Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Analisa Mineral
“Analisis Sifat Fisik Materi”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Matakuliah Analisa Mineral

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

Christin Vera Natalia Ginting ( 4162210006 )


Intan Ayu Safitri ( 4161210006 )
Ivan Daniel Sitepu ( 4163210009 )
Lelita R Banjarnahor ( 4162210009 )
Verayanti Tanjung ( 4163210021 )

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Analisis berarti suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di laboratorium dalam
memeriksa kandungan pada suatu zat dalam sampel. Dalam menganalisis suatu sampel ada
beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Tujuan dari suatu analisa untuk
mengetahui komponen yang terdapat dalam suatu sampel. Pada kedua jurnal yang dianalisis
perbedaannya menggunakan sampel air. Air yang digunakan berupa air hujan dengan air
kemasan. Ada beberapa parameter yang dianalisis dalam kedua jurnal berupa parameter
fisika, kimia dan biologi.
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Itu bisa dilihat dari fakta bahwa 70 % permukaan bumi
tertutup air dan dua pertiga tubuh manusia terdiri dari air. Perubahan kualitas air
menyebabkab penurunan kualitas air sehingga dilakukan analisis. Analisis sifat fisik materi
berupa besaran ph, kekeruhan, daya hantar listrik sampel, residu suspensi, residu terlarut dan
residu total dalam sampel MS

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perbandingan metode yang digunakan dalam kedua jurnal?
2. Bagaimana perbedaan sifat fisis kedua jurnal tersebut?
3. Bagaimana perbedaan hasil dari kedua jurnal tersebut?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui perbedaan perbandingan metode yang digunakan dalam kedua jurnal
2. Mengetahui perbedaan sifat fisis, kimia dan biologi yang dianalisis kedua jurnal
tersebut
3. Mengetahui perbedaan hasil dari kedua jurnal tersebut
BAB II

RINGKASAN MATERI
2.1 Identitas Jurnal
2.1.1 Jurnal 1
Judul Jurnal : Kualitas Air Situ Lebak Wangi Bogor Berdasarkan Analisa Fisika,
Kimia Dan Biologi
Penulis : Dewi Elfidasari, Nita Noriko, Yunus Effendi, Riris Lindiawati
Puspitasari
Tahun Jurnal : 2015
Jenis Jurnal : Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi
Halaman : 104-112
Vol & No : 3(2)

2.1.2 Jurnal 2
Judul Jurnal : Studi Kualitas Fisik Kimia dan Biologis pada Air Minum Dalam
Kemasan Berbagai Merek yang Beredar di Kota Makassar Tahun 2016
Penulis : Abd. Gafur, Andi Darma Kartini, Rahman
Tahun Jurnal : 2017
Jenis Jurnal : Jurnal Higiene
Halaman : 37-46
Vol & No : 3(1)
ISSN : 2541-5301

2.2 Ringkasan Jurnal


2.2.1 Ringkasan Jurnal 1
PENDAHULUAN
Situ Lebak Wangi merupakan salah satu situ yang berada di daerah Bogor.Situ ini
awalnya dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air di saat musim hujan dan sebagai
peningkat ketersediaan air tanah.Situ Lebak Wangi juga dimanfaatkan sebagai tempat
pembuangan limbah oleh masyarakat.Akibat dari pemanfaatan yang berlebihan dan
pengelolaan yang kurang tepat Situ Lebak Wangi saat ini mengalami pendangkalan karena
dijadikan perumahan dan lahan pertanian (Sriyono, 2013).Survei awal memperlihatkan
bahwa terjadi peningkatan aktivitas masyarakat di sekitar situ berupa bertambahnya jumlah
rumah, area pertanian, restoran dan bengkel serta budidaya perikanan dengan karamba.Selain
itu, terjadi pula kemerosotan debit air akibat sedimentasi.
Adanya aktivitas masyarakat di Situ Lebak Wangi diduga menyebabkan terjadinya
perubahan kualitas baik fisik, kimia dan biologi pada perairan situ. Perubahan tersebut
disebabkan adanya masukan beban dari limbah senyawa organik dan non organik, serta
kontaminasi dari septic tank rumah warga sekitar Situ Lebak Wangi yang umumnya
mengandung bakteri patogen, khususnya kandungan bakteri total koli dan E.coli (fecal coli)
dan dapat membahayakan kesehatan. Masuknya limbah juga dapat menyebabkan blooming
algae dan mengubah faktor fisik dan kimia lingkungan perairan.
Penelitian ini bertujuan menentukan kualitas fisik, kimia dan biologi air perairan Situ
Lebak Wangi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air danPengendalianPencemaran Air. Manfaat yang dapat diberikan berupa
informasi mengenai kualitas air di Situ Lebak Wangi kepada masyarakat di sekitar kawasan
tersebut sehingga dapat dipertimbangkan cara pengelolaan dan pemanfaatan situ tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Situ merupakan daerah cekungan seperti danau yang dapat menampung air.Tidak
hanya sebagai sumber air, situ juga berfungsi sebagai pengendali banjir, sebagai resapan
untuk meningkatkan ketersediaan air tanah dan perikanan.Pemanfaatan situ secara tidak
langsung juga telah dilakukan, yaitu sebagai tempat pariwisata dan rekreasi (Yazwar, 2009).
Faktor Fisik-Kimia Peraira
Suhu
Pengukuran suhu merupakan parameter yang penting dalam perairan, Menurut hokum
Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 10°C pada kisaran suhu yang masih ditolerir akan
meningkatkan aktivitas fisiologis dari suatu organism meningkat 2-3 kali lipat (Barus, 2004).
Suhu pada perairan disebabkan oleh intensitas cahaya matahari, kanopi dari vegetasi sekitar
perairan serta pertukaran panas antara air dengan udara di sekelilingnya.Kisaran suhu untuk
organism perairan adalah sekitar 20-30°C (Sitorus, 2009). Peningkatan suhu juga dapat
menyebabkan kelarutan oksigen menurun di dalam air (Haslam, 1995).
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman merupakan salah satu faktor pembatas suatu perairan. Perairan
umumnya memiliki kisaran tertentu untuk hidup yaitu, netral atau berada pada keadaan asam
lemah hingga basa lemah (pH 7-8,5). Semakin rendah pH suatu perairan maka semakin tinggi
mobilitas logam berat, sedangkan semakin tinggi pH perairan menyebabkan keseimbangan
ammonium dan ammoniak dalam air terganggu (Barus, 2001) .
Kandungan Oksigen Terlarut (DO)
Kandungan oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu
perairan.Oksigen terlarut penting bagi organisme perairan terutama respirasi. Proses
fotosintesis dari fitoplankton yang menghasilkan oksigen dan difusi dari udara akan
mempengaruhi kandungan oksigen terlarut. Faktor lain yang mempengaruhi kandungan
oksigen adalah suhu, laju fotosintesis dan adanya zat pencemar lainnya. Konsenrasi oksigen
menurun seiring dengan kenaikan suhu dan meningkat seiring dengan penurunan suhu
(Barus, 2001).
Kebutuhan Oksigen Biologis (BOD5) dan Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
Kebutuhan oksigen biologis atau Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan
jumlah oksigen yang diperoleh suatu mikroorganisme aerobic dalam penguraian senyawa
organik, yang diukur pada suhu 20°C. Berdasarkan hasil penelitian, proses penguraian
senyawa organik oleh mikroorganisme dapat dilakukan selama 5 hari dengan persentase
senyawa organik yang diuraikan mencapai kurang lebih 70%, sehingga pengukuran yang
umum dilakukan adalah pengukuran selama 5 hari (BOD5) (Barus, 2001).
Kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan dalam proses oksidasi limbah dalam air melalui reaksi kimia (Wardhana,
2004). Perairan yang memiliki nilai COD kurang dari 20mg/L termasuk perairan tidak
tercemar.Nilai COD untuk perairan yang tercemar yaitu, lebih dari 200 mg/L dan pada
limbah industry dapat mencapai 60.000 mg/L (Effendi, 2003).
Total PadatanTerlarut (TDS)
Total padatan terlarut atau Total Dissolved Solid (TDS) merupakan bahan-bahan
terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring milipore dengan pori 0,45 μm
(Sitorus, 2009). Padatan ini dapat berupa senyawa-senyawa anorganik dan organik yang
terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya.Nilai TDS berhubungan dengan kecerahan
dan kekeruhan.Kecerahan merupakan kemampuan penetrasi cahaya matahari hingga
kedalaman tertentu. Nilai ini penting untuk mengetahui kedalaman tertentu air yang
memungkinkan terjadinya proses fotosintesis (Suin, 2002).
Faktor Biologi Perairan
Plankton
Plankton merupakan organism baik tumbuhan maupun hewan yang hidup secara
mengapung, mengambang atau melayang di dalam air. Plankton memiliki kemampuan
renang yang terbatas sehingga selalu terbawa oleh arus air (Nontji 2006). Disribusi plankton
sangat dipengaruhi oleh dayagerak air, seperti arus dan lainnya (Nybakken 1992).
Coliform
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya
polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan dan produk-produk susu.
Coliform sebagai suatu kelompok bakteri dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, Gram
negatif, tidak membentuk spora, aerobic dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35⁰C. Adanya
bakteri Coliform di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba
yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan
(Suriawiria, 2008).
Penentuan Jumlah Coliform
Jumlah Coliform dalampemeriksaankualitas air dapat diketahui menggunakan metode
MPN (Most Probable Number). Metode MPN mengggunakan medium cair di dalam tabung
reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yang
ditumbuhi oleh jasad renik setelah diinkubasi pada suhu tertentu.Pengamatan tabung positif
terbaik yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Setiap perlakuan pada umumnya digunakan
tiga atau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang
lebih tinggi (Pelzccar dan Chan, 1988).

METODE
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 di Situ Lebak Wangi – Parung
Kabupaten Bogor.Pembuatan bahan percobaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Prodi Biologi Universitas Al-Azhar Indonesia.
Pengambilan sampel air danau dilakukan di 6 titik saat pagi hari (pukul 07.00 – 09.00)
dengan 3 ulangan.Posisi pengambilan sampel air ditandai dengan menggunakan alat
GPS.Pengambilan sampel menggunakan botol winkler.Botol dimasukkan perlahan ke dalam
air.Posisi mulut botol berlawanan dengan arah aliran air sehingga air dapat masuk ke dalam
botol tanpa adanya gelembung udara. Botol disimpan dan diberi label untuk analisa fisika dan
kimia air danau. Sampel untuk analisis mikroba dilakukan dengan cara mengambil langsung
air danau ke dalam botol sampel steril dan segera ditutup rapat lalu disimpan di cool box.
Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia
Sampel air yang disimpan di Botol Winkler segera diukur oksigen terlarut dengan DO
meter, suhu air dengan termometer, nilai pH dengan pH meter digital, zat padat terlarut
dengan TDS meter, dan daya hantar listrik dengan Conductivity meter. Kecerahan air danau
dan intensitas cahaya diukur langsung di danau dengan cakra Secchi dan lux
meter.Kebutuhan oksigen biokimia (BOD) diukur dengan menghitung selisih nilai DO
setelah 5 hari penyimpanan pada suhu 40C.
Pembuatan Media
Media dibuat sesuai takaran yang tertera di botol untuk media Plate Count Agar
(PCA), Mc Conkey Agar, Escherichia coli Mug Agar, Salmonella-Shiggela Agar (SSA),
Potatoes Dextrose Agar (PDA)Media tersebut dilarutkan dalam akuades dan dipanaskan
dengan menggunakan penangas air sampai homogen. Kemudian semua media, kecuali SSA,
disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.Setelah itu,
media dituang ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat.

Pengukuran Kualitas Mikrobiologi


Sampel air danau dari ke-6 titik diencerkan dengan menggunakan larutan fisiologis
(NaCl 0,85%) hingga pengenceran ke-10. Setelah itu, sebanyak 0,1 ml diinokulasikan ke
media uji dan disebar secara merata dengan menggunakan batang L. Setelah itu, diinkubasi di
suhu ruang selama 24 jam dan dihitung jumlah koloninya untuk mengetahui jumlah total
mikroba. Khusus, untuk pengukuran bakteri Salmonella-Shigella, pengenceran yang ditanam
adalah ke-0 sampai dengan ke-3.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kualitas Fisika dan Kimia Air
Suhu air
Hasil pengukuran suhu pada lokasi penelitian secara keseluruhan tidak
memperlihatkan variasi yang besar, bahkan relatif stabil yaitu berkisar antara 29,2–30,2℃,
dengan nilai rata-rata 29,6 ℃..
Zat Padat Terlarut (TDS)
Hasil pengukuran total padatan terlarut (TDS) di perairan Situ Lebak Wangi berkisar
antara 53,67 – 58,67 mg/l dengan rata-rata 56,78 mg/l.
Kecerahan air
Nilai kecerahan suatu perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke
dalam badan air. Cahaya matahari akan membantu proses terjadinya fotosintesis yang akan
menghasilkan oksigen terlarut yang merupakan faktor penting dalam kehidupan akuatik.
Nilai kecerahan di perairan Situ Lebak Wangi berkisar antara 67,17 – 80,83 cm dengan nilai
rata-rata 74,46 cm.
pH air
Hasil pengukuran pH di perairan Situ Lebak Wangi memperlihatkan bahwa nilai pH
perairan danau lebih rendah dari perairan sungai, yaitu berkisar antara 6,60–8-80, dengan
nilai rata-rata 7,82.
Kelarutan Oksigen (DO)
Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut di perairan Situ Lebak Wangi berkisar
antara 4,81 – 6,20 mg/l, dengan nilai rata-rata 5,28 mg/l.

BOD5
BOD5 merupakan parameter yang dapat digunakan untuk menggambarkan
keberadaan bahan organik di perairan.Hal ini disebabkan BOD5 dapat menggambarkan
jumlah bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis, yaitu jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan atau mengoksidasi bahan-bahan
organik menjadi karbondioksida dan air.Nilai BOD5 yang tinggi menunjukkan semakin
besarnya bahan organik yang terdekomposisi menggunakan sejumlah oksigen di perairan.
Daya Hantar Listrik (Conductivity)
Untuk nilai daya hantar listrik (Conductivity),kondisi air danau Situ Lebak Wangi
yang diteliti sebanding dengan kandungan TDS yang mana pada tingkat nilai TDS tinggi,
nilai daya hantar listrik juga tinggi.
Kualitas Mikrobiologi
Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran feses atau
kotoran manusia dan hewan di dalam perairan.Golongan bakteri ini umumnya terdapat di
dalam feses manusia dan hewan.Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak
dikehendaki, baik ditinjau dari segi kesehatan, estetika, kebersihan maupun kemungkinan
terjadinya infeksi yang berbahaya.
Fitoplankton
Hasil peamatan fitoplankton yang dilakukan didapatkan bahwa pada setiap stasiun
diperoleh jumlah jenis yang berbeda.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengukuran kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi, perairan Situ Lebak
Wangi tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2.2.2 Ringkasan Jurnal 2


PENDAHULUAN
Sebagai kebutuhan dasar dalam kehidupan, air selalu diperlukan manusia untuk
digunakan da-lam kehidupan sehari-hari.Manusia menggunakan air untuk keperluan sehari-
hari seperti untuk mi-num, mandi, cuci, kakus, dan sebagainya.Oleh sebab itu, air merupakan
benda yang harus selalu ada bagi manusia.Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang
kehidupan, antara lain dalam kondi-si yang layak diminum tanpa mengganggu kesehatan.
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Itu bisa dilihat dari fakta bahwa 70 persen permukaan
bumi tertutup air dan dua per tiga tubuh manusia terdiri dari air (Asmadi dkk,
2011).Peningkatan konsumsi air minum kemasan serta pertumbuhan penduduk dalam
masyarakat Indonesia menjadikan air minum kemasan menjadi kebutuhan pokok yang
permintaanya selalu mening-kat. Menurut Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan
Indonesia (Aspadin) memperkirakan penjualan air minum kemasan di tahun 2013 akan
tumbuh sekitar 11 persen sampai 15 persen menjadi 21,9 miliar liter hingga 22,7 miliar liter
(Pasar Minu-man Ringan Diharapkan tumbuh 11%, 2013) atau setara dengan 1,8 sampai 1,9
miliar liter konsumsi per bulannya (Adiwaluyo, 2013).
Dalam data BPOM (2014) bahwa tingginya kasus keracunan penyebab minuman,
kemungkinandapat disebabkan oleh bakteri coliform. Berdasar-kan pada penelitian
Wandrivel (2012) terdapat 55,6% sampel yang tidak memenuhi syarat. Dari sampel tersebut
didapatkan dua mengandung bak-teri coliform dan tiga sampel lainnya tercemar bak-teri
E.coli.Salah satu zat kimia yang terkandung pada air minum dalam kemasan berupa ion
fluorida atau flouride.Keberadaan flourida dalam air secara alami berasal dari degradasi
mineral persenyawaan fluori-da dan ada dalam air tanah (Widiana, 2014).
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey yang bersi-fat deskriptif untuk mendapatkan
gambaran mengenai kualitas fisik, kimia, dan biologis pada air minum dalam kemasan
berbagai merk yang beredar di Kota Makassar.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi pengambilan sampel adalah beberapa toko grosir yang berada di Kota
Makassar. Lokasi pemeriksaan sampel air dilakukan di Laboratorium
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendali-an Penyakit (BTKLPP) Kelas I
Makassar.
Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan dengan pengambilan sampel pada tanggal 29 Februari
2016 dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air mi-num dalam kemasan di Kota Makassar
berdasarkan parameter fisik (bau, rasa, warna, suhu dan kekeru-han), kimia (fluorida), biologi
(total coliform).

PEMBAHASAN
Air sangat erat hubungannya dengan manu-sia karena menjadi sumber daya alam
yang diper-lukan untuk hajat hidup orang banyak bahkan men-jadi suatu sarana utama untuk
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Akan tetapi dapat juga merupakan suatu
substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa mikroor-ganisme patogen
dan zat-zat kimia yang bersifat racun.Baik air yang kita anggap jernih maupun air yang
misalnya yang berasal dari sumur biasa, su-mur pompa, sumber mata air dan sebagainya, di
dalamnya terdiri dari bakteri.
Air minum dalam kemasan (AMDK) adalah air baku yang telah diproses dan dikemas
serta aman untuk diminum. Pada dasarnya Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) diproses
melalui 3 tahap, yaitu penyaringan, disinfeksi, dan pengisian.Pen-yaringan dimaksudkan
untuk menghilangkan partikel padat dan gas-gas yang terkandung dalam air.Disinfeksi
bertujuan untuk membunuh bakteri patogen dalam air. Pengisian merupakan tahap akhir
proses produksi dimana air dimasukkan me-lalui sebuah peralatan yang dapat melindungi air
tersebut dari kontaminasi selama pengisian kemasan.
Berdasarkan hasil penelitian dari kualitas Air Minum Dalam Kemasan di Kota Makassar
berdasar-kan parameter fisika, kimia, dan biologi yaitu:
Parameter Fisika
Berdasarkan hasil penelitian Air Minum Da-lam Kemasan berbagai merek yang
beredar di Kota Makassar menyatakan bahwa 17 sampel bau me-menuhi syarat, 17 sampel
rasa memenuhi syarat, 17 sampel warna memenuhi syarat, 17 sampel su-hu memenuhi syarat
dan 17 sampel kekeruhan memenuhi syarat. Berdasarkan pemeriksaan sam-pel di
laboratorium Balai Teknik Kesehatan Ling-kungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP)
Kelas I Makassar.
Menurut Slamet (2005), bau dalam air dihasilkan oleh adanya organisme dalam air
seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang ter-bentuk dalam kondisi anaerobik, dan
oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu. Pemeriksaan bau air minum dalam kemasan
menunjukkan bah-wa tidak terdapat bau pada semua sampel merk air minum dalam kemasan.
Warna dalam air juga dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan
tersuspen-si yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-
tumbuhan.Warna yang berasal dari bahan-bahan buangan industri kemungkinan dapat
membahayakan kesehatan (Unus, 1996: 91).Rasa dalam air dapat menunjukkan kemung-
kinan adanya senyawa-senyawa asing yang meng-ganggu kesehatan. Selain itu dapat pula
menunjuk-kan kemungkinan kemungkinan timbulnya kondisi anaerobik sebagai hasil
kegiatan penguraian ke-lompok mikroorganisme terhadap senyawa-senyawa organik
(Unus,1996: 91).
Temperatur air merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan tujuan
penggunaan, pen-golahan untuk menghilangkan bahan-bahan pence-mar serta
pengangkutannya.Temperatur air tergan-tung pada sumbernya.Temperatur normal air di alam
(tropis) sekitar 20°C sampai 30°C (Suripin, 2001: 149).Kekeruhan air disebabkan oleh zat
padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik atau-pun yang organik.Zat anorganik,
biasanya berasal dari lapukan batu dan logam, sedangkan yang or-ganik dapat berasal dari
lapukan tanaman dan/atau hewan.Berbagai limbah seperti buangan domestik, pertanian, dan
industri merupakan sumber kekeru-han.Longsor, banjir juga dapat menambah kekeru-han
yang banyak.
Parameter Kimia
Pada pemeriksaan parameter kimia meliputi 1 pemeriksaan yaitu kadar
fluorida/fluoride pada air minum dalam kemasan. Ditemukan bahwa pada hasil pemeriksaan
Fluorida air minum dalam kema-san 3 sampel yang tidak memenuhi syarat dan 14 sampel air
minum dalam kemasan yang memenuhi syarat.
Penyebab adanya sampel air minum dalam kemasan yang tidak memenuhi syarat
kimia yaitu karena tingginya kadar ion fluorida dalam air minum dalam kemasan tersebut.
Hal ini disebabkan karena sumber dari air baku yang digunakan dalam produksi air minum
dalam kemasan. Jika air baku yang digunakan untuk produksi air minum dalam kemasan
berasal dari air tanah maka bukan tidak mungkin jumlah fluorida bisa sangat tinggi dalam air
minum. Hal ini dikarenakan keberadaan fluorida dalam air berasal dari degradasi mineral
persenya-waan fluorida dan ada dalam air tanah.
Parameter Biologi
Hasil analisis parameter E. coli pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) berbagai
merek yang tersebar di Kota Makassar mengidentifikasi bahwa 1 sampel yang telah diuji
memiliki total bakteri Coli-form melewati standar baku mutu kesehatan yang tercantum
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Re-publik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
yaitu 23/100 ml sampel dan 16 sampel yang telah diuji memenuhi syarat.

KESIMPULAN
Kualitas air minum dalam kemasan berbagai merek yang beredar di Kota Makassar
berdasarkan Parameter fisika yang meliputi bau, rasa, warna, suhu dan kekeruhan
menyatakan bahwa dari 17 sampel yang diteliti keseluruhannya memenuhi syarat sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kualitas air minum dalam kemasan berbagai merek
yang beredar di Kota Makassar berdasarkan Parameter kimia yang meliputi pemeriksaan
kadar Fluorida menyatakan bahwa dari 17 sampel yang diteliti 3 sampel dinyatakan tidak
memenuhi syarat karena kadar Fluorida melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan.
Sementara 14 sampel dinyatakan memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Mi-num. Kualitas air minum dalam kemasan berbagai merek yang beredar di Kota
Makassar berdasarkan Parameter biologi yang meliputi pemeriksaan total coliform
menyatakan bahwa dari 16 sampel yang diteliti memenuhi syarat dan1 sampel tidak me-
menuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Mi-num.
BAB III

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

3.1 Kelebihan Isi Jurnal


3.1.1 Kelebihan Isi Jurnal 1
 Dalam penyajian jurnal, ditampilkan diagram batang pada setiap indikator yang diuji
sehingga memudahkan pembaca dalam membandingkan setiap sampel dari masing-
masing indikator pengujian.
 Pada jurnal ini , pembahasan dalam pengujian setiap indikator dijelaskan secara
ringkas dan jelas
3.1.2 Kelebihan Isi Jurnal 2
 Pada jurnal ini, peneliti menggunakan banyak sampel dalam pengujian setiap
indikator sehingga dapat dijadikan perbandingan antar masing-masing sampel
 Setiap indikator yang diuji pada sampel dalam pembahasan jurnal ini selalu
dibandingkan dengan peraturan menteri kesehatan

3.2 Kelemahan Isi Jurnal


3.2.1 Kelemahan Isi Jurnal 1
 Pada metode penelitian dalam jurnal ini tidak dituliskan mengenai alat dan bahan
yang digunakan dalam analisis
 Pada jurnal ini, setiap perlakuan/prosedur penelitian hanya dijelaskan secara singkat
3.2.2 Kelemahan Isi Jurnal 2
 Pada jurnal ini, metode penelitian yang digunakan dalam analisis tidak dituliskan
secara jelas
 Dalam jurnal ini, tidak dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yang melatarbelakangi
penelitian tersebut
 Pada jurnal ini tidak terdapat diagram yang berguna untuk memperjelas pembahasan
dalam setiap analisa sampel
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan dari kedua jurnal mengenai sifat fisik mineral air dapat
disimpulkan bahwa :
1. Metode yang digunakan dalam jurnal 1 adalah dengan pegukuran faktor fisik dan
kimia, pembuatan media dan pengukuran kualitas mikrobiologi.
Metode yang digunakan dalam jurnal 2 adalah bersifat deskriptif untuk mendapatkan
gambaran mengenai kualitas fisik, kimia dan biologis pada air minum dalam
kemasan.
2. Sifat fisis yang dianalisis pada jurnal 1 adalah suhu air, padatan terlarut, kecerahan
air, pH air, kelarutan oksigen, BOD5, daya hantar listrik dan fitoplankton.
Sifat fisis yang dianalisis pada jurnal 2 adalah bau dalam air,warna dalam air, rasa
dalam air, temperatur air, kekeruhan air, kadar logam fluorida dalam air, dan
pemeriksaan total colliform.
3. Hasil dari jurnal 1 adalah berdasarkan pengukuran kualitas fisik, kimia dan
mikrobiologi perairan Situ Lebak Wangi tidak memenuhi baku mutu.
Hasil dari jurnal 2 adalah berdasarkan parameter fisik keseluruhan memenuhi syarat,
parameter kimia 14 sampel memenuhi syarat sedangkan 3 sampel tidak memenuhi
syarat dan parameter biologi 16 sampel memenuhi syarat sedangkan 1 sampel tidak
memenuhi syarat.

4.2 Saran
Pada jurnal 1 sebaiknya masyarakat di sekitar Situ Lebak Wangi tidak mengonsumsi
air di perairan Situ Lebak Wangi karena air tersebut tidak memenuhi syarat mutu baku,
sedangkan pada jurnal 2 sebaiknya pemerintah kota Makassar lebih ketat mengawasi
peredaran air minum dalam kemasan di kota Makassar.
DAFTAR PUSTAKA

Elfidasari,D., Noriko,N., Effendi,Y., dan Puspitasari,R.L., (2015), Kualitas Air Situ Lebak
Wangi Bogor Berdasarkan Analisa Fisika, Kimia Dan Biologi, Jurnal Al-Azhar
Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, 3(2): 104-112.
Gafur,A., Kartini,A.D., dan Rahman., (2017), Studi Kualitas Fisik Kimia dan Biologis pada
Air Minum Dalam Kemasan Berbagai Merek yang Beredar di Kota Makassar Tahun
2016, Jurnal Higiene, 3(1): 37-46.

Anda mungkin juga menyukai