KIMIA LINGKUNGAN 1
PERCOBAAN 8
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
NILAI PARAF
2021
PERCOBAAN 8
BOD
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui BOD
(Biochemical Oxygen Demand) pada suatu perairan.
Perhitungan DO0:
1. Oksigen Terlarut Air Sungai Martapura
Diketahui = a : 7,7 mL
N : 0,025 N
V : 300 mL
Ditanya = OT0 ?
Dijawab =
OT0 = a x N x 8.000
𝑉−4
= 7,7 x 0,025 x 8.000
300 − 4
= 1.540
296
= 5,2 mg O2/L
2. Oksigen Terlarut Air Sungai Kemuning
Diketahui = a : 5,6 mL
N : 0,025 N
V : 300 mL
Ditanya = OT0 ?
Dijawab =
OT0 = a x N x 8.000
𝑉−4
= 5,6 x 0,025 x 8.000
300 − 4
= 1.120
296
= 3,78 mg O2/L
N : 0,025 N
V : 300 mL
Ditanya = OT0 ?
Dijawab =
OT0 = a x N x 8.000
𝑉−4
= 10,2 x 0,025 x 8.000
300 − 4
= 2.040
296
= 6,89 mg O2/L
Perhitungan DO5:
4. Oksigen Terlarut Air Sungai Martapura
Diketahui = a : 4,9 mL
N : 0,025 N
V : 300 mL
Ditanya = OT5 ?
Dijawab =
OT0 = a x N x 8.000
𝑉−4
= 4,9 x 0,025 x 8.000
300 − 4
= 980
296
= 3,31 mg O2/L
N : 0,025 N
V : 300 mL
Ditanya = OT5 ?
Dijawab =
OT0 = a x N x 8.000
𝑉−4
= 4,2 x 0,025 x 8.000
300 − 4
= 840
296
= 2,84 mg O2/L
N : 0,025 N
V : 300 mL
Ditanya = OT5 ?
Dijawab =
OT0 = a x N x 8.000
𝑉−4
= 6,1 x 0,025 x 8.000
300 − 4
= 1220
296
= 4,12 mg O2/L
Perhitungan BOD:
7. BOD5 Air Sungai Martapura
Diketahui = D1 : 3,78 mg O2/L
D2 : 3,31 mg O2/L
B1 : 6,89 mg O2/L
B2 : 4,12 mg O2/L
P : 2
Ditanya = BOD5?
Dijawab =
BOD5 (20℃) = ((D1-D2)-(B1-B2)) x P
= ((3,78-3,31) - (6,89-4,12) x 2)
= ((0,47-2,77) x 2)
= - 4,6 mg O2/L
B. PEMBAHASAN
Pada analisa kadar BOD dilakukan dengan metode titrasi
iodometri. Titrasi iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana
oksidator yang dianalisa kemudian direaksikan dengan ion iodida
berlebih dalam keadaan yang sesuai, selajutnya iodium dibebaskan
secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan standar. Prinsip
pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat
organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerobic (Ramadhani dkk., 2020). Penentuan
nilai BOD sampel dilakukan dengan metode titrasi winkler. Prinsip
penentuan nilai BOD dengan metode titrasi winkler adalah titrasi
iodometri (modifikasi azida). Pada metode ini, volume yang akan
ditentukan adalah volume larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang
digunakan untuk titrasi iodium (I2) yang dibebaskan. Sebelumnya
larutan buffer fosfat yang telah diaerasi dengan oksigen ditambahkan
dengan larutan MnSO4 dan larutan alkali iodida azida sehingga
terbentuk endapan Mn(OH)3. Dengan penambahan H2SO4, endapan
yang terbentuk akan larut kembali dan membebaskan molekul iodium
(I2) yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan
ini selanjutnya dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3)
sampai berubah warna menjadi warna kuning jerami. Larutan
selanjutnya ditambahkan indikator amilum ke dalam larutan Iodium
dan dilanjutkan titrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Na 2S2O3)
sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna.
Penambahan indikator amilum menjelang titik akhir titrasi dilakukan
agar tidak terbentuk ikatan iod-amilum yang dapat menyebabkan
volume Na2S2O3 keluar lebih banyak dari yang seharusnya (Andika
dkk., 2020).
Penetapan suhu dalam perhitungan BOD parameter yang sangat
penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi,
kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas
sehari-hari. Suhu dapat mempengaruhi kadar Dissolved Oxygen (DO)
dalam air. Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD dapat diketahui
dengan menginkubasi contoh air pada suhu 20°±1C selama 5 hari.
Bahan-bahan organik sebenarnya membutuhkan suhu 20°±C selama
lebih dari 20 hari agar mendapatkan hasil yang sempurna. Akan tetapi
dalam prakteknya di laboratorium, inkubasi berlangsung selama 5 hari
dengan anggapan bahwa selama waktu itu persentase reaksi cukup
besar dari total BOD. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan organik
karbon mencapai 95-99% dan dalam waktu 5 hari sekitar 60-70%
bahan organik telah terdekomposisi. Nilai BOD dapat ditentukan
dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan
menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan
(misalnya BOD 7, BOD10) agar tidak terjadi ketidaksesuaian dalam
interpretasi. Jika waktu inkubasi kurang dari 5 hari, maka persentase
reaksi dari total BOD bernilai kecil. Inkubasi selama 2 hari hanya
dapat menguraikan zat organik sebesar 50% saja, oleh sebab itu, pada
umumnya dilakukan BOD 5 hari karena selain dapat menguraikan zat
organik cukup besar yaitu 60%-70%, juga dapat menghemat waktu
analisis jika dibandingkan dengan BOD 20 hari (Ramadhani dkk.,
2019).
Percobaan penentuan nilai BOD pada air sungai Martapura dan
air sungai kemuning dilakukan dalam 2 cara. Perhitungan pertama
yaitu dengan menghitung zat organik pada DO0 kemudian dilanjutkan
dengan menghitung DO5, sehingga penentuan BOD dapat diperoleh
dengan mengurangi DO0 dan DO5 menggunakan rumus khusus
perhitungan kadar atua kandungan BOD. Penentuan kadar BOD air
sungai Martapura dan sungai Kemuing tahap DO0 dimulai dengan
memasukkan sampel air sebanyak 350 mL ke dalam gelas bekker. Air
pengencer kemudian dimasukkan 350 ml ke dalam gelas bekker yang
sama dan dihomogenkan. Larutan dimasukkan ke dalam dua botol
winkler sampai leher botol, sampai tidak ada oksigen yang
terperangkap dalam botol. Botol winkler diberi label DO.0 dan DO.5
Botol winkler dengan label DO.0 dititrasi dengan metode winkler
untuk memeriksa kandungan oksigennya.
Proses perhitungan dengan metode titrasi winkler diawali
dengan menambahkan larutan MnSO4 sebanyak 2 mL ke dalam
sampel air pada botol winkler DO0 di bawah permukaan cairan.
Warna larutan pada sampel air sungai Martapura dan sungai
Kemuning berubah menjadi sedikit keruh. Larutan alkali iodida
sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam botol winkler, pada sampel air
sungai Martapura larutan tampak berwarna coklat keorenan (pekat),
sedangkan pada sampel air sungai Kemuning berwarna jingga keruh.
Botol ditutup kembali dengan hati-hati untuk mencegah
terperangkapnya udara dari luar kemudian dikocok dengan membalik-
balikkan botol beberapa kali. Gumpalan diendapkan selama 10 menit,
hingga proses pengendapan sempurna, pada kedua sampel sangat
terlihat perbedaan atau pemisahan antara endapat dan larutannya.
Larutan yang jernih dikeluarkan dari botol dengan menggunakan pipet
sebanyak 100 ml dan dipindahkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml.
Endapan ditambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 2 mL pada sisa
larutan yang mengendap dalam botol winkler dengan dialirkan melalui
dinding bagian dalam dari leher botol agar asam sulfat yang
ditambahkan tidak langung bereaksi dengan air dan mengakibatkan
reaski tak terduga, kemudian botol segera ditutup kembali. Botol
digoyangkan dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut
seluruh isi botol. Warna larutan dari sampel air sungai Martapura dan
sungai Kemuning berubah menjadi jingga tanpa ada endapan. Larutan
dalam botor winkler dituangkan secara kuantitatif ke dalam
erlenmeyer 500 ml tadi. Iodin yang dihasilkan dari kegiatan tersebut
kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat 0,025 N sehingga pada air
sungai martapura menjadi warna coklat muda dan pada air sungai
kemuning berwarna jingga muda. Volume larutan tiosulfat yang
digunakan pada titrasi pertama pada sampel air sungai Martapuda dan
sungai Kemuning ini masing-maisng sebesar 3,7 ml dan 7,2 ml.
Indikator kanji ditambahkan sebanyak 2 mL (akan timbul warna biru)
dan pada masing-masing sampel menunjukkan warna hijau tua setelah
ditambahkan indikator kanji. Sampel kemudian dititrasi dengan
tiosulfat dilanjutkan hingga warna biru hilang pertama kali (setelah
beberapa menit akan timbul lagi). Warna dari hasil akhir titrasi pada
kedua sampel yaitu bening (tidak berwarna) dengan volume larutan
tiosulfat yang digunakan pada masing-maisng sampel (sungai
Martapura dan Kemuning) sebesar 7,7 ml dan 5,6 ml. Amilum
merupakan indikator redoks khusus yang digunakan sebagai petunjuk
apabila telah terjadi ekuivalen pada titrasi iodometri. Hal ini
disebabkan karena warna biru gelap yang muncul akibat dari
kompleks iodin-amilum merupakan warna yang spesifik untuk titrasi
iodometri ini. Mekanismenya belum tentu diketahui dengan pasti
namun, ada asumsi bahwa molekul iodin tertahan di permukaan -
amilosa. Larutan amilum mudah terdekomposisi oleh bakteri,
sehingga biasanya ditambahkan asam borat sebagai pengawetnya .
Jumlah I2 yang ekivalen dengan kadar oksigen dalam sampel
ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat
(Na2S2O3), Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses
iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk
sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Reaksi yang terjadi:
Oksidator + 2 I − I2 + Reduktor
I2 + 2Na2S2O3 2I − + Na2S4O6
(Tim Penyususn Modul, 2017)
Hasil BOD yang diperoleh dari DO0 pada masing-masing sampel air
(sungai Martapura dan Kemuning) dengan melalui formula atau rumus
perhitungan yang telah ditetapkan sebelumnya maka diperoleh hasil
sebesar 5,2 mg O2/L dan 3,78 mg O2/L.
Proses perhitungan DO5 diawali dengan mengambil sampel air
yang berada dalam botol winkler DO5 yang telah diinkubasi selama 5
hari pada suhu 20℃. Kondisi larutan pada botol winkler setelah 5 hari
terdapat endapan berwarna kuning pada botol. Percobaan perhitungan
BOD5 juga menggunakan metode titrasi winkler yang diawali dengan
menambahkan larutan MnSO4 sebanyak 2 mL ke dalam sampel air
pada botol winkler DO5 di bawah permukaan cairan. Larutan alkali
iodida sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam botol winkler, pada
kedau sampel air tampak terjadi perubahan warna menjadi coklat
muda keruh. Botol ditutup kembali dengan hati-hati untuk mencegah
terperangkapnya udara dari luar kemudian dikocok dengan membalik-
balikkan botol beberapa kali. Gumpalan diendapkan selama 10 menit,
hingga proses pengendapan sempurna, pada kedua sampel sangat
terlihat perbedaan atau pemisahan antara endapat dan larutannya.
Larutan yang jernih dikeluarkan dari botol dengan menggunakan pipet
sebanyak 100 ml dan dipindahkan ke dalam erlenmeyer 500 ml.
Endapan ditambahkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 2 mL pada sisa
larutan yang mengendap dalam botol winkler dengan dialirkan melalui
dinding bagian dalam dari leher botol agar asam sulfat yang
ditambahkan tidak langung bereaksi dengan air dan mengakibatkan
reaski tak terduga, kemudian botol segera ditutup kembali. Botol
digoyangkan dengan hati-hati sehingga semua endapan melarut
seluruh isi botol. Warna larutan dari sampel air sungai Martapura dan
sungai Kemuning berubah menjadi jingga tanpa ada endapan Larutan
dalam botor winkler dituangkan secara kuantitatif ke dalam
erlenmeyer 500 ml tadi. Iodin yang dihasilkan dari kegiatan tersebut
kemudian dititrasi dengan larutan tiosulfat 0,025 N sehingga pada air
sungai Martapura menjadi warna kuning dan pada air sungai
Kemuning berwarna kuning cerah. Volume larutan tiosulfat yang
digunakan pada titrasi pertama pada sampel air sungai Martapura dan
sungai Kemuning ini masing-maisng sebesar 2,8 ml dan 4,3 ml.
Indikator kanji ditambahkan sebanyak 2 mL (akan timbul warna biru)
dan pada masing-masing sampel menunjukkan warna hijau tua setelah
ditambahkan indikator kanji. Sampel kemudian dititrasi dengan
tiosulfat dilanjutkan hingga warna biru hilang pertama kali (setelah
beberapa menit akan timbul lagi). Warna dari hasil akhir titrasi pada
kedua sampel yaitu bening (tidak berwarna) dengan volume larutan
tiosulfat yang digunakan pada masing-maisng sampel (sungai
Martapura dan Kemuning) sebesar 4,9 ml dan 4,2 ml.
Kadar atau kandungan BOD pada sampel air sungai Matapura
dan sungai Kemuning sebesar - 4,6 mg O2/L dan - 3,82 mg O2/L.
Kebutuhan oksigen kimiawi atau BOD yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui Peratutan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada kelas satu sebesar 2 mg/L, pada
kelas dua 3 mg/L, pada kelas tiga 6 mg/L dan pada kelas 4 sebesar 12
mg/. Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk air baku air minum, dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas dua merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana, rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas tiga merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
tanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas empat merupakan air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah bahwa kadar atau kandungan
BOD pada air sungai Martapura dan sungai Kemuning tidak memenuhi
standar baku mutu air nasional dalam seluruh unit kelas pada Peratutan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Nilai
BOD pada air sunai Martapura sebesar - 4,6 mg O2/L dan - 3,82 mg O2/L
pada sungai Kemuning.
DAFTRA PUSTAKA
Alimah, D., & Aryani, R. (2019). Kualitas Air di Kalimantan Selatan Dibaik
MEningkatkan NIlai IKLH. BEKANTAN: Berita Kehutanan Kalimantan,
7(1), 24-27.
Andika, B., Wahyuningsih, P., & Fajri, R. (2020). Penentuan Nilai BOD dan
COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Quimica: Jurnal Kimia Sains
dan Terapan, 2(1), 14-22.
Aniyikaiye, T. E., Oluseyi, T., Odiyo, J. O., & Edokpayi, J. N. (2019). Physico-
Chemical Analysis of Wastewater Discharge from Selected Paint Industries
in Logos, Nigeria. Internastional Journal of Environmental Reserch and
Public Health, 16(7),1-17.
Haerun, R., Mallogi, A., & Natsir, M. F. (2018). Efisiensi Pengolahan Limbah
Cair Industri Tahu Menggunakan Biofilter Sistem Upflow dengan
Penambahan Efektif Mikroorganisme 4. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan
(JNIK), 1(2), 1-11.
Ramadani, R., Samsunar, S., & Utami, M. (2019). Analisis Suhu Derajat
Keasaman (pH), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Biologycal
Oxygen Demand (BOD) dalam Air Limbah Domestik di Dinas Lingkungan
Hidup Sukoharjo. IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research, 6(2), 12-
22.
Zainuddin, N., Maarif, M.S., Riani, E., & Noor, S. M. (2018). Water Pollution
from the Activity of Large-Ruminant Animal Quarantine Installation (AQI)
in Its Receiving Water Body. Tropical Animal Science Journal, 42(1), 68-
75.