Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem koloid dibentuk dari suspensi fasa terdispersi dalam suatu sistem
pendispersi, dalam sistem ini kedua fasa tidak terpisah. Koloid yang umum adalah
suatu padatan yang tersuspensi dalam suatu cairan, dan ukuran partikel padatan
memiliki diameter antar 10-7 10-5 cm. Partikel padat tersuspensi ini bermuatan
yang akan menimbulkan tolakkan antara partikel tersuspensi sehingga membuat
koloid menjadi lebih stabil. Karena partikel bermuatan, maka akan terbentuk
daerah antarmuka listrik yang memiliki karakteristik seperti suatu elektroda
logam. Fenomena yang berguna untuk mempelajari partikel koloid adalah
fenomena elektrokinetik. Fenomena ini adalah studi tentang pergerakkan fasa
padat yang memiliki beda muatan pada permukaan relative terhadap fasa larutan
yang elektrolit. Bila di berikan beda potensial untuk sistem ini akan mengakibatkan
gerak, dan bila partikel digerakkan maka akan timbul beda potensial.
Efek elektrokinetik muncul karena terjadi gerakkan dari lapisan ion yang
terdapat pada lapisan baur diffusse layer relatif terhadap permukaan padat.
Dapat dimodelkan bahwa lapisan Helmholtz adalah lapisan yang diam dan lapisan
Gouy adalah lapisan yang bergerak. Model ini menggambarkan bahwa terdapat
suatu lapisan permukaan yang bergerak slipping surface yang terdapat pada
lapisan baur. Potensial yang terdapat pada permukaan yang bergeser ini adalah
dikenal sebagai potensial elektrokinetik (electrokinetic potential) atau dikenal juga
dengan potensial zeta.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Adsorpsi Berdasarkan Perbedaan Potensial.
2.2 Fenomena Elektrokinetik dan Koloid
Koloid atau disebut dispersi koloid atau sistem koloid adalah sistem dispersi
yang memiliki ukuran partikel lebih besar dari larutan, tetapi lebih kecil daripada
suspensi. Umumnya koloid mempunyai ukuran partikel sekitar 1 nm-100 nm.
Jenis Koloid berdasarkan ukuran partikel ada 3 sebagai berikut
1. Dispersi Molekuler : Ukuran kurang dari 1,0 nm. Memiliki sifat partikel
tidak terlihat dalam mikroskop elektron, mengalami difusi cepat,dapat
melewati membran semipermeabel dan ultrafiltrasi .
2. Dipersi koloid : Ukuran 0,5m sampai 1,0nm. Memiliki sifat partikel tidak
terlihat mikroskop biasa walapun partikel tersebut mungkin dapat dideteksi
dibawah ulramikroskop, difusi sangat lambat,dapat melewati kertas saring.
3. Dipersi kasar : Ukuran lebih besar dari 0,5m. Memiliki sifat partikel
terlihat dibawah mikroskop, tidak dapat melewati kertas saring normal,
partikel tidak mendifusi.
Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase pendispersi (fase
luar, medium atau terlarut) dan fase terdispersi (fase dalam atau pelarut). Zat yang
fasenya tetap disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan zat terdispensi.
Karena partikel dalam koloid bermuatan, maka akan terbentuk suatu
lapisan antarmuka. Banyak sifat pada lapisan antarmuka partikel koloid ini yang
sama dengan lapisan antarmuka elektroda padat. Karenanya studi perihal koloid
dapat memberikan informasi yang lebih baik perihal sifat lapisan rangkap listrik
pada daerah antar muka. Fenomena yang berguna untuk mempelajari partikel
koloid adalah fenomena elektrokinetik. Fenomena ini adalah studi tentang
pergerakkan fasa padat yang memiliki beda muatan pada permukaan relative
terhadap fasa larutan yang elektrolit. Bila di berikan beda potensial untuk sistem
ini akan mengakibatkan gerak, dan bila partikel digerakkan maka akan timbul
beda potensial. Penelitian pada fenomena partikel koloid adalah fenomena
elektrokinetik yang muncul akibat bergeraknya partikel padat yang memiliki suatu
muatan dalam suatu larutan. Secara garis besar Fenomena ini dapat di bagi
menjadi 2 kelompok utama yaitu:
1. Partikel padat bermuatan yang bergerak melalui suatu larutan dan
dipengaruhi oleh suatu medan listrik (elektrophoresis) atau dipengaruhi oleh
gaya gravitasi (seimentation).
2. Cairan yang bergerak pada suatu permukaan padat yang bermuatan dan
dipengaruhi oleh medan listrik atau suatu tekanan.
A. Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan
koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan
listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam
medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda,
maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan
sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan
menggumpal (koagulasi).
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu sistem
koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda positif maka koloid yang dianalisa
mempunyai muatan negatif. Begitu juga sebaliknya, jika koloid bergerak menuju
elektroda negatif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan positif.. Contoh
percobaan elektroforesis sederhana untuk menentukan jenis muatan dari koloid
diperlihatkan pada Gambar berikut ini:
Salah satau contoh elektroforesis cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam
yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
B. Elektroosmosis
Pengertian elektroosmosis atau- osmotic aliranelektro, sering disingkat
EOF, identik dengan gerakan cairan yang disebabkan oleh potensi diterapkan
dibahan berpori, kapiler,membran, microchannel, atau sauran cairan lain. tabung
Karena kecepatan saluran elektroosmosis independen ukuran saluran, selama
lapisan ganda jauh lebih kecil dari skala panjang karakteristik saluran, aliran
elektroosmosis paling signifikan ketika disaluran kecil. Aliran elektroosmosis
merupakan komponen penting dalam teknik pemisahan kimia, terutama
elektroforesis kapiler solution, aliran elektroosmosis dapat terjadi di dalam air di
saring alam, serta buffered solusion.
Elektroosmosis merupakan proses pergerakan larutan elektrolit relatif
terhadap dinding kapiler yang bermuatan dan dipengaruhi oleh medan listrik.
Dalam elektroosmosis yang bergerak ialah medium yang bermuatan relatif terhadap
dinding bermuatan. Untuk menyeimbangkan aliran elektroosmosis, diperlukan
tekanan mekanikyang disebut sebagai tekanan elektroosmosis. Teknik
elektroosmosis ini dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besar potensial
zeta. Metode elektroosmosis sendiri yaitu dengan mencelupkan seperangkat
elektroda ke dalam suatu larutan dimana larutan ini dimasukkan dalam suatu
bejana yang memiliki dua pipa kapiler penghubung yang kemudian diberi aliran
arus searah (DC) di kedua elektroda tersebut. Arus listrik akan menyebabkan
timbulnya aliran dari anode (yang bermuatan positif) menuju katode (yang
bermuatan negatif). Sedangkan pipa kapiler yang menghubungkan kedua bejana
ini ialah pipa kapiler pertama akan mengalirkan pergerakan ion-ion dari anoda ke
katoda dan pada pipa kapiler kedua yang terletak di atas pipa kapiler pertama akan
menjadi lalu lintas gelembung-gelembung udara yang timbul dari katode menuju
anode. Aliran dalam pipa kapiler ini akan terus diamati dan dicatat kecepatan
aliran gelembungnya.

Selain itu teknik elektroosmosis juga dapat dimanfaatkan untuk


menentukan stabilisasi tanah, mengetahui dan meningkatkan nilai geser tanah,
atau meningkatkan faktor keamanan lereng dan dalam kajian biologi
elektroosmosis berperan penting dalam mekanisme pengangkutan dalam floem.
C. Potensial Aliran
Potensial aliran ini mirip dengan elektroosmosis. Hanya saja pada
elektroosmosis gerak larutan elektrolit disebabkan karena pengaruh medan listrik,
pada potensial aliran gerakan larutan elektrolit disebabkan adanya tekanan
mekanik. Karena secara mekanikpun larutan elektrolit dapat dipaksa bergerak
terhadap dinding kapiler yang bermutan sehingga menghasilkan medan listrik
karena munculnya beda potensial antara ujung-ujung kapilernya. Sama seperti
elektroosmosis, penentuan potensial aliran juga dapat dipergunakan untuk
melakukam estimasi terhadap potensial zeta.
D. Potensial Sedimentasi
Partikel koloid dipengaruhi oleh gaya gravitasi, baik secara alami maupun
sentrifugal. Sedimentasi suatu partikel seringkali akan menaikkan medan listrik.
Hal ini terjadi karena saat partikel bergerak, sebagian awan ioniknya akan
tertinggal. Sangat sulit untuk mengukur besar potensial ini. Sedimentasi ini terjadi

pada parikel-partikel koloid yang memiliki massa jenis, lebih besar

dibandingkan dengan pelarutnya, . Sebaliknya bila massa jenisnya lebih kecil


dibandingkan dengan massa jenis pelarutnya maka akan terjadi
proses creaming yaitu proses pembentukan cream di permukaan medium pelarut.
Kedua hal tersebut menandakan bahwa larutan tidak stabil.
Pada umumnya sedimentasi ini akan memberikan efek negatif bagi larutan
tersebut diantaranya ialah hilangnya daya tarik suatu produk misalnya pada
produk minuman kemasan yang akan tampak lebih kental bagian bawahnya
dibandingkan bagian bawah akibat pengendapan. Salah satu cara untuk
mengurangi efek ini adalah dengan menambahkan elektrolit inert dengan
konsentrasi yang tinggi selain itu dengan menlakukan pengenceran dan dengan
menimbulkan gaya tolak antar partikel untuk menolak gaya tarik van der waals
sehingga antar partikel akan terjadi proses koagulasi yang menyebabkan
sedimentasi akibat adanya gaya tarik gravitasi. Karena gaya van der waals secara
alami karena adanya interaksi antar partikel akibat adanya interaksi antar dipole
permanen. Sehingga menimbulkan gaya tolak antar partikel ini sangat diperlukan
yang diharapkan mampu menjaga kstabilan larutan. Namun, dibalik dampak
negatif dengan adanya sedimentasi juga berimbas positif saat
diperlukannya supernatant. Sedimentasi diperlukan untuk
memisahkan supernatant dengan partikel yang terlarut didalamnya dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal pada larutan sebagai ganti gaya gravitasi bumi.

2.3 Potensial Zeta


Zeta Potential adalah parameter muatan listrik antara partikel koloid. Makin
tinggi nilai potensial zeta maka akan semakin mencegah terjadinya flokulasi/
(peristiwa penggabungan koloid dari yang kecil menjadi besar). Dengan mengurangi
nilai potensial zeta maka memungkinkan partikel untuk saling tarik menarik dan
terjadi flokulasi. Yang disebut sebagai zeta potensial adalah area yang
menunjukkan adanya beda potensial antara Stern Layer dan Difuse Layer dari
koloid. Yang disebut Stern Layer adalah lapisan kuat ion positif yang berdekatan
dengan lapisan negatif dari koloid. Sedang Difus Layer adalah keseimbangan
dinamik antara ion positif dan ion negatif tersebut. Kedua lapisan tersebut
digunakan untuk menerangkan distribusi dari ion-ion di sekeliling partikel koloid.
Secara teoritis konsep potensial zeta dijelaskan dalam teori DLVO. Teori ini
dikembangkan oleh ilmuwan Derjaguin, Verwey, Landau dan Overbeek bahwa
stabilitas dispersi koloid tergantung pada potensial zeta. Potensi zeta menunjukkan
tingkatan tolak menolak antara partikel yang bermuatan sama yang saling
berdekatan. Pada sistem koloid, nilai potensial zeta yang tinggi akan memberikan
stabilitas larutan untuk menolak agregasi. Sebaliknya, ketika nilai potensial zeta
rendah maka daya tarik menarik muatan antar partikel dispersi melebihi daya
tolak menolaknya hingga terjadi flokulasi. Jadi koloid dengan dengan nilai potensial
zeta tinggi adalah elektrik stabil. Sedangkan koloid dengan nilai potensial rendah
cenderung akan mengental/ flokulasi.
Kegunaan Potensial Zeta :
1. Untuk mengetahui kestabilan suatu larutan
2. Untuk memprediksi morfologi permukaan suatu partikel
3. Untuk mengetahui muatan permukaan (surface charge)

Anda mungkin juga menyukai