1 rpencil dengan udara
yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan1 yang turun di atasnya selalu
mengandung bahan-bahan terlarut, seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan-bahan
tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dari
atmosfer.
Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal
(logam terlarut, seperti Na, Mg, Ca, dan Fe). Air yang mengandung komponen-
komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah. Air yang tidak tercemar
tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak mengandung
bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan
sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu,
misalnya untuk air minum, (air ledeng, air sumur), berenang/rekreasi, mandi,
kehidupan hewan air, pengairan dan keperluan industri.
Adanya benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan
sesuai dengan peruntukkannya secara normal disebut dengan pencemaran air.
Pengertian/definisi pencemaran air berdasarkan keputusan Menteri KLH No.
02/MENKLH/1978 adalah : Adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi, komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau proses alam, Penuntun Praktikum Kimia 54 sehingga kualitas air turun
sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
1.2 Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu menguji atau menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat
kimia air secara kualitatif dan kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi


kondisi lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk
mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas
air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005).

Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar
dan suhu untuk air minum idealnya ±30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan
terlarut diameter <10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm) yang berupa senyawa
kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).

Air untuk minum umumnya berasal dari Air Permukaan (Surface Water) seperti
danau, sungai dan cadangan air lainnya di permukaan Bumi atau dari Air Tanah
(Ground Water) atau air yang di pompa (melalui pengeboran) dari dalam tanah yang
umumnya bebas dari kandungan zat berbahaya, namun tidak selalu bersih (Krisnandi,
2009).
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih
5 mg/l. Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam
air dengan menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton
dapat menyebabkan kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang. Maka dengan
itu plankton dalam kolam harus selalu dipantau (Ansori, 2008).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2
bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang,
2006).
Dalam pengukuran kualitas air secara umum, menggunakan metode purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengaan memperhatikan berbagai
pertimbangan kondisi serta keadaan daerah pengamatan (Fajri, 2013).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di
pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas
manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan
DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung (Barus, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat
menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat
berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan secchi
disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002).
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan
kualitas air. Oksigen terlarut akan langsung berpengaruh pada kemampuan organisme
untuk bertahan di perairan tercemar. Pada perairan yang jenuh biasanya mengandung
oksigen dalam rentang 8-15 mg / l. Tergantung pada salinitas dan tempertur bagi
organisme – organisme akuatik biasanya membutuhkan dengan konsentrasi 5-8 mg/l
untuk dapat hidup secara normal
( Naster,1991 dalam Wibowo, 2004).
Amonium ( NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion
amonium adalah bentuk transisi dari amoniak. Sumber amoniak di perairan adalah
pemecahan nitrogen organik ( protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat
dalam limbah dan air, yang berasaal dari bahan organik yang terdapat di dalam
limbah dan air,yang berasal dari bahan organik ( tumbuhan ) dan biota akuatik yang
telah mati olwh mikrpba dan jamur ( Effendi, 2003).
BAB III
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan

• Alat
-Gelas ukur 50 ml - Corong kaca
- Corong kaca - Penjepit tabung reaksi
- Gelas ukur 100 ml - Erlemeyer
- Penjepit tabung reaksi - Kompor listrik/gas
- Gelas ukur 50 ml - Buret dan statif
- Erlemeyer - Corong
- Pipet tetes - Neraca Analitik
- Kompor listrik/gas - Botol semprot
- Pipet volume 5 ml - Termometer

• Bahan
- KMnO4
- Aquades
- H2SO4
- H2SO4
- Kertas lakmus merah
- Asam oksalat (H2C2O4)
2.2 Cara Kerja
1. Suhu/temperatur
➢ Siapkan sampel (buka tutup botol sampel)
➢ Celupkan alat pengukur suhu (termometer atau O2 meter) ke dalam
sampel, pastikan tangan anda tidak bersentuhan dengan alat pengukur
tersebut.
➢ Baca angka yang tertera pada alat tersebut.
2. Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi
➢ Ambil sampel sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan tuangkan ke dalam
gelas piala dan panaskan.
➢ Perhatikan, apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang mengendap!
➢ Jika sampel menjadi keruh berarti ada zat padat terlarut, sedangkan jika
terjadi endapan berarti sampel mengandung zat padat tersuspensi.
3. Warna
➢ Ambil sampel ke dalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume tabung
reaksi.
➢ Bandingkan warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.
4. DO (Disolve Oxygen)
➢ 100 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas piala yang bervolume 100 ml.
➢ Celupkan O2 meter ke dalam sampel
➢ Tekan mode untuk mendapatkan nilai DO
➢ Angka yang tertera pada O2 meter menunjukkan konsentrasi oksigen yang
dikandung sampel.
5. Amoniak (NH3)
➢ Masukkan 10-15 ml sampel ke dalam tabung reaksi.
➢ Lipatkan kertas lakmus merah di mulut tabung reaksi.
➢ Panaskan di atas lampu spritus.
➢ Amati sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak.
➢ Sampel mengandung amoniak jika tercium bau tengik atau lakmus merah
berubah menjadi warna biru. Penuntun Praktikum Kimia 58
6. COD secara kuantitatif
➢ Pipet 10ml sampel dengan pipet volume dan masukkan ke dalam gelas
ukur 100 ml.
➢ Encerkan sampel tersebut dengan aquades sampai volume 100 ml.
➢ Ditambah 5 ml H2SO4 4 N, panaskan sampai mendidih.
➢ Ditambah lagi dengan 10 ml KMnO4 0,01 N dan didihkan selama 10
menit (terbentuk warna merah muda)
➢ Jika selam dididihkan warna merah muda hilang tambah 10 ml KMnO4
0,01 N lagi, sampai warna merah muda tidak hilang lagi.
➢ Tambah 10 ml asam oksalat (H2C2O4) 0,01 N warna merah muda hilang.
➢ Selagi panas segera titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna
merah muda yang stabil (tidak hilang lagi), catat volume KMnO4 yang
terpakai (= r)
• Faktor koreksi :
➢ Larutan yang telah dititrasi diatas ditambah 10 ml asam oksalat (H2C2O4)
0,01 N.
➢ Titrasi lagi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah muda
yang stabil (tidak hilang lagi), catat volume KMnO4 yang terpakai (= n)
➢ Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti, ulangi lagi percobaan ini sekali
lagi.
• Rumus perhitungan angka KMnO4 :
1000
Angka KMnO4 = 10 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 {(𝑝 + 𝑟)𝑓 − 10}𝑥0,01 𝑥 31,6

Keterangan:
p = jumlah volume KMnO4 0,01 N selama pemanasan.
r = jumlah volume KMnO4 0,01 N selama titrasi pertama.
f = faktor koreksi KMnO4 = 10/n
n = jumlah volume KMnO4 0,01 N selama titrasi kedua.
0,01 = normalitas KMnO4
31,6 = BE KMnO4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


N Hasil Pengamatan
Parameter
No Air Sumur Air Sungai
1
1 Suhu 28 º C 29 o C
2
2 Zat Padat Tidak Keruh Sedikit Keruh
Terlarut
3
3 Zat Padat Tidak Ada endapan Ada Sedikit Endapan
Tersuspensi
4
4 Warna Bening Agak ke kuningan
5
5 DO - -
6
6 Amoniak Tidak Tengik Sedikit Tengik
7
7 COD Volume Volume Volume Volume Volume Volume
KMnO4 KMnO4 KMnO4 KMnO4 KMnO4 KMnO4
Selama Titirasi Titirasi Selama Titiras Titirasi
Pemasans I II pemansan I II
an (mL) (mL) (mL) (mL) (mL)
(mL)
Ulangan I - - - - - -
Ulangan II - - - - - -
BAB V
PEMBAHASAN
Dari Hasil pengamatan diatas kita ketahui jumlah sampel air untuk praktikum
ini adalah 2 sampel yang meliputi air sumur dan air sungai. Dari Parameter suhu
sampel air sumur suhunya cenderung agak sedikit lebih rendah dibandingkan suhu air
sungai yaitu 28 o C dan air sungai 29 o C sehingga kedua sampel ini cenderung tidak
o
dapat dikonsumsi sebab suhu normal air yang dapat dikonsumsi adalah ± 3 dari
suhu lingkungannya.
Dalam pengamatan warna kedua sampel air , pada air sumur warna air nya
berwarna. Sedangkan pada air sungai warna airnya berwarna agak ke kuningan ini
mungkin disebabkan oleh humus dan bahan organic serta sampah-sampah yang
membusuk di sungai tersebut.
Setelah kedua sampel dipanaskan hingga mendidih,dan dilakukan penciuman
bau tengik atau tidak tengik pada sampel,pada air sumur tidak terdapat bau tengik
sehingga tidak terdapat amoniak (NH3) maka air sumur belum tercemar dan pada air
sungai tercium sedikit tengik sehingga terdapat sedikit amoniak dalam airnya, maka
air sungai sudah tercemar. Selanjutnya pengamatan zat padat terlarut pada kedua
sampel, pada air sumur airnya tidak berubah menjadi keruh sehingga tidak terdapat
zat padat terlarut, dan pada air sungai airnya berubah menjadi sedikit keruh maka
terdapat sedikit zat padat terlarut. Dan setelah diamati lagi pada air sumur tidak ada
perubahan atau mengalami pengendapan sehingga pada air sumur tidak terdapat zat
padat tersuspensi, namun pada air sungai justru mengalami perubahan atau ada
sedikit endapan di didalam air sehingga air sungai mengandung sedikit zat padat
tersuspensi.
Dalam hasil pengamatan DO memang tidak ada tetapi penting untuk diketahui
bahwa DO pada Suhu air yang terlalu tinggi mengakibatkan oksigen yang terlarut
atau DO level pada air rendah. Karena semakin tinggi suhu air, kelarutan oksigen
semakin rendah. Sebaliknya kelarutan oksigen akan semakin tinggi jika suhu air
normal. Hal ini disebabkan karena air dan oksigen bebas berikatan secara fisika.
Oksigen yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal
dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air.
Kelarutan oksigen (O2) dalam air sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan,
udara dan gerak pada air (turbulensi). Oksigen yang terdapat dalam air ini sangat
diperlukan untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan air. Oksigen diperlukan
oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya
termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Kadar oksigen dalam air juga tergantung
pada kotornya air itu. Makin kotor air, maka makin kecil kadar oksigennya. Oleh
karena itu oksigen juga sering dipakai sebagai parameter untuk menentukan tingkat
pencemaran pada air, khususnya untuk air sungai. Untuk keperluan air minum dan
kehidupan aquatik, makin tinggi kadar oksigennya makin baik air tersebut.
Dalam hasil pengamatan COD (Chemical Oxygen Demand) tidak ada tetapi
COD merupakan adanya zat organik yang melebihi dari yang disyaratkan berarti
menunjukkan adanya pencemaran/pengotoran terhadap air tersebut. Zat organik
merupakan makanan mikroorganisme, yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan
sehingga membahayakan masyarakat yang menggunakannya. Zat organik dapat pula
mengganggu peroses pengolahan disamping menyebabkan air menjadi berwarna,
memberikan rasa dan bau yang tidak sedap. Untuk mengetahui berapa banyak zat
organik dalam air adalah sulit, sebab banyak sekali macamnya, maka lalu ditetap-kan
dengan pemakaian oksigen secara kimia, yang dikenal dengan COD . COD adalah
banyak-nya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik secara kima
dalam tiap liter air pada kondisi tertentu.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan dari hasil praktikum ini yaitu :
• Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/
tawar dan suhu untuk air minum idealnya ±30 C.
• Air Keran termasuk air jernih sedangkan air sawah bukan air jernih
• Air Keran tidak memiliki zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi,Sedangkan Air Sawah sedikit memiliki zat padat terlarut dan zat
padat tersuspensi.
• Amonium ( NH3) terdapat pada air sawah sedangkan pada air keran tidak ada
• Oksigen terlarut (DO/Disolve Oxygen) merupakan salah satu parameter
penting dalam penentuan kualitas air. Oksigen terlarut akan langsung
berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan di perairan
tercemar
• COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyak-nya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik secara kimia dalam tiap liter air
pada kondisi tertentu.

6.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah :
• Praktikan diharapkan lebih teliti dalam membaca alat dan menetapkan hasil
akhir agar galat yang ada tidak besar .
• Praktikan diharapkan utuk belajar seputar percobaan sebelum melakukan
percobaan ini.
Praktikan diharapkan agar selalu semangat dalam menghadapi kesulitan–kesulitan
yang ada saat praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Buku Penuntun Praktikum Kimia Umum Universitas


Bengkulu.Bengkulu:Universitas Bengkulu

Anonim.http://wikipedia.org.Analisa kualitas Air 13 November 2013.

Ari harnanto.2002.Kimia 3.Jakarta :Esis

http://www.widyawandi.blog spot.com diakses tanggal 14 November 2013

Ujang Haryanto.1998.Kimia untuk Universitas.Bandung:Erlangg


Gambar Pengamatan

1. Air Sumur

• Suhu Air Sumur


2. Air Sungai

• Suhu Air Sungai

Anda mungkin juga menyukai