FARMAKOLOGI II
Disusun oleh :
Gina Lestari, M.Farm.,Apt
Setya Enti Rikomah,M.Farm.,Apt
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN AL-FATAH
BENGKULU
2023
Assalamualaikum, wr, wb
Wassalamualaikum, Wr. Wb
2. Bahaya Listrik
Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit
breaker) dan perhatikan cara menyala dan mematikannya.
Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan
pada laboran atau petugas laboratorium.
Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik
(sengatan listrik/strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang
terkelupas, dll.
Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri
sendiri atau orang lain.
Keringkan bagian tubuh yang basah misalnya keringat atau sisa air wudhu.
Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas di laboratorium.
Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus
listrik.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti pengguna laboratorium jika hal itu
terjadi:
Jangan panik.
Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik.
Bantu pengguna laboratorium yang tersengat arus listrik untuk
melepaskan diri dari sumber listrik.
vi
Bahan toksik (trikloroetana, tetraklorometana) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang
irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
“Material Safety Data Sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek,
jas laboratorium) dengan benar.
Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan
lensa.
Menggunakan alat pelindung pernafasan (masker) dengan benar.
vii
Halaman Judul........................................................................................................... I
Percobaan III Efek Farmakokinetika Obat Asma Pada Hewan Uji .......................... 8
Percobaan IX Toksisitas........................................................................................... 43
FORMAT LAPORAN
viii AKHI
1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. DASAR TEORI Berisikan teori yang terkait tidak hanya diambildari penuntun praktikum
3. BAHAN DAN ALAT
4. CARA KERJA
5. DATA HASIL PRAKTIKUM
6. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA
1. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai:
a. Mahasiswa mampu menguasai cara pengambilan sampel darah pada hewan
uji
b. mahasiswa mengetahui rute-rute dalam pngembilan darah pada hewan uji
2. DASAR TEORI
Beberapa penelitian farmakologi tidak terlepas dari pengambilan darah pada hewan
coba untuk mengukur kadar zat tertentu di dalam darah hewan coba. Pengambilan darah
pada vena tidaklah mudah karena memerlukan keahlian khusus. Pada mencit pengambilan
darah yang lazim dilakukan adalah pengambilan darah pada vena di ekor dan vena di
daerah sinus orbitalis. Pada pengambilan darah di kedua tempat ini dapat dilakukan
pengambilan darah pre dan post test. Penyembuhan luka di daerah sinus orbitalis
berlangsung kurang lebih 2-3 hari. Persiapan harus dilakukan semaksimal mungkin.
Pemeriksaan darah harus diingat apakah memerlukan bahan anti pembekuan atau tidak.
Apakah harus segera disentrifuge atau tidak. Metode pengambilan darah dan tempat
pengambilan darah dipilih berdasarkan jumlah darah yang akan diambil. Untuk
pengambilan melalui vena, jarum dimasukkan sejajar dengan vena dan ujung diarahkan ke
lumen sepanjang sumbu longitudinal. Ketika penarikan darah dari vena, aspirasi harus
lambat. Cara pengambilan darah hewan coba:
1. Kelinci
Lewat Vena Marginalis bulu telinga dicukur, dicari vena
marginalisnya
Lewat jantung cari lokasi yang detak jantungnya paling kuat.
2. Mencit
Lewat vena anestesi ujung ekor mencit, kemudian spuit disuntikkan
ke daerah yang dianastesi tadi lalu darah ditarik pelan-pelan (sebelumnya
lakukan heparinasi spuit).
Lewat jantung
4. PROSEDUR KERJA
a. Pengambilan darah dari sinus orbitalis
dilakukan dengan cara hewan coba dipegang pada kulit bagian tengkuk dan punggung
dengan ibu jari dan telunjuk kiri. Pipet gelas yang digunakan menyuntik dipegang tangan
kanan, kemudian pipet diarahkan pada miring 45ᵒ ke daerah sinus orbitalis (kantus
medial). Masukkan pipet sampai menembus bagian kulit luar sampai terdengar bunyi
klik, miringkan mencit dan darah akan mulai menetes pada pipet dan kemudian
ditampung pada tabung penampung. Dengan metode ini dapat dilakukan pengambilan
darah berulang dengan interval 1 minggu pada sisi yang berbeda. Volume yang dapat
diambil dari setiap mencit adalah sekitar 0,25 mL. Mencit dianestesi terlebih dahulu.
b. Pada tikus atau mencit, pengambilan darah dapat dilakukan melalui vena ekor Pada tikus
atau mencit, pengambilan darah dapat dilakukan melalui vena ekor. Daerah injeksi atau
sayatan harus dibersihkan dengan alkohol. Supaya pembuluh darah melebar, ekor dapat
direndam dalam air hangat selama 5 sampai 10 detik atau dengan pemanasan hewan coba
dengan lampu pijar watt rendah selama 5 sampai 15 menit sebelum pengambilan darah.
10 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
Cara mengambil darah lewat vena ekor
c. Lewat jantung sama seperti pada kelinci hanya saja harus dianestesi dan dengan
menggunakan jarum yang lebih kecil. Pengambilan darah jantung dapat dilakukan bila
hewan coba akan segera dikorbankan, karena metode ini berisiko kematian. Oleh karena
itu, metode ini tidak direkomendasikan sebagai prosedur pengambilan sampel darah
berulang
5. Lewat Vena Marginalis bulu telinga dicukur, dicari vena marginalisnya, daerah yang
akan disuntik diolesi dengan Xylol. Jarum spuit yang sudah diberi anti koagulan
disuntikkansejajar/searah pembuluh vena, kemudian vena ditarik untuk menghisap
darah vena marginalis kelinci.
6. TUGAS/PENGAMATAN
Hari/ Tgl Praktikum :
Materi Praktikum :
Tujuan Praktikum :
Data pengamatan
NO Berat badan Rute pengambilan Hasil
darah
7. PERTANYAAN
8. REFERENSI
1. Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas
Indonesia: Jakarta.
11 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
2. Departemen Farmakologi dan Terapi FK UGM. 2006. Metode Laboratorium
dalam Toksikologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta
12 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
PERCOBAAN KE-2
1. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis Asma soho
manusia ke mencit
b. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi asma soho pada mencit
c. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi asma soho melalui berbagai
rute pemberian obat
2. DASAR TEORI
Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan
saluran napas terutama pada malam hari atau pagi hari. Frekuensi serangan asma
adalah episode dimana gejala-gejala berupa batuk, sesak napas disertai suara
wheezing, dada terasa berat, atau berbagai kondisi yang memburuk secara progresif
yang dirasakansma adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh peradangan dalam
saluran pernapasan. Peradangan ini membuat saluran pernapasan bengkak dan
sangat sensitif. Akibatnya, saluran pernapasan menyempit, menyebabkan kurangnya
udara yang mengalir ke paru-paru.
Asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pemberian obat-
obatan yang tepat, sehingga kualitas hidup dapat tetap optimal. Namun apabila
penyakit asma menjadi kronis, dapat terjadi airway remodelling. Lama waktu yang
diperlukan hingga terjadi airway remodelling adalah 9 minggu. Apabila hal tersebut
tidak mendapat penatalaksanaan dengan baik, akan berdampak pada penurunan
kualitas hidup. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan menggambarkan
tingkat kesehatan seseorang yang mengalami suatu penyakit dan mendapatkan
pengelolaan sesuai dengan pedoman penyakit tertentu.
Ada lima jenis umum dari asma, termasuk: Exercise-induced asthma, Asma
nocturnal (malam hari), Occupational asthma, Cough-variant asthma, Asma alergi
13 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
Pemicu mungkin termasuk:
Alergen dari debu, bulu binatang, kecoa, jamur, dan serbuk sari dari pohon,
rumput, dan bunga
Iritan seperti asap rokok, polusi udara, bahan kimia atau debu di tempat kerja,
senyawa dalam produk dekorasi rumah, dan semprotan (seperti hairspray)
Obat-obatan seperti aspirin atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain dan nonselektif
beta-blocker
Sulfit dalam makanan dan minuman
Infeksi virus pernapasan bagian atas, seperti pilek
Aktivitas fisik, termasuk olahraga
ovalbumin OVA merupakan alergen protein ayam yang banyak ditemukan pada putih
telur. Ini biasanya digunakan untuk menyadarkan reaksi imun
4. PROSEDUR KERJA
a. Cara kerja : (Stevani, 2016)
Pembuatan Na CMC 1% untuk pembuatan suspensi zat uji
1. Panaskan 200 ml air hingga mendidih
2. Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
3. Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
4. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
2. Pelaksanaan percobaan
Mencit dibagi menjadi 5 kelompok
Mencit ditimbang berat badan masing-masing dan diberikan tanda
pada hewan uji
Pembagian perlakuan uji:
kelompok 1 : kelompok normal hanya diberikan makan normal
saja
Kelompok 2 : kelompok negative hewan uji diberikan
penginduksi kondisi asma tanpa diberikan pengobatan
Kelompok 3 : kelompok 3 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara oral
Kelompok 4 : kelompok 4 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara intra
peritoneal
Kelompok 5: hewan uji diberikan penginduksi kondisi asma,
kemudian diberikan zat ujinya secara intra vena
Pengujian dilakukan lebih kurang 2 jam
14 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
Kemudian dilakukan pengambilan darah untuk melihat kadar obat
didalam darah hewan dengan menggunakan alat spektofotomer
Hewan dikorban kan untuk melihat kodisi organ tubuh hewan tersebut
5. TUGAS/PENGAMATAN
Hasil pengukuran kadar obat dalam darah
Kadar Obat
Waktu Sampling
Per oral iv ip
6. PERTANYAAN
a) Jelaskan macam-macam metode pengujian asma
b) Bagaimana cara menginduksi asma
7. REFERENSI
1. Alfarra HY, Omar MN. (2013). Centella asiatica: from folk remedy to the medicinal
biotechnology-a state revision. International Journal of Biosciences. 3(6): 49-67.
2. Amit K, Vandana V. (2013). Medicinal properties of Acorus calamus. Journal of Drug Delivery
& Therapeutics. 3(3): 143-144.
3. Bhavna D, Jyoti K. (2011). Centella asiatica: the elixir of life. International Journal of Research
in Ayurveda and Pharmacy. 2(2): 431-438.
15 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
PERCOBAAN KE-3
2. DASAR TEORI
Batuk merupakan suatu reflex pertahanan tubuh dari masuknya benda
asing pada saluran pernafasan. Refleks batuk dimulai dengan aktifnya reseptor
rangsangan batuk yang dapat diaktifkan dengan stimulus mekanis yaitu serabut
maupun stimulus kimiawi yaitu reseptor serabut C. Walaupun disebut sebagai
mekanisme pertahanan tubuh, namun apabila batuk terjadi berlebihan malah akan
mengganggu aktivitas dari penderita. Pemanfaaatan menggunakan bahan alam
sebagai alternatif pengobatan penggunaaannnya mulai meningkat. Salah satu
pemanfaatannya adalah sebagai obat batuk.
Tenggorokan dan saluran napas dilengkapi saraf yang merasakan jika terdapat
bahan atau zat yang menggangggu. Kondisi ini menstimulasi saraf
untuk mengirim sinyal pada otak, yang selanjutnya direspons otak dengan
mengirim kembali sinyal untuk mengeluarkan zat tersebut dengan batuk.
batuk juga disertai dengan gejala lain, seperti: Pilek, Demam, Lemas, Nyeri
tenggorokan, Sulit menelan atau batuk saat menelan, Mengi atau bengek dan
Sesak napas.
Prinsip dari metode uji antitusif ini adalah mencit diinduksi dengan sulfur
dioksida (SO2) untuk menstimulasi batuk. Sediaan uji diberikan untuk
melawan batuk akibat induksi SO2 pada hewan coba. satu jam setelah
perlakuan mencit diinduksi batuk dengan gas SO2.
16 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
3. ALAT DAN BAHAN
5. TUGAS/PENGAMATAN
17 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
NO Kelompok Sebelum Setelah
6. PERTANYAAN
1. Jelaskan macam-macam batuk
2. Jelaskan metode pengujian batuk
7. REFERENSI
1. Septiyaningsih, Dkk. 2017 Uji Aktivitas Antitusif Dan Uji Toksisitas Akut Oral
Sediaan Sirup Obat Batuk Poliherbal Pada Hewan Uji Yang Diinduksi Batuk
18 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
PERCOBAAN KE-4
1. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis asam mefenamat
manusia ke mencit
b. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi lorratadin pada mencit
2. DASAR TEORI
Reaksi alergi atau hipersensitivitas merupakan reaktivitas khusus dari
kepekaan host terhadap suatu alergen berdasarkan proses imunologi yang timbul
pada kontak ke dua atau berikutnya1. Alergi merupakan kondisi kronis dengan
keterlibatan sistemik yang dapat menyebabkan disfungsi kekebalan tubuh dan
mendasari timbulnya penyakit tidak menular lainnya .
Pengujian ini menggunakan metode Sensitisasi ovalbumin menggunakan
suspensi 0,1% ovalbumin dalam Al(OH)3 10% sebagai adjuvant yang dilarutkan
dalam akuades. Pemberian ovalbumin secara subkutan dengan volume 0,5 ml/200
gramBB tikus putih di belakang leher. Induksi ovalbumin dilakukan setiap 2 hari.
3. ALAT DAN BAHAN :
Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas, gekas
ukur, timbangan, stopwatch
Bahan : alkohol 70%, mencit, loratadin, Na CMC, aquadest, ovalbumin,
cetirizine dosis 0,042 mg/20 g BB)
4. PROSEDUR KERJA
Pembuatan Na CMC 1%
Panaskan 200 ml air hingga mendidih
Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
Pelaksanaan percobaan
Mencit dibagi menjadi 5 kelompok
19 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
Mencit ditimbang berat badan masing-masing dan diberikan tanda
pada hewan uji
Pembagian perlakuan uji:
kelompok 1 : kelompok normal hanya diberikan makan normal
saja
Kelompok 2 : kelompok negative hewan uji diberikan
penginduksi kondisi asma tanpa diberikan pengobatan
Kelompok 3 : kelompok 3 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara oral
Kelompok 4 : kelompok 4 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara intra
peritoneal
Kelompok 5: hewan uji diberikan penginduksi kondisi asma,
kemudian diberikan zat ujinya secara intra vena
Pengujian dilakukan lebih kurang 1 jam
efek penurunan reaksi alergi yang diukur melalui pengamatan dan
perhitungan rata-rata jumlah garuk hewan uji. Pengamatan garuk
dilakukan pada lokasi induksi ovalbumin selama satu jam
Kemudian dilakukan pengambilan darah untuk melihat kadar obat
didalam darah hewan dengan menggunakan alat spektofotomer
5. TUGAS/ PENGAMATAN
6. PERTANYAAN
7. REFERENSI
1. Wahyu Tri dkk, Efek Antihistamin Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) dengan Diinduksi Ovalbumin Wahyu Tri
Kawuri1 , Ratih Dewi Yudhani2 , Novan Adi Setyawan
2. Siska, dkk. Ekstrak Etanol 70% Buah Stroberi pada Mencit Jantan yang
Diinduksi Ovalbumin
20 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
PERCOBAAN KE-5
ANTIINFLAMASI PADA HEWAN UJI
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa mengetahui cara menghitung konversi dosis manusia ke
mencit
b. Mahasiswa mengetahui onset dan durasi serta perbedaan pada kelompok
yang diberikan obat tunggal dan pada kelompok yang diberikan secara
kombinasi
c. Mahasiswa mengetahui apakah terjadi inhibisi atau induksi enzim pada
pemberian kombinasi obat
2. Dasar Teori
inflamasi merupakan suatu respon dari tubuh terhadap adanya cedera maupun
infeksi. Saat terjadi cedera, tubuh akan berusaha menetralisir dan
mengeliminasi agen-agen berbahaya dari tubuh serta melakukan persiapan
untuk perbaikan jaringan (Sherwood, 2001). Adanya proses inflamasi ditandai
ciri yang khas, yaitu timbulnya warna kemerahan, pembengkakan di daerah
peradangan, rasa panas, dan timbulnya rasa nyeri (Corwin, 2008). Inflamasi
dapat diatasi dengan menggunakan anti-inflamasi, salah satunya yaitu golongan
anti-inflamasi non steroid (AINS). AINS merupakan obat sintetik dengan
struktur kimia heterogen. Namun penggunaan AINS dapat menimbulkan efek
samping pada saluran cerna (Lelo dan Hidayat, 2004). Adanya efek samping
yang cukup serius dalam penggunaan AINS ini, maka dicarilah sumber
alternatif lain untuk digunakan pada terapi inflamasi. Sebagai salah satu pilihan
yang banyak digunakan dalam masyarakat adalah penggunaan tanaman obat
yang dinilai lebih aman dan lebih mudah dijangkau oleh masyarakat (Umar,
2011). Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan obat adalah
kemangi (Ocimum americanum L.) yang diduga memiliki efek sebagai
antiinflamasi.
Penelitian ini menggunakan metode Winter yang dimodifikasi dengan cara
menyuntikan larutan karagenan secara subplantar. Pengukuran volume udem
pada telapak kaki tikus diukur dengan alat yang bekerja berdasarkan hukum
21 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
Archimedes yaitu pletismometer. Aktivitas anti-inflamasi bahan uji ditunjukan
oleh kemampuannya dalam mengurangi udem yang diakibatkan induksi
karagenan pada telapak kaki hewan uji (Kelompok Kerja Ilmiah, 1983).
4. PROSEDUR KERJA
a. Pembuatan larutan CMC Na 1%
a) Panaskan 200 ml air hingga mendidih
b) Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
c) Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
d) Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
b. Pelaksanaan praktikum
a) Mencit dibagi menjadi 5 kelompok
kelompok 1 : kelompok normal hanya diberikan makan
normal saja
Kelompok 2 : kelompok negative hewan uji diberikan
penginduksi karagenan tanpa diberikan pengobatan
Kelompok 3 : kelompok 3 hewan uji diberikan penginduksi
karagenan, kemudian diberikan zat ujinya secara
oral
Kelompok 4 : kelompok 4 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara
intra peritoneal
Kelompok 5: hewan uji diberikan penginduksi karagenan,
kemudian diberikan zat ujinya secara intra vena
b) Mencit ditimbang berat badan masing-masing
c) Kaki kiri belakang tikus yang akan diinduksi diberi tanda pada mata kaki
kemudian diukur volume kaki sebelum perlakuan
d) Diukur sebelum dan sesudah perlakukan
22 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
5. TUGAS/PENGAMATAN
No Hewan Sebelum Sesudah
6. PERTANYAAN
1. Jelaskan macam-macam antiinflamasi
2. Jelaskan metode pengujian antiinflamasi
7. REFERENSI
1. Chany Saputri1, dkk. Uji Aktivitas Anti-Inflamasi Minyak Atsiri Daun
Kemangi (Ocimum americanum L.) pada Tikus Putih Jantan yang
Diinduksi Karagenan. Universitas Indonesia, Depok. 16424
2. Devy Angreani, dkk AKTIVITAS ANTI-INFLAMASI EKSTRAK
ETANOL TEPUNG PELEPAH AREN (Arenga pinnanta) Chem. Prog.
Vol. 13. No. 2, November 2020
23 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I