Anda di halaman 1dari 40

Kelarutan

By: Imam Prabowo, M.Farm., Apt.


Beberapa terminologi

Larutan • Zat terlarut berada pada kesetimbangan dengan


pelarut
jenuh
• Konsentrasi solute dalam larutan jenuh pada suhu

Kelarutan tertentu atau dalam aspek kualitatif dapat didefinisikan


sebagai interaksi spontan dua atau lebih bahan untuk
membentuk disperse molecular homogen
Tabel Kelarutan menurut USP
Pelarut Polar
• Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut;
yaitu dipol momennya
• Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lain
• Hildebrand  kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hydrogen lebih
merupakan factor yang jauh lbh berpengaruh dibandingkan dengan
polaritas yang direfleksikan dalam dipol momen yang lebih tinggi
• Nitrobenzena dipol momen 4,2 x 10-18 esu cm
• fenol hanya 1,7 x 10-18 esu cm
• Nitrobenzena hanya larut 0,0155 mol/Kg sedangkan fenol larut 0,95
mol/Kg dalam air
Gambar interaksi molekul air
dengan beberapa gugus
Air melarutkan fenol, alcohol, aldehid, keton, amina dan
senyawa lain yang mengandung oksigen dan nitrogen yang
dapat membentuk ikatan hydrogen dalam air

Perbedaan sifat keasaman dan kebasaan dari konstituen


dalam hal donor akseptor electron lewis juga memberi
andil untuk interaksi spesifik dalam larutan

Faktor lain: bergantung pada gambaran struktur seperti


perbandingan gugus polar thd gugus nonpolar dari molekul
 smakin panjang rantai alifatik thd golongan alcohol 
semakin sulit larut dalam air
Mekanisme Pelarut Polar (seperti
air):
• Disebabkan karena tingginya tetapan dielektrik yaitu sekitar 80 untuk
air  pelarut polar mengurangi gaya Tarik menarik antara ion dalam
Kristal yang bermuatan berlawanan seperti natrium klorida (kloroform
mempunya tetapan dielektrik 5 dan benzene 1 oleh karena itu
senyawa ion tidak larut dalam pelarut ini
• Pelarut polar memecahkan ikatan kovalen dari elektrolit kuat dgn
reaksi asam basa karena pelarut ini amfiprotik, sebagai contoh air
menyebabkan ionisasi HCl sbg berikut : HCl + H2O  H3O+ + Cl-
• Pelarut polar mampu mengsolvasi molekul dan ion dengan adanya
gaya interaksi dipol  terutama pembentukan ikatan hidrogen
Asam organic lemak keliahatannya tidak akan terionisasi dengan air 
dikenal dgn kelarutan parsial  meanwhile asam karboksilat larut dalam
basa kuat begitupun dgn fenol
Pelarut non polar
• Melarutkan solute non polar dengan tekanan dalam yang sama
melalui interaksi dipol induksi
• Molekul solute berada dalam larutan oleh gaya lemah van der
waals-London
• Minyak dan lemak larut dalam CCl4, benzene dan minyak mineral.
Basa alkaloid dan asam lemak larut pula di dalam solven nonpolar
Pelarut semipolar
• Keton dan alcohol dapat menginduksi derajat polaritas dalam molekul
solven nonpolar  benzene yang terpolarisasi menjadi larut dalam
alcohol
• Senyawa semipolar dapat berlaku sebagai solven perantara
(intermediate solvent) untuk bercampurnya cairan polar dan nonpolar
• Aseton meningkatkan kelarutan eter dalam air, propilenglikol
menambahkan kelarutan campuran air dengan minyak permen dan
air dengan benzyl benzoat
Kelarutan zat padat dalam cair dipengaruhi oleh:
Temperatur

Penambahan zat terlarut lain

Polaritas pelarut

Konstanta dielektrik pelarut

pH Larutan

Ukuran partikel

Ukuran molekul

polimorfisme
Pengaruh Temperatur
• Temperatur dapat meningkatkan kelarutan zat padat terutama
kelarutan garam dalam air, sedangkan kelarutan senyawa nonpolar
hanya sedikit sekali yang dipengaruhi temperature
• Reaksi eksoterm-endoterm  ΔH  panas pelarutan parsial panas
yang diabsorbsi permol bila sejumlah kecil zat terlarut ditambahkan
dalam sejumlah besar pelarut
• ΔH(larutan) = ΔH(sublimasi) – ΔH(hidrasi)
• Sebagian besar garam memiliki kelarutan yang besar dalam air panas
 beberapa garam memiliki panas pelarutan negative (eksotermik)
dan kelarutannya akan menurun dengan meningkatnya teratur
Kelarutan garam sebagai fungsi dari
temperatur
Pengaruh penambahan zat lain
• Penambahan ion sejenis
• Apabila elektrolit sukar larut dilarutkan untuk membentuk larutan jenuh, kelarutan digambarkan
sebagai Ksp
• Kelarutan menurun dengan adanya ion sejenis, meningkat dengan penambahan ion tidak sejenis
• Penambahan surfaktan
• Surfaktan merupakan molekul ampifilik  kepala polar, ekor nonpolar
• Pada konsentrasi rendah dalam larutan berada pada permukaan atau antar muka larutan dan
memberikan efek penurunan tegangan permukaan
• Pada konsentrasi di atas konsentrasi misel kritis (KMK) membentuk misel (agregat koloid) yang
berperan dalam proses solubilisasi miselar
• Solubilisasi miselar  suatu pelarutan spontan yang terjadi pada molekul zat yang sukar larut dalam
air melalui interaksi yang reversible dengan misel dari surfaktan dalam larutan sehingga terbentuk
suatu larutan yang stabil secara termodinamika
• Konsentrasi surfaktan >=KMK
• Misel: sebuah kumpulan molekul surfaktan yang terdispersi dalam
koloid cair (Leibler, Orland, dan Wheeler, 1983)  suatu kumpulan
dengan kepala gugus hidrofilik bersinggungan dengan solven yang
mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik didalam pusat
misel
Pengaruh pH
• Kelarutan senyawa yang larut di dalam air sangat dipengaruhi oleh pH
sedangkan kelarutan senyawa non elektrolit yang tidak terionisasi
dalam air hanya sedikit dipengaruhi oleh pH
• Untuk senyawa yang terionisasi seperti asam karboksilat  kelarutan
merupakan fungsi dari pH
• pH = pKa + log (A-/HA)
• Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa asam lemah
dan penurunan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa basa
lemah
Pengaruh polaritas pelarut
• Sudah jelas “Like Dissolves Like”
Pengaruh konstanta dielektrik
• Senyawa hidrofobik >> kelarutannya dengan adanya perubahan konstanta
dielektrik pelarut yang dilakukan dengan +kosolven
• Konstanta dielektrik dari suatu system pelarut campur/kosolven adalah jumlah
hasil perkalian fraksi pelarut dengan konstanta dgn konstanta dielektrik
masing-masing pelarut dari system pelarut campur
• Contoh: konstanta dielektrik air 80 (1000 ml)
konstanta dielektrik etanol 30 (200 ml)
Konstanta dielektrik camp = (1000 ml/1200 ml x 80) + (200ml/1200 ml x 30)
= 66,67+ 5
= 71,67
Pengaruh Ukuran partikel
• Ukuran partikel dapat mempengaruhi kelarutan  semakin kecil partikel  rasio antara luas
permukaan dan volume meningkat  meningkatnya luas permukaan  interaksi solute dan solvent
lbh besar
• Dapat tergambar dalam persamaan berikut:
• Log S/S0 = 2 ϒ V/2,303 RTr
• S = kelarutan partikel halus
• So = kelarutan dari zat padat yang terdiri dari partikel-partikel besar
• R = 8,314 x 107 erg/K.mol atau 0,0821 liter.atm/K.mol
• T = temperature mutlak (K)
• r= ukuran jari-jari partikel dlm cm
• V = volume molar (volume dalam cm3 per mol partikel)
• ϒ = tegangan permukaan partikel
• Dalam sisi kimia organic  jumlah cabang yang lebih banyak akan memperkecil ukuran molekul 
mempermudah proses pelarutan oleh molekul pelarut
Contoh soal
• Suatu zat padat diperkecil sedemikian rupa hingga kelarutannya naik
10% yaitu S/So = 1,10. berapakah ukuran partikel yang seharusnya
dengan menganggap tegangan permukaan zat padat adalah 100
dyne/cm dan volume permol ada;ah 50 cm3? Suhu 27oC
Pengaruh polimorfisme
• Polimorfisme adalah kemampuan suatu senyawa untuk terkristalisasi
menjadi lebih dari satu jenis bentuk Kristal
• Perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain adalah reversible, proses
ini disebut enantiotropik
• Bentuk polimer dapat mempengaruhi warna, kekerasan, kelarutan,
titik leleh dan sifat2 senyawa
• Karena titik leleh merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
kelarutan  polimorf akan memiliki kelarutan yang berbeda
Kelarutan gas dalam cairan
Kelarutan gas dalam cairan  konsentrasi gas yang terlarut
saat berada dalam kesetimbangan gas murni di atas larutan

• Kelarutan tergantung pada:


• Tekanan: tekanan gas di atas cairan naik maka kelarutan bertambah
• Suhu: suhu naik kelarutan gas turun
• Adanya garam: penambahan garam elektrolit membebaskan gas terlarut
• Reaksi kimia: gas tertentu karena memberikan reaksi kimia yang kelarutannya menjadi > co/ hidroklorida,
ammonia dan karbondioksida
• Hukum henry:
• C2 = σ p
• C2 = konsentrasi gas terlarut dalam gram/l solven
• P = tekanan parsial gas tak terlarut dlm mm
• σ = koefisien kelarutan
• Kelarutan gas dalam cairan dpt dinyatakan jg dengan σ atau oleh koefisien serapan Bunsen α
(volume gas dalam liter yang larut dalam 1 liter solven pada tekanan parsial 1 atm , suhu
tertentu = α = v gas dlm STP/v larutan)
Koefisien Bunsen untuk beberapa
gas dalam air pada 0oC dan 25oC
α
Gas 0oC 25oC
H2 0,0215 0,0175
N2 0,0235 0,0143
O2 0,0478 0,0284
CO2 1,713 0,759
Contoh soal
• Bila 0,0160 g oksigen dilarutkan dalam 1 liter air pada 25oC pd
tekanan oksigen 300 mmHg. Hitunglah a. σ b. Α
• (lanjutan dari soal di atas) Berapa gram oksigen dapat dilarutkan
dalam 250 ml larutan air jika tekanan total di atas campuran 760
mmHg?tekanan parsial oksigen dalam larutan adalah 0,263 atm, dan
suhu 25oC?
Kelarutan zat pada dalam cairan
Larutan ideal
• Tergantung : suhu, titik leleh zat padat, dan kalor lebur molar ΔHf yaitu kalor
(panas) yang diserap ketika zat padat meleleh
• Dalam larutan ideal, kalor larutan sama dengan kalor lebur yang dianggap
tetap tidak bergantung pada suhu
• -log X2i = (ΔHf/2,303R) x ((To-T)/TTo))
• X2i =kelarutan ideal solute dinyatakan dalam fraksi mol
• To = titik leleh solute padat dalam derajat mutlak
• Persamaan di atas dpt ditulis sbg berikut:
• -log X2i = (ΔHf/2,303R) . (1/T) + konstanta
• R = 1,987 Kal/K.mol
Contoh soal
• Berapa kelarutan naftalena pada 20oC dalam larutan ideal?titik leleh
naftalena adalah 80oC dan kalor leburnya 4500 Kal/mol
Kelarutan zat pada dalam cairan
Larutan nonideal
• Aktivitas solute dalam larutan:
• a2 = X2.γ2 (γ2 = koefisien aktivitas rasional)
• Log a2 = log X2 + log γ2
• Dalam larutan ideal karena γ2=1  a2 = X2i
• -log a2 = - log X2i = (ΔHf/2,303R) x ((To-T)/TTo))
• -log X2 = (ΔHf/2,303R) x ((To-T)/TTo)) + log γ2 (persm 13)
• Suku log γ2 pada persamaan = pertimbangan gaya atraksi intermolekuler
yang harus diatasi/usaha (kerja) yang harus dilakukan dalam memindahkan
molekul dari fase solute (zat terlarut) dan menyimpannya dalam solven
(pelarut)
Proses pemindahan molekul
tersebut terjadi dlm 3 tahap

Pemindahan molekul dari


Pembentukan lubang dalam Molekul solute ditempatkan
fase solute pada suhu
solven yang cukup besar dalam lubang solven, dan
tertentu. Penerimaan
agar dapat menerima usaha yang diperoleh atau
energy potensial/usaha
molekul solute  usaha = penurunan energy potensial
netto untuk proses tsb =
W11 = W12
W22

Usaha total = W22+W11-W12


Scatchard, Hildebrand dan Wood  koefisien keaktifan
sebanding dgn volume zat terlarut yg dianggap sbg
cairan supercooled dan thd volume total yang
ditempati oleh pelarut
• ln γ2 = (ω22 + ω11 – 2 ω12). V2Φ12/RT (pers 14)
• V2 = volume molar/volume permol zat terlarut cair (lewat dingin)
• Φ1 = volume fraksi pelarut = X1V1/((X1V1)+(X2V2))
• R = tetapan gas 1,987 kal/K.mol
• T = temperature mutlak larutan
• Simbol w dalam persamaan 14 adalah energy potensial atau symbol
yang menyatakan gaya Tarik menarik  karena gaya van deer waals
antara molekul-molekul mengikuti aturan geometri rata2 (w12) dpt
dianggap kira2 sma dengan geometri rata-rata pelarut dan zat terlarut
 interaksi antara molekul2 yg berbeda adalah sama dgn akar
kuadrat hasil kali Tarik menarik antara molekul sejenis =
• w12 = √(w11.w22) (pers 15)
• ln γ2 = (ω11-2 √(w11.w22)+w22). V2Φ12/RT (pers 16) kemudian
karena terlihat seperti persamaan kuadrat:
• ln γ2 = (√ω11- √w22)2. V2Φ12/RT (persamaan 17)
• √w = parameter kelarutan dan ditunjukkan oleh δ1 dan δ2 untuk
pelarut dan zat terlarut  pers 17 dituliskan dalam bentuk log 
• log γ2 = (δ1- δ2)2. V2Φ12/2,303RT (persm 18)
• Dalam larutan encer, volume fraksi mendekati 1 dan Φ12 dpt
diabaikan
• Substitusi persm 18 ke persm 13 yaitu:
• -log X2 = (ΔHf/2,303R) x ((To-T)/TTo)) + (δ1- δ2)2. V2Φ12/2,303RT (persm 19)
• Jika R diganti 1,987 kal/mol K dan T = 298 K/25oC maka akan diperoleh:
• -log X2 = (ΔHf/1364) x ((To-298)/TTo)) + (δ1- δ2)2. V2Φ12/1364
• Parameter kelarutan yang menyatakan kohesi antara molekul sejenis dpt
dhitung dari panas penguapan, tekanan dalam, tegangan permukaan,
dan sifat-sifat lain
• Panas penguapan dalam hub nya dengan volume molar zat  apabila
pada temperature yang diinginkan  untuk perhitungan parameter
kelarutan  akar kuadrat dari tekanan dalam
• δ = √((ΔHv – RT)/Vt)
• ΔHv = panas penguapan
• Vt = volume molar senyawa cair pada temperature yang diinginkan
• R = tetapan gas
• T = temperature mutlak
• Jika zat terlarut pada temperature ini adalah padat  volume molarnya
harus diperoleh pada temperature yang lbh tinggi pada zat itu
berbentuk cair (yaitu pada temperature di atas titik leleh)
Contoh soal
• Hitung parameter kelarutan iodium dan kemudian tentukan fraksi mol
dan kelarutan molal dari iodium dalam karbondisulfida pada 25oC.
Berapakah koefisien keaktifan zat terlarut dalam larutan?panas
penguapan cairan iodium diekstrapolasikan ke 25oC adalah 11,493
kal/mol, panas peleburan ΔHf sekitar 3600 kal pada 25oC, titik leleh
iodium 113oC dan volume molarnya V2 adalah 59 cm3 pada 25oC.
Parameter kelarutan karbondisulfida adalah 10
Pengaruh surfaktan
• Untuk molekul yang bersifat asam:
• DT = (D) Ka(H+)/(H+)
• DT/DT* = 1 + (M) [(H+)K’ + Ka.K”]/Ka+(H+)
• DT = kelarutan obat total dalam larutan pH tertentu dan tanpa adanya surfaktan
• (D) = konsentrasi asam tak terionisasi
• DT = kelarutan total obat dengan adanya surfaktan
• (H+) = konsentrasi ion hydrogen
• (M) = fraksi volume surfaktan yang berada dalam misel
• K’ = koefisien partisi molekul obat
• K” = koefisien partisi bentuk anion
• Untuk basa lemah:
• (D) = DT*[Ka/Ka+(H+)]
• (D+) = DT*[(H+)/Ka+(H+)]
• DT/DT*= 1 + (M) [Ka K’ + (H+).K”]/Ka+(H+)
Contoh soal
• Hitung kelarutan sulfisoxazol pada 25oC dalam:
• (a) dapar pH 6,0;
• (b) pada dapar pH 6,0 yang mengandung 4% volume (yaitu fraksi
volume 0,04) polisorbat 80 (tween 80).
• Kelarutan sulfisoksazol tidak terionisasi dalam air pada 25oC adalah
0,15 g/liter, Ka nya = 7,6 x 10-6 dan koefisien distribusi nyata untuk
molekul obat, K’, dan anionnya K”, di antara misel polisorbat 80 dan
air adalah 79 dan 15. (K’ dan K” adalah tetapan tanpa dimensi)
Contoh soal
• Kelarutan dalam air dari prokain basa pada 24oC adalah 5 g/liter, Ka
nya 1,4 x 10-9 dan koefisien distribusinya untuk basa molekuler
adalah K’ = 30, untuk asam kationiknya, K” = 7,0. hitung kelarutan
prokain dalam:
• (a). dapar pH 7,40
• (b) dapar pH 7,4 yang mengandung polisorbat 80 3% b/v
Distribusi solute di antara pelarut
tak campur
• C1/C2 = K
• K = rasio distribusi/koefisien distribusi/koefisien partisi
• C1 = konsentrasi kesetimbangan zat dalam solven 1
• C2 = konsentrasi zat dalam solven 2
Contoh soal:
• Distribusi asam borat dalam air dan amil alcohol pada 25oC,
menunjukkan konsentrasi asam borat dalam air = 0,051 mol/liter dan
amil alcohol 0,0155 mol/l. hitung koefisien distribusinya!

Anda mungkin juga menyukai