Anda di halaman 1dari 23

MODUL PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

Disusun oleh :
Gina Lestari, M.Farm.,Apt
Setya Enti Rikomah,M.Farm.,Apt

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI D3 FARMASI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN AL-FATAH
BENGKULU
2023

1|Modul Praktikum Farmakologi II


KATAPENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb

Alhamdulillah, buku petunjuk praktikum Farmakologi II berhasil disusun.


Buku petunjuk ini disusun sebagai sarana untuk membantu mahasiswa dalam
menunjang tercapainya kompetensi D3 Farmasi di bidang pelayanan farmasi
klinik dan komunitas dengan mengaplikasikan teori farmakologi dalam
praktikum Farmakologi terutama konsep farmakologi pada manusia yang
diujikan pada hewan uji. Mahasiswa diharapkan dapat membaca dan memahami
materi sebelum pelaksanaan praktikum agar berjalan lancar dan tertib.
Buku petunjuk praktikum Farmakologi II dibuat dengan harapan pada
akhir pelaksanaan praktikum ini mahasiswa mampu memahami konsep absorpsi,
distribusi, metabolisme dan eskresi obat.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan buku ini. Penyusun berharap semoga buku ini dapat
bermanfaat. Amiin.

Wassalamualaikum, Wr. Wb

2|Modul Praktikum Farmakologi II


TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
a. Waktu kunjungan laboratorium
Dibuka setiap hari kerja : Senin s/d kamis
Pagi Jam : 08.30 – 11.30 dan 13.00 – 16.00
Jum’at Jam :09.00 – 10.30 dan13.00 -16.00
b. Peserta praktikum sudah harus siap di laboratorium minimal 15 menit sebelum
praktikum di mulai.
c. Mahasiswa diwajibkan mengenakan pakaian yang rapi dan jas praktikum. Sepatu
pada waktu masuk ruangan laboratorium disimpan disamping luar pintu masuk.
(Sesuai kondisi masing-masing lab)
d. Setiap mahasiswa wajib melaksanakan seluruh proses praktikum sesuai yang
dijadwalkan oleh dosen. Mahasiswa yang berhalangan dengan alasan yang tepat
(surat keterangan dokter harus disampaikan paling lambat satu hari sesudahnya),
dan tetap harus melakukan praktikum tersebut pada kesempatan yang lain.
e. Persiapan alat/bahan laboratorium minimal sehari sebelum praktikum dilaksanakan.
f. Menjaga sopan santun selama praktikum berlangsung dan dilarang makan dan
minum.
g. Mahasiswa tidak diperbolehkan keluar masuk laboratorium tanpa seizin dengan
dosen yang membimbing pada saat itu.
h. Mahasiswa tidak dibenarkan membicarakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan
praktikum yang dilaksanakan selama berada dalam laboratorium demi efisiensi
waktu
i. Alat / bahan laboratorium yang rusak / hilang harus diganti oleh praktikan /
kelompok yang bersangkutan.
j. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kebersihan dan keutuhan alat –
alat yang digunakan. Pada akhir praktikum alat-alat diserahkan kembali dalam
keadaan bersih dan utuh.
k. Setelah kegiatan parktikum semua Kran air dan gas yang sudah digunakan harus
selalu dalam keadaan tertutup.
l. Menjaga kebersihan ruangan termasuk papan tulis, meja, kursi-kursi dan alat-alat
yang telah digunakan agar diatur kembali dengan rapi.
m. Aliran listrik pada alat-alat yang tidak digunakan lagi termasuk lampu, kipas angin
dan AC harus di non aktifkan sebelum meninggalkan ruangan
laboratorium.Alat/bahan yang dipinjam diluar kebutuhan proses belajar mengajar
seperti Penelitian, KBM/KBS dikembalikan paling lambat 1 hari setelah waktu
peminjaman, jika melebihi dari batas waktu yang ditentukan akan dikenakan denda
yang ditentukan oleh Kepala laboratorium Terpadu masing-masing berdasarkan
standar denda yang ditetapkan oleh Universitas.
n. Mahasiswa yang ingin memanfaatkan laboratorium untuk tujuan penelitian dapat
memperoleh bimbingan langsung oleh petugas laboratorium. Pemberitahuan paling
lambat sehari sebelum penelitian dilakukan.

3|Modul Praktikum Farmakologi II


o. Mahasiswa atau laboran tidak diperkenankan untuk mengecas handphone ataupun
elektronik lainnya di laboratorium

ATURAN KESELAMATAN LABORATORIUM


A. Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Laboratorium
1. Pengguna laboratorium wajib memakai jas laboratorium dan alas kaki atau sepatu
yang tertutup.
2. Pengguna laboratorium dilarang keras merokok, makan dan minum di dalam ruang
laboratorium.
3. Semua pekerjaan dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dengan uap
beracun atau merangsang pernafasan, harus dilakukan di dalam almari asam.
4. Hati-hati dengan semua pekerjaan pemanasan. Hindarkan percikan cairan atau
terhirupnya uap selama bekerja.
5. Jauhkan semua senyawa organik yang mudah menguap, seperti: alkohol, eter,
kloroform, aseton, dan spirtus dari api secara terbuka karena bahan mudah terbakar.
Sebaiknya pemanasan dilakukan dengan menggunakan waterbath.
6. Bila pemanasan menggunakan api terbuka, nyalakan pembakar spirtus (bunsen)
dengan korek api biasa, jangan menyalakannya dengan pembakar spirtus lain yang
sudah menyala, untuk menghindari terjadinya letupan api.
7. Matikan api pada pembakar spirtus dengan menutup sumbunya, jangan mematikan
api dengan meniup untuk mencegah terjadinya kebakaran atau letupan api.
8. Jangan mencoba mencicipi bahan kimia atau mencium langsung asap atau uap dari
mulut tabung reaksi. Namun, kipaslah terlebih dahulu uap ke arah muka.
9. Jangan sekali-sekali menghisap pipet melalui mulut untuk mengambil larutan asam
atau basa kuat seperti: HNO3, HCl, H2SO4, Asam asetat glasial, NaOH, NH 4OH, dan
lain-lain. Gunakan pipet dengan bola penghisap untuk memindahkan bahan-bahan
tersebut atau bahan beracun lainnya ke dalam alat yang akan digunakan.
10. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup untuk
mencegah terjadinya inhalasi bahan-bahan.
11. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia, terutama asam atau basa pekat, di
meja kerja atau lantai. Bila hal ini terjadi, segera laporkan pada laboran atau petugas
laboratorium.
12. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan kimia berbahaya, korosif, atau beracun,
segera bilas dengan air sebanyak-banyaknya. Selanjutnya segera laporkan kepada
laboran atau petugas laboratorium.
13. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang
mungkin sudah terkontaminasi bahan kimia.
14. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan biologis,
seperti saliva, karena mungkin dapat terinfeksi kuman atau virus berbahaya seperti
hepatitis.
 Sebaiknya gunakan sarung tangan sekali pakai, terutama bila ada luka.
 Cuci segera tangan atau anggota badan lain yang kontak atau terpercik bahan
tersebut.
 Cuci alat-alat praktikum dengan sabun dan sterilisasi dengan merendamnya
dalam larutan Natrium hipoklorit 0,5% selama 30 menit.
 Bersihkan meja laboratorium dengan air sabun dan dengan larutan Natrium
hipoklorit 0,5%.

4|Modul Praktikum Farmakologi II


15. Tampung cairan atau larutan yang telah selesai digunakan (limbah cair) di dalam
jerigen penampungan limbah sesuai dengan karakteristik limbah cairnya.
16. Tinggalkan meja dan alat kerja dalam keadaan bersih dan rapi seperti semula.

B. Bahaya-bahaya yang Mungkin Terjadi vdi Laboratorium


1. Bahaya Api
Resiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang
mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat
3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar, dan panas.
Akibat:
 Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat,
bahkan kematian.
 Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan:
 Konstruksi bangunan yang tahan api.
 Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
 Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran.
 Sistem tanda kebakaran
 Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya
dengan segera.
 Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara
otomatis.
 Tersedia jalan untuk menyelamatkan diri.
 Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
 Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

2. Bahaya Listrik
 Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit
breaker) dan perhatikan cara menyala dan mematikannya.
Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan
pada laboran atau petugas laboratorium.
 Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik
(sengatan listrik/strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang
terkelupas, dll.
 Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri
sendiri atau orang lain.
 Keringkan bagian tubuh yang basah misalnya keringat atau sisa air wudhu.
 Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas di laboratorium.
 Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus
listrik.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti pengguna laboratorium jika hal itu
terjadi:
 Jangan panik.
 Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik.
 Bantu pengguna laboratorium yang tersengat arus listrik untuk
melepaskan diri dari sumber listrik.

5|Modul Praktikum Farmakologi II


 Beritahukan dan minta bantuan laboran atau orang di sekitar anda tentang
terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.

3. Bahaya Zat Kimia


Semua bahan kimia dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada
umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh
karena alergi (keton).

vi
Bahan toksik (trikloroetana, tetraklorometana) jika tertelan, terhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian.
Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang
irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan:
 “Material Safety Data Sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
 Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
 Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek,
jas laboratorium) dengan benar.
 Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan
lensa.
 Menggunakan alat pelindung pernafasan (masker) dengan benar.

vii

6|Modul Praktikum Farmakologi II


DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... I

Kata Pengantar........................................................................................................... Iii

Tata Tertib Laboratorium........................................................................................... Iv

Aturan Keselamatan Kerja......................................................................................... V

Daftar Isi..................................................................................................................... Viii

Format Laporan Akhir ............................................................................................... Ix


1
Percobaan I. Pengabbilan darah pada hewan uji.........................

Percobaan II. Efek Farmakokinetika Antihistamin Pada Hewan Uji......................... 4

Percobaan III Efek Farmakokinetika Obat Asma Pada Hewan Uji .......................... 8

Percobaan IV Efek Farmakokinetika Obat Batuk Pada Hewan Uji.................... 14

Percobaan IVEfek Farmakokinetika Antiinflamasi Pada Hewan Uji..................... 20

Percobaan VI Efek Farmakokinetika Kortikosteroid Pada Hewan Uji.................... 26

Percobaan VII. Efek Farmakokinetika Vitamin Pada Hewan Uji............................. 32

Percobaan VIII.Efek Farmakokinetika Mineral Pada Hewan Uji............................. 38

Percobaan IX Toksisitas........................................................................................... 43

FORMAT LAPORAN
viii AKHI

7|Modul Praktikum Farmakologi II


FORMAT LAPORAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN I
JUDUL PRAKTIKUM Judul Praktikum : ………………………………………………
Hari & Tanggal Praktikum : ………………………………………………
Nama Mahasiswa : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
PRODI : ………………………………………………
Dosen Pembimbin : 1………………………………………………
: 2………………………………………………

1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. DASAR TEORI Berisikan teori yang terkait tidak hanya diambildari penuntun praktikum
3. BAHAN DAN ALAT
4. CARA KERJA
5. DATA HASIL PRAKTIKUM
6. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA

8|Modul Praktikum Farmakologi II


PERCOBAAN 1
CARA PENGAMBILAN DARAH PADA HEWAN UJI

1. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai:
a. Mahasiswa mampu menguasai cara pengambilan sampel darah pada hewan
uji
b. mahasiswa mengetahui rute-rute dalam pngembilan darah pada hewan uji

2. DASAR TEORI
Beberapa penelitian farmakologi tidak terlepas dari pengambilan darah pada hewan
coba untuk mengukur kadar zat tertentu di dalam darah hewan coba. Pengambilan darah
pada vena tidaklah mudah karena memerlukan keahlian khusus. Pada mencit pengambilan
darah yang lazim dilakukan adalah pengambilan darah pada vena di ekor dan vena di
daerah sinus orbitalis. Pada pengambilan darah di kedua tempat ini dapat dilakukan
pengambilan darah pre dan post test. Penyembuhan luka di daerah sinus orbitalis
berlangsung kurang lebih 2-3 hari. Persiapan harus dilakukan semaksimal mungkin.
Pemeriksaan darah harus diingat apakah memerlukan bahan anti pembekuan atau tidak.
Apakah harus segera disentrifuge atau tidak. Metode pengambilan darah dan tempat
pengambilan darah dipilih berdasarkan jumlah darah yang akan diambil. Untuk
pengambilan melalui vena, jarum dimasukkan sejajar dengan vena dan ujung diarahkan ke
lumen sepanjang sumbu longitudinal. Ketika penarikan darah dari vena, aspirasi harus
lambat. Cara pengambilan darah hewan coba:
1. Kelinci
 Lewat Vena Marginalis bulu telinga dicukur, dicari vena
marginalisnya
 Lewat jantung cari lokasi yang detak jantungnya paling kuat.
2. Mencit
 Lewat vena anestesi ujung ekor mencit, kemudian spuit disuntikkan
ke daerah yang dianastesi tadi lalu darah ditarik pelan-pelan (sebelumnya
lakukan heparinasi spuit).
 Lewat jantung

9|Modul Praktikum Farmakologi II


 Pengambilan darah dari sinus orbitalis.
3. Tikus
 Pada tikus atau mencit, pengambilan darah dapat dilakukan melalui vena
ekor.
 Pengambilan darah dari sinus orbitalis
Pengambilan darah dari hewan pengerat diperlukan untuk sejumlah besar penelitian in vitro
dan in vivo. Tempat pengambilan darah banyak pada hewan pengerat: sinus retro-orbital,
vena jugularis, vena maksilaris, vena saphena, jantung. Masing-masing teknik mempunyai
kelebihan dan kekurangan, dan beberapa teknik tidak lagi disetujui di beberapa negara
(misalnya, teknik retro-orbital di Belanda).

3. ALAT DAN BAHAN


Alat
Pada praktikum ini mengunakan alat yaitu Kandang Mencit, Alat pelidung diri,
Sumber cahaya, spuit 1 ml, spuit sonde, keranjang mencit, kapas, pipa kapiler,
alkohol 96%,
Bahan
Pada praktikum ini mengunakan bahan yaitu Pakan normal mencit, Air minum,
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20
g- 30 g berumur antara 6 – 8 minggu, alkohol 70%, pakan mencit, mencit

4. PROSEDUR KERJA
a. Pengambilan darah dari sinus orbitalis
dilakukan dengan cara hewan coba dipegang pada kulit bagian tengkuk dan punggung
dengan ibu jari dan telunjuk kiri. Pipet gelas yang digunakan menyuntik dipegang tangan
kanan, kemudian pipet diarahkan pada miring 45ᵒ ke daerah sinus orbitalis (kantus
medial). Masukkan pipet sampai menembus bagian kulit luar sampai terdengar bunyi
klik, miringkan mencit dan darah akan mulai menetes pada pipet dan kemudian
ditampung pada tabung penampung. Dengan metode ini dapat dilakukan pengambilan
darah berulang dengan interval 1 minggu pada sisi yang berbeda. Volume yang dapat
diambil dari setiap mencit adalah sekitar 0,25 mL. Mencit dianestesi terlebih dahulu.
b. Pada tikus atau mencit, pengambilan darah dapat dilakukan melalui vena ekor Pada tikus
atau mencit, pengambilan darah dapat dilakukan melalui vena ekor. Daerah injeksi atau
sayatan harus dibersihkan dengan alkohol. Supaya pembuluh darah melebar, ekor dapat
direndam dalam air hangat selama 5 sampai 10 detik atau dengan pemanasan hewan coba
dengan lampu pijar watt rendah selama 5 sampai 15 menit sebelum pengambilan darah.

10 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
Cara mengambil darah lewat vena ekor
c. Lewat jantung sama seperti pada kelinci hanya saja harus dianestesi dan dengan
menggunakan jarum yang lebih kecil. Pengambilan darah jantung dapat dilakukan bila
hewan coba akan segera dikorbankan, karena metode ini berisiko kematian. Oleh karena
itu, metode ini tidak direkomendasikan sebagai prosedur pengambilan sampel darah
berulang
5. Lewat Vena Marginalis bulu telinga dicukur, dicari vena marginalisnya, daerah yang
akan disuntik diolesi dengan Xylol. Jarum spuit yang sudah diberi anti koagulan
disuntikkansejajar/searah pembuluh vena, kemudian vena ditarik untuk menghisap
darah vena marginalis kelinci.
6. TUGAS/PENGAMATAN
Hari/ Tgl Praktikum :
Materi Praktikum :
Tujuan Praktikum :
Data pengamatan
NO Berat badan Rute pengambilan Hasil

darah

7. PERTANYAAN

1) Sebutkan dan jelaskan rute pengabilan darah pada hewan uji

8. REFERENSI
1. Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas
Indonesia: Jakarta.

11 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
2. Departemen Farmakologi dan Terapi FK UGM. 2006. Metode Laboratorium
dalam Toksikologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta

Contoh perhitungan Dosis

2) Pembuatan larutan Luminal pada pemberian per oral


Dosis lazim Luminal untuk manusia : 30 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 gr : Dosis Lazim x Faktor Konversi
: 30 mg x 0,0026
: 0,078 mg

Untuk mencit dengan BB 30 gr : (30 g/20 g) x 0,078 mg


: 0,117 mg

Dosis diberikan dalam volume : 0,5 ml

Dibuat larutan persediaan : 100 ml


Jumlah Luminal yang digunakan : (100 ml/0,5 ml) x 0,117 mg
: 23,4 mg atau 0,0234 g

% kadar Luminal : (0,0234 g/100 ml) x 100%


: 0,0234 %
3) Pembuatan Luminal 0,0234%
Berat 1 tablet Luminal misalnya : 198 mg
Berat serbuk Luminal yang ditimbang : (23,4 mg/30 mg) x 198 mg
: 154,44 mg
Atau
Karena dibutuhkan tablet Luminal
sebanyak 23,4 mg maka dibutuhkan kira2
1 tablet Luminal.
Timbang berat 1 tablet Luminal
Misal : berat 1 tablet Luminal 198 mg
Maka serbuk tablet Luminal yang : (23,4 mg/30 mg ) x 198 mg
dibutuhkan sebanyak
: 154,44 mg
Pembuatan Luminal 0,0234% : ambil 1 tablet, gerus kemudian timbang
serbuk Luminal sejumlah yang dibutuhkan
: campur serbuk dengan Na CMC 1%
sebanyak 50 ml kemudian aduk homogen
: tambahkan Na CMC 1% hingga 100 ml

12 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
PERCOBAAN KE-2

OBAT ASMA PADA HEWAN UJI

1. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis Asma soho
manusia ke mencit
b. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi asma soho pada mencit
c. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi asma soho melalui berbagai
rute pemberian obat

2. DASAR TEORI
Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai adanya mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan
saluran napas terutama pada malam hari atau pagi hari. Frekuensi serangan asma
adalah episode dimana gejala-gejala berupa batuk, sesak napas disertai suara
wheezing, dada terasa berat, atau berbagai kondisi yang memburuk secara progresif
yang dirasakansma adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh peradangan dalam
saluran pernapasan. Peradangan ini membuat saluran pernapasan bengkak dan
sangat sensitif. Akibatnya, saluran pernapasan menyempit, menyebabkan kurangnya
udara yang mengalir ke paru-paru.
Asma tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pemberian obat-
obatan yang tepat, sehingga kualitas hidup dapat tetap optimal. Namun apabila
penyakit asma menjadi kronis, dapat terjadi airway remodelling. Lama waktu yang
diperlukan hingga terjadi airway remodelling adalah 9 minggu. Apabila hal tersebut
tidak mendapat penatalaksanaan dengan baik, akan berdampak pada penurunan
kualitas hidup. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan menggambarkan
tingkat kesehatan seseorang yang mengalami suatu penyakit dan mendapatkan
pengelolaan sesuai dengan pedoman penyakit tertentu.
Ada lima jenis umum dari asma, termasuk: Exercise-induced asthma, Asma
nocturnal (malam hari), Occupational asthma, Cough-variant asthma, Asma alergi

13 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
Pemicu mungkin termasuk:
 Alergen dari debu, bulu binatang, kecoa, jamur, dan serbuk sari dari pohon,
rumput, dan bunga
 Iritan seperti asap rokok, polusi udara, bahan kimia atau debu di tempat kerja,
senyawa dalam produk dekorasi rumah, dan semprotan (seperti hairspray)
 Obat-obatan seperti aspirin atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain dan nonselektif
beta-blocker
 Sulfit dalam makanan dan minuman
 Infeksi virus pernapasan bagian atas, seperti pilek
 Aktivitas fisik, termasuk olahraga

ovalbumin OVA merupakan alergen protein ayam yang banyak ditemukan pada putih
telur. Ini biasanya digunakan untuk menyadarkan reaksi imun

3. ALAT DAN BAHAN :


 Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas,
gekas ukur, timbangan, stopwatch, toples, asap buatan, spektofotomer
 Bahan : alkohol 70%, mencit, asma soho, Na CMC, aquadest,
sensitisasi allergen , sebagai induksi asma, asap buatan sebgai induksi

4. PROSEDUR KERJA
a. Cara kerja : (Stevani, 2016)
Pembuatan Na CMC 1% untuk pembuatan suspensi zat uji
1. Panaskan 200 ml air hingga mendidih
2. Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
3. Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
4. Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
2. Pelaksanaan percobaan
 Mencit dibagi menjadi 5 kelompok
 Mencit ditimbang berat badan masing-masing dan diberikan tanda
pada hewan uji
 Pembagian perlakuan uji:
 kelompok 1 : kelompok normal hanya diberikan makan normal
saja
 Kelompok 2 : kelompok negative hewan uji diberikan
penginduksi kondisi asma tanpa diberikan pengobatan
 Kelompok 3 : kelompok 3 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara oral
 Kelompok 4 : kelompok 4 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara intra
peritoneal
 Kelompok 5: hewan uji diberikan penginduksi kondisi asma,
kemudian diberikan zat ujinya secara intra vena
 Pengujian dilakukan lebih kurang 2 jam

14 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
 Kemudian dilakukan pengambilan darah untuk melihat kadar obat
didalam darah hewan dengan menggunakan alat spektofotomer
 Hewan dikorban kan untuk melihat kodisi organ tubuh hewan tersebut

5. TUGAS/PENGAMATAN
Hasil pengukuran kadar obat dalam darah
Kadar Obat
Waktu Sampling
Per oral iv ip

Kondisi patofisiologi hewan uji


Kodisi hewan
Hewan
P .oral iv ip

6. PERTANYAAN
a) Jelaskan macam-macam metode pengujian asma
b) Bagaimana cara menginduksi asma

7. REFERENSI
1. Alfarra HY, Omar MN. (2013). Centella asiatica: from folk remedy to the medicinal
biotechnology-a state revision. International Journal of Biosciences. 3(6): 49-67.

2. Amit K, Vandana V. (2013). Medicinal properties of Acorus calamus. Journal of Drug Delivery
& Therapeutics. 3(3): 143-144.

3. Bhavna D, Jyoti K. (2011). Centella asiatica: the elixir of life. International Journal of Research
in Ayurveda and Pharmacy. 2(2): 431-438.

15 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
PERCOBAAN KE-3

OBAT BATUK (ANTITUSIF) PADA HEWAN UJI


1. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai:
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis zat uji manusia
ke mencit
b. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi zat uji
c. Mahasiswa mampu mengetahui metode pengujian obat batuk (antitusif)
dengan metode rinsip dari metode uji antitusif ini adalah mencit diinduksi
dengan sulfur dioksida (SO2) untuk menstimulasi batuk.

2. DASAR TEORI
Batuk merupakan suatu reflex pertahanan tubuh dari masuknya benda
asing pada saluran pernafasan. Refleks batuk dimulai dengan aktifnya reseptor
rangsangan batuk yang dapat diaktifkan dengan stimulus mekanis yaitu serabut
maupun stimulus kimiawi yaitu reseptor serabut C. Walaupun disebut sebagai
mekanisme pertahanan tubuh, namun apabila batuk terjadi berlebihan malah akan
mengganggu aktivitas dari penderita. Pemanfaaatan menggunakan bahan alam
sebagai alternatif pengobatan penggunaaannnya mulai meningkat. Salah satu
pemanfaatannya adalah sebagai obat batuk.
Tenggorokan dan saluran napas dilengkapi saraf yang merasakan jika terdapat
bahan atau zat yang menggangggu. Kondisi ini menstimulasi saraf
untuk mengirim sinyal pada otak, yang selanjutnya direspons otak dengan
mengirim kembali sinyal untuk mengeluarkan zat tersebut dengan batuk.
batuk juga disertai dengan gejala lain, seperti: Pilek, Demam, Lemas, Nyeri
tenggorokan, Sulit menelan atau batuk saat menelan, Mengi atau bengek dan
Sesak napas.
Prinsip dari metode uji antitusif ini adalah mencit diinduksi dengan sulfur
dioksida (SO2) untuk menstimulasi batuk. Sediaan uji diberikan untuk
melawan batuk akibat induksi SO2 pada hewan coba. satu jam setelah
perlakuan mencit diinduksi batuk dengan gas SO2.

16 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
3. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan :


Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas, gekas
ukur, timbangan, stopwatch, toples
Bahan : alkohol 70%, mencit, Ambroxol, Na CMC, aquadest,
dextromethorphan tab, larutan natrium hidrogen sulfit (NaHSO3)
4. PROSEDUR KERJA
Cara kerja :
 Pembuatan Na CMC 1%
 Panaskan 200 ml air hingga mendidih
 Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
 Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
 Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 mL
 Penginduksi kondisi batuk pada hewan uji
 Induksi batuk dilakukan dengan memasukkan mencit ke dalam
sebuah desikator yang di bawahnya diletakkan tabung yang
berisi 2mL larutan natrium hidrogen sulfit (NaHSO3) 500
mg/mL dalam akuabides.
 Di atas tabung dalam desikator diletakkan plat berlubang dari
proselin untuk menempatkan hewan coba
 Ke dalam tabung yang berisi larutan NaHSO3 ditambahkan
0,2mL asam sulfat (H2SO4) untuk menghasilkan gas SO2.
 Reaksi NaHSO3 dengan H2SO4 untuk menghasilkan gas SO2.
Frekuensi batuk yang terjadi pada mencit akibat induksi SO2
diamati selama 5 menit.Pelaksanaan percobaan
 Mencit dibagi menjadi 4 kelompok
 kelompok 1 : kelompok normal hanya diberikan makan normal
saja
 Kelompok 2 : kelompok negative hewan uji diberikan
penginduksi kondisi batuk tanpa diberikan pengobatan
 Kelompok 3 : kelompok 3 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi batuk, kemudian diberikan zat ujinya secara oral
 Kelompok 4 : kelompok 4 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara intra
peritoneal
 Kelompok 5: hewan uji diberikan penginduksi kondisi asma,
kemudian diberikan zat ujinya secara intra vena
 Mencit ditimbang berat badan masing-masing
 Mencit (onset) dan (durasi) hewan batuk
 Melihat frekuensi batuk Selma 2 jam setelah pemberian zat uji.

5. TUGAS/PENGAMATAN

17 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
NO Kelompok Sebelum Setelah

6. PERTANYAAN
1. Jelaskan macam-macam batuk
2. Jelaskan metode pengujian batuk

7. REFERENSI
1. Septiyaningsih, Dkk. 2017 Uji Aktivitas Antitusif Dan Uji Toksisitas Akut Oral
Sediaan Sirup Obat Batuk Poliherbal Pada Hewan Uji Yang Diinduksi Batuk

18 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
PERCOBAAN KE-4

ANTIHISTAMIN PADA HEWAN UJI

1. TUJUAN PRAKTIKUM :
Setelah menyelesaikan praktek ini maka mahasiswa memiliki
kemampuan menguasai
a. Mahasiswa mampu menguasai perhitungan konversi dosis asam mefenamat
manusia ke mencit
b. Mahasiswa mampu menguasai onset dan durasi lorratadin pada mencit

2. DASAR TEORI
Reaksi alergi atau hipersensitivitas merupakan reaktivitas khusus dari
kepekaan host terhadap suatu alergen berdasarkan proses imunologi yang timbul
pada kontak ke dua atau berikutnya1. Alergi merupakan kondisi kronis dengan
keterlibatan sistemik yang dapat menyebabkan disfungsi kekebalan tubuh dan
mendasari timbulnya penyakit tidak menular lainnya .
Pengujian ini menggunakan metode Sensitisasi ovalbumin menggunakan
suspensi 0,1% ovalbumin dalam Al(OH)3 10% sebagai adjuvant yang dilarutkan
dalam akuades. Pemberian ovalbumin secara subkutan dengan volume 0,5 ml/200
gramBB tikus putih di belakang leher. Induksi ovalbumin dilakukan setiap 2 hari.
3. ALAT DAN BAHAN :

Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas, gekas
ukur, timbangan, stopwatch
Bahan : alkohol 70%, mencit, loratadin, Na CMC, aquadest, ovalbumin,
cetirizine dosis 0,042 mg/20 g BB)

4. PROSEDUR KERJA
 Pembuatan Na CMC 1%
 Panaskan 200 ml air hingga mendidih
 Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
 Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
 Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml
Pelaksanaan percobaan
 Mencit dibagi menjadi 5 kelompok

19 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
 Mencit ditimbang berat badan masing-masing dan diberikan tanda
pada hewan uji
 Pembagian perlakuan uji:
 kelompok 1 : kelompok normal hanya diberikan makan normal
saja
 Kelompok 2 : kelompok negative hewan uji diberikan
penginduksi kondisi asma tanpa diberikan pengobatan
 Kelompok 3 : kelompok 3 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara oral
 Kelompok 4 : kelompok 4 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara intra
peritoneal
 Kelompok 5: hewan uji diberikan penginduksi kondisi asma,
kemudian diberikan zat ujinya secara intra vena
 Pengujian dilakukan lebih kurang 1 jam
 efek penurunan reaksi alergi yang diukur melalui pengamatan dan
perhitungan rata-rata jumlah garuk hewan uji. Pengamatan garuk
dilakukan pada lokasi induksi ovalbumin selama satu jam
 Kemudian dilakukan pengambilan darah untuk melihat kadar obat
didalam darah hewan dengan menggunakan alat spektofotomer

5. TUGAS/ PENGAMATAN

No Kelompok hewan Jumlah garuk

6. PERTANYAAN

1 Jelaskan macam-macam antihistamin


2 Jelaskan metode pengujian antihistamin

7. REFERENSI
1. Wahyu Tri dkk, Efek Antihistamin Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) dengan Diinduksi Ovalbumin Wahyu Tri
Kawuri1 , Ratih Dewi Yudhani2 , Novan Adi Setyawan
2. Siska, dkk. Ekstrak Etanol 70% Buah Stroberi pada Mencit Jantan yang
Diinduksi Ovalbumin

20 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
PERCOBAAN KE-5
ANTIINFLAMASI PADA HEWAN UJI

1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa mengetahui cara menghitung konversi dosis manusia ke
mencit
b. Mahasiswa mengetahui onset dan durasi serta perbedaan pada kelompok
yang diberikan obat tunggal dan pada kelompok yang diberikan secara
kombinasi
c. Mahasiswa mengetahui apakah terjadi inhibisi atau induksi enzim pada
pemberian kombinasi obat

2. Dasar Teori
inflamasi merupakan suatu respon dari tubuh terhadap adanya cedera maupun
infeksi. Saat terjadi cedera, tubuh akan berusaha menetralisir dan
mengeliminasi agen-agen berbahaya dari tubuh serta melakukan persiapan
untuk perbaikan jaringan (Sherwood, 2001). Adanya proses inflamasi ditandai
ciri yang khas, yaitu timbulnya warna kemerahan, pembengkakan di daerah
peradangan, rasa panas, dan timbulnya rasa nyeri (Corwin, 2008). Inflamasi
dapat diatasi dengan menggunakan anti-inflamasi, salah satunya yaitu golongan
anti-inflamasi non steroid (AINS). AINS merupakan obat sintetik dengan
struktur kimia heterogen. Namun penggunaan AINS dapat menimbulkan efek
samping pada saluran cerna (Lelo dan Hidayat, 2004). Adanya efek samping
yang cukup serius dalam penggunaan AINS ini, maka dicarilah sumber
alternatif lain untuk digunakan pada terapi inflamasi. Sebagai salah satu pilihan
yang banyak digunakan dalam masyarakat adalah penggunaan tanaman obat
yang dinilai lebih aman dan lebih mudah dijangkau oleh masyarakat (Umar,
2011). Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan obat adalah
kemangi (Ocimum americanum L.) yang diduga memiliki efek sebagai
antiinflamasi.
Penelitian ini menggunakan metode Winter yang dimodifikasi dengan cara
menyuntikan larutan karagenan secara subplantar. Pengukuran volume udem
pada telapak kaki tikus diukur dengan alat yang bekerja berdasarkan hukum

21 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
Archimedes yaitu pletismometer. Aktivitas anti-inflamasi bahan uji ditunjukan
oleh kemampuannya dalam mengurangi udem yang diakibatkan induksi
karagenan pada telapak kaki hewan uji (Kelompok Kerja Ilmiah, 1983).

3. ALAT DAN BAHAN :


Alat : spuit 1cc, spuit sonde, kapas, kandang mencit, beaker gelas, gelas
ukur, timbangan, stopwatch, pletismometer
Bahan : alkohol 70%, mencit, Na CMC, aquadest, karagenan Volume 0,2
mL karagenan 2%, kontrol positif diberikan natrium diklofenak dosis 27 mg/
200 g BB

4. PROSEDUR KERJA
a. Pembuatan larutan CMC Na 1%
a) Panaskan 200 ml air hingga mendidih
b) Timbang Na CMC sebanyak 1 gram
c) Tambahkan 50 ml air panas pada Na CMC dan aduk hingga
homogen
d) Tambahkan air panas sedikit demi sedikit hingga volume 100 ml

b. Pelaksanaan praktikum
a) Mencit dibagi menjadi 5 kelompok
 kelompok 1 : kelompok normal hanya diberikan makan
normal saja
 Kelompok 2 : kelompok negative hewan uji diberikan
penginduksi karagenan tanpa diberikan pengobatan
 Kelompok 3 : kelompok 3 hewan uji diberikan penginduksi
karagenan, kemudian diberikan zat ujinya secara
oral
 Kelompok 4 : kelompok 4 hewan uji diberikan penginduksi
kondisi asma, kemudian diberikan zat ujinya secara
intra peritoneal
 Kelompok 5: hewan uji diberikan penginduksi karagenan,
kemudian diberikan zat ujinya secara intra vena
b) Mencit ditimbang berat badan masing-masing
c) Kaki kiri belakang tikus yang akan diinduksi diberi tanda pada mata kaki
kemudian diukur volume kaki sebelum perlakuan
d) Diukur sebelum dan sesudah perlakukan

22 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I
5. TUGAS/PENGAMATAN
No Hewan Sebelum Sesudah

6. PERTANYAAN
1. Jelaskan macam-macam antiinflamasi
2. Jelaskan metode pengujian antiinflamasi

7. REFERENSI
1. Chany Saputri1, dkk. Uji Aktivitas Anti-Inflamasi Minyak Atsiri Daun
Kemangi (Ocimum americanum L.) pada Tikus Putih Jantan yang
Diinduksi Karagenan. Universitas Indonesia, Depok. 16424
2. Devy Angreani, dkk AKTIVITAS ANTI-INFLAMASI EKSTRAK
ETANOL TEPUNG PELEPAH AREN (Arenga pinnanta) Chem. Prog.
Vol. 13. No. 2, November 2020

23 | M o d u l P r a k t i k u m F a r m a k o l o g i I I

Anda mungkin juga menyukai