DOSEN PENGAMPUH:
Fatimah,S,Si,M.Si
Oleh :
Bulukumba
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB 1 :PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuam Makalah
BAB II :PEMBAHASAN
2.1 pemahaman kualitas air
2.2 Nilai ambang batas
2.3 Pemeriksaan kualitas air
2.4 Pemeriksaan kualitas air secara kimia
2.5 Pemeriksaan kualitas air secara fisika
2.6 penelitian-penelitian mengenai pemeriksaan kualitas air
BAB III :PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi yang harus
memenuhi syarat kesehatan. Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-syarat fisika,
kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas. Salah satu parameter yang harus diukur untuk
menentukan kualitas air adalah parameter fisika. Pengukuran parameter fisika
digunakan sebagai langkah awal dalam menganalisis kualitas air. Dalam penelitian ini,
beberapa parameter fisika digunakan untuk menentukan kualitas air yang meliputi suhu,
kekeruhan, warna, daya hantar listik (DHL), TDS (Total Dissolved Solid), rasa, dan
bau. Pengukuran parameter fisika dilakukan secara in situ dan ex situ . Sementara itu,
penurunan kualitas air dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan kadar parameter
fisika terukur. Hasil penelitian menunjukkan nilai bau, kekeruhan, rasa, warna, suhu,
DHL, dan TDS di bawah ambang batas maksimum baku mutu kualitas air minum.
Namun, pada nilai pH terukur di bawah kadar minimum baku mutu yaitu sebesar 4,7.
Nilai pH air ini dapat ternormalkan pada proses pemanasan air sebesar 50˚C.
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat digantikan dengan
senyawa lainnya (Achmad, 2004). Air yang tidak berbau dan berwarna merupakan air
yang baik, sebaliknya air yang mempunyai warna tertentu pasti mengandung bahan
kimia. Demikian pula dengan bau, bila air berbau biasanya mengandung bahan-bahan
organik (SuyaNta, 2002). Menurut Freedman dalam Suyanta (2002), kualitas air
ditentukan oleh kandungan ion logam dan non logam dalam air, seperti logamlogam
perak (Ag), kadmium (Cd), krom (Cr), kobalt (Co), tembaga (Cu), besi (Fe), merkuri
(Hg), molibdenum (Mo), nikel (Ni), timbal (Pb), timah (Sn), Seng (Zn), Aluminium
(Al), arsen (As) dan selenium (Se). Adanya anion-anion seperti klorida (Cl-), sulfat
(SO42-) dan nitrat (NO3-) juga dapat menyebabkan rendahnya kualitas air. Selain itu
kualitas air juga ditentukan oleh beberapa faktor fisik seperti temperatur, rasa, dan total
padatan terlarut (TDT).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Beberapa definisi yang berkaitan dengan kualitas air menurut PPRI Nomor 82
Tahun 2001 antara lain :
a. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, Sungai, rawa, danau, situ,
waduk, dan muara;
b. Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk
dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu;
d. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air;
e. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi
cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan;
f. Pencemaran air adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya;
g. Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, mutu air
atau kualitas air diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari :
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegiatan tersebut.
Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan
lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut. Penetapan kelas air sebagaimana
dimaksud diatas sesuai dengan Pasal 9 pada PP RI No. 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Dalam hal ini
pemeriksaan Sungai Sei Kera ditetapkan klasifikasi kelas air nya sebagai
golongan air kelas I.
Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik (warna,
suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD, COD). Jenis dan
jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat tergantung pada jenis
kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap badan air tersebut.
1. Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a) Warna
Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna bening,
atau sering dikatakan tak berwarna.
b) Bau dan Rasa
Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan tidak
berasa.
c) Suhu
Suhu air yang normal berkisar ± 3 0C dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung
berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan air.
2. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang umum ada
beberapa parameter, diantaranya:
a) pH
Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu 00C yaitu sebesar 14,16
mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi oksigen dalam air
akan berkurang. Ada dua metode yang umum digunakan untuk analisa oksigen
terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi cara Winkler dan metode
elektrokimia dengan alat DO-meter.
c) BOD
Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen dalam
air, dan proses tersebut berlangsung disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut
penelitian, untuk supaya 100% bahan organik terurai, diperlukan waktu kira-kira
20 hari. Namun dalam waktu 5 hari, pada temperatur inkubasi 20 0C, bahan
organik yang dapat diuraikan mencapai 75%, sehingga waktu ini sudah dianggap
cukup. Maka timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan dengan mencari selisih
antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida modifikasi.
d) COD
Nilai ambang batas (NAB) adalah nilai atau batas tertinggi dimana manusia mampu
menahannya tanpa menumbulkan gangguan kesehatan selama 40 jam atau 5 hari
dalam seminggu. Mungkin seperti itulah gambaran harfiah dari Nilai ambang batas.
Berikut ini ialah beberapa kriteria parameter kualitas air beserta penjelasannya:
1) DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin
tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C. tingkat DO
maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan.
ppm ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.
2) BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh
makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin
banyak mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD
maka akan semakin rendah kualitas air.
3) COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. bedanya disini ialah
tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. bisa jadi dipakai untuk
mengurai dan sebagainya. nilai COD juga berbanding terbalik dengn DO.
4) TDS atau total dissolve solid ialah jumlah zat padat yang terlarut didalam air.
semakin rendah TDS maka akan semakin bagus kualitas air.
a. Bahan Pemeriksaan
2) Waktu
Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan
jam yang berbeda sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari
maupun setiap jam. Caranya dilakukan dengan menggeser jam dan hari
pengambilan pada waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya
pengambilan pertama hari senin jam 06.00 pengambilan berikutnya hari
selasa jam 07.00 dan seterusnya.
c. Cara pengambilan sampel
a) Menentukan lokasi pengambilan sampel :
b) Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada air permukaan dan air
tanah. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan tujuan dan
keperluan pengambilan sampel :
c) Lokasi pengambilan sampel air permukaan :
Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah
pengaliran sungai dan danau / waduk
d) Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai:
d. Menentukan titik pengambilan contoh
Air permukaan.Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau /
waduk
e. Pengambilan sampel
Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air.
Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.
Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam
penampung sementara hingga merata.
Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang
diambil dari setiap titik harus sama.
f. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan Oksigen terlarut (DO)
Pengambilan contoh dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Cara langsung
Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya
turbulensi dan gelembung udara selama pengisian dan
penutupan botol, kemudian botol di tutup.Contoh siap
untuk dianalisis.
2) Dengan alat khusus
Tahapan pengambilan contoh / sampel dengan cara alat khusus sebagai
berikut :
Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan mempunyai
volume ± 300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.
Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe Casella).
Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.
3) Label
Nomor contoh
Nama petugas pengambil contoh
Tanggal dan jam pengambilan contoh
Tempat pengambilan contoh
Jenis pengawet yang digunakan.
Pemeriksaan di Lapangan
1.Suhu
Suhu adalah suatu sifat fisika perairan yang secara langsung dipengaruhi oleh
adanya radiasi dan perambatan kedalam peraoran. Suhu air mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap proses kimiawi dan biologis dalam suatu
perairan. Suhu air yang optimal didaerah tropis biasaanya berkisar 25°C-35°C.
Suhu air yang ideal adalah perbedaan antara siang dan malam tidak lebih dari
5°C, yaitu antara 25° sampai 30°C.
Suhu air juga mempengaruhi pertukaran zat-zat atau metabolisme dari mahluk
hidup dan semakin tinggi suhu suhu, maka semakin sedikit Oksigen yang
terlarut didalamnya. Karena suhu air mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap proses kimiawi dalam perairan. Suhu juga menyebabkan stratifikasi
atau tingkat pelapisan air dimana suhu air dipermukaan lebih panas
dibandingkan suhu air yang berada dilapisan bawahnya.
Oksigen yang berkurang berdampak pada aktivitas ikan berkurang atau berhenti
karena nafsu makannya berhenti. Makanan akan tersisa dan berdampak pada
meningkatnya akumulasi ammoniak di air. Suhu juga berpengaruh terhadap
munculnya serangan penyakit dan jumlah ikan yang terkena penyakit. Secara
umum imun sistem dari ikan akan optimum pada suhu 15 °C.
Besar kecilnya suhu dapat dibedakan terhadap letak atau wilayah pada
perairan,yakini :
Kecerahan air yang baik untuk kehidupan organisme perairan berkisar antara
30sampai 60 Cm. Kecerahan perairan berkaitan dengan kekeruhan perairan,
kecerahan yang rendah disebabkan oleh kekeruhan yang tinggi. Tingkat
kecerahan suatu perairan tergantung pada partikel-partrikel koloid dan padatan
tersuspensi yang terkandung dalam perairan.
Padatan tersebut berupa lumpur, bahan organik, plankton, dan zat-zat garam,
dimana tingkat kecerahan suatu perairan tersebut menunjukkan tingkat
kedalaman perairan.
3.Kedalaman
Batimetti (dari bahasa Yunani, Barus, berarti kedalam dan ukuran) adalah ilmu
yang mempelajari kedalaman dibawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai
samudera atau danau.Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam
memecahkan masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan
stabilitas garis pantai, pelabuhan dan kontraksi pelabuhan, evaluasi,
penyimpangan pasang surut, pergerakan pemeliharaan, rute navigasi.
analisis kualitas air pada sumber mata air di kecamatan karangan dan kaliorang
kabupaten kutai timur
Secara fisik dengan indikator warna, bau dan rasa air yang berasal dari tiga lokasi, yaitu
mata air desa Bukit Harapan di Kaliorang, sumber air dingin Karangan Hilir dan sumber
air panas Batu Lepoq di Kecamatan Karangan memiliki kualitas yang baik sehingga
memenuhi syarat pemanfaatan terutama untuk kelas peruntukkan air, yaitu kelas II, III
dan IV. Secara kimiawi kualitas air relatif baik berdasarkan beberapa indikator seperti
pH, Nitrit, Amoniak, Alkalinitas dan sulfat yang tidak melebihi batas ambang baku
mutu yang dipersyaratkan. Meskipun secara umum kualitas air cukup baik, namun ada
dua indikator yang tidak memenuhi baku mutu, yaitu BOD dan COD. Dari parameter
biologi, air dari ketiga lokasi tersebut dalam kondisi tercemar oleh bakteri dilihat dari
coliform terutama total coliform, meskipun dalam kondisi tercemar, jumlah bakteri
coliform yang terkandung dalam air tersebut tidak melebihi batas ambang baku mutu
yang dipersyaratkan sehingga apabila dimanfaatkan sebagai air minum, maka tetap
harus melalui pengolahan air atau dipanaskan sampai titik didih tertentu, karena
mengandung bakteri yang mungkin berbahaya bagi manusia.
Kualitas air daerah aliran sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro berdasarkan
pemeriksaan parameter, meliputi suhu, konduktivitas, BOD, COD, dan minyak/ lemak
menunjukkan hasil bahwa beberapa daerah telah melebihi baku mutu. Aktivitas manusia
di sekitar daerah titik pantau 1, memberikan hasil yang paling tinggi tingkat
pencemarannya. Hal ini dikarenakan, di daerah ini terdapat aktivitas pusat kota yang
beragam. Rumah tangga menghasilkan limbah yang berasal dari aktivitas kamar mandi,
kakus, dapur, tempat mencuci pakaian dan mencuci peralatan rumah tangga.
kajian karakteristik kimia air, fisia air dan debit sungai pada das padang akibat
limbah tapioka
Pada limbah pabrik tapioka PT. Serasi Jaya mengalir ke sungai sibarau kemudian
dilakukan penelitian pada sungai sebelum pabrik (lokasi II) dan sungai setelah pabrik
(lokasi III), selanjutnya dibandingkan keduanya berdasarkan kelas baku mutu PP No 82
tahun 2001 maka limbah pabrik yang mengalir ke sungai dikatakan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap perubahan tingkat kualitas air. Karena dapat dilihat dari
keterangan kriteria baku mutu bahwa sungai sebelum pabrik dan setelah pabrik
menunjukkan keterangan baku mutu yang sama, namun setiap parameter yang diamati
mengalami kenaikan angka tetapi tidak terlalu signifikan sehingga tidak merubah
keterangan kelas baku mutu yang telah didapat sebelumnya. Sungai Aliran Limbah PT.
Sumatera Telaga Tapioka Pada pabrik tapioka PT. Sumatera Telaga Tapioka ini diambil
3 lokasi titik pengambilan sampel yaitu pada outlet dari saluran bak penampungan
limbah sebelum masuk ke badan sungai (lokasi I), aliran sungai sebelum pabrik (lokasi
II), dan aliran sungai setelah pabrik (lokasi III). Pada lokasi tidak ditemukan
percabangan sungai setelah pabrik sehingga contoh air hanya diambil pada 3 outlet.
Air limbah pabrik PT. Sumatera Telaga Tapioka memberi pengaruh terhadap perubahan
tingkat kualitas air terlihat pada perubahan kriteria baku mutu kualitas air pada lokasi
tiga ditunjukkan pada parameter pH. Namun kemasaman di lokasi II mengalami
penurunan dibandingkan lokasi I. Hal ini disebabkan meningkatnya oksigen terlarut
sepanjang aliran. Hal ini dapat diterima denagn adanya peningkatan debit aliran di
outlet II. Adanya oksigen di dalam air dapat mengoksidasikan bahan-bahan organik
menjadi CO2 yang dapat menurunkan derajat kemasaman Sutapa (2000). Kandungan
COD aliran limbah > 200 mg/L menunjukkan bahwa air telah telah tercemar. Meskipun
tidak ada hasil pengukuran COD dari kolam penampungan limbah namun kondisi COD
pada aliran dapat dipastikan menunjukkan belum adanya penanganan pengelolaan
limbah yang tepat dari pihak perusahaan, hal ini didukung dengan rendahnya pH yakni
kurang dari 6.
Nilai pH, TSS dan COD sungai setelah melintasi dari pembuangan limbah pabrik
tapioka PT. Serasi Jaya dan PT. Sumatera Telaga Tapioka diperoleh melampaui nilai
kelas baku mutu dengan nilai masing-masing 4,23, 880 mg/L, dan 137,0 mg/L dan4,48,
793,3mg/L, 1045,25 mg/L. Nilai TSS dan COD sungai setelah melintasi dari
pembuangan limbah pabrik tapioka PT. Deli Sari Murni diperoleh telah melampaui nilai
kelas baku mutu dengan nilai masing-masing 846,67 mg/L, 167,27 mg/L. Nilai debit
aliran sungai yang tertinggi diperoleh pada sungai sebelum melintasi pembuangan
limbah pabrik tapioka PT. Deli Murni Tapioka yaitu109676,26 L/dtk . Air limbah
pabrik tapioka memerlukan pengelolaan IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) yang
lebih tepat sebelum air limbah di alirkan ke sungai.
analisis sifat fisis kualitas air di mata air sumber asem dusun kalijeruk,desa
siduran,kacamatan garung kabupaten WonobosoBerdasarkan hasil analisis
pengujian sampel Mata Air secara Fisika diperoleh nilai bau, kekeruhan, warna,
suhu, DHL, dan TDS di bawah ambang batas maksimum baku mutu kelas 1 sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Namun, pada
nilai pH terukur di bawah kadar minimum baku mutu yaitu sebesar 4,7 yang
menyebabkan air memiliki rasa. Oleh karena itu, sebagai upaya penetralan air dari
nilai pH terukur dilakukan treatment pemanasan air.
Nilai pH air dapat ternormalkan (pH±7) dengan proses pemanasan air hingga
mencapai suhu 50°C. Proses pemanasan ini akan melepaskan ion H+ yang terlarut
dalam air. Sementara itu, berkurangnya ion H+ dalam air akan berpengaruh terhadap
nilai pH (derajat keasaman) air.
Kualitas Air Situ Lebak Wangi Bogor Berdasarkan Analisa Fisika, Kimia dan
Biologi
Situ Lebak Wangi merupakan situ yang berada di daerah Bogor, dan awalnya
dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air saat musim hujan untuk peningkatkan
persediaan air tanah. Saat ini, Situ Lebak Wangi dimanfaatkan sebagai tempat
pembuangan limbah oleh masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan perubahan kualitas
baik fisik, kimia dan biologi perairan situ. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap
kualitas fisik, kimia dan biologi perairan Situ Lebak Wangi agar diperoleh informasi
mengenai kualitas perairannya sehingga dapat disosialisasikan kepada masyarakat di
sekitarnya nilai penting konservasi, pengelolaan dan pemanfaatan situ tersebut. Hasil
pengukuran sifat fisik dan kimia air menunjukkan bahwa suhu di perairan Situ Lebak
Wangi masih memenuhi baku mutu air kelas 1, nilai total padatan terlarut perairan Situ
masih di bawah ambang batas baku mutu yang dipersyaratkan, nilai kecerahan di
perairan Situ Lebak Wangi berkisar antara 67,17 – 80,83 cm dengan nilai rata-rata 74,46
cm, nilai pH perairan danau lebih rendah dari perairan sungai, yaitu berkisar antara
6,60–8-80. Pengukuran DO menunjukkan bahwa di perairan danau konsumsi
oksigennya lebih tinggi, sedangkan hasil BOD5 menunjukkan bahwa perairan Situ
Lebak Wangi sudah tercemar oleh bahan organik mudah urai (BOD5). Nilai daya hantar
listrik berkisar antara 112,0 – 118,0 µhos/cm. Hasil analisa kualitas air Situ Lebak
Wangi secara keseluruhan menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak layak untuk
dijadikan sebagai air baku, karena mengandung bakteri patogen Salmonella-Shigella
yang merupakan penyebab thypus dan kolera.
Berdasarkan pengukuran kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi, perairan Situ Lebak
Wangi tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Usaha pertambangan di sekita Batang Palangki Kabupaten Sijunjug bukan saja telah
menimbulkan kerusakan lingkungan berupa perubahan bentuk lahan, bentang alam,
kawasan konservasi dan cagar budaya; bahkan diduga berdampak pencemaran terhadap
lingkungan yang diakibatkan oleh tidak terkendalinya pembuangan limbah/tailing dari
sisa pengolahan bahan galian. Pengolahan bahan galian emas di wilayah pertambangan
ini, dimana limbah/tailing sisa masuk ke perairan akan mempengaruhi kualitas perairan
baik secara fisika maupun secara kimia. Survey dan wawancara yang dilakukan dengan
Wali Nagari dan beberapa masyarakat Palangki Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten
Sijunjung pada tanggal 1 Pebruari 2014 bahwa umumnya mata pencaharian masyarakat
cenderung melakukan penambangan emas di sepanjang Batang Palangki, selain itu juga
aktifitas menambang pasir, walaupun secara resmi izin penambangannya oleh
pemerintah setempat tidak ada, selain juga sungai dijadikan MCK oleh beberapa
kelompok masyarakat.
Akibat dari aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tentunya menyebabkan
terjadinya penambahan material ke dalam sungai. Penambahan material ke dalam
perairan akan berpengaruh terhadap kondisi perairan sungai baik secara biologi, fisik
maupun secara kimia. Oleh karena itu penelitian ditekankan kepada analisis parameter
fisika kimia perairan Batang palangki Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Perubahan
kandungan perairan ditentukan oleh kandungan senyawa kimia dan material yang
masuk ke dalam suatu perairan dan merupakan faktor penting dalam mempelajari
perkembangan komunitas perairan terutama diat perifiton (Chalnoky 1986, dalam
Afrizal, 1992). Faktor fisik dan fantor kimia mempengaruhi beberapa jenis perifiton
yang merupakan indikator biologi pada pencemaran air sungai di antaranya Oscillatoria,
Ulothrix, dan Gyrasima (Indrawati dkk, 2010) Parameter kualitas air secara fisik dan
kimia, misalnya oksigen terlarut, (DO), pH air, kandungan organik total, temperatur air,
kandungan ion-ion terlarut dan lain-lain akan mempengaruhi kehidupan organisme lain
di perairan Pennak, 1953). Parameter tersebut dipengaruhi oleh tata guna lahan dan
intensitas kegiatan manusia. Berdasarkan uraian yang dikemukakan tersebut , maka
pada kesempatan ini melakukan penelitian tentang “Analisis Parameter Fisika-Kimia
Perairan Batang Palangki Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat”.
Penentuan kualitas air secara fisika diukur pada setiap stasiun Stasun I (pusat
penambangan, Stasiun II (bagian Hiir) dan stasiun III (bagian muara sungai).
Pengukuran parameter Fisika seperti temperatur air diukur menggunakan termometer
air, pH air dengan menggunakan pH meter dan warna air ditentukan secara visual
langsung diukur di lapangan. Pengukuran parameter kimia dianalisis di laboratorium
Kima yang meliputi kandungan oksigen terlarut (DO) dan BOD diukur dengan DO
meter, sedangkan kandungan CO2 bebas diukur dengan Acidimetri. Kandungan Hg (air
raksa) diukur dengan menggunakan metode AAF.
pengukuran parameter Fisika dan kimia perairan Batang Palangki secara kimia
mengandung logam berat mercury (Hg) dan kadar organik total perairan rendah. Secara
fisika, pengukuran secara visual warna air keruh dengan transpransi rendah . Dengan
kadar mercury yang ditemukan, dan berdasarkan baku mutu maka perairan Batang
palangki diduga tercemar.
Hasil pengujian dari keempat sumber air masih memenuhi syarat Baku Mutu Kualitas
Air Bersih dengan kisaran nilai 0,03-0,04 mg/Lsesuai Permenkes No. 416 tahun 1990,
dengan batas maksimum adalah 1 mg/L. Pada penentuan kadar nitrit secara kimia
melalui proses diazotisasi, dimana nitrit yang bereaksi dengan asam sulfanilat
membentuk garam diazonium. Dan garam yang terbentuk disebabkan garam
kromatropik, dimana senyawa nitrit ini memiliki tampilan warna jingga, dan warna ini
dapat dibaca pada panjang gelombang 585 nm pada alat spektrofotometer (HACH
Company, 2002).
Kualitas air bersih dari sumber air di sekitar tempat pembuangan akhir (TPA) di daerah
Sumompo Kecamatan Tuminting Kota Manado, masih secara keseluruhan memenuhi
Standar Baku Kualitas Air Bersih berdasarkan Permenkes Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990. Untuk parameterparameter kimia, seperti klorida, nitrat,
nitrit, besi, mangan dan sulfat, dan untuk parameter pH ada dua titik memiliki nilai lebih
rendah dari standar, sedangkan untuk parameter fisika pada warna ada dua titik dengan
nilai lebih tinggi dari standar baku kualitas air bersih.
analisis kualitas air pada sumber mata air di desa tolnaku kacamatan fatule’u
kabupaten kupang nusa tenggara timur
Desa Tolnaku merupakan salah satu Desa di Kecamatan Fatule’u Kabupaten Kupang
yang wilayahnya terdapat beberapa sumber mata air. Namun pada penelitian ini, peneliti
ingin memfokuskan penelitian pada tiga sumber mata air, yakni sumber mata air
Betmanu, sumber mata air Oelmela dan sumber mata air Oelekam.Ketiga sumber mata
air ini adalah sumber mata air yang sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat
Desa Tolnaku Kecamatan Fatule'u Kabupaten Kupang untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak dan digunakan sebagai air minum.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air dan sumber pencemar
berdasarkan beberapa parameter fisik, kimia dan biologi dari tiga sumber mata air, yaitu
mata air Betmanu, Oelmela dan Oelekam di Desa Tolnaku Kecamatan Fatule’u
Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. Data hasil penelitian dianalisis secara
deskriptif kualitatif untuk memberikan gambaran kualitas air pada sumber rmata air
berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi kemudian dibandingkan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada mata air
Betmanu, parameter yang memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu parameter
bau, Suhu, TDS (Total Dissolved Solids), TSS (Total Suspended Solids), pH dan COD
(Chemical Oxygen Demand) sedangkan yang tidak memenuhi baku mutu yang
dipersyaratkan yaitu parameter biologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa parameter
yang memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan pada mata air Oelmela dan Oelekam
sama, yaitu parameter bau, Suhu, TDS, TSS, pH, sedangkan parameter yang tidak
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan yaitu parameter COD (Chemical Oxygen
Demand) dan biologi. Dari ketiga sumber mataair ini memiliki kandungan bakteri yang
relative tinggi, sehingga sumber mata air tersebut dapat diindikasikan bahwa air tersebut
dalam kondisi tercemar oleh akumulasi bahan organic terutama seresah dari vegetasi
hutan serta banyaknya aktivitas yang dilakukan di sumber mata air dan adanya
kontaminasi sumber mata air oleh kotoran hewan yang mengandung bakteri, virus
dan/atau organisme penyebab penyakit lainnya.
Kualitas air pada sumber mata air Betmanu, Oelmela dan Oelekam yang dikategorikan
sebagai sumber mata air yang layak dan aman untuk dikonsumsi sesuai dengan standar
Baku Mutu sebagai air kelas 1 atau air minum yaitu parameter bau, suhu, TDS, TSS, pH
sedangkan parameter COD dan Total coliformtidak memenuhi standar Baku Mutu
sebagai air kelas I (air minum) atau melebihi nilai ambang batas maksimum yang
diperbolehkan.
Sumber pencemar pada sumber mata air Betmanu, Oelmela dan Oelekam yaitu sampah
organik dari lingkungan sekitar misalnya dedaunan (seresah) ranting kayu yang lapuk,
kotoran hewan dan aktivitas manusia di sekitar mata air misalnya larutan shampoo,
deterjen dan pembersih lainnya.
Kelakayakn aur tanah untuk kebutuhan air minum di kelurahan romang polong
kecamatan somba opu kabupaten gowa
Kualitas air tanah untuk kebutuhan air minum berdasarkan parameter fisika, kimia, dan
biologi Kelurahan Romang Polong. Pengambilan 5 sampel air berdasarkan penggunaan
lahan dengan analisis menggunakan metode Storet. Sampel air tersebut diuji dilapangan
dan dianalisis dilaboratorium. Hasil yang didapatkan dibandingkan dengan kriteria
kualitas air yang telah ditentukan, menunjukkan bahwa air tanah di Kelurahan Romang
Polong layak digunakan sebagai baku mutu air minum pada titik 2, 3, dan 4. Sedangkan,
pada titik 1 dan 5 tidak layak sebagai air minum. Namun, masih layak digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga seperti mandi dan mencuci. Hal ini disebabkan parameter
fisika, kimia, dan biologinya melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan
menurut standar syarat kualitas air minum menurut MenKes RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010.
Berdasarkan hasil pengukuran kelima sampel air sumur gali di Kelurahan Romang
Polong secara Fisik, Kimia, dan Biologi, diperoleh beberapa parameter yang melebihi
kriteria kualitas air minum, diantaranya parameter Warna, pH, Besi (Fe), dan E-Coli
yang menyebabkan air menjadi tercemar dan kualitas air tanah di Kelurahan Romang
Polong Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa tidak layak digunakan sebagai air
minum karena sudah tercemar.Saran untuk peneliti kualitas air atau pencemaran air
selanjutnya, memiliki parameter yang lebih bervariasi dengan penggunaan lahan yang
berbeda-beda.
Analisis kualitas air sumur berdasarkan parameter fisik dan derajat keasaman
(Ph) di desa moyongkota kabupaten bolaang mongondow timur
penelitian Alting (2015), tentang uji kualitas fisik dan kimia air sumur gali di Desa
Galala Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan Tahun 2015, dapat dilihat
berdasarkan survei awal, sebagian besar air sumur gali yang berada di Desa Galala
belum memenuhi syarat, maka dilakukan uji laboratorium dari 43 sampel air sumur gali
di desa tersebut. Kualitas air bersih sumur gali parameter fisik, 67% sumur tidak
memenuhi syarat, 33% sumur memenuhi syarat (warna), 70% sumur tidak memenuhi
syarat, 30% sumur memenuhi syarat (bau), semua sumur (100%) memenuhi syarat
(rasa), seluruh sumur (100%) memenuhi syarat (kekeruhan), dan kualitas air bersih
sumur gali (kimia), seluruh sumur (100%) memenuhi syarat pH. Berdasarkan observasi
awal pada air sumur diperoleh beberapa sumur airnya terlihat keruh dan terdapat
peternakan hewan berdekatan dengan sumur, data di puskesmas Moyongkota kabupaten
Bolaang Mongondow Timur menunjukkan beberapa penyakit yang berhubungan
dengan air diantaranya dermatitis alergi berjumlah 66 orang, dermatitis infeksi
berjumlah 53 orang, dermatitis jamuran berjumlah 36 orang dan diare berjumlah 25
orang. Dari beberapa masalah penyakit yang disebabkan oleh air dan belum ada yang
melakukan penelitian di desa Moyongkota, maka penulis tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Kualitas Air Sumur Berdasarkan Parameter Fisik dan pH di
Desa Moyongkota Kabupaten Bolaang Mongondow Timur”.
Hasil yang diperoleh menunjukkan pemeriksaan fisik kekeruhan, warna dan TDS
memenuhi syarat, namun pada rasa dan bau terdapat satu sumur yang tidak memenuhi
syarat yaitu pada sumur 3, dan pemeriksaan pH pada air sumur diperoleh hasil
keseluruhan tidak memenuhi syarat.
0,31, sumur 4 yaitu 1,87 dan sumur 5 yaitu 0,22 dengan nilai standar baku mutu ≤ 25
NTU. Hasil ini menujukkan bahwa pada 5 sumur yang diteliti kriteria memenuhi syarat.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Soputan (2018) di desa Ratatotok Selatan
kecamatan Ratatotok kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2018 menunjukkan kualitas
pemeriksaan kekeruhan memenuhi syarat.
Hasil pengujian Unit Pelayanan Teknis Laboratorium Lingkungan BLH Provinsi Bali
(2013), menyatakan sepuluh sungai yakni Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Ayung,
Tukad Jinah, Tukad Pakerisan, Tukad Unda, Tukad Sangsang, Tukad Saba, Tukad
Bubuh, dan Tukad Sungi masih menjadi tempat untuk mandi dan kebutuhan lain di Bali
telah positif tercemar berbagai jenis limbah sehingga telah mengalami penurunan
kualitas. Kesepuluh sungai terindikasi mengandung Biologycal Oxygen Demand (BOD)
sebesar 4 mg/l,Chemical Oxygen Demand (COD) sebesar 11 mg/l yang berada diatas
ambang batas baku mutu air kelas I, lapisan minyak, fosfat (0,27 mg/l) dan lainnya.
Menurut Rai et al. (2015) sumber utama pencemaran air di Bali adalah limbah
domestik, limbah industri/perusahaan, limbah pertanian, limbah pariwisata dan
perdagangan.
Berdasarkan sepuluh sungai yang tercemar, salah satu yang merupakan DAS yang
dilestarikan adalah DAS Pakerisan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai
keperluan seperti untuk memenuhi kebutuhan akan air sehari-hari dan juga
dimanfaatkan untuk air irigasi. Sungai Pakerisan adalah salah satu dari 162 sungai di
Bali yang secara kosmologis mengalir dari perbukitan Kintamani. Sungai yang memiliki
luas DAS lebih kurang 29,88 km2 dengan panjang sungai 34,50 km ini, sepanjang
alirannya terdapat situs Tirtha Empul, Candi Yeh Mangening, Candi Tebing Gunung
Kawi,Campuhan, Tampak Siring, Candi Tebing Kerobokan, CandiPengukur-ukuran
serta Candi Tebing Tegal Linggah.
Kualitas air Sungai Pakerisan di wilayah hulu dibawah baku mutu air kelas I, di
wilayah tengah ditunjukkan dengan tingginya fecal coliform mencapai 640
jml/100 ml dan total coliform mencapai 1100 jml/100 ml melampaui baku mutu
air kelas I. Konsentrasi BOD 0,8 mg/ l-5,29 mg/l melebihi baku mutu air kelas I
yaitu > 2 mg/l. Konsentrasi COD 2 mg/l-13 mg/l melebihi baku mutu air kelas I
yaitu > 10 mg/l. Konsentrasi DO yaitu 3,88 mg/l-6,9 mg/l kurang dari kadar
minimum baku mutu air kelas I yaitu < 6 mg/l dan fosfat konsentrasinya 0,07
mg/l0,33 mg/l melebihi baku mutu air kelas I yaitu > 0,2 mg/l. Di wilayah hilir
konsentrasi BOD 2,41 mg/l-2,78 mg/l, fosfat konsentrasinya 0,29 mg/l-0,33
mg/l dan fecal coliform mencapai 110 jml/100 ml - 230 jml/100 ml melebihi
baku mutu air kelas I.
Evaluasi indeks pencemaran terhadap baku mutu air kelas I pada wilayah hulu
tergolong kondisi air baik karena belum adanya pencemaran, di tengah Banjar
Sema Desa Bitra tercemar berat dan di hilir Banjar Cucukan kondisi air baik.
Tingginya nilai indeks pencemaran karena terakumulasinya bahan pencemar dari
aktivitas manusiasedangkan penurunannya karena di hilir aktivitas manusia
berkurang, adanya sumber mata air baru dan terjadinya pemurnian air (self
purification) oleh kondisi fisik sungai.
Analisis Parameter Fisika Kimia Air di Danau Buatan Perumnas Griya
Martubung Kota Medan
Danau Buatan Perumnas Griya Martubung adalah salah satu danau buatan yang
berada di daerah kawasan Perumnas Griya Martubung yang dibentuk pada tahun
1998 yang dikelola oleh pihak perumahan nasional (Perumnas) Griya Martubung
dengan menggandeng pihak swasta. Danau ini memiliki luas 100.532,88 m2
panjang maksimum 509,44 m. Lebar maksimum 197,34 m, dan panjang keliling
danau 1.301,52 m (Agnesia, 2017). Danau yang terbentuk di kawasan Perumnas
Griya Martubung ini yang berpotensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
sebagai tempat daerah menampung air hujan, tempat rekreasi (sepeda air, kegiatan
memancing), pengairan tanaman dan kegiatan perikanan (keramba jaring
apung/KJA). Sumber air utama Danau Perumnas Griya Martubung ini adalah air
hujan dan aliran selokan yang berasal dari rumah masyarakat.
Beberapa parameter fisika dan kimia air di Danau Buatan Perumnas Griya
Martubung yang belum melewati baku mutu kelas III yaitu suhu, kecerahan, TSS,
pH, nitrat, dan fosfat serta parameter yang telah melewati baku mutu yaitu DO
(Dissolved Oxygen), BOD5 (Biochemical Oxygen Demand) , Amoniak Total dan
Minyak dan Lemak.
Kualitas Perairan Danau Perumnas Griya Martubung dilihat dari pengukuran
parameter fisika dan kimianya dengan menggunakan metoda Storet berstatus
tercemar berat atau melewati baku mutu yang ditolerir untuk baku mutu air
menghambat pengambilan oksigen dari atmosfir, dan mengganggu kehidupan
tanaman dan satwa air. Komponen-komponen hidrokarbon jenuh yang menyusun
minyak yang mempunyai titik didih rendah diketahui dapat menyebabkan anestesi
dan narkosis pada berbagai hewan tingkat rendah dan jika terdapat pada konsentrasi
tinggi dapat mengakibatkan kematian (Roniadi, dkk., 2013). kelas III berdasarkan
PP no.82 tahun 2001.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat dari
karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran
kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali
menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan
manusia terhadap air minum.Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data
ilmiah dan keputusan politik dalam menentukan standar kualitas air yang diizinkan
untuk keperluan tertentu.Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi
lingkungan sete`mpat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga
kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan.
Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi
merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari pertanian
dan perkotaan.
Kualitas air yang menurun dapat berakibat terhadap banyak hal baik terhadap
biota air,lingkungan dan kesehatan manusia.Salah saatu dampaknya terhadap biota air
adalah akan banyaknya biota air yang mati,sedangkan pada manusia banyak penyakit
yang dapat disebabkan seperti diare,penyakit kulit,dan banyak penyakit lain.
3.2 Saran
Air merupakan konponen terpenting dalam kehidupan makhluk hidup maka dari
itu sangat penting untuk menghemat penggunaan air dan menjaga sumber air dari
pencemaran karena air yang tercemar tidak layak diguanakan hal ini akan berdampak
berkurangnya sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari.
LAMPIRAN
Jurnal 1
Jurnal 2
Jurnal 3
Jurnal 4
Jurnal 5
Jurnal 6
Jurnal 7
Jurnal 8
Jurnal 9
Jurnal 10
Jurnal 11
Jurnal 12
DAFTAR PUSTAKA
http://hayyunataqia.blogspot.com/2016/05/makalah-analis-kualitas-air_18.html
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:686feec8-
dd8e-45ae-8813-60de74ea990a
https://documentcloud.adobe.com/link/track?uri=urn:aaid:scds:US:0237df81-
0f30-48cf-bd69-a6031032049a
https://www.neliti.com/id/publications/95191/kajian-karakteristik-kimia-air-fisika-
air-dan-debit-sungai-pada-kawasan-das-pada
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:61525b05-
8ca7-40bf-8cdf-7ebffe175d9c
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:f0e1963b-
92ed-44d7-bc8b-f9e484516f57
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:5c1fea57-
4544-4000-b5a1-4623b8af3760
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:9d9d07a1-
3d86-4e48-8688-468af51ca6ea
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:caff100d-
5e7a-44fc-afda-28aff60295b5
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:272b8bbe-
6bb0-46ed-97cd-153b9362debb
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:6511598b-
502b-46a8-b23d-a6fa26163f16
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:792c29ba-
0060-4ea7-a484-7939b26451ae
https://documentcloud.adobe.com/link/review?uri=urn:aaid:scds:US:675cd341-
64a4-4453-9465-a5323efa730d