Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak kejadian – kejadian alam yang kurang kita perhatikan akan tetapi fenomena-
fenomena tersbut mempunyai hubungan dengan adanya tegangan permukaan. Sering terlihat
peristiwa-peristiwa alam yang tidak diperhatikan dengan teliti misalnya Jarum yang diletakan
Pada permukaan air. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya gaya-gaya yang bekerja pada
permukaan zat cair atau pada batas antara zat cair dengan bahan lain.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida)
yang berada pada keadaan diam (statis).Suatu molekul dalam fase cair dapat dianggap secara
sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama
ke semua arah. Gejala ini yang disebut dengan tegangan permukaan.Tegangan permukaan atau
tegangan bidang batas adalah gaya yang terdapat pada setiap bidang batas antara dua media
berusaha memperkecil luas bidang itu, oleh karena itu permukaan zat cair kenderung kemenahan
usaha perluasan permukaan dan karena itu tegangan permukaan dapat didefenisikan dengan gaya
yang terdapat pada setiap bidang bahan yang menahan perluasan permukaan.
Kita sering membuat perbedaan antara tegangan permukaan dengan tegangan bidang batas,
dengan tegangan permukaan dimaksudkan tegangan pada permukaan cairan yang berbatasan
dengan udara, sedangkan istilah yang kedua dimaksudkan gaya bekerja pada bidang batas antara
dua cairan yang tidak berbaur dan untuk memperoleh sekedar gambaran mengenai perbandingan
gaya intrermolekul.
Tegangan permukaan merupakan penjelmaan dari pada interaksi gaya intermolekul yang
timbul akibat molekul-molekul yang terdapat pada bidang batas itu tidak dikelilingi secara
sistematik oleh molekul yang lainnya. Tidak seperti halnya dengan molekul-molekul yang
terdapat ditengah-tengan fasa suatu materi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud tegangan permukaan zat cair?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan zat cair?
3. Apakah contoh tegangan permukaan zat cair pada obat atau bahan obat ?
4. Bagaimana pengaruh surfaktan terhadap tegangan permukaan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tegangan permukaan zat cair.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan zat cair.
3. Mengetahui contoh tegangan permukaan zat cair pada obat atau bahan obat.
4. Mengetahui pengaruh surfaktan terhadap tegangan permukaan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.1 Definisi Tegangan Permukaan


Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus diberikan sejajar
pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini tegangan permukaan
mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. Hal ini analog dengan keadaan yang terjadi bila
suatu objek yang menggantung dipinggir jurang pada seutas tali ditarik ke atas oleh seseorang
memegang tali tersebut dan berjalan menjauhi seutas tali. (Martin, 1990).
Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastic. Selain itu,
tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk
selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat
seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru.
Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di permukaannya.
Seperti silet, berat silet menyebabkan permukaan zat cair sedikit melengkung ke bawah tampak
silet itu berada. Lengkungan itu memperluas permukaan zat cair namun zat cair dengan tegangan
permukaannya berusaha mempertahankan luas permukaan-nya sekecil mungkin.
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida)
yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya F
persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setia garis di permukaan fluida.
Tegangan antar muka adalah gaya persatuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua
fase cair yang tidak bercampur. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari pada tegangan
permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak bercampur lebih besar dari pada adhesi
antara cairan dan udara (Hamid.2010).
Tegangan permukaan bervariasi antar berbagai cairan. Air memiliki tegangan permukaan
yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk karena air membentuk droplet, misalnya
tetesan air hujan pada kaca depan mobil. Permukaan air membentuk suatu lapisan yang cukup
kuat sehingga beberapa seranga dapat berjalan diatasnya (suminar, 2001)
2.1.2. Macam-macam Metoda yang digunakan dalam Tegangan Permukaan
Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain
(Kosman dkk, 2005);
1. Metode cincin de-Nouy
Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan antar
permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa gaya yang
dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan antar muka. Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam hal
ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne.
2. Metode kenaikan kapiler
Metode ini hanya digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair dan tidak dapat
digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair yang tidak bercampur. Bila
pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, maka zat tersebut akan naik ke dalam pipa
sampai gaya gesek ke atas diseimbangkan oleh gaya gravitasi ke bawah akibat berat zat cair.
 Komponen gaya ke atas akibat tegangan permukaan yaitu ;
 Keliling penampang pipa = 2 r
 Sudut kontak antar permukaan zat dengan dinding kapiler =  maka gaya ke atas total = 2 r
cos .

2.1.3 Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan


Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang,
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya
kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih
kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-adesiv berlaku sebaliknya. Salah satu model
peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah pipa
kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut kontak, yaitu
sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding. Sudut kontak ini timbul
akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan gaya tarik-menarik antara
molekul zat yang berbeda (adesi). (Ansel, 1985)
Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan
dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada
molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka
terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam caian.
Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul cairan yang berada
di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah
ke bawah karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di
permukaan cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal
ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis
yang tipis. (Anief, 1993)
Istilah permukaan biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka gas/cair.
Walaupun istilah ini akan dipakai dalam penentuan tegangan permukaan. Karena setiap artikel
zat, apabila itu bakteri, sel, koloid, granul atau manusia, mepunyai suatu antarmuka pada batas
sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting. Tegangan permukaan adalah gaya persatuan
panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, sedangkan tegangan
permukaan adalah gaya persatuan panjang bias juga digambarkan dengan suatu rangka kawat
tiga sisi dimana suatu bidang datar bergerak diletakkan. (Martin, 1990)
Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus polar dan non polar.
Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, maka molekul-
molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan membentuk suatu lapisan monomolekuler.
Bagian gugus polar akan mengarah ke udara. Hal ini mengakibatkan turunnya tegangan
permukaan air. Pada konsentrasi yang lebih tinggi nolekul-molekul surfaktan masuk ke dalam air
membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel ini mulai terbentuk
disebut konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini dicapai maka tegangan permukaan
zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan
dapat ditentukan dengan metode tegangan permukaan. (Kosman, 2006).
Cara yang paling mudah dan sederhana untuk menentukan tegangan permukaan adalah
dengan menggunakan kawat yang dibengkokkan berbenruk huruf U dan kawat kedua CD dengan
panjang l yang dapat digerakkan sepanjang kawat U.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tegangan Permukaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya energy kinetik
molekul
2. Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan.
Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan
akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan membentuk lapisan
monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan
surfaktan.
3. Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung
untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas
sehingga cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari
molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian
non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat
bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat
diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal
dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak
dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik)
adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik)
mengandung gugus hidroksil. (Jatmika, 1998)
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di dalam
molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang
lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air
dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga
mudah menyebar dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya
lebih dominan, maka molekulmolekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak
dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga
mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka
surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical
Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC tercapai.
Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka
menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
monomernya (Genaro, 1990).
Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara obat dan mediumsekaligus
membentuk misel sehingga molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalammedium
(Martinet al., 1993). Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul
membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakaiannya dengan kadar tinggi
sampai Critical Micelle Concentration (CMC) surfaktan diasumsikan mampu berinteraksi
kompleks dengan obat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran
tempat absorbsi obat karena surfaktan dan membranmengandung komponen penyusun yang
sama (Attwood & Florence, 1985;Sudjaswadi,1991).
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkankalarutan
bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan pada konsentrasi
rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju kelarutan obat(Martinet al., 1993).
Sedangkan pada kadar yang lebih tinggi surfaktan akan berkumpul membentuk agregat yang
disebut misel (Shargelet al.,1999)
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
a. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Contohnya
adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam lemak rantai panjang.
b. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya
garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil dimethil
benzil ammonium.
c. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester
gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil
amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina
oksida.
d. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif.
Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.

4. Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya besar, seperti air, maka
tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik
antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
5. Konsentrasi Zat Terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat
larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa
solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.

2.1.5 Manfaat Tegangan Permukaan dalam Dunia Farmasi


1. Dalam mempengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat pada sediaan obat
2. penetrasi molekul melalui membrane biologis
3. pembentukan dan kestabilan emulsi dan dispersi partikel tidak larut dalam media cair untuk
membentuk sediaan suspensi

2.1.6 Contoh pehitungan dan perhitungan dan percobaan tegangan permukaan pada obat atau bahan
obat
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah pipa kapiler, spatula, gelas kimia, timbangan, dan pipet tetes.
Bahan yang digunakan adalah Aquadest, larutan Natrium Lauril Sulfat serta Parafin cair.
b. Prosedur Pecobaan
 Air
1. Diambil air 10 ml dengan menggunakan gelas ukur, dipindahkan pada gelas kimia
2. Diukur tinggi air dengan mistar.
3. Dimasukkan pipa kapiler kedalam air, diukur tinggi air yang naik pada pipa kapiler
 Natrium Lauril Sulfat 0.01 % ; 0,05% ; 0.1%
1. Ditimbang Natrium laurel sulfat masing-masing 0,1 gram, 0.5 gram, dan 1 gram
2. Masing-masing ditambahkan dengan 10 ml air, aduk hingga homogen
3. Diukur tinggi larutan dengan mistar
4. Dimasukkan pipa kapiler kedalam air, diukur tinggi air yang naik pada pipa kapiler
 Parafin Cair
1. Diambil parafin cair 10 ml dengan menggunakan gelas ukur, dipindahkan pada gelas
kimia
2. Diukur tinggi larutan dengan mistar
3. Dimasukkan pipa kapiler kedalam air, diukur tinggi air yang naik pada pipa kapiler

c. Hasil dan Pembahasan

Data Hasil Pengamatan

Tabel 4.1. Air


Nama zat cair Kerapatan Tinggi kenaikan Tegangan muka
Air 1 g/ 1,1 cm 2,69 dyne/cm
Tabel 4.2. Larutan Natrium lauril sulfat 0.01 %
Nama zat cair Kerapatan Tinggi kenaikan Tegangan muka
Natrium lauril sulfat 1,01 g/ 1,3 cm 2,31 dyne/cm
Tabel 4.3. Larutan Natrium lauril sulfat 0.05 %
Nama zat cair Kerapatan Tinggi kenaikan Tegangan muka
Natrium lauril sulfat 1,01 g/ 1,3 cm 2,31 dyne/cm
Tabel 4.4. Larutan Natrium lauril sulfat 0.1 %
Nama zat cair Kerapatan Tinggi kenaikan Tegangan muka
Natrium lauril sulfat 1,01 g/ 1,5 cm 3,7 dyne/cm
Tabel 4.5. Parafin cair
Nama zat cair Kerapatan Tinggi kenaikan Tegangan muka
Parafin cair 0,8 g/ 1,4 cm 5,48 dyne/cm
Pembahasan
Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan permukaan cairan
berkontraksi den benda dalam keadaan tegang. Hal ini disebabkan oleh gaya-gaya tarik yang
tidak seimbang pada antar muka cairan. Gaya ini biasa segera diketahui pada kenaikan cairan
biasa dalam pipa kapilerdan bentuk suatu tetesan kecil cairan. tegangan permukaan merupakan
fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis).
Besarnya tegangan permukaan diperngaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis cairan, suhu, dan,
tekanan, massa jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan. Jika cairan memiliki molekul besar
seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. salah satu factor yang mempengaruhi
besarnya tegangan permukaan adalah massa jenis/ densitas (D), semakin besar densitas berarti
semakin rapat muatan – muatan atau partikel-partiekl dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini
menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan permukaan cairan
tersebut. Hal ini karena partikel yang rapat mempunyai gaya tarik menarik antar partikel yang
kuat. Sebaliknya caiarn yang mempunyai densitas kecil akan mempunyai tegangan permukaan
yang kecil pula.
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat
larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa
solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang
penambahannya kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.
Ada beberapa metoda penentuan tegangan muka, dalam praktikum ini digunakan metoda pipa
kapiler, yaitu mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut kelengkungannya dengan
memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan kedalam permukaan zat cair maka
zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah diperolah, tegangan permukaan air adalah 2,69 dyne/cm,
tegangan permukaan Natrium lauril sulfat 0.01 % adalah 3,21 dyne/cm, Natrium lauril sulfat
0.05 % adalah 3,21 dyne/cm, Natrium lauril sulfat 0,1 % adalah 3,7 dyne/cm dan tegangan
permukaan paraffin cair adalah 5,48 dyne/cm. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan,
tegangan permukaanzat cair yang diamati memiliki hasil yang berbeda-beda. Hal ini terjadi
karena molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul sejenis yang disebut
dengan daya kohesi. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair
akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Semakin tinggi
perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan kedua zat cair itu susah bercampur.
Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik
atau senyawa-senyawa.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa percobaan yang telah dilakukan ternyata mengalami
sedikit penyimpangan dengan data pada literatur. Hal ini mungkin disebabkan beberapa hal,
diantaranya adalah kurang telitian praktikan dalam membaca skala pada pipa kapiler dan kurang
tepatnya konsentrasi larutan yang dibuat.
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang,
sehingga permukaannya seperti ditutupioleh suatu lapisan elastis.
2. Tegangan permukaan dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air.
3. Tegangan permukaan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tegangan permukaan (F)
dan panjang (d) tempat gaya itu bekerja.
Secara matematis, kita tulis:

Rumus Tegangan Permukaan:

γ = F/L

Keterangan:

γ = Tegangan permukaan

F=Gaya tegangan permukaan

l =Panjang kawat

4. Aplikasi konsep tegangan permukaan dalam kehidupan sehari-hari antara lain, mencuci dengan
air panas lebih mudah dan menghasilkan cucian yang lebih bersih, gelembung sabun atau air
berbentuk bulat, dan klip tidak tenggelam dalam air.
4.2 Saran
Dari bahasan yang telah dijelaskan sebaiknya para siswa lebih memperhatikan fenomena-
fenomena alam di sekitar yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat ilmiah. Selain itu, agar
lebih memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan tegangan permukaan, persamaannya,
dan konsepnya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, M. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Adisalamun, Djamuli, M. A., Titiu, C. C. dan Yandra, A. 2012. Adsorbsi Surfaktan Nonionik Askil
Poliglikosida Pada Antar Muka Fluida-Fluida. Vo. 9, No. 1 ISSN: 1412-5064, Banda Aceh
Basuki, A.S. dan Setijo, B. 2003. Buku Panduan Prakituk Kimia Fisika. Universitas Indonesia, Depok.
Bowo, C., Mohammad, H. dan Bambang, M. 2008. Penentuan Kurva Potensi Air Refensi Air Tanah
Laboratorium Dengan Sensor Resistensi dan Kapasitansi. Univesrsitas Jember, Jember.
Brackbill, U. J., Kothe, B. D. dan Zemach, C. 1992. A Kontinum Methel for Modeling Surface Tension
Theoretical Division. Los Alamos National Laboratory. Los Alamos, New Mexico.
Brater, F. E. dan H. W. King. 1976. Handbook of Hidraulics for The Solution of Hidraulic Engineering
Problem. Muray Printing Company and Bound by The Book Press, New York.
Ginting, M. H dan Netti, H. 2002. Tegangan Permukaan dengan Metode Drop Out dan Metode Bubble.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Indarmiati ddan Ernowati, U. F. 2008. Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaaan dengan Induksi
Elektromagnetik. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Munson, R. B., Young, F. D. 2006. Mekanika Fluida. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Nasrudddin, M. N., Juwairiyah., Masthurah. 2013. Fisika Dasar. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Osgouei, A., Haniyeh., Parsfar., Abbas, G., Akbar., Zadeh., Hamed. 2011. Density and Temperature
Depencies of Liquid Surface Tension. Faculty of Chemistry. Sharif University of technology,
Iran.
Rahman, H. 2010. Kajian Eksperemental Wick Screen Nesh dan Sintered Powder Terhadap Kinerja
Heat Pipe. Tesis Fakultas Teknik.Universitas Indonesia, Depok.
Sears, F. W. dan Mark, W. Z. 1962. University Physics in One Volume. Parmouth College, Newyork.
Sophodeousu. 2009. Understanding and Explaining Surface Tension and Capillarity and Introduction to
Fundamental Physics for Water Professional. University of Cansas.
Syofyan. Tuti, A. S. dan Rieke, A. 2013. Pengaruh Kombinasi Surfaktan Natrium Luryl Sulfat dan
Benzalkorium Klorida Terhadap Kelarutan Ibuprofen. Vo. 18, No 1. ISSN: 1410-0177, Padang
Anief, Moh., (1993), “Ilmu Meracik Obat”, UGM Press, Yogyakarta, 129,130.
Anonim. 2013.”Penuntun Farmasi Fisika”. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Ansel, Howard C., (1985), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press, Jakarta
Ditjen POM, 1975.”Farmakope Indonesia edisi III”. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Ditjen POM. 1995.”Farmakope Indonesia Edisi IV”. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Gennaro, A.R. 1990. “Pengetahuan Farmasi Fisika”. Mack Publishing Company, Easton,
Pennsylvania.
Kosman, R. dkk. 2006. “Bahan Ajar Farmasi Fisika”. Universitas Muslim Indonesia.
Makassar
Lachman, L. dkk. 1986. “Teori Praktis Farmasi Fisika”. Third Edition, Lea and Febiger.
Washington Square Philadelphia. USA.
Martin Alfred dkk, 1993. ``Farmasi Fisika``, Edisi III, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Sutrisno. 2011. Tegangan Permukaan. Bumi Aksara, Jakarta.


Triatmodjo, B. 1996. Hidraulika1. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
White, M. F. 1988. Mekanika Fluida. Erlangga, Jakarta
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Kanginan, M. 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wavega. 2009. Tegangan Permukaan, (Online), (http://wavega.wordpress.com/ 2009/08/07/tegangan-
permukaan/, diakses 8 November 2009)

San. 2009. Tegangan Permukaan, (Online). (http://www.gurumuda.com/tegangan-permukaan/, diakses


8 November 2009)

Wavega. 2009. Tegangan Permukaan, (Online), http://wavega.wordpress.com/


2009/08/07/tegangan-permukaan/, diakses 8 November 2009)
San. 2009. Tegangan Permukaan, (Online). (http://www.gurumuda.com/tegangan-permukaan/,
diakses 8 November 2009)
http://www.google.com/search?q=latar+belakang+tegangan+permukaan+air&client=firefox-
a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&hl=en-
US&biw=&bih=&gs_l=&oq=latar+belakang

http://id.wikipedia.org/wiki/deterjen

Anda mungkin juga menyukai