Anda di halaman 1dari 54

MODUL BAHAN AJAR

Analisis
Air
Dzikra Arwie, S.Si., M.Kes
Islawati, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANRITA
HUSADA
BULUKUMBA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat-

Nya sehingga buku ini dapat disusun dan diterbitkan.

Buku ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga pengajar dan bagi

peserta didik di STIKES Panrita Husada Bulukumba dalam upaya meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan.

Mungkin buku ini masih banyak kekurangan oleh karena itu diharpkan

dari semua pihak memberikan sumbangan pikiran baik kritik maupun saran untuk

perbaikannya sehingga pada penerbitan buku berikutnya akan lebih sempurna.

Bulukumba, Maret 2019

Tim Dosen
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : PENGAMBILAN SAMPEL AIR

1. Jumlah sampel air


2. Selang waktu antara pengambilan sampel dan analisa
3. Sampel yang representif
4. Pengawetan sampel
5. Pengiriman sampel

BAB III : PEMERIKSAAN FISIKA DAN KIMIA DI LAPANGAN

1. Suhu
2. pH
3. Sisa klor

BAB IV : PEMERIKSAAN AIR FISIKA

1. Kekeruhan
2. Jumlah padatan terlarut
3. Zat tersuspensi
4. Bau dan rasa
5. Warna

BAB V : PEMERIKSAAN AIR SECARA KIMIA

1. Zat organik
2. Karbondioksida agresif
3. Kesadahan
4. Kalsium (Ca)
5. Magnesium (Mg)
6. Besi jumlah (Fe)
7. Mangan (Mn)
8. Tembaga (Cu)
9. Seng (Zn)
10. Krom heksevalen (C6+)
11. Kadmiun (Cd)
12. Raksa (Hg)
13. Timbal (Pb)
14. Arsen (As)
15. Sianida (CN)
16. Klorida (Cl)
17. Sulfat (SO4)
18. Sulfida (S)
19. Fluoride (F)
20. Fosfat (PO4)
21. Amonia (NH3)
22. Nitrat (NO3)
23. Nitrit (NO3)
24. Oksigen terlarut
25. BOD = biochemical oxygen demand
26. COD = chemical oxygen demand
27. Deterjen aninonik
28. Fenol
29. Minyak dan lemak
BAB VI : PENGOLAHAN AIR
1. Menghilangkan kekeruhan
2. Menurunkan kesadahan
3. Desinfeksi

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Makhluk hidup tidak dapat lepas dari kebutuhannya akan air. Manusia

dalam kehidupannya sehari-hari memerlukan air untuk berbagai keperluan mulai

dari minum, mandi, mencuci pakaian dan alat rumah tangga, menyiram tanaman

serta untuk kegiatan lain yang berhubungan dengan keperluan kesehatan.

Air yang diperlukan berasal dari air tanah maupun air permukaan, dengan

atau tanpa diproses terlebih dahulu.

Air di dalam mengikuti siklus hidrologi:

Gambar No.1

Air di alam meliputi:

1. Air tanah yang berasal dari mata air atau dari sumur dangkal/artesis.
2. Air permukaan yang disebut juga air badan air, misalnya air sungai, air

danau, air waduk, dan sebagainya.


3. Air laut.
4. Air pemandaian umum, air kolam renang, dan sebagainya.
Air merupakan sumber daya alami yang dalam penggunaannya harus

memperhatikan keseimbangan lingkungan. Dalam Undang-undang Nomor 4

Tahun 1982 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH No

4/1982) disebutkan hak dan kewajiban setiap warga Negara agar ikut mencegah

terjadinya pencemaran lingkungan termasuk air. Batasan untuk mengetahui

apakah kualitas air sesuai peruntukannya diatur dengan SK Menteri atau SK

Gubernur, yang penting antaranya:


1. SK Menteri Kesehatan No. 01/BIRHUKMAS/I/1975 tentang Syarat-syarat

dan Pengawasan Kualitas Air Minum.


2. SK Menteri Kesehatan No. 173/Men.Kes/Per.VIII/1977 tentang Pengawasan

Pencemaran Air dari Badan Air untuk Kegunaan yang Berhubungan dengan

Kesehatan.
3. SK Menteri KLH No. Kep.02/MENKLH/1/1988 tentang Pedoman Penetapan

Baku Mutu Lingkungan.


4. SK Gubernur KDH Tingkat I Provinsi Jawa Timur No. 413/1987 tentang

Penggolongan dan Baku Mutu Air di Jawa Timur (Untuk Jawa Timur).
5. SK Gubernur KDH Tingkat I Provinsi Jawa Timur No. 414/1987 tentang

Penggolongan dan Baku Mutu Air Limbah di Jawa Timur (Untuk Jawa

Timur).
Dalam mempelajari Kimia Air perlu diketahui bebrapa istilah:
- Baku mutu lingkungan = Batas atau kadar makhluk hidup, zat energi, dan atau

komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang

adanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
- Sumber daya = Unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya

manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati, dan sumber

daya buatan.
- Pencemaran lingkungan = masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup zat,

energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya

tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukannya.
- Air baku = Air dari badan air yang diolah menjadi air minum yang pada

pokoknya dilakukan dengan cara koagulasi, pengendapan, penyaringan dan

penyucihamaan.
- Badan air = Tempat dan wadah di atas permukaan daratan yang berisi dan atau

menghasilkan air, yaitu rawa, danau, sungai, waduk dan saluran air.
- Baku mutu air = Batas kadar zat atau bahan pencemar yang terdapat dalam air

untuk tetap berfungsi sesuai dengan golongan peruntukan air tersebut.


- Pencemaran Air = Keadaan air yang kemasukan makhluk hidup, zat, energi

atau komponen lain ke dalamnya oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam

sehingga tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.


- Air golongan A. Air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai air minum

secara langsung tanpa pengolahan dahulu.


- Air golongan B = Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah

menjadi air minum dan keperlluan rumah tangga lainnya.


- Air golongan C = Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan-

perikanan dan peternakan.


- Air golongan D = Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan

dapat dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan, industri dan listrik tenaga air.
- Air golongan E = Air yang tidak dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut

pada peruntukan air golongan A, B, C Dan D.


- Limbah golongan I = Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan B.
- Limbah golongan II = Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan C.
- Limbah golongan III = Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan D.
- Limbah golongan IV = Air limbah yang dibuang ke dalam air golongan E.
Penentuan standard kualitas air minum maupun air limbah berdasarkan

pertimbangan bahwa:
1. Bahan-bahan beracun yang apabila kadarnya dalam air minum melebihi batas

akan membahayakan kesehatan, misaalnya timbal, selenium, arsen, kromium,

sianida, cadmium, air raksa.


2. Bahan-bahan kimia spesifik yang dapat mempengaruhi kesehatan apabila

kadarnya dalam air melebihi batas akan merugikan kesehatan, misalnya

fluorida, nitrat.
Fluorida kadarnya dalam air melebihi batas akan berpengaruh kurang baik

terhadap gigi.
Nitrat yang kadarnya melebihi batas menimbulkan keracunan darah pada bayi

yang disebut “blue babies”


3. Bahan kimia atau sifat fisik yang mempengaruhi air minum yaitu mangan,

tembaga, seng, kalsium, magnesium, sulfat, klorida, fenol.


4. Bahan kimia yang merupakan petunjuk adanya pencemaran yaitu zat organik

jumlah, kebutuhan biologic akan oksigen, kebutuhan kimiawi akan oksigen,

nitrogen jumlah nitrit, fosfat.


Pada air badan air, batas syarat disesuaikan dengan peruntukannya. Selain

bahan-bahan beracun, adanya pencemaran zat organic diketahui antara lain

dengan memeriksa kadar oksigen terlarut (dissolved oxygen = DO), kebutuhan

biologic akan oksigen (bologycal oxygen demand = BOD), kebutuhan kimiawi

akan oksigen (chemical oxygen demand = COD).


Air badan air mempuyai daya pemurnian alami (self purification) Bila

kemasukan bahan pencemar akan diuraikan secara biologic oleh mikroorganisme

yang ada di dalam air dengan bantuan oksigen terlarut menjadi hasil uraaian yang

stabil. Dari zat organic diuraikan menjadi senyawa nitrat sulfat, karbonat, fosfat

dan sebagainya oleh bakteri aerob. Akan tetapi bila bahan pencemar organiknya

terlalu tinggi, oksigen terlarut yang ada akan makin berkurang sampai menjadi

nol. Akibatnya yang bekerja adalah bakteri anaerob, dengan hasil akhir nitrit,

amonia, asam sulfida dan sebagainya yang menimbulkan bau, dalam hal ini terjadi

pembusukan.
BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk menguraikan zat

organik dalam air secara biologik, sampai menjadi senyawa yang stabil. Makin

tinggi kadar zat organik dalam air, makin tinggi angka BOD. Begitu pula kadar

DO dapat dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran organic. Sedangkan angka

COD menunjukkan banyaknya oksidator kuat yang diperlukan untuk mengoksidir

zat organik dalam air, dihitung sebagai oksigen.

Kimia air merupakan kimia terapan yang memerlukan dasar ilmu kimia

anorganik, kimia organik, kimia anlitik dan stoichimetri. Analisa kimia air

seyogyanya dikerjakan dengan tepat dan teliti, agar diperoleh hasil yang benar.

Tepat (accurate) artinya didapat hasil yang dianggap mendekati hasil atau keadaan

yang sebenarnya. Teliti (precise) artinya sedikit sekali selisih antara hasil bebrapa

penetapan dengan cara dan jumlah yang sama.

Untuk mendapat hasil analisa yang tepat dan teliti, bebrapa kesalahan yang

dapat mempengaruhi hasil analisa harus dicegah.

Kesalahan-kesalahan itu antara lain:

1. Kesalahan cara bekerja dari perorangan .


Hal ini disebabkan pemeriksa tidak mengikuti teknik analisa yang benar.

Misalnya kehilangan bahan yang diperiksa secra mekanik pada tiap langakah

suatu analisa, endapan yang kurang atau terlalu banyak dicuci, pemijaran

endapan pada suhu yang salah, krus yang belum dingin sudah ditimbang,

membiarkan zat yang higroskopik menyerap air selama penimcangan dan lain-

lain.
2. Kesalahan alat dan reagensia
Timbul karena kesalahan konstruksi timbangan, pemakaian alat penimbang

atau pengukur volume yang tidak ditera, penggunaan reagensia yang

mengandung kotoran.
3. Kesalahan metoda
Dapat berasal dari pengambilan sampel yang tidak benar, atau reaksi kimia

yang tidak sempurna. Pada gravimetri karena kelarutan endapan, ko-

presipitasi, post-presipitasi, dekomposisi, atau penguapan zat yang akan

ditimbang. Pada volumetri karena reaksi dari bahan pengganggu, perbedaan

antara titik akhir pemeriksaan dengan titik akhir suatu reakssi stoichiometri.
Perlu diperhatikan kepekaan atau limitdeteksi suatu metoda.

BAB II

PENGAMBILAN SAMPEL

Agar diperoleh hasil analisa yang sesuai dengan keadaan sebenarnya

diperlukan sampel yang representatif, yaitu sampel yang mewakili air atau badan

air yang diperiksa.


Sampel air yang representatif dapat diperoleh dengan mencampur sampel

yang diambil dari periode waktu tertentu atau dari beberapa titik/tempat

pengambilan sampel yang berlainan.

1. Jumlah sampel air


Untuk analisa fisika dan kimia diperlukan sampel sebanyak 2 – 5 liter.

Sampel untuk analisa kimia dan mikrobiologi harus terpisah karena

persyaratan cara pengambilan dan tempat sampel air sangat berbeda.


2. Selang antara waktu pengambilan sampel dan analisa
Makin pendek selang waktu antara pengambilan sampel dan analisa, akan

memberikan hasil makin baik. Beberapa unsure dan sifat fisika dikehendaki

analisa dilapangan, karena susunan sampel air akan berubah setibanya di

laboratorium.
Batas waktu maksimum untuk menunda pemeriksaan fisika dan kimia:
- Air bersih 72 jam
- Air yang sedikit tercemar 48 jam
- Air kotor/limbah 12 jam
Selang waktu tersebut hendaknya dicantumkan dalam laporan hasil

laboratorium. Jika sampel air diawetkan dengan penambahan asam atau

pembunuh jasad renik maka selang waktunya dapat diperpanjang.


Beberapa unsur dapat mengalami perubahan pada waktu penyimpanan

sampel. Kation – kation tertentu akan hilang karena adsorpsi atau pertukaran

ion oleh dinding sampel dari gelas. Maka sampel air untuk analisa kation –

kation aluminium, kadmium, kromium, tembaga, besi, timbal, mangan, perak

dan seng perlu dipisahkan dalam botol yang bersih dan diasamkan dengan

asam klorida pekat atau asam nitrat sampai pH sekitar 3,5 untuk mencegah

pengendapan atau adsorbs oleh dinding wadah.


Suhu dan pH dapat berubah dengan cepat, gas – gas terlarut dapat lepas

(oksigen, karbondiosida, hydrogen sulfide atau gas klor) atau bertambah


(oksigen, karbondioksida). Oleh karena itu penetapan suhu, pH dan gas – gas

terlarut sebaiknya dilakukan dilapangan.


Perubahan keseimbangan antara pH- kebasaan-karbondioksida akan

mengendapkan kalsium karbonat sehingga menurunkan kadar kalsium dan

kesadahan. Senyawa besi dan mangan akan larut dalam valensi rendah

(tereduksi) dan merupakan senyawa yang tidak larut pada valensi tinggi

(teroksidasi) oleh karenanya kation – kation ini dapat larut atau mengendap

tergantung pada potensial reaksi sampel tersebut.


Kegiatan jasad renik dapat merubah keseimbangan nitrat-nitritamonia,

menurunkan kadar fenol dan BOD atau mereduksi ulfat menjadi sulfide. Sisa

klor akan direduksi menjadi klorida; sulfida; sulft; ferro, iodide dan siania

akan hilang karena pengaruh oksidasi. Warna, bau dan kekeruhan akan

bertambah, berkurang atau bertambah. Natrium silikat dan boron dapat larut

dari gelas wadah sampel. Krom valensi 6 dapat tereduksi menjadi valensi 3.
3. Sampel yang representative
Untuk mendapatkan hasil analia yang sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya, pengambilan sampel harus dilakukan sebaik – baiknya dan

dicegah kemungkinan kontaminasi atau perubahan selama dibawa ke

laboratorium. Sebelum diisi, botol dibilas 2 – 3 kali dengan air yang akan

diperiksa. Faktor penting yang mempengaruhi hasil analisa adalah kekeruhan,

sehingga kekeruhan ini harus dihilangkan. Juga akan terjadi perubahan fisika

dan kimia selama penyimpanan dan kena udara. Tiap sampel yang keruh harus

diperlakukan tersendiri tergantung unsur yang akan ditetapkan, banyaknya dan

sifat kekeruhan dan lain – lain keadaan yang akan mempengaruhi hasilnya.

Umumnya bahan tersuspensi dipisahkan dengan cara dekantasi, pemusingan


atau penyaringan.kadang – kadang perlu dinyatakan bahwa analisa dilakukan

dengan atau tanpa penyaringan.


Tiap sampel harus diberi keterangan yang jelas dan tidak mudah hilang

pada wadahnya. Keterangan memuat nama tempat pengambilan, tanggal dan

waktu pengambilan, lokasi yang tepat, nama pengambilan sampel, suhu dan

data – data lain yang diperlakukan seperti cuaca, kedalaman, aliran air dan lain

– lain.
Untuk mengambil sampel dari sungan, danau, sumur, kolam renang dapat

dipergunakan wadah gelas isi 1 liter yang dibagian bawah diberi pemberat

dari timah putih atau timah hitam, dengan pengikat kawat kuningan atau

tembaga. Tidak boleh dipakai kawat dari besi karena mudah berkarat sehingga

mudah putus daan karatnya mencemari air.


Gambar alat pengambilan sampel:

t = tali
s = sumbat
b = botol
p = pemberat
k = kawat

mulut botol harus cukup lebar, sehingga dapat dimasuki sumbat karet-(s) yang

diberi dua buah lubang. Pada lubang tersebut dimasukkan dua buah pipa

plastik dengan garis tengah + 0, 5 cm. sebuah pipa dimasukkan sampai dasar
botol dan pipa lainnya hanya sampai dasar sumbat, sedang ujungnya kira –

kira 25 cm dari luar botol. Pipa kedua ini dapat disambung dengan pipa plastik

yang panjangnya disesuaikan dengan kedalaman pengambilan pertama air

dibuang, untuk membilas botol pengambil. Pengambilan kedua dipergunakan

untuk membilas tempat sampel air yang akan dikirimkan ke laboratorium.

Pengambilan ketiga diisikan kedalam wadah yang akan dikirim ke

laboratorium dengan cara membalikkan botol pengambilan air tadi, sehingga

ujung pipa di luar mengenai dasarnya. Hal ini untuk mencegah aerasi.

4. Pengawetan sampel
500 ml sampel air + 0,5 ml H2SO4 pekat, untuk pemeriksaan logam – logam.

250 ml sampel air + 3 tetes toulol untuk pemeriksaan nitrat, nitrit dan amonia.
5. Pengiriman sampel
Masing – masing sampel yang dikirimkan ke laboratorium harus ditempel

suatu label yang memuat:


Tempat pengambilan contoh :............................................................................
Kode sampel :.....................................................................................................
Lokasi yang tepat :.............................................................................................
Pemeriksaan yang diminta :...............................................................................
Diambil oleh :.....................................................................................................
Tanggal, jam :.....................................................................................................

BAB III

PEMERIKSAAN FISIKA DAN KIMIA DI LAPANGAN


1. Suhu
Pada keadaan normal suhu air sama dengan suhu udara lingkungan.

Peningkatan suhu terjadi pada air yang dibuang dari proses produksi yang

menggunakan pemanasan, yang akan mengganggu kehidupan biota air atau

tanaman. Pengukuran suhu dilakukan dengan thermometer air raksa biasa dan

dilaporkan dalam derajad yang terdekat.


2. pH
Air di alam umumnya mempunyai pH di antara 4 – 9. Sebagian besar agak

alkalis disebabkan adanya karbonat dan bikarbonat. Perubahan pH di bawah

atau di atas norma dapat terjadi karena buangan industry yang bersifat asam

kuat atau basa kuat.


Penentuan pH sangat penting untuk tiap kegiatan sanitasi. Untuk penyediaan

air bersih merupakan faktor penting dalam proses koagulasi, desinfeksi,

pelunakan air dan pengawasan korosi pada sistem distribusi. Pada proses

pengolahan air limbah industry secara biologik, pH harus dijaga supaya sesuai

dengan penetapan pH air dapat dilakukan dengan:


a. kertas pH
Dipilih kertas pH yang mempunyai daerah pH antara 6 – 9. Cara

ini kasar. Tidak teliti.

b. Cara kolorimetrik
Dilakukan dengan menggunakan deret larutan dapar yang sudah

diketahui pH-nya, dan diberi larutan indikator yang tepat. Sampel air di

beri indikator yang sama, warnanya dibandingkan dengan deret larutan

dapar baku.
Larutan indikator yang dapat dipakai:
Biru brom rimol : darah pH 6,0 – 7,6
Fenolflatein : darah pH 8,2 – 9,8
Dapat pula menggunakan komprator hellige atau komperator lovibond,

warna sampel air yang sudah ditambah larutan indikator dibandingkan

dengan warna disk dalam komperator.


c. pH meter
Dengan alat pengukur potensial yang dilengkapi dengan elektroda

gelas. Perubahan pH akan merubah potensial sebesar 59,1 mV setiap unit

pH pada suhu 25ºC.


Elektroda sebelumnya harus dibakukan terhadap larutan dapat baku yang

sudah diketahui pH-nya.


Cara penetapan pH dengan pH meter lebih teliti dari pada cara

kolorimetris karena tidak terganggu oleh adanya warna pada sampel air,

kekeruhan, kandungan garam yang tinggi, bahan – bahan koloid, klor

bebas, oksidator dan reduktor.


3. Sisa klor
Pembubuhan klor yang disebut juga klorinasi dalam air minuman dan air

tercemar dimaksud terutama untuk membunuh mikroba. Tujuan kedua adalah

untuk meningkatkan kwalitas air karena klor bereaksi dengan ammonia, besi,

mangan, sulfide dan beberapa senyawa organic. Apabila pemberiannya

berlebihan, sisa klor akan mempengaruhi bau dan rasa air minum. Disamping

itu khlorinasi dapat mempertajam rasa dan bau senyawa fenol dan senyawa

organik. Apabila pemberiannya berlebihan, sisa klor akan mempengaruhi bau

dan rasa air minum. Disamping itu khlorinasi dapat mempertajam rasa dan bau

senyawa fenol dan senyawa organik lain dalam air minum.


Pembubuhan klor dapat sebagai unsurnya atau sebagai garam hipoklorit.

Klor bebas yang terjadi tergantung pH-nya dan pada pH air normal yang

terbanyak berupa asam hipoklorit dan ion hipoklorit.


Cl2 + H2O ---- H+ + cl + H3 + CL- + HOcl as, Hipoklarit
PH tinggi pHrendah
+
H + OCL
Ion hipaklorit
HOCL sifat desinfektannya10 kali lebih tinggi dari ion hipoklorit.
Metode penetaoan klor aktif terutama berdasarkan reaksinya dengan bahan

– bahan pereduksi, sehingga beberapa oksidator termasuk halogen – halogen

bebas akan terhitung sebagai klor bebas. Cara yang sering dipergunakan

adalah metode ortotolidine karena mudah dikerjakan, juga dilapangan. Akan

tetapi metode ini mulai tergeser dengan metode DPD (NN-dietil-p-fenilen

diamin) karena ortotolidine bersifat karsinogenik. Dicegah pemipetan dengan

mulut dan kontak kulit.


Metode ortotolidine:
Prinsip : ortotolidin berubah menjadi senyawa yang berwarna kuning dalam

larutan asam kuat, setelah terikat dengan klor bebas.


Untuk memperoleh warna yang benar yang dibentuk oleh klor dengan

ortotolidin:
- pH larutan pada waktu bereaksi 1,3 atau lebih rendah.
- Perbandingan berat antara ortotolidine dengan klor paing sedikit 3 : 1.
- Kadar klor tidak boleh lebih dari 10 mg/l.
BAB IV

PEMERIKSAAN AIR SECARA FISIKA

1. KEKERUHAN
Air yang jernih diperlukan untuk keperluan rumah tangga dan industri

makanan, farmasi dan industri-industri lain. Kekeruhan dalam air ditimbulkan

oleh bahan-bahan yang tersuspensi misalnya tanah liat, lumpur, bahan-bahan

organik dan anorganik yang halus, plankton dan mikroba. Hal ini disebabkan

partikel-partikel tersebut menghamburkan cahaya yang melewati air.

Kekeruhan sebaiknya diukur pada hari yang sama dengan pengambilan

sampel. Bila pemeriksaan ditunda, sampel harus disimpan di tempat gelap

dan diperiksa sebelum 24 jam. Lebih dari waktu tersebut akan terjadi

perubahan pada kekeruhan. Sampel harus digojog kuat sebelum diperiksa.

Pemeriksaan kekeruhan dengan metode turbidimetrik (nefelometrik)


Prinsip :
Membandingkan intensitas cahaya yang dihamburkan oleh sampel dengan

inensitas cahaya yang dihamburkan oleh suspensi baku pembandingan pada

kondisi sama. Makin tinggi intensitas cahaya yang terhambur makin tinggi

ke-terhambur, makin tinggi kekeruhannya.


Pengganggu :
Adanya gelembung udara, getaran dan pemakaian alat gelas yang kotor

memberikan hasil yang salah. Adanya warna air yang ditimbulkan oleh zat-
zat terlarut yang meneyrap cahaya memberikan hasil pengukuran lebih

rendah.
Alat : Turbidimeter
Alat ini sangat peka. Sebagai pembanding dibuat dari 1 g Silika gel H

yang dilarutkan dalam 1000 ml air suling, sehingga setiap 1 ml mengandung

1 mg SiO2 atau kekeruhannya 1 Unit.


2. JUMLAH PADATAN TERLARUT
Air yang mengandung padatan terlarut yang tinggi terutama akan

mempengaruhi rasanya. Air yang kandungan mineralnya tinggi juga tidak

dapat dipergunakan untuk keperluan industri. Untuk air minum kanudngan

jumlah padatan terlarut dianjurkan tak lebih dari 500 mg/l. Jumlah padatan

terlarut adalah residu setelah sampel diuapkan kemudian dikeringkan pada

suhu 103-105oC. Suhu pengeringan sangat mempengaruhi hasilnya, karena

pengurangan berat dapat terjadi karena penguapan zat organik, air kristal,

penguapan gas-gas yang terjadi karena perubahan susunan kimia, atau terjadi

kenaikan berat karena oksidasi.


Adanya zat-zat yang terlarut mempengaruhi daya hantar listrik air.
3. ZAT TERSUSPENSI
Pada air yang keruh atau air limbah diminta menentukan zat tersuspensi,

yang didapat dengan cara menyaring air tersebut dengan saringan tertentu

yang sudah diketahui beratnya. Kemudian saringan danisinya dikeringkan

pada 103-105OC. Selisih beratnya adalah zat terendap. Dapat pula ditentukan

dengan menguapkan lapisan dan dikeringkan pada 103-105OC dan ditimbang.

Selisih zat padat jumlah dengan tapisan jumlah adlah zat tersuspensi.

4. BAU DAN RASA


Air untuk keperluan air minum dan industri makanan, minuman dan

farmasi harus tidak berbau dan tidak berasa. Sebagian besar zat organik dan

beberapa zat organik menimbulkan rasa atau bau. Zat-zat ini berasal dari
buangan rumah tangga dan industri, atau dari alam misalnya pembusukan

daun atau dari kegiatan mikroba.


Ada 4 sensasi rasa yaitu asam, manis asin dan pahit. Garam-garam Cu, Fe,

Mn, K, Na dan Zn dapat diketahui dari rasa. Pemeriksaan rasa hanya

dilakukan untuk sampel air minum. Tidak dilakukan untuk air yang

kemungkinan tercemar bakteri, virus, parasit atau zat kimia beracun, juga

tidak dikerjakan untuk air limbah dan air kotor.


5. WARNA
Warna air ditimblukan oleh ion-ion logam terutama besi dan mangan,

humus dan susunan tanah, plankton, ganggang dan limbag industri. Warna ini

dapat berasal dari bahan padat atau tersuspensi, tetapi dapat juga dalam

larutan.
Warna ini air ditetapkan dengan membandingkan sampel dengan warna

larutan Platina-Cobalt baku, atau dengan disk berwarna yang sudah

dibakukan. 1 Unit Pt-Cp adalah warna yang ditimbulkan oleh 1 mg

Platina/liter, sebagai ion kloroplatinat.

BAB V
PEMERIKSAAN AIR SECARA KIMIA

1. ZAT ORGANIK
Air minum mempunyai batas syarat zat organik, yang diukur dengan

banyaknya mg/l KmnO4 yang diperlukan untuk mengoksidir zat organik yang

terkandung didalamnya, dengan pendidihan selama 10 menit.


Kandungan zat organik yang melebihi batas memungkinkan pertumbuhan

kuman, disamping menunjukkan pengotorn zat-zat organik yang

kemungkinan membahayakan kesehatan.


Pengganggu. Ion sulfida dan nitrit , untuk menghilangkan harus dipanaskan

dengan H2SO4 encer sampai H2S dan nitritnya hilang. Air yang menguap

kemudian diganti dengan air suling. Gangguan dari garam ferro dihilangkan

dengan penambahan beberapa tetes larutan KmnO4 sebelum dianalisa, sampai

larutan tepat merah muda.


Adanya Klorida lebih dari 300 mg/l memerlukan khusus yaitu oksidasi dalam

suasana basa.
Metode Asam, untuk air yang mengandung ion Cl kurang dari 300 mg/l.
Prinsip : zat organik di dalam sampel dioksidasikan dengan larutan baku

KmnO4. Sisa KmnO4direduksi dengan larutan baku asam oksalat yang

diberikan berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan larutan

baku KMnO4 .
Metode basa, untuk air yang mengandung ion Cl lebih dari 300 mg/l.
Prinsip : sampel dididihkan dahulu dengan NaOH, selanjutnya dioksidasikan

dengan larutan baku KMnO4. Sisa KMnO4direduksi dengan larutan asam

oksalat yang diberikan berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali

dengan larutan baku KMnO4.


2. KARBON DIOKSIDA AGRESIF
Karbondioksida agresif adalah CO2 yang mampu merusak marmer. Air yang

mengandung CO2 agresif akan merusak bangunan dari semen dan beton.

Pemeriksaannya dilakukan dengan mereaksikan sejumlah sampel dengan

serbuk marmer, kadar CO2 diukur sebelum dan sesudah dibiarkan 24 jam.
Cara lain dilakukan menggunakan grafik.
Prinsip : ditentukan dahulu kadar CO2 dengan menitrasi sampel dengan

NaOH 0,1 N dengan indikator fenolftalein. Kemudian ditentukan kadar HCO 3

dengan menitrasi sampel dengan HCl 0,1 N dengan indikator metil jingga.
misalnya kadar CO2 = 50 mg/l dan HCO3 = 140 mg/l.
Pada grafik dari harga CO2 ditarik garis mendatar dan hari harga HCO3 ditarik

garis tegak yang bertemu pada titik A. Ditarik garis melalui titik A sejajar

dengan garis marmer, yang memotong garis lengkung di titik B.


Dari titik B ditarik garis mendatar, akan memotong garis tegak HCO 3 = 140

mg/l, pada titik C.


Kadar CO2 agresif = garis AC = (50-14) mg/l = 36 mg/l.
Grafik dapat dilihat pada lampiran.
3. KESADAHAN
Kesadaran air airtinya daya air tersebut untuk mengendapkan sabun. Sabun

terutama diendapkan oleh ion kalsium dan magnesium yang ada dalam air,

serta diendapkan pula oleh ion-ion logam bermartabat tinggi seperti

aluminium, besi, mangan, stronsium dan seng, juga oleh ion hidrogen. Tetapi

karena ion-ion logam tersebut selain Ca dan Mg hanya terdapat sedikit dalam

air alam, kesadahan hanyalah ditentukan oleh kadar jumlah dari ion-ion Ca

dan Mg. Tetapi bila ion-ion logam yang menimbulkan kesadahan (oD) yang

artinya di beberapa negara berbeda.


1oC (Jerman) sesuai dengan 10 mb CaO/1 atau 7,1 MgO/l.
1oC (Perancis) sesuai dengan 10 mg CaCO3/1 atau 8,4 mg CaCO3/1.
Sedangkan di Amerika kesadahan dinyatakan sebagai mg CaCO3/1 atau ppm

CaCO3. Indonesia memakai derajad kesadahan Jerman.


Kesadahan penting artinya bagi air industri karena air yang mempunyai

kesadahan tinggi akan menimbulkan kerak pada ketel yang sukar

menghantarkan panas dan sukar dihilangkan. Untuk air minum dikehendaki

kesadahan antara 5-10oD.


kesadahan ada 2 macam ialah :
1. Kesadahan sementara, ion Ca dan Mg berada sebagai bikarbonat.
2. Kesadahan tetap, ion Ca dan Mg berada sebagai karbonat dan sebagainya.
Kesadahan jumlah adalah jumlah kedua kesadahan diatas.
Metode untuk menentukan kesadahan antara lain :
a. Dengan cara perhitungan
Diperoleh dengan menjumlah kadar ion-ion Ca dan Mg. Bila terdapat

sejumlah besar ion-ion lain yang mempengaruhi kesadahan harus

dimasukkan dalam perhitungan.


Caranya dengan mengalikan kadar tiap ion dengan suatu faktor, sehingga

didapat kadar CaO yang ekivalen.


Kation Faktor Kation Faktor
Ca 1,398 Al 3,116
Mg 2,305 Zn 0,857
Sr 0,640 Mn 1,203
Fe 1,004
b. Kompleksometri
Prinsip :
Etilene diamine tetra acetic acid (EDTA) dan garamnya

membentuk senyawa komplex yang larut bila ditambahkan kepada kation

logam. Bila indikator Eriochrom Black T ditambahkan kepada suatu

larutan yang mengandung ion Ca dan Mg pada pH 10 + 0.1 larutan akan

menjadi merah anggur. Bila kemudian dititer dengan EDTA, ion Ca dan

Mg sudah terikat oleh EDTA, larutan yang berwarna merah anggur akan

berubah menjadi biru.


Logam – Indikator + EDTA  Logam – EDTA + Indikator
Merah biru
Untuk mendapatkan titik akhir yang jelas, harus ada ion Mg dalam

larutan. Ketajaman titik akhir naik dengan naiknya pH. Akan tetapi tidak

boleh terlalu tinggi karena akan terjadi endapan CaCO3 atau Mg(OH)2,

dan indikator juga rusak. Disarankan membut pH 10,0 ± 0,1 . titrasi harus

dilakukan kurang dari 5 menit untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

endapan CaCO3. Paling baik titrasi dilakukan pada suhu kamar, karena

pada suhu rendah perubahan warna agak lambat dan pada suhu tinggi

akan terjadi kerusakan indikator.


Untuk mencegah pengendapan CaCO3 beberapa cara dapat dilakukan :
a) Sampel diencerkan untuk memperkecil kadar CaCO3.
b) Bila pada orientasi didapatkan harga kesadahan kira-kira dapat

ditambahkan titrasi 90% atau lebih ke dalam sampel sebelum pH-nya

disesuaikan dengan dapar.


c) Sampel diasamkan dan diaduk selama 2 menit untuk mengusir Co 2

sebelum pH-nya disesuaikan dengan dapar . banyaknya asam yang


ditambahkan diperhitungkan dari penentuan alkalinitas yang

dilakukan sebelumnya.
4. KALSIUM (Ca)
Adanya kalsium berasal dari aliran air yang melewati tanah-tanah kapur.

Kadar kalsium berada di antara 0 sampai beberapa ratus mg/l, tergantung

keadaan air tersebut dan pengolahannya. CaCO3 yang mengendap pada

waktu disimpan dapat larut kembali.


Ada beberapa cara penetapan kadar Ca dalam air.
a. Gravimetri
Prinsip :
Amonium oksalat dapat mengendapkan kalsium secara kwantitaif

sebagai Ca-oksalat. Sedikit kelebihan amonium oksalat mengatasi

yang kurang baik dari Mg. Pembentukan kristal yang sempurna

dilakukan dengan cara pengendapan bertahap, dengan cara merubah

pH perlahan-lahan sampai ke pH yang dikehendaki. Endapan Ca-

oksalat dipijarkan dan ditimbang sebagai CaO.


b. Permanganometri
Prinsip :
Seperti halnya pada cara gravimetri, tetapi Ca-oksalat yang

terbentuk dilarutkan kembali dalam asam, dan dititrasi dengan

permanganat. Banyaknya permanganat yang diperlukan untuk

mengoksidir oksalat sesuai dengan banyaknya kalsium.


c. Kompleksiometri
Prinsip :
Bila EDTA ditambahkan ke dalam air yang mengandung Ca dan

Mg, mula-mula EDTA akan mengikat Ca yang ada. Penetapan Ca

dengan EDTA dapat dilakukan dengan cara membuat pH cukup tinggi

sehingga Mg akan mengendap sebagai hidroksida dan dengan

memakai indikator yang hanya mengikat Ca. Dapat dipakai indikator

Murexide yang pada titik akhir tetrasi, yaitu bila Ca seluruhnya sudah
terikat oleh EDTA, pada pH 12-13 berubah warnanya dari merah muda

menjadi ungu merah. Karena indikator Murexide cepat rusak dalam

suasana alkalis, diberikan dalam bentuk kering yaitu 200 mg Muraxide

dicampur dengan 100 g NaCL dan digerus halus, pemakaian 0,1-0,2 g.


5. MAGNESIUM (Mg)
Terdapat dalam air alam, mempenaruhi kesadaran air. Kadar di atas 125 mg/l

dapat menimbulkan daya pencahar diuretika. Kadar Mg dalam air berkisar

antara 0 sampai beberapa ratus mg/l tergantung asalnya dan pengolahannya.


Ada beberapa cara penetapan Mg, di antaranya adalah :
a. Cara gravimetri
Prinsip
Diamonium hidrogen fosfat akan mengendapkan Mg secara

kwantitatif dari larutan amoniakal, membentuk magnesium amonium

fosfat, MgNH4PO4.6H2O. Endapan ini dipijarkan dan ditimbang sebagai

Mg pyrofosfat, Mg2P2O7.
b. Cara kompleksometri
Prinsip :
Ca yang ada diendapkan dahulu sebagai Ca oksalat, supaya

sempurna pembentukannya dikocok berulang-ulang selama 2 jam atau

didiamkan selama 1 malam dan disaring. Filtrat dititrasi dengan EDTA,

indikator Eriochrom Black T pada pH 10. Perubahan warna paa titik akhir

titrasi adalah dari merah ke biru. Pembentukan ikatan kompleks Mg

dengan EDTA agak lambat, sehingga dekat titik akhir titrasi harus

dilakukan agak lambat, atau dipanaskan sekitar 40oC.


c. Dengan perhitungan
Karena yang menyebabkan kesadahan air terutama ion Ca dan Mg,

maka setelah didapt angka kesadahan dalam CaCO3/l, dikurangi dengan

kadar Ca dalam mg CaCO3/l akan didapat kadar Mg (mg/l) = angka di

atas dikalikan 0,24.


6. BESI JUMLAH (Fe)
Besi terdapat dalam air alam, dengan kadar sangat rendah. Air permukaan

yang alkalis dan disaring, jarang mengandung besi lebih dari 1 mg/l.

Beberapa air tanah dan air permukaan yang asam, kadang-kadang

mengandung besi lebih banyak. Dalam keadaan tereduksi sebagai ferro, besi

ini larut dalam adanya ion-ion pembentuk kompleks, ion ferro hanya larut

pada pH kurang dari 5. Di udara terbuka atau karena oksidasi akan terbentuk

ferri dan dapat terhidrolisa menjadi ferri oksidasi hidrat yang tak larut .

bentuk ini banyak terdapat dalam sampel-sampel yang sampai dilaboratorium

bila tidak dicegah terjadinya oksidasi. Pembentukan besi dapat juga karena

hasil pertumbuhan kuman selama penyimpanan maupun pengiriman. Pada air

limbah yang asam dengan pH kurang dari 3,5 besi akan larut maupun bentuk

koloidal yang mengikat bahan organik dalam bentuk ferri maupun ferro.
Besi dapat ditemukan dalam lumpur yang berada dalam air. Dapat berasal

dari kerusakan pipa-pipa atau tutup wadah sample yang terbuat dari logam.

Secaara analitis sukar dibedakan antara besi terlarut dan besi tersuspensi

karena diudara terbuka ion ferro yang larut dapat dioksidir oleh oksigen

terlarut dan dihidrolisis pada pH lebih dari 5 menjadi ion ferri yang tak larut,

wadah yang akan dipakai harus dicuci dahulu dengan air suling. Hasil analisa

sangat dipengaruhi oleh cara pengambilan sampel, penyimpanan dan

perlakuan pendahuluan terhadap sampel. Untuk mengambil porsi yng akan

dianalisa, harus sering dikocok kuat untuk membuat besi yang tersuspensi

terbagi rata dalam air. Diperhatikan adanya besi koloid yang melekat pada

dinding wadah terutama wadah plastik.


Penetapan kadar besi jumlah dengan metode fenantrolin:
Prinsip:
Besi dalam larutan direduksi menjadi bentuk ferro dengan cara

mendidihkannya dengan asam dan dihidroksilamin, kemudian direaksikan

dengan 1,10 fenontroline pada pH 3,2-3,3. Akan terjadi ikatan kompleks

antara fenontroline dengan ferro yang berwrna oranye merah. Warna yang

terjadi dibandingkan larutan baku Fe secara spektrofotometrik.


Pengganggu :
- Oksidator kuat, sianida, nitrit, fosfat-fosfat, krom
- Seng yang kadarnya 10 kali besi
- Bl, Cd, Hg, Ag, molibdat

Akan mengebdapkan fenontroline. Pendidikan dengan asam akan merubah

pirofosfat menjadi ortofosfat yang tak mengganggu, dan menghilangkan

sianida dan nitrit-nitrit. Penambahan hidroksilamin lebih banyak akan

mengurangi kesalahan-kesalahan yang timbul oleh oksidator kuat. Bila

terdapat logam-logam penggaanggu, tambahkan fenontroline lebih banyak

untuk mengganti yang diikat oleh ion-ion logam tadi. Bil sampel berwarna

dan mengandung zat organik, mungkin perlu penguapan sampel sampai

kering dan residunya dilarutkan dalam asam. Pengeringan sebaaiknya

dalam cawan silika, porselin atau platina yang sebelumnya direbus dalam

HCl 1+1 selama beberapa jam.

7. MANGAN (Mn)
Adanya mangan dalam air bila dipergunakan untuk keperluan mencuci

pakaian akan meninggalkan warna kecoklatan. Untuk menurunkan

kandungan Mn dalam air dapat dilakukan dengan pengendapan secara

kimia, pengaturan pH, aerasi, superklorinasi dan dengan bahan penukar

ion.
Penetapan kaar Mn dengan metode persulfat :
Prinsip :
Persulfat mengoksidir senyawa manggan menjadi permanganat dengan

adanya perak nitrat. Warna yang terjadi stabil selma 24 jam bila ada kelebihan

persulfat dan tak ada zat organik.


Pengganggu :
Ion klorida sampai 0,1 g diikat dengan penambahan Hg2SO4 menjadi

garam kompleks. Zat organik dihilangkan dengan pemanasan lebih lama dan

lebih banyak ditambahkan persulfat.


8. TEMBAGA (Cu)
Tembaga merupakan unsur yang penting untuk tubuh manusia,

diperkirakan kebutuhan sehari 2 mg. Takaran yang besar mengakibatkan

muntah, dan masuknya tembaga berlebih ke dalam tubuh lama-kelamaan

akan merusak hati. Kadar 1,0 mg/l dalam air memberi rasa pahit. Dalam air

minum jarang terdapat tembaga lebih dari 600 mcg/l, umumnya kurang dari

30 mcg/l garam cu dipergunakan untuk mencegah pertumbuhan jasad renik

dalam tandon air, sebagai katalisator oksidasi mangan. Kerusakan pipa-pipa

air dapat mengakibatkan naiknya kadar tembaga dalam air.


Penetapan kadar tembaga dengan metode Dietil ditiokarbamat.
Prinsip :
Ion Cu dengan dietil ditiokarbamat membentuk persenyawaan kompleks

koloidal berwarna coklat kekuningan. Tetapi bila kadar Cu tinggi koloid akan

menjadi kekeruhan. Warna yang terjadi dibaca dengan spektrofotometer.


Pembaca setelah 5 menit tetapi kurang dari 1 jam. Warna yang terjadi sama

dalam suasana sedikit asam, netral atau alkalis. Dengan tabung Nesseler

deteksi minimum 0,05 mg/l.


Pengganggu :
Pada penetapan air minum, tidak ada pengganggu. Zn, Pb, logam-logam

yang lain menimbulkan kekeruhan putih. Bila perbandingan Fe dan Cu lebih

dari 50:1 akan terjadi warna coklat dari senyawa Fe-kompleks yang menutup
warna dari Cu-kompleks. Metode yang lebih peka dengan spektrofotometer

serapan atom.
9. SENG (Zn)
Seng merupakan unsur penting yang diperlukan untuk pertumbuhan

badan. Tetapi kadar lebih dari 5 mg/l menimbulkan rasa sepet dan pahit dan

kekeruhan dalam air yang alkalis. Adanya seng dalam air biasanya berasal

dari kerusakan besi yang digalvanisir dan kuningan. Bersamaan dengan seng

kemungkinan akan terdapat pula timbal dan kadmium karena unsur ini

merupakan kotoran dalam proses galvanisasi. Seng dapat pula berasal dari

limbah industri.
Penetapan kadar seng dengan metode ditizon :
Prinsip :
Hampir 20 macam logam dapat bereaksi dengan difenil ditiokarbazone

(ditizone) membentuk senyawa ditizonat yang berwarna. Ditizonat ini dapat

tersari kedalam pelarut organik seperi karbontetraklorida atau kloroform.

Kebanyakan pengganggu dapat dihindari pada pembentukan seng-ditizonat

dengan mengatur pH larutan 4,0-5,5 dan dengan penambahan cukup

Natiosulfat. Seng juga membentuk kompleks yang lemah dengan tiosulfat

yang dapat memperlambat reaksi pembentukan harus dikerjakan dngan teknik

yang sama. Lamanya dan kuatnya pengocokan, volume sampel dan reagens

serta pH harus konstan.


Pengganggu :
Bi, Cd, Co, Cu, Au, Pb, Hg, Ni, Pd, Ag, Sn dalam jumlah kecil dalam

jumlah kecil dalam sampel air minum dapat dihindari dengan membuat

kompelks dengan natiosulfat dan dengan mengatur pH. Ion ferri, sisa Klor

dan oksidator lain merubah ditizone menjadi kuning coklt. Reaksi seng-

ditizone sangat peka, sehingga harus dihindari adanya kontaminasi dari alat
gelas, karet, reagens dan air suling. Ditizone dan ditizonat cepat rusak oleh

cahaya terang dari sinar maupun lampu.


Deteksi minimum 1 mcg zn.
Penetapan kadar seng dengan cara turbidimetrik:
Prinsip:
Seng pada kadar rendah membentuk koloid dengan garam ferrosianida.

Reaksi ferrosianida dengan logam-logam lain dicegah dengan penambahan

Knatartrat. Kekeruan dibandingkan dengan blanko yang dibuat dari larutan

seng sulfat yang tiap ml mengandung 0,1 mg Zn.


Metode yang lebih peka dengan spektrofotometer serapan atom.
10. KROM HEKSAVALEN (Cr6+)
Garam krom banyak dipergunakan pada proses industri. Dapat terkandung

dalam air minum melalui air limbah. Senyawa krom sering ditambahkan ke

dalam air pendingin untuk mencegah korosi. Dalam air dapat berada dalam

bentuk valensi 6 tau valensi 3. Toksisitas krom valensi 6 lebih tinggi dari pada

valensi 3.
Penetapan kadar krom valensi 6 dengan cara spektrofotometri :
Prinsip:
Larutan krom heksavalen dengan difenilkarbazide dalam lingkungan asam

akan membentuk senyawa berwarna merah violet. Reaksi ini sangat peka.

Warna yang terjadi dibandingkan dengan baku yang dibuat dari K 2Cr2O7,

dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 mm. Untuk

mendapatkan kadar KMnO4 menjadi heksavalen.


Metode yang lebih peka dengan spektrofotometer serapan atom.
11. KADMIUM (Cd)
Kadmium sangat toksis, adanya kadmium yang melampaui batas syarat air

minum akan menimbulkan kerusakan ginjal. Terdapatnya dalam air karena

limbah industri atau kerusakan pipa yang di galvanisir. Penyakit akibat

keracunan Cd di jepang disebut penyakit “itai-itai”.


Penetapan kadar kadmium dengan metode ditizon :
Prinsip :
Ion Cd pada suasana yang sesuai beraksi dengan ditizon membentuk

warna merah muda sampai merah. Warna ini masuk ke dalam lapisan

kloroform dan dibandingkan dengan kurva baku secara spektrofotometris

pada panjang gelombang 518 nm.


Pengganggu :
Ion logam pada kadar normal tidak mengganggu. Warna senyawa Cd-

ditizonat tidak berubah oleh cahaya dalam ruangan laboratorium. Deteksi

minimum 0,5 mcg Cd.


Metode yang lebih peka dengan spektrofotometer serapan atom.
12. RAKSA (Hg)
Garam-garam raksa organik dan anorganik sangat toksik dan adanya

senyawa ini dilingkungan harus selalu diamati. Kadarnya di dalam

makhlukhidp bertmbah secara kumulatif, sehingga badan air yang

mengandung runut senyawa raksa, ikan, kkerang dan binatang lain yang

hidup dai dalamnya dapat mengandung raksa. Manusia yang memakannya

lama kelamaan menderita keracunan raksa, yang terutama menyerang syarat.

Terjadi kejang-kejang, kelumpuhan dan dari seorang ibu yang dalam

tubuhnya tertimbun racun senyawa raksa dapat melahirkan bayi yang cacat.

Keracunan raksa dijepang disebut penyakit “Minamata” karena pertama kali

terjadi di daerah Teluk Minamata yang perairannya tercamar raksa. Raksa

organik yaitu metil merkuri lebih beracun dari pada raksa anorganik, tetapi

raksa anorganik dalam badan air dapat berubah menjadi metil merkuri oleh

kegiatan mikroorganisme.
Penetapan kadar raksa dengan metode ditizon :
Prinsip :
Ion raksa bereaksi dengan larutan ditison dalam kloroform membentuk

warna oranye. Warna yang terjadi dibaca dengan spektrofotometer pada

panjang gelombong 490 nm, dibandingkan dengan kurva baku.


Pengganggu :
Tembaga, emas, paladium, platina valensi 2 dan perak bereaksi dengan

ditison dalam larutan asam. Tembaga dipisahkan dengan menahannya dalam

fase air, logam-logam yang lain umumnya tidak terkandung dalam air.

Senyawa Hg-ditizon harus segera diperiksa karena peka terhadap sinar.


Deteksi minimum 1 mcg Hg.
Metode yang lebih peka dengan spektrofotometer serapan atom.
13. TIMBAL (Pb)
Timbal merupakan racun tubuh yang bersifat kumulatif. Air alami jarang

mengandung Pb lebih dari 20 mcg/l. Terdapatnya Pb dalam air minum dapat

berasal dari kegiatan industri, pertambangan atau dari kerusakan pipa-pipa air

yang sudah aus, teruatama bila artinya bersifat lunak dan sedikit asam.
Analisa Pb dengan jumlah runut dengan metode ditizon dianggap cukup

peka. Bila perlu dilakukan “digestion” yaitu bila berada dalam ikatan organik

atau anorganik yang tidak larut atau, maka diperlukan sampel sebanyak 2

liter. Pada pengambilan sampel perlu penambahan asam nitrat pekat 1,5 ml/l

sampel (pH V 2) agar Pb tidak melekat pada dinding wadah. Sampai di

laboratorium harus segera diperiksa.


Penetapan kadar timbal dengan metode ditizon :
Prinsip :
Ditizon yang larut dalam klorofrm akan menarik ion Pb dari larutan yang

sedikit alkalis. Akan terbentuk Pb-ditizonat yang berwarna merah cherry

dalam larutan kloroform. Warna merah yang terbentuk dibandingkan dengan

baku pmbanding.
Pengganggu :
Sebelum mengerjakan metode ini, harus dikuaasai teori dan praktek

metode ditizon. Harus dijaga dari kontaminasi Pb, kalau peru alat gelas yang

dipakai khusus untuk analisa Pb, Reagens harus disari dengan ditizon untuk

hilangkan runut Pb. Harus dikerjakan blangko untuk memeriksa Pb yang

mungkin terkandung dalam reagens. Karena hampir 20 macam logam dapat


bereaksi dengan ditizon membentuk senyawa kompleks yang berwarna, harus

dihindari gangguan dari logam-logam tersebut. Maka Pb-ditizonat disari pada

suasana amonikal kuat pada pH 10,0-11,5. Deteksi minumum 1 mcg Pb.


14. ARSEN (As)
Keracunan arsen secara kronik dapat terjadi bila tertelan sedikit demi

sedikit antara lain melalui air minum, karena sifatnya yang kumulatif. Arsen

juga dapat mengakibatkan kanker. Arsen berada dalam air karena larutannya

mineral, limbah industri, atau pemakaian intekstisida.


Penetapan kadar arsen dengan metode perak dietil ditiokarbamat:
Prinsip :
Arsen anorganik direduksi menjadi arsin, AsH3, oleh seng dan asam dalam

generator Gutzeit. Arsin dilewatkan kapas yang dibasahi larutan Pb-asetat,

selanjutnya ditimpung oleh tabung penyerap arsen bereaksi dengan garam

perak tersebut membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah dan

dapat dibaca dengan spektrofotometer.

Pengganggu :
Garam antimon (Sb) membentuk stibin yang berwarna meraah pula

dengan penyerap.
Deteksi minimum 1 mcg As.
Penetapan kadar Arsen dengan metode Sanger Black:
Prinsip :
Senyawa arsen anorganik direduksi dengan logam seng dan asam, menjadi

arsin. Gas arsin setelah dilewatkan kapas yang dibasahi larutan Pb-asetat, di

tampung dengan kertas HgCl2. Makin tinggi kadar arsen, akan terjadi warna

dari kuning, oranye ssampai coklat.


AsH3 + 3HgCl2 --- 3HCl + As(HgCl)3 kuning
2 As(HgCl)3 + AsH3 --- 3 AsH)HgCl)2 oranye
3 AsH(HgCl)2 + AsH3 --- HCl + 2 As2Hg3coklat.
Warna yang terjadi dibandingkan dengan warnda kertas HgCl 2 yang

ditimbulkan oleh deret baku yang dikerjakan dengan cara yang sama.
15. SIANIDA (Cn)
Yang termasuk sianida adalah ion CN dan senyawa kompleks sianida.

Senyawa sianida sederhana mempunyai rumus umum A(CN)x. A adalahalkali

atau logam, sedangkan x adalah martabat alkali atau logamnya, atau

banyaknya senyawa sianida. Senyawa kompleks sianida mempunyai rumus

umum AyM(CN)x. A adalah alkali yang jumlahnya y kali, M adalah logam

ferro atau ferri, Cd, Cu, Ni, Ag, Zn atau yang lain, dan x adalah banyaknya

senyawa CN.
Efek toksis sianida terhadap biota air karena terbentuknya senyawa HCN

pada peruraian. Toksisitas ini tergantung daya larut enyawa sianida yang ada.

Senyawa alkali logam sianida dan kompleks Zn, Cd dan Pb mudah sekali

sianida menjadi HCN.


Pada pengolahan air limbah yang mengandung CN digunakan cara

klorinasi dan penambahan alkali :


NaCN + Cl2 --- CNCl + NaCl
CNCl + 2 NaOH --- NaCNO + NaCl + H2O
2 NaCNO + 4NaOH --- 6 NaCl + 2 CO2 + N2 + 2H2O atau
2 NaCNO + H2SO4 + 4H2O --- (NH4)2SO4 + NaHCO3
Pemeriksaan sianida harus didahului dengan destilasi sampel dengan

penambahan alkali, untuk menghindari pengganggu. Selanjutnya CN dalam

destilat ditentukan dengan cara titrasi dengan AgNO 3. Cara lain dari destilat

dikerjakan kolometrik dengan mereaksikannya dengan kloramin T pada pH


kurang dari 8, membentuk sianogen klorida (CNCl). Dengan penambahan

reagens piridin asam barbiturat terjadi warna bitu kemerahan yang dapat

dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 578 nm.

Bandingkan dengan baku. Hati-hati CNCl sangat beracun.


16. KLORIDA (Cl)
Klorida adalah salah satu anion yang terbanyak terkandung dalam air. Rasa

asin yang ditimbulkan oleh klorida berbeda-beda tergantung dari susunan

kimia air tersbut. Air yang mengandung klorida 250 mg/l terasa asin bila

mengandung pula ion natrium. Ada pula iar yang rasa asinnya berbeda

meskipun mengandung klorida 1000 mg/l bila mengandung banyak ion Ca

dan Mg. Penetapan klorida secara Argentometri :


Prinsip :
Dalam larutan netral atau sedikit alkalis, klorida diendapkan oleh larutan

perak nitrat. Indikator yang dipilih adalah kalium kromat yang pada titik akhir

titrasi membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah.


Pengganggu :
Bahan-bahan yang normal terdapat dalam air minum tidak mengganggu.

Bromida, iodida dan sianida terhitung sebagai khlorida. Sulfida dan thiosulfat

mengganggu, dihilangkan dengan perhidrol dalam suasana netral. H2S bebas

dhilangkan dengan pendidihan.


17. SULFAT (SO4)
Dalam air alam, banyak terdapat sulfat dengan kadar beberapa mg sampai

beberapa ribu mg/l. Karena garam-garam natrium dan magnesium sulfat

mempunyai daya katartika, kadar sulfat dalam air minum dibatasi sampai 400

mg/l.
Adanya zat organik dalam air dapat diuraikan oleh kuman tertentu menjadi

sulfida. Maka sampel harus disimpan pada suhu rendah atau diberi

formaldehida. Sulfit kemungkinan dioksidir oleh oksigen terlarut pada pH di


atas 8,0, sehingga sampel yang mengandung sulfit pH-nya harus diuat kurang

dari 8,0.
A. Metode Gravimetrik :
Prinsip :
Sulfat diendapkan dari suatu larutan yang mengandung HCl

sebagai barium sulfat dengan penambahan larutan barium klorida.

Endapan dicuci sampai bebas ion Cl kemudian dipanaskan dan dipijarkan,

ditimbang sebagai BaSO4


Pengganggu :
Diperoleh hasil lebih tinggi oleh karena bahan-bahan tersuspensi

silika, barium klorida presipitan, nitrat dan sulfit. Barium nitrat dan barium

klorida dalam air akan terikat oleh endapan barium sulfat dan terhitung

sebagai BaSO4.
Diperoleh hasil yang lebih rendah oleh karena ion-ion alkali. Alkali sulfat

akan terikat oleh endapan barium sulfat juga alkali hidrogen sulfat.

Garam-garam ini pada pemanasan akan terurai sehingga berat endapan

berkurang. Logam-logam berat seperti krom dan besi menghambat

pengendapan barium sulfat yang sempurna dan dengan membentuk garam

sulfat.

B. Metode Iurbidimetrik :
Prinsip :
Ion sulfat diendapkan dalam lingkungan asam klorida oleh barium

klorida dengan cara tertentu sehingga diperoleh kristal barium sulfat yang

besarnya seragam. Serapan dari suspensi BaSO 4 diukur dengan

nefelometer atau spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.

Kadar ion sulfat dapat dihitung dengan cara membandingkannya dengan

kurva baku.
Pengganggu :
Warna dan zat tersuspensi dalam jumlah besar.

18. SULFIDA (S)

Sulfida terjadi dalam air atau dalam system distribusi air sebagai hasil

kegiatan bakteri terhadap bahan organic dibawah kondisi anaerob. Terdapat pula

dalam air limbah rumah tangga dan berbagai industry. Kadar beberapa perseratus

mg/l sudah terasa baunya. Nilai ambang bau H2S dalam air bersih antara 0,01 dan

0,1 mcg/l. H2S sangat beracun, membahayakan pekerja di saluran limbah.

Senyawa ini secara langsung merusak logam-logam, dan secara tidak langsung

mengikis saluran limbah dari semen karena teroksidir secara biologic menjadi

asam sulfat.

Dalam air yang tak mengandung zat tersuspensi sulfide berada sebagai

campuran ion HS- dan H2S. Bila sampel air tidak jernih, sulfide dapat pula berada

sebagai garam dengan logam.

Metode Titrimetrik :

Prinsip :

Karena metode titrimetrik dengan iod terganggu oleh adanya reduktor

seperti sulfit, tiosulfat dan berbagai senyawa organic, maka sulfide diendapkan

dahulu sebagai seng sulfide dalam lingkungan NaOH pada pH di atas 9. Endapan

setelah dicuci diberi air suling 200 ml. LArutan ini ditambah kedalam sejumlah

larutan baku iod 0,025 N. Kelebihan iod dititrasi kembali dengan larutan baku

tiosulfat.

19. FLUORIDA (F)


Fluorida dalam air minum dengan kadar sekitar 1,0 mg/l secara efektif

mencegah karies gigi. Flourida dapat secara alami ada dalam air atau sengaja

ditambahkan dalam air minum. Bila kadarnya melebihi batas dapat menimbulkan

flourida yaitu kerusakan pada gigi.

Penetapan kadar flourida secara kolorimetrik :

Prinsip :

Ion flourida beraksi dengan zat warna zirkonil-alizarin membentuk senyawa

kompleks yang tidak berwarna. Sehingga makin tinggi kadar flourida, warna

makin memucat. Warna yang terjadi dibandingkan dengan larutan baku, dalam

deret tabung Nessler atau dengan kolorimeter.

20. FOSFAT (PU4)

Fosfat dalam air meliputi ortofosfat, piro-, meta- dan polifosfat, dan ikatan

fosfat organik. Adanya fosfat dalam air dapat berasal dari bahan ynag

ditambahkan pada pengolahan air minum. Kadar yang tinggi kemungkinan berasal

dari deterjen. FOsfat juga digunakan dalam pengolahan air ketel. Dibidang

pertanian digunakan sebagai pupuk, sehingga limbah pertanian kemungkinan

mengandung fosfat. Fosfat organic berasal dari proses peruraian biologic atau dari

limbah industry makanan.

Elemen fosfor esensial bagi pertumbuhan organisme dan termasuk

nutrient. Masuknya fosfat kedalam bahan air akan mempercepat pertumbuhan

gulma air sampai ketingkat yang mengganggu fotosintetik makro dan

mikroorganisme lain.
Fosfat terdapat dalam dasar sedimen dan lumpur biologic, keduanya

sebagai bentuk endapan anorganik, oleh kegiatan biologic dirubah menjadi

senyawa organik.

Penetapan kadar fosfat secara spektrofotometrik :

Prinsip :

Polifosfat diubah menjadi fosfat dengan penambahan asam nitrat dan asam

sulfat, dengan pemanasan refluks kemudian direaksikan dengan ammonium

molibdat dan stano klorida. Akan terbentuk senyawa kompleks fostomolibdat

yang berwarna biru. Warna dibandingkan dengan baku, diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 690 nm.

21. AMUNIA (NH3)

Dalam air badan air dan air limbah, sebagian besar nitrogen terdapat

sebagai nitrat, nitrit ammonia dan nitrogen organik. Secara analitik, nitrogen

organic dan amonia dapat ditetapkan bersama dan disebut nitrogen jumlah, atau

lebih tepatnya nitrogen kjeldahl. Bentuk-bentuk senyawa nitrogen diatas, seperti

halnya gas N2 merupakan komponen dari siklus nitrogen.

Penetapan kadar amonia secara kolorimetrik.

Prinsip :

Amonia dapat bereaksi dengan reagens nessler yaitu suatu larutan garam

kompleks Kx(HgI4). Tergantung banyaknya amonia, akan terbentuk larutan

koloid kuning sampai oranye coklat. WArna yang terjadi dibandingkan dengan
larutan baku ammonium yang sudah diketahui kadarnya, dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang 400-500 nm atau dengan tabung Nessler.

2 K2 [HgI4] + 2 NH3 ----------

NH2Hg2I3 + KI + NH4I

Hasil analisa dinyatakan sebagai N.

Pengganggu :

Ca, Fe, Mg dan sulfide dapat menimbulkan kekeruhan dengan reagens

Nessler, dapat dihindari dengan penambahan seng sulfat alkali, atau KNa-tartrat.

22. NITRAT (NO3)

Nitrat merupakan hasil akhir dalam siklus nitrogen alam. Umumnya hanya

terdapat dalam jumlah runut dalam air permukaan tetapi pada beberapa air tanah

kadarnya dapat lenih tinggi, Bila kadarnya dalam air minum cukup besar dapat

membahayakan kesehatan, pada anak kecil mengakibatkan “infant

methaemoglobinemia”.

Penetapan kadar nitrat dengan metode asam fenoldisulfonat :

Prinsip :

Nitrat dapat bereaksi dengan asam fenoldisulfonat membentuk warna

kuning. Warna yang terjadi dibandingkan dengan deret baku dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm atau dengan tabung-tabung

Nessler.

Pengganggu :

Adanya klorida menyebabkan hasil lebih rendah, harus direduksi

jumlahnya sampai dibawah 10 mg/l dengan mengendapkannya dengan AgSO4

nitrit dengan kadar lebih dari 0,2 mg/l menyebabkan hasil lebih tinggi, harus
diubah dahulu menjadi nitrat. Hasil yang didapat harus dikurangi dengan kadar

nitrit. Sampel yang berwarna harus dihilangkan dahulu warnanya dengan Al(OH)3

Deteksi minimum 10 mcg/l.

23. NITRIT (NO2)

Nitrit dalam air merupakan peruraian biologic dari zat organic. Bila

dihubungkan dengan bentuk-bentuk nitrogen yang lain, adanya tapak nitrit

merupakan petunjuk pencemaran organic. Dalam air minum jarang terdapat nitrit

lebih dari 0,1 mg/l.

Penetapan kadar nitrit dengan metode diazo :

Prinsip :

NItrit akan mengikatkan asam sulfanilat dengan nafilamin HCl

membentuk senyawa diazo pada pH 2,0-2,5 yang berwarna merah. Warna yang

terjadi dibandingkan baku dan dibaca pada spektrofotometer pada panjang

gelombang 520 nm, atau dengan tabung Nessler, menggunakan pembanding deret

baku.

Deteksi minimum 1 mcg/l dengan tabung Nessler.

24. OKSIGEN TERLARUT

Oksigen merupakan gas yang sukar larut dalam air. Kelarutan oksigen

dalam air tawar antara 14,6 mg/l pada 0o C dan 7 mg/l pada 35 o Cpada tekanan 1

atmosfer. Oksigen terlarut diperlukan untuk pemurnian air alam dan pengolahan

air limbah, yaitu mengurangi bahan pencemaran sebelum dimasukkan kedalam air

sungai. Proses pengolahan dilakukan oleh jasad renik aerob dan anaerob. Yang

aerob memerlukan oksigen bebas untuk mengoksidasi bahan organic dan


anorganik sehingga diperoleh hasil yang tidak berbahaya. Oksigen terlarut disebut

juga “dissolved oxygen” (DO), dinyatakan dalam mg/l O2.

DO sangat diperlukan pula untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan

ikan-ikan dan makhluk air lainnya. Persyaratan DO untuk air golongan B

dianjurkan lebih besar dari 4 mg/l, sedang untuk air golongan C dianjurkan lebih

besar dari 3 mg/l O2.

Kadar oksigen terlarut dalam air alam dan air buangan tergantung keadaan

fisis, khemis dan aktivitas biologisnya. Analisa oksigen terlarut merupakan kunci

test terhadap pencemaran air dan control terhadap pengolahan air buangan.

Pengambilan Contoh untuk penentuan oksigen terlarut dan BOD :

Cara pengambilan contoh air untuk penentuan oksigen terlarut

memerlukan cara tersendiri. Kadar oksigen ini biasanya lebih rendah daripada

kadar jenuhnya, sehingga kalau berhubungan dengan udara akan berubah.

Alat yang digunakan adalah botol pereaksi tutup asah (botol oksigen), 250

ml. Botol diisi penuh dengan contoh air, ditutup hati-hati sehingga tidak ada

gelembung udara dalam botol. Diperlukan dua botol, satu untuk oksigen terlarut,

yang lain untuk BOD.

Sampel kemudian segera dibawa ke laboratorium dengan memasukkanya

dalam termos yang diberi es.

Penetapan kadar oksigen terlarut metode winkler :

Prinsip :

Penambahan larutan Mh valensi 2 dan pereaksi O2 kedalam sampel air

dalam botol bertutup asah. Jika tidak terdapat DO, akan terjadi endapan putih

Mn(OH)2 karena pereaksi O2 terdiri dari NaOH dan KI.


Mn2+ + 2 OH- Mn(OH)2 putih

Jika terdapat oksigen, akan terjadi oksidasi sejumlah Mn2+ yang setara menjadi

endapan MnO2 yang berwarna coklat.

Mn2+ + 2 OH- + ½ O2 MnO2 + H2O

Proses oksidasi Mn2+ menjadi MnO2 ini disebut juga pengikatan oksigen,

berjalan lambat terutama pada suhu rendah. Oleh karena itu diperlukan

pencampuran kuat paling sedikit 20 detik. Setelah semua oksigen bereaksi,

endapan dibiarkan mengendap dan setelah cairan yang jernih setebal kira-kira 5

cm, ditambahkan asam sulfat. Maka MnO2 akan mengoksidasi 1 menjadi I2.

MnO2 + 2 I- + 4 H+ Mn2+ + I2 + 2 H2O

Cara lain menggunakan DO-meter, secara potensiometrik.

25. BOD = BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND

= KEBUTUHAN BIOLOGIK AKAN OKSIGEN

BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk menguraikan zat

sorganic dalam air secara biologic, sampai menjadi senyawa yang stabil.

Dalam air limbah, bahan pencemar organic akan diuraikan secara alami

oleh bakteri yang ada. Bakteri dalam air dibagi menjadi beberapa golongan.

Golongan aerob ialah mereka yang memerlukan oksigen bebas untuk

kehidupannya dan golongan anaerob ialah yang tidak memerlukan oksigen bebas

tetapi dapat mempergunakan oksigen yang didapat dari pemecahan senyawa lain.

Ada golongan ketiga yang dinamakan golongan fakulatif yang dapat berlaku

sebagai aerob maupun anaerob tergantung keadaan lingkungannya. Kebanyakan

bakteri dalam air kotor adlah saprofit, hidup dari zat organic yang mati.
Kalau DO cukup banyak, bakteri aerob akan melakukan oksidasi dan

terbentuklah senyawa nitrit yang selanjutnya menjadi nitrat. Kalau kehabisan DO

selama proses ini, maka nitrat akan direduksi kembali menjadi nitrit oleh bakteri

anaerob. Ini akan terjadi bila sebagian besar zat organik tersebut telah dioksidasi

menjadi nitrat. Kalau persediaan oksigen tidak cukup, zat organic akan diuraikan

oleh bakteri anaerob membentuk amoniak. Jadi bila ada pencemar organic dalam

air limbah, DO yang ada akan dipergunakan oleh bakteri untuk menguraikannya,

sehingga cepat habis. Sebaliknya bila ada air limbah yang mengandung bahan

pencemar organik diberi oksigen secukupnya (dilakukan aerasi), akan terjadi

peruraian aerobic sampai mencapai keadaan stabil. Banyaknya oksigen yang

diperlukan untuk mencapai keadaan stabil ini yang disebut BOD.

BOD merupakan petunjuk penting untuk mengetahui banyaknya zat

organic yang terkandung dalam air limbah. Makin banyak kandungan zat organik,

makin tinggi BOD-nya. Nilai BOD dipengaruhi oleh suhu, cahaya matahari,

pertumbuhan biologik, gerakan air dan kadar oksigen. Untuk mencapai keadaan

stabil di laboratorium diperlukan waktu inkubasi, umumnya dipakai waktu 5 hari

pada suhu 20ºC. jadi bila 1 liter air limbah memerlukan 100 mg O 2 dalam waktu 5

hari pada 20ºC maka BOD-nya untuk 5 hari pada suhu 20ºC adalah 100 mg/l, atau

BOD 5.20ºC = 100 mg/l.

Prinsip penetapan BOD : karena seringkali DO sampel rendah, maka

diperlukan air pengencer yaitu suling yang diberi nutrient untuk pertumbuhan

bakteri (terdiri dari dapar posfat, MgSO4, CaCl2, dan FeCl3) kemudian sampai

jenuh oksigen.

Disediakan 5 botol oksigen:


- Botol I diisi air pengencer, tentukan DO = a mg/l
- Botol II diisi air pengencer, inkubasi 5 hari pada 20ºC, tentukan DO =

b mg/l
- Botol III diisi sampel + air pengencer, tentukan DO = c mg/l 20ºC,

tentukan DO = d dan e mg/l

DO air pengencer rata – rata = ½ x (a + b) mg/l = x mg/l.

DO sampel + air pengencer setelah inkubasi rata – rata ½ x (d + e) mg/l =

y mg/l.

HOD sampel = faktor pengenceran x ( c- y), diinginkan antara 20% - 80%

dari Z.

Pada keadaan tertentu diperlukan seeding yaitu penambahan bakteri

karena dalam sampel tidak cukup jumlah bakterinya.

26. COD = CHEMICAL OXYGEN DEMAND

= KEBUTUHAN KIMIAWI AKAN OKSIGEN

Penetapan COD gunanya untukn mengukur banyaknya oksigen setara

dengan bahan organik dalam sampel air, yang mudah dioksidasi oleh senyawa

kimia oksidator kuat. Penetapan ini sangat penting untuk dapat diuraikan secara

biologik, maka dapat dikatakan COD adalah banyaknya oksidator kuat yang

diperlukan untuk megoksidasi zat organik dalam zatr air, dihitung sebagai mg/10 2.

Beberapa zat oraganik, yang tidak terurai secara biologik, antara lain asam asetat,

asam sitrat,selulosa dan liginin (zat kayu).

Penggunaan tehnik yang benar benar sama antara sampel dan blanko pada

setiap penetapan sangat penting karena hanya sebagian dari bahan organik yang

terhitung, tergantung dari oksidator kimia yang dipakai, sususnan dari senyawa

organinya dan prosedur yang dipakai. Cara refluks bdengan kromat dipilih untuk
penetapan COD Karen kemampuanya untuk mengoksidasi, pemakaiannya luas

terhadap berbagai jenis sampel dan mudah dilakukan.

Prinsip:

Kebanyakan jenis bahan organik dirusak oleh campuran kromat dan asam

sulfat mendididh. Kelebihan dikromat dengan ferro ammonium sulfat. Banyaknya

bahan organik yang diaksidesi dib hitung sebagai oksigen yang setara dengan

kalium dikromat yang terikat.

Penganggu : senyawa alifatik rantai lurus, hidrokarbon aromatik dan pridin tidak

dioksadir sempurna, meskipun cara ini lebih baik dari cara permangat. Senyawa

alifatik rantai lurus lebih efektif aksidasinya dengan menambahkan katalisator

AgSo4, tetapi akan terjadi edepan dengan iodida, bromida atau klorida yang hanya

sebagaian dioksidasi dalam prosedur ini, pada oksidasi hidrokarbon aromatik

penambahan katalisator tidak ada manfaatnya, rantai lurus, kesulitan yang terjadi

karena adanya klorida dalam sampel diatasi dengan penambahan HgSO 4 sebelum

di refluks. Akan terjadi kompleks memrkuri klorida yang larut sehingga berkurang

kekampuannya untuk bereaksi lebih lanjut.

27. DETERJEN ANIONIK

Makin meningkatnya pemakaian deterjen sintetik member pengaruh pada

badan air, menimbulkan biuh yang sukar hilang pada permukaan air, menerunkan

tegangan permukaan air yang menganggu kehidupan biota air, dan karena

mengadung fosfat yang merupakan nutrient bagi plankton dan gulma air
menimbulkan masalah lingkungan masalah lingkungan pula karena kecepatan

pertumbuhanya.

Dahulu dipergunakan senyawa alkil bensen sulfonat (ABS) yang

kemudian dilarang karena tidak terurai secara biologic. Kemudian diganti dengan

linear aikil sulfanot (LAS) yang “biodegradable”.

Untuk menentukan deterjen anionik dengan metode biru metilen:

Prnisp :

Deterjen anionik beraksi dengan biru metilen mebentuk garam yang

berwarna biru, garam ini larut dalam klorofom dan insetasitas warna yang terjadi

dibaca dengan spektofotometer pada panjang gelombang 652mm.

Meode ini di pakai pada kadar LAS 0,025 – 100 mg/l.

Penganggu : senyawa sulfat organik, sulfonat, karboksilat, fosfat-fosfat dan fenol

bersenyawa dengan biru netien member hasil yang positif. Senyawa-senyawa

organik terutama amina, member hasil yang negatif.

28. FENOL

Fenol adalah derivat hidroksi dari bensena, yang kemungkinan ada dalam

air limbah rumah tangga, limbah industry dan air minum.air yang mengadung

fenol bila diklorasi akan timbul bau dan rasa yang tajam dari senyawa klorofenol,

meliputi o-klorofenol, p-klorofenol, 2,4 diklorofenol dan 2,6 diklorofenol. Proses

pengelolah air untuk menghilangkan fenol meliputi superklorofenol, ozonisasi dan

adsomsi dengan karbonat aktif.

Penetapan kadar fenol dengan metode spektofotometer:

Prinsip:
Fenol didestilasi dari sampel air yang diasamkan dengan asam fosfat

samapai pH 4,0 pengawetan sampel menggukan Cu (OH) 2 yang dapat

mengokasidasi fenol . agar semua jenis fenol dapat terdestilasi, dari 500ml sampel

didestilasi hingga diperoleh destilat 450ml, selanjutnya fenil dalam desilat

direaksiakan dengan 4 animo antipirin pada pH 10,0 + 0,2, dengan adanya K-

ferrosianida membentuk zat warna antipirin. Zat warna ini disari dengan

kolorofom, resapanya diukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang

510mm, tanpa disari dengan klorofom.

29. MINYAK DAN LEMAK

Minyak dan lemak yang berasal dari ilmiah rumah tangga dan limbha

industry tidak dapat diuraikan oleh bakteri dalam proses peruraian anarobik. Bila

terjadi didalam lumpur akan mengumpulkan sebagai scum yang terapung.

Menyubat saringan dan menurukan kualitas lampunya sebagai pupuk tanaman .

Bila minyak dan lemak terdapat dalam air badan air akan mengapung

membentuk lapisan tipis yang mengganggu proses pengolahan air bersih dan

kehidupan biota air.

Penetapan minyak dan lemak sampel air :

Prinsip :

Minyak dan lemak disari dengan pelarut organik dari sampel yang

diasamkan, dapat digunakan Freon atau petroleum eter. Sari minyak/lemak dalam

pelarut organik didestilir, dalam labudesitalasi yang sudah ditara beratnya, bila

keruh disaring dengan kertas saring watman 40 yang sudah dibasahi hingga

pelarut yang sudah dibasahi hingga pelarut organik yang sama. Kerjakan secara
kuantitatif. Residu dikeringkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang.

Selisih berat labu destilasi= berat minyak lemak.

Penganggu : pelarut organik tidak hanya melarutkan minyak/lemak yang

tersabun dapat menimbulkan emulsi pada penayaringan. Diatasi dengan cara

‘salting out ‘ yaitu pH dibuat = 1, kemudian dijenuhkan dengan NaCl.

Cara yang lebih peka dianalisa dengan spektofotometer.

BAB VI

PENGOLAHAN AIR

Agar air badan air dapat dipakai sebagai air minum atau air bersih untuk

keperluan lain, harus dilakukan pengolahan. Menurut persyaratan WHO maupun

Departemen Kesehatan, air minum harus jernih, tak berwarna, tak berbau, berasa
normal dan bahan kimia yang terkandung tidak melebihi batas yang merugikan

kesehatan. Sedangkan persyaratan mikrobiologik air bersih tidak boleh

mengandung mikroorganisme pathogen, dan bebas dari bakteri yang menunjukkan

indikasi pengotoran dari tinja.

Pengolahan air badan air meliputi satu atau lebih tindakan dibawah ini :

1. Menghilangkan kekeruhan
Meliputi penyimpanan pada bak penampungan, penyaringan, koagulasi,

sedimentasi ( pengendapan ).
Selama penyimpanan pada bak penampungan akan terjadi proses pemurnian

alami dengan akibat :


- Pengurangan jumlah zat tersuspensi, warna, amoniak dan zat organik
- Pengurangan jumlah bakteri dan mikroorganisme lain yang menimbulkan

penyakit.

Dalam bak penampungan yang diaerasi akan terjadi proses peruraian biologic

secara aerob. Keuntungan lain dari aerasi adalah :

- Menghilangkan atau mengurangi rasa dan bau


- Menghilangkan atau mengurangi gas-gas seperti karbondioksida, metana

dan hidrogensulfida
- Menaikkan pH air karena hilangnya karbondioksida
- Mengkosidir besi dan mangan, menjadi endapan yang dapat dipisahkan

dengan sedimentasi dan penyaringan

Penyaringan dapat dilakukan dengan saringan pasir lambat, atau dilakukan

dahulu koagulasi dan sedimentasi diikuti penyaringan dengan saringan pasir

cepat.

Koagulasi dimaksud untuk menggumpalkan bahan–bahan yang menimbulkan

kekeruhan, agar mudah mengendap dalam bak sedimentasi, koagulan yang

disebut juga ‘alun’, Na2Al2O4 dan KAI (SO4)2 atau tawas. Juga FeCl3 dan

FeSO4. Bila kondisi air sukar dikoagulasi, atu waktu koagulasi dan
sedimentasi terlalu singkat, perlu ditambahkan bahan pembantu koagulan.

Diantaranya adalah silica aktif, karbon aktif, bentonit, serbuk kapur dan

polieketrolit sintetik. Karbon aktif juga berfungsi untuk menghilangkan bau

dan warna. Dalam proses koagulasi ini diperlukan pengaturan pH agar

diperoleh efek yang optimal.

Sedimentasi dilakukan dalam bak yang mempunyai dasar cekung. Kemudian

air yang sudah jernih dialirkan melalui saringan pasir cepat untuk kemudian

dilakukan desinfeksi. Proses penjernihan ini disebut juga klarifikasi.

2. Menurunkan Kesadahan

Air yang kesadahannya tinggi disebut juga ‘hard water’, memerlukan proses

pelunakan. Di antaranya dipakai cara :

- Menghilangkan ion kalsium dan magnesium


- Merubah garam-garam tersebut menjadi garam natrium
- Kombinasi kedua proses tersebut
- Penukaran ion

Untuk air dengan kesadahan sementara, dilakukan penambahan kapur agar

bereaksi dengan karbondioksida bebas, kemudian Ca-bikarbonat menjadi

karbonat dan Mg-bikarbonat menjadi hidroksida.

CO2 + CaO CaCO3

Ca(HCO3)2 + CaO 2 CaCO3 3 H2O

Mg (HCO3)2 + CaO Mg (OH)2 + 2 CaCO3 + H2O

Na-bikarbonat bila ada, juga terurai :

2 NaHCO3 + CaO CaCO3 + Na2CO3 + H3O


Tetapi penambahan kapur tidak menghasilkan Ca dan Mg yang berada

sebagai sulfat, klorida dan nitrat yang menimbulkan kesadahan tetap. Untuk

itu perlu ditambahkan soda abu.

CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4

CaCl2 + Na2CO3 CaCO3 + NaCl

Ca (NO3)2 + Na2CO3 CaCO3 + 2 NaNO3

MgSO4 + Ca(OH)4 + Na2CO3 Mg(OH)2 + CaCO3 + Na2SO4

MgCl2 + Ca(OH)2 + Na2CO3 Mg(OH)2 + CaCO3 + NaCl

Mg(NO3)2 + Ca (OH)2 + Na2CO3 Mg(OH)2 + CaCO3 + 2 NaNO3

Endapan CaCO3 dan Mg (OH)2 dipisahkan dengan sedimental atau

penyaringan. Kombinasi kedua cara pengolahan itu disebut proses soda abu.

Cara lain dengan mengganti ion Ca dan Mg dengan garam Na yang terikat

sebagai senyawa natrium aluminium silikat, yang disebut proses zeolit. Pada

proses ini terjadi penukaran ion, Ca dan Mg menjadi terikat sebagai senyawa

kompleks dengan aluminium silikat. Didalam larutan terlepas garam natrium

yang larut.

Cara penukaran ion dapat dilakukan dengan alat yang disebut“ion exchanger”

3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksud untuk mengatasi pencemaran mikrobiologi, termasuk

virus. Umumnya dipakai cara klorinasi karena murah, mudah diperoleh dan

mudah penggunaan maupun pengukurannya. Cara desinfeksi yang lain adalah

menggunakan gas ozon atau sinar ultra violet.


Pada klorionasi terjadi beberapa reaksi yang penting diantaranya :
- Bila air mengandung reduktor, akan merubah klor menjadi klorida
- Bila air mengandung amoniak dan derivatnya, zat organic termasuk

bakteri, maka kadar klor berkurang dan terbentuk senyawa klor organik
- Bila jumlah klor yang diberikan cukup banyak dan tidak semua dirusak

atau diikat, maka terdapat sisa klor atau klor bebas. Klor bebas ini yang

mempunyai daya desinfeksi yang lebih tinggi dari pada klor terkait.

Klorinasi dapat diberikan sebagai gas klor (Cl2), bubuk pemutih atau kaporit

yaitu CaOCl yang mengandung klor bebas 33,5-39 %, kalsium hipoklorit

CaCa(OCl)2 yang mengandung klor bebas 70%, atau larutan natrium

hipoklorit NaOCl yang mengandung 3-5 % atau 10-16 % berat klor bebas.

Daya desinfeksi klor menurun bila pH melebihi 80. Pembunuhan Klor

diperhitungkan dengan volume air yang akan diklorominasi, agar diperoleh

sisa klor 1,0 mg/l sampai dikonsumen.

DAFTAR PUSTAKA
1. A.W. A : Standard Methods for the examination of Water and Wastewater,
14th Editoin, 1975.

2. Biro Bina Kepedudukan dan Lingkungan Hidup Pem. Da Tk. 1 Jawa


Timur: Baku Mutu Lingkungan Dijawa Timur , 1988.

3. Depertemen Kesehatan R.I., Direktorat Pelayanan Kesehatan, Direktorat


Instalasi Kesehatan : Buku Petunjuk Pegambilan Contoh Air dan
Pemeriksaan Kimia di Lapangan.

4. Ehlers, Victor M. and steel, Ernest. W, : Municipai and Rural Sanitation,


Mc Graw Hill inc, New York, 1976.

5. James, G . : Water Treatmant, 4th Edition, Teaching press, Edinburg, 1971.

6. . . . . . ., S.K Meteri kesehatan No. 01/BIRHUKMAS/1/1975 tentang


syarat-syarat san Pegawasan Kulitas Air Minum.

7. . . . . .: S.K Meteri Kesehatan No. 173/Men.Kes/Per. VIII/ 1977 tentang


Pegawasan Pecemaran Air Dari Badan Air Untuk kegunaan yang
Berhubungan Dengan Kesehatan.

8. . . . . . ; S.K Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.


Kep 02/MENKLH/1/1988, tentang Pedoman Penetapan Buku Mutu
Lingkungan.

9. . . . . . : Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang Pokok Pokok


pengolahan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai