Anda di halaman 1dari 9

\Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara yang menghasilkan sumber daya alam terbesar didunia, untuk
mengelola sumber daya alam yang melimpah diperlukan bantuan dari berbagai industri seperti ekstil,
semen, kertas, pupuk, perkebunan, dan lain-lain.Selain menghasilkan produk yang
bermanfaat, industri juga menghasilkan limbah.Salah satu limbah utama yang dihasilkan oleh industri
adalah air. Air limbah merupakan air buangan yang dihasilkan dari pemakaian air dari proses produksi
dan berbagai aktivitas lain yang ditampung dalam danau buatan (Rimantho dan Athiyah 2019). Air
yang tercemar oleh limbah dapat menjadi sumber penyakit dan tidak baik untuk lingkungan maupun
manusia (Valeria et al 2018) .
Analisis kandungan air diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh cemaran yang terjadi di suatu
wilayah perairan. Analisis kualitas limbah dapat dilakukan menggunakan indikator biologi
dan kimia.Indikator biologi adalah korelasi perilaku komunitas di alam dengan
lingkungannya.Sedangkan indikator kimia dilakukan dengan dilakukannya analisis BOD, COD
dan Disolved Oxygen (DO).Dengan demikian perlu dilakukan pengujian BOD dan COD
untuk mengetahui kondisi limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri tersebut (Nurani et al
2019).
Sebelum melakukan analisis limbah air, diperlukan teknik pengambilan sampel yang tepat.
Pengambilan sampel air dilakukan untuk tujuan pemantauan dan penelitian, serta untuk menentukan
kandungan fisika, kimia, dan bakteriologis pada air bersih maupun air minum agar sesuai dengan
baku mutu kesehatan (Ahdiaty dan Fitriana 2020). Dalam melakukan sampling air, perlu
memperhatikan metode dan prosedur yang benar untuk memastikan hasil yang akurat dan dapat
diandalkan.
Untuk menentukan kualitas dari suatu air tidak hanya dilakukan dalam analisis BOD,COD, dan DO
tapi Ph air, daya hantar listrik, kekeruahan air, sertan adanya nitrogen dalam air, hal hal tersebut
adalah hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kualitas suatu air di wilayah tertentu.
Praktikum kali ini praktikan akan menganalisis kandungan air dari segi kandungan BOD, pH air, daya
hantar listrik air, kekeruhan air, dan analisis kandungan nitrogen dalam air.

Tujuan
Tujuan dari praktikum untuk mengetahui bagaimana cara melakukan sampling air dengan benar,
untuk mengtahui bagaimana cara menganalisa kandungan dari limbah air permukaan sungai dari
beberapa aspek seperti kadar BOD, DO, kadar pH, daya hantar listrik air, kekeruhan air serta
kandungan nitrogen dalam limbah air sungai. Serta mempelajari apa pengaruh kandungan BOD, DO,
kadar pH air, daya hantar listrik air, kekeruhan air dan kandungan nitrogen dalam air terhadap kualitas
air sungai dan kesehatan.
Kesimpulan
Bwerdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh praktikan dapat disumpulkan bahwa
kadnungan BOD, DO, kadar pH air, daya hantar listrik air, kekeruhan air dan kandungan nitrogen
dapat dianalisis dengan metode titrasi dan bantuan dari beberapa instrumen seperti pH meter,
turbinimeter, dan konduktometer metrohom. Kandungan BOD, DO, kadar pH air, daya hantar listrik
air, kekeruhan air dan kandungan nitrogen dapat mempengaruhi kualitas air, seperti jika tingkat
kekeruhan suatu sampel air tinggi maka air tersebut tidak layak untuk di konsumsi, semakin tinggi
nilai BOD dan semakin rendah nilai DO, maka air tersebut semakin tidak layak untuk digunakan. pH
yang netral menandakan air tersebut layak untuk dikonsumsi, tingginya daya hantar listrik dan
kandungan nitrogen dalam air menunjukkan adanya cemaran yang terjadi dalam air. Semua aspek
tersebut dapat mempengaruhi kualitas air permukaan sungai.
Metode
Alat dan bahan yang digunakan, (Yang ada dipanduan).
Prosedur yang pertama kali dilakukan yaitu sampling air, disiapkan botol gelap 600ml atau
botol aqua 600 ml yang di tutupi plastik hitam, praktikan pergi menuju lokasi pengambilan sampel air,
praktikan menuju titik lokasi yang telah ditentukan yaitu titik 1, 2, dan 3. Ssetetlah itu dimasukkan
botol kedalam air, ditunnggu samapai terisi, dibuang isinya untuk mencuci botol, dimasukkan
kembali botol, diletakkan kepala botol berlawanan dengan aliran air sungai, ditunggu botol sampai
terisi penuh, dipastikan botol tidak berisi gelembung udara, ditutup botol didalam air, lalu diangkat
botol dan diletakkan kedalam kulkas.
Prosedur selanjutnya yaitu standarisasi natrium tiosulfat, disiapkan buret gelap, diisi buret
gelap dengan natrium tiosulfat 0,025N, dipipet ki 0,025N sebanyak 25ml, dimasukkan Ki kedalam
erlenmeyer 250ml, setelah itu ditambahkan HCL 2M sebanyak 25 ml, Larutan Ki di titrasi dengan
natrium tiosulfat 0,025 N, dititrasi sampai kuning hilang, ditambahkan 5 tetes amilum kedalam larutan
Ki, dititrasi kembali sampai warna biru hilang.
Prosedur selanjutnya penentuan kandungan oksigen terlarut contoh air hari 0. Disiapkan botol
BOD 125ml, diisi botol BOD sampai terisi penuh, dibuka tutup botol BOD, dipipet mangan sulfat dan
azida natrium iodida alakali sebanyak 2ml, dicelupkan pipet kedalam botol BOD, di letakkan
mangansulfat dan azida natrium iodida alkali kedalam botol BOD, ditutup botol BOD, dibilas
kelebihan di botol dengan air keran, dikocok botol BOD sebanayk 15 kali, dibiarkan menegndap
selama 2 menit, buka tutup botol dan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat, ditutup botol, dikocok
botol sampai endapan yang terbentuk larut, dituangkan 50ml larutan BOD kedalam erlenmeyer
250ml, disiapkan buret berisi natrium tiosulfat yang sudah di standarisasi, dititrasi sampai kuning
hilang, ditambah 2 ml indikator amilum kedalam sampel BOD, dititrasi dengan natrium tiosulfat
sampai warna biru hilang, dicatat volume natrium tiosulfat yang diibutuhkan, prosedur selanjurnya
pnentuan bahan orgnaik total hari 3, di masukkan sampel kedalam botol BOD, disimpan di lemari
gelap selama 3 hari, dilakukan prosedur yang sama seperti penentuan p kandungan oksigen terlarut
contoh air hari 0.
Yang nitrogen dan kekeruhan di riva.

Hasil dan Pembahasan


Sampling air adalah sebuah proses pengambilan contoh air dari suatu sumber air untuk diuji
kualitasnya. Tujuan dari sampling air adalah untuk mengetahui kualitas air yang akan digunakan
untuk berbagai keperluan, seperti untuk minum, pertanian, industri, dan lain sebagainya.

Air permukaan adalah air yang terdapat di permukaan bumi, seperti sungai, danau, waduk, saluran,
mata air, rawa, dan gua/air karst (Kodoatie 2021). Air permukaan sering digunakan sebagai tempat
pengambilan sampling air karena mudah diakses dan sering digunakan untuk berbagai keperluan,
seperti untuk minum, pertanian, dan industri.
Air permukaan juga dapat memberikan informasi tentang kondisi lingkungan dan kualitas air
di suatu daerah. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan sampel uji gabungan
tempat (Integrated place sample) yaitu campuran dari beberapa contoh yang diambil pada satu saluran
dari beberapa titik tertentu denganvolume dan waktu yang samayaitusampel diambil secara horizontal
(kiri, tengah, dan kanan) (Ahdiaty dan Fitriana 2020). Botol yang digunakan untuk pengambilan
sampel air berwarna gelap, tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya fotodegradasi atau
perubahan kualitas air akibat paparan sinar matahari langsung (Dio et al 2021).
Botol berwarna gelap dapat melindungi sampel air dari paparan sinar UV dan cahaya yang
dapat mempengaruhi kualitas air. Selain itu, botol berwarna gelap juga dapat mengurangi
pertumbuhan mikroorganisme dalam sampel air karena cahaya dapat memicu pertumbuhan
mikroorganisme. Pada saat pengambilan sampling air, kepala botol diletakkan berlawanan arah
dengan aliran sungai untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari permukaan air atau dari udara.
Dengan meletakkan kepala botol berlawanan arah dengan aliran sungai, maka air yang
masuk ke dalam botol berasal dari lapisan air yang lebih dalam dan lebih mewakili kualitas air di
dalam sungai. Percobaan ini dilakukan pengujian limbah air permukaaan (Sebutin kampus) yaitu
BOD dengan 3 titik pada masing masing sampel dengan 3 kali pengulangan. BOD adalah jumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan bahan organik
dalam kondisi aerobik (Aji et al 2016). Nilai BOD bisa diartikan sebagai gambaran jumlah
bahan organik yang mudah terurai (biodegradable organics) yang ada di suatu perairan
(Atima, 2015).
Prinsip pengukuran BOD yaitu sejumlah sampel uji ditambahkan kedalam larutan
pengencer jenuh oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi, kemudian diinkubasi di dalam
ruang gelap pada suhu 20oC ± 3oC selama 3 hari. Nilai BOD dihitung berdasarkan selisih
konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 3 (tiiga) hari. Penentuan nilai BOD sampel air
dilakukan dengan metode titrasi winkler.Prinsip penentuan nilai BOD dengan metode titrasi
winkler adalah titrasi iodometri (modifikasi azida) (Andika et al 2020). metode ini, volume yang
akan ditentukan adalah volume larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang digunakan untuk
titrasi iodium (I2) yang dibebaskan.
Sebelumnya larutan buffer fosfat yang telah diaerasi dengan oksigen ditambahkan dengan
larutanMnSO4dan larutan alkali iodida azidasehingga terbentukendapan Mn(OH)3. Dengan
penambahan H2SO4,endapan yang terbentuk akan larut kembali dan membebaskan molekul
iodium (I2) yang ekuivalen dengan. oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini
selanjutnya dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3) sampai berubah warna
menjadi warna kuning jerami. Selanjutnya larutan ditambahkan indikator amilum ke dalam larutan
Iodium dan dilanjutkan titrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3) sampai terjadi
perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna.
Penambahan indikator amilum menjelang titik akhir titrasi dilakukan agar tidak terbentuk
ikatan iod-amilum yang dapat menyebabkan volume Na2S2O3keluar lebih banyak dari
yang seharusnya. Mekanisme reaksiyang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sebelum melakukan penentuan BOD sampel air diperlukan standarisasi Na2SO3 sebagai
titran. Standarisasi adalah proses penetapan sifat berdasarkan parameter-parameter tertentu untuk
mencapai derajat kualitas yang sama (Indriyanti et al 2018). Standarisasi ini penting untuk dilakukan
karena berguna untuk memastikan kadar dari natrium tiosulfat agar keslahan yang timbul dapat
diminimalisir. Dalam standarisasi natrium tiosulfat dengan KiO3, terjadi reaksi antara kalium iodat
(KiO3) dan kalium iodida (KI) yang menghasilkan ion iodin (I2) dan ion kalium (K+), Reaksi ini
kemudian diikuti oleh reaksi antara ion iodin (I2) dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) yang
membentuk ion tiosulfat (S2O3^2-) dan ion iodida (I-)
Reaksi antara kalium iodat (KiO3) dan kalium iodida (KI) menghasilkan ion iodin (I2) dan
ion kalium (K+):
KiO3 + 5KI + 3H2SO4 → 3I2 + 3K2SO4 + 3H2O
Ion iodin (I2) yang dihasilkan bereaksi dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) membentuk ion
tiosulfat (S2O3^2-) dan ion iodida (I-):
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Dalam reaksi ini, larutan kalium iodat digunakan sebagai larutan standar primer untuk menentukan
konsentrasi larutan natrium tiosulfat

Daya hantar listrik pada air dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan kualitas air.
Air yang memiliki daya hantar listrik yang tinggi dapat menunjukkan adanya kandungan mineral yang
tinggi atau adanya kontaminan dalam air. Daya hantar listrik pada air dapat digunakan untuk
memprediksi kandungan mineral dalam air. Semakin tinggi daya hantar listrik pada air, semakin
banyak garam-garam terlarut yang terionisasi dalam air. Kemampuan air sebagai penghantar listrik
dipengaruhi oleh jumlah ion atau garam yang terlarut di dalam air. Semakin banyak garam yang
terlarut semakin tinggi daya hantar listrik yang terjadi (Astuti 2014).
Keasaman dan kebasaan dari air dinyatakan dalam pH dan diukur dalam skala 0
sampai 14. Angka yang semakin rendah menunjukkan kondisi larutan yang semakin masam,
sebaliknya semakin tinggi pH maka kondisi larutan semakin alkalin. Skala pH adalah
logaritmik, artinya peningkatan 1 angka, misalnya 4 ke 5 menunjukkan 10 kali
peningkatan alkalinitasnya demikian juga sebaliknya (Astuti 2014). Pengukuran pH
mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara. Kondisi pH larutan hara sangat menentukan
tingkat kelarutan unsur hara, dan ketersediaan hara.
Pembahasan data pH
Kualitas air juga ditentukan oleh pH di mana nilai pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan. nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam
air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan .Adanya karbonat, hidroksida
dan bikarbonat menaikkan kebasaan air sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam
karbonat menaikkan keasaman (Juliasih et al 2017). Air limbah dan bahan buangan industri akan
mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian
mikroorganisme sangat peka terhadap perubahan nilai pH dalam perairan. Nilai pH akan
mempengaruhi proses-proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH
rendah. Pengukuran pH mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara. Kondisi pH larutan
hara sangat menentukan tingkat kelarutan unsur hara, dan ketersediaan hara.

Lanjut
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian teroksidasi. Nitrit tidak
ditemukan dalam air limbah yang segar, melainkan dalam limbah yang sudah lama (Juliasih et
al 2017). Nitrit tidak dapat bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi
antara amoniak dan nitrat. Nitrit bersumber dari bahan-bahan yang bersifat korosif dan banyak
dipergunakan di pabrik-pabrik (Emilia 2019). Spektrofotometri Nadhila dan nuzlia 2019)
Pembahasan data
Nitrit tidak tetap dan dapat berubah menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrat
Analisis kandungan senyawa nitrit dan nitrat dalam air merupakan parameter umum yang dapat
dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran pada suatu perairan. Dalam perairan alami, nitrit
(NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena
bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) dari
amonia menjadi nitrat pada proses nitrifikasi, dan dari nitrat menjadi gas nitrogen pada proses
denitrifikasi denitrifikasi berlangsung pada kondisi anaerob (Amanati 2016).. Kandungan senyawa
nitrit yang tinggi di perairan disebabkan oleh aktifitas yang tinggi dari bakteri pengurai akibat
pembuangan limbah rumah tangga, pertanian, serta industri.
Analisis kekeruhan air adalah pengukuran yang dilakukan untuk menentukan tingkat
kejernihan air dengan mengukur seberapa besar partikel-partikel yang tersuspensi dalam air
memengaruhi cahaya yang ditransmisikan melalui air atau bagaimana cahaya itu memantulkan
partikel di dalam air Tingkat kekeruhan air disebut turbiditas. Turbiditas dapat diukur menggunakan
turbidimeter yang mempunyai prinsip absorption spectoscopy dan yang diukur adalah absorpsi akibat
partikel yang tercampur. Turbiditas juga dapat diukur menggunakan turbidimeter atau nephelometer
yang mempunyai prinsip pada hamburan sinar dengan peletakan detektor pada sudut 90o dari sumber
sinar dan yang diukur adalah hamburan cahaya (Pramesti dan Puspikawati 2020 )
Pembahasan data
NTU (Nephelometric Turbidity Unit) adalah satuan standar untuk mengukur kekeruhan pada
sampel air. Pada analisis kekeruhan, sumber cahaya diproyeksikan melalui sampel cairan yang
mengandung partikel-partikel padat yang tersuspensi. Semakin banyak partikel yang tersuspensi,
semakin besar hamburan cahaya yang terjadi, dan semakin tinggi nilai NTU yang terukur (Pramesti
dan Puspikawati 2020). Standar kekeruhan air ditetapkan antara 5-25 NTU. Jika nilai kekeruhan air
melebihi batas yang telah ditetapkan, dapat mengganggu estetika dan mengurangi efektivitas
desinfeksi air. Terdapat faktor ffaktor yang mempengaruhi kekeruhan dari sampel air yaitu jasad jasad
renik, warna air, suhu air, pH air, kandungan bahan organik dan kimia (Suhendr et al 2020).

Berdasarkan tabel 1. Didapat nilai DO dengan pengukuran DO meter pada masing masing
titik sebesar……… dan didapat nilai pH sebesar… Nilai DO pada air dapat mempengaruhi nilai pH.
Saat nilai DO rendah, maka pH air akan menjadi asam. Hal ini disebabkan oleh adanya
proses oksidasi yang terjadi pada air yang rendah nilai DO-nya, sehingga terjadi peningkatan kadar
ion hidrogen (H+) dalam air. Nilai pH dan DO pada air dapat menjadi indikator kualitas air. Semakin
tinggi nilai DO, maka kualitas air akan semakin baik. Sebaliknya, jika nilai DO rendah, maka kualitas
air menunjukkan tingkat pencemaran yang tinggi (Susana 2009).
Kualitas air ditentukan oleh pH di mana nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi
perairan. nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan
merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan .Adanya karbonat, hidroksida dan
bikarbonat menaikkan kebasaan air sementara adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat
menaikkan keasaman (Juliasih et al 2017). Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH
air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian mikroorganisme sangat peka
terhadap perubahan nilai pH dalam perairan. Nilai pH akan mempengaruhi proses-proses biokimia
perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Pengukuran pH mencerminkan
reaksi kimia air dan larutan hara. Kondisi pH larutan hara sangat menentukan tingkat
kelarutan unsur hara, dan ketersediaan hara.
Nilai pH dapat mempengaruhi kelarutan dan toksisitas zat tertentu dalam air sehingga dapat
mempengaruhi daya hantar listrik. Misalnya, air asam dapat melarutkan logam berat dan zat beracun
lainnya, sehingga dapat meningkatkan konduktivitas listrik. Di sisi lain, air basa dapat menyebabkan
kerak dan pengendapan mineral, sehingga dapat menurunkan konduktivitas listtrik. konduktivitas
listrik berkaitan dengan konsentrasi ion terlarut dalam air, seperti garam dan mineral. Daya hantar
listrik yang tinggi dapat menunjukkan adanya padatan terlarut sehingga dapat mempengaruhi rasa dan
kualitas air. Konsentrasi ion-ion terlarut dalam air dapat dipengaruhi oleh nilai pH air
NTU (Nephelometric Turbidity Unit) adalah satuan standar untuk mengukur kekeruhan pada
sampel air. Pada analisis kekeruhan, sumber cahaya diproyeksikan melalui sampel cairan yang
mengandung partikel-partikel padat yang tersuspensi. Semakin banyak partikel yang tersuspensi,
semakin besar hamburan cahaya yang terjadi, dan semakin tinggi nilai NTU yang terukur (Pramesti
dan Puspikawati 2020). Standar kekeruhan air ditetapkan antara 5-25 NTU. Jika nilai kekeruhan air
melebihi batas yang telah ditetapkan, dapat mengganggu estetika dan mengurangi efektivitas
desinfeksi air. Terdapat faktor ffaktor yang mempengaruhi kekeruhan dari sampel air yaitu jasad jasad
renik, warna air, suhu air, pH air, kandungan bahan organik dan kimia (Suhendr et al 2020).
konsentrasi amonia dalam sampel air dapat mempengaruhi nilai BOD pada sampel air.
Amonia dapat digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber nutrisi untuk melakukan dekomposisi
bahan organik dalam sampel air, namun jika konsentrasi amonia terlalu tinggi, maka dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan menurunkan nilai BOD pada sampel air (Putri et al
2019). jika konsentrasi amonia dalam sampel air terlalu tinggi, maka dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan menurunkan nilai BOD pada sampel air. Hal ini disebabkan oleh adanya efek
toksik dari amonia pada mikroorganisme.
hubungan berbanding terbalik antara DO dan BOD dalam air. Semakin tinggi kadar DO
dalam air maka semakin rendah kadar BODnya. Hal ini dikarenakan DO dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik di dalam air, dan semakin tinggi kadar DO maka
proses penguraiannya akan semakin efisien. Akibatnya, tingkat BOD akan menurun (Buwono et al
2021). Faktor yang membedakna nilai DO pada masing masing titik dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti sumber oksigen, suhu air, aktivitas biologis, dan pencemaran.
Berdasarkan hasil pencarian, lama inkubasi dapat mempengaruhi nilai BOD (Biological
Oxygen Demand) pada sampel air. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai pengaruh lama
inkubasi terhadap nilai BOD sampel air:

1. BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik[2][4]. Nilai BOD pada sampel air dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas air dan tingkat pencemarannya.

2. Lama inkubasi dapat mempengaruhi nilai BOD pada sampel air. Semakin lama inkubasi,
maka semakin banyak oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan
organik dalam sampel air. Oleh karena itu, nilai BOD pada sampel air akan semakin rendah seiring
dengan bertambahnya lama inkubasi[1][4].

3. Standar metode pengukuran BOD pada air adalah dengan melakukan inkubasi selama 5
hari (BOD5)[4]. Namun, terdapat juga metode pengukuran BOD dengan inkubasi selama 7 hari
(BOD7), 10 hari (BOD10), atau 21 hari (BODu)[4]. Semakin lama inkubasi, maka semakin rendah
nilai BOD pada sampel air.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa lama inkubasi dapat mempengaruhi nilai
BOD pada sampel air. Semakin lama inkubasi, maka semakin rendah nilai BOD pada sampel air. Oleh
karena itu, penting untuk memperhatikan lama inkubasi yang digunakan dalam pengukuran BOD
pada sampel air agar dapat memperoleh hasil yang akurat dan dapat diandalkan.

Citations:
[1] https://core.ac.uk/download/pdf/229361024.pdf
[2] https://ejurnalunsam.id/index.php/JQ/article/download/2617/1831
[3] http://repositori.uin-alauddin.ac.id/11211/1/Pengaruh%20Massa%20Zeolit%20dan
%20waktu%20Inkubasi%20Limbah%20Cair%20Industri%20Tahu%20Terhadap%20Kadar%20Bod
%20dan%20Cod.pdf
[4] https://www.saka.co.id/news-detail/efisiensi-pengujian-biochemical-oxygen-demand--
bod--pada-air-limbah-industri-semen
[5] https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/download/168/69/429
[6] https://journal.trunojoyo.ac.id/juvenil/article/viewFile/9037/5171
nilai pH pada air irigasi kelas IV harus berada dalam rentang 6,5-8,5, sedangkan nilai DHL
tidak boleh melebihi 1000 µS/cm

Dafpus
Ahdiaty, R., & Fitriana, D. (2020). Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong di Wilayah Kota
Yogyakarta. Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA), 3(2), 65-73.

Ahdiaty, R., & Fitriana, D. (2020). Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong di Wilayah Kota
Yogyakarta. Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA), 3(2), 65-73.

Aji, N. R., Wibowo, E. A. P., Ujiningtyas, R., Wirasti, H., & Widiarti, N. (2016). Sintesis komposit TiO2-
bentonit dan aplikasinya untuk penurunan BOD dan COD Air Embung UNNES. Jurnal Kimia
VALENSI, 2(2), 114-119.

Amanati,Lutfi. 2016. Uji Nitrit Pada Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Yang
Beredar Dipasaran. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri. 2(1): 59–64 (Nitrogen)
Andika, B., Wahyuningsih, P., & Fajri, R. (2020). Penentuan nilai BOD dan COD sebagai parameter
pencemaran air dan baku mutu air limbah di pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) Medan. QUIMICA:
Jurnal Kimia Sains Dan Terapan, 2(1), 14-22. (Patokan)

Astuti, A. D. (2014). Kualitas air irigasi ditinjau dari parameter DHL, TDS, pH pada lahan sawah Desa
Bulumanis Kidul Kecamatan Margoyoso. Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan
dan IPTEK, 10(1), 35-42. (Patokan PH sana daya hantar listrik)

Atima, W. 2015. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air
Limbah. Jurnal Biology Science & Education. 4(1): 83-93.
Buwono, N. R., Risjani, Y., & Soegianto, A. (2021). Distribution of microplastic in relation to water
quality parameters in the Brantas River, East Java, Indonesia. Environmental Technology &
Innovation, 24, 101915.

Dio, R. G. R., Bahri, S., Kiswandono, A. A., & Supriyanto, R. (2021). Validasi Metode Fotodegradasi
Congo Red Terkatalis ZNO/Zeolit Y Secara Spektrofotometri UV-VIS. Analit: Analytical and
Environmental Chemistry, 6(2), 134-144.

Emilia, I. (2019). Analisa kandungan Nitrat dan Nitrit Dalam Air Minum Isi Ulang menggunakan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. Indobiosains. 1(1). (nitrogen)

Hartini, E. (2020). STATUS MUTU AIR SUNGAI GEDE KABUPATEN JEPARA. VISIKES: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 19(01).Baku NTU

Indriyanti, E., Purwaningsih, Y., & Wigati, D. (2018). Skrining Fitokimia dan Standarisasi ekstrak kulit
buah labu kuning (Cucurbita moschata). Cendekia Eksakta, 3(2).

Juliasih, N. L. G. R., Hidayat, D., & Ersa, M. P. (2017). Penentuan kadar nitrit dan nitrat pada perairan
teluk Lampung sebagai indikator kualitas lingkungan perairan. Analit: Analytical and Environmental
Chemistry, 2(2). (Nitrogen).

Kodoatie, R. J. (2021). Tata ruang air tanah. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nadhila, H., & Nuzlia, C. (2019). Analisis Kadar Nitrit pada Air Bersih dengan Metode Spektrofotometri
Uv-Vis. AMINA, 1(3), 132-138.
Nuraini, E., Fauziah, T & Lestari, F. 2019. Penentuan Nilai BOD Dan COD Limbah Cair
Inlet Laboratorium Pengujian Fisis Politeknik Atk Yogyakarta. Integrated Lab Journal. 07(02):
10-15
Peraturan pemerintah Republik Indonesia 2021. Peraturan pemerintah republik indonesia tentang
penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pramesti, D. S., & Puspikawati, S. I. (2020). Analisis Uji Kekeruhan Air Minum Dalam Kemasan Yang
Beredar Di Kabupaten Banyuwangi. Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 75-85.
(Kekeruhan)

Putri, W. A. E., Purwiyanto, A. I. S., Agustriani, F., & Suteja, Y. (2019). Kondisi nitrat, nitrit, amonia,
fosfat dan BOD di Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, 11(1), 65-74.

Rimantho, D., & Athiyah, A. (2019). Analisis Kapabilitas Proses untuk Pengendalian Kualitas Air
Limbah di Industri Farmasi. Jurnal Teknologi, 11(1), 1-8. (Air limbah adalah)

Suhendar, D. T., Sachoemar, S. I., & Zaidy, A. B. (2020). Hubungan Kekeruhan Terhadap Suspended
Particulated Matter (Spm) Dan Klorofil Dalam Tambak Udang. JFMR (Journal of Fisheries and Marine
Research), 4(3), 332-338. (Kekeruhan)

Susana, T. (2009). Tingkat keasaman (pH) dan oksigen terlarut sebagai indikator kualitas perairan
sekitar muara Sungai Cisadane. Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology, 5(2),
33-39.

Valerie., Wijaya, J. C & Pinontoan, R. 2018. Kajian Pustaka: Pemanfaatan Mikroba yang
Berpotensi sebagai Agen Bioremidiasi Limbah Pewarna Tekstil. FaST-Jurnal Sains dan
Teknologi. 2(1): 32-47.

Anda mungkin juga menyukai