Sistem koloid dibentuk dari suspensi fasa terdispersi dalam suatu sistem pendispersi, dalam sistem ini kedua fasa tidak terpisah. Koloid yang umum adalah suatu padatan yang tersuspensi dalam suatu cairan, dan ukuran partikel padatan memiliki diameter antar 10-7 10-5 cm. Partikel padat tersuspensi ini bermuatan yang akan menimbulkan tolakkan antara partikel tersuspensi sehingga membuat koloid menjadi lebih stabil. Karena partikel bermuatan, maka akan terbentuk daerah antarmuka listrik yang memiliki karakteristik seperti suatu elektroda logam. Fenomena yang berguna untuk mempelajari partikel koloid adalah fenomena elektrokinetik. Fenomena ini adalah studi tentang pergerakkan fasa padat yang memiliki beda muatan pada permukaan relative terhadap fasa larutan yang elektrolit. Bila di berikan beda potensial untuk sistem ini akan mengakibatkan gerak, dan bila partikel digerakkan maka akan timbul beda potensial. Efek elektrokinetik muncul karena terjadi gerakkan dari lapisan ion yang terdapat pada lapisan baur diffusse layer relatif terhadap permukaan padat. Dapat dimodelkan bahwa lapisan Helmholtz adalah lapisan yang diam dan lapisan Gouy adalah lapisan yang bergerak. Model ini menggambarkan bahwa terdapat suatu lapisan permukaan yang bergerak slipping surface yang terdapat pada lapisan baur. Potensial yang terdapat pada permukaan yang bergeser ini adalah dikenal sebagai potensial elektrokinetik (electrokinetic potential) atau dikenal juga dengan potensial zeta.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Adsorpsi Berdasarkan Perbedaan Potensial. 2.2 Fenomena Elektrokinetik dan Koloid Koloid atau disebut dispersi koloid atau sistem koloid adalah sistem dispersi yang memiliki ukuran partikel lebih besar dari larutan, tetapi lebih kecil daripada suspensi. Umumnya koloid mempunyai ukuran partikel sekitar 1 nm-100 nm. Jenis Koloid berdasarkan ukuran partikel ada 3 sebagai berikut 1. Dispersi Molekuler : Ukuran kurang dari 1,0 nm. Memiliki sifat partikel tidak terlihat dalam mikroskop elektron, mengalami difusi cepat,dapat melewati membran semipermeabel dan ultrafiltrasi . 2. Dipersi koloid : Ukuran 0,5m sampai 1,0nm. Memiliki sifat partikel tidak terlihat mikroskop biasa walapun partikel tersebut mungkin dapat dideteksi dibawah ulramikroskop, difusi sangat lambat,dapat melewati kertas saring. 3. Dipersi kasar : Ukuran lebih besar dari 0,5m. Memiliki sifat partikel terlihat dibawah mikroskop, tidak dapat melewati kertas saring normal, partikel tidak mendifusi. Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase pendispersi (fase luar, medium atau terlarut) dan fase terdispersi (fase dalam atau pelarut). Zat yang fasenya tetap disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi. Karena partikel dalam koloid bermuatan, maka akan terbentuk suatu lapisan antarmuka. Banyak sifat pada lapisan antarmuka partikel koloid ini yang sama dengan lapisan antarmuka elektroda padat. Karenanya studi perihal koloid dapat memberikan informasi yang lebih baik perihal sifat lapisan rangkap listrik pada daerah antar muka. Fenomena yang berguna untuk mempelajari partikel koloid adalah fenomena elektrokinetik. Fenomena ini adalah studi tentang pergerakkan fasa padat yang memiliki beda muatan pada permukaan relative terhadap fasa larutan yang elektrolit. Bila di berikan beda potensial untuk sistem ini akan mengakibatkan gerak, dan bila partikel digerakkan maka akan timbul beda potensial. Penelitian pada fenomena partikel koloid adalah fenomena elektrokinetik yang muncul akibat bergeraknya partikel padat yang memiliki suatu muatan dalam suatu larutan. Secara garis besar Fenomena ini dapat di bagi menjadi 2 kelompok utama yaitu: 1. Partikel padat bermuatan yang bergerak melalui suatu larutan dan dipengaruhi oleh suatu medan listrik (elektrophoresis) atau dipengaruhi oleh gaya gravitasi (seimentation). 2. Cairan yang bergerak pada suatu permukaan padat yang bermuatan dan dipengaruhi oleh medan listrik atau suatu tekanan. A. Elektroforesis Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi). Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu sistem koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda positif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif maka koloid yang dianalisa mempunyai muatan positif.. Contoh percobaan elektroforesis sederhana untuk menentukan jenis muatan dari koloid diperlihatkan pada Gambar berikut ini: Salah satau contoh elektroforesis cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya. B. Elektroosmosis Pengertian elektroosmosis atau- osmotic aliranelektro, sering disingkat EOF, identik dengan gerakan cairan yang disebabkan oleh potensi diterapkan dibahan berpori, kapiler,membran, microchannel, atau sauran cairan lain. tabung Karena kecepatan saluran elektroosmosis independen ukuran saluran, selama lapisan ganda jauh lebih kecil dari skala panjang karakteristik saluran, aliran elektroosmosis paling signifikan ketika disaluran kecil. Aliran elektroosmosis merupakan komponen penting dalam teknik pemisahan kimia, terutama elektroforesis kapiler solution, aliran elektroosmosis dapat terjadi di dalam air di saring alam, serta buffered solusion. Elektroosmosis merupakan proses pergerakan larutan elektrolit relatif terhadap dinding kapiler yang bermuatan dan dipengaruhi oleh medan listrik. Dalam elektroosmosis yang bergerak ialah medium yang bermuatan relatif terhadap dinding bermuatan. Untuk menyeimbangkan aliran elektroosmosis, diperlukan tekanan mekanikyang disebut sebagai tekanan elektroosmosis. Teknik elektroosmosis ini dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besar potensial zeta. Metode elektroosmosis sendiri yaitu dengan mencelupkan seperangkat elektroda ke dalam suatu larutan dimana larutan ini dimasukkan dalam suatu bejana yang memiliki dua pipa kapiler penghubung yang kemudian diberi aliran arus searah (DC) di kedua elektroda tersebut. Arus listrik akan menyebabkan timbulnya aliran dari anode (yang bermuatan positif) menuju katode (yang bermuatan negatif). Sedangkan pipa kapiler yang menghubungkan kedua bejana ini ialah pipa kapiler pertama akan mengalirkan pergerakan ion-ion dari anoda ke katoda dan pada pipa kapiler kedua yang terletak di atas pipa kapiler pertama akan menjadi lalu lintas gelembung-gelembung udara yang timbul dari katode menuju anode. Aliran dalam pipa kapiler ini akan terus diamati dan dicatat kecepatan aliran gelembungnya.
Selain itu teknik elektroosmosis juga dapat dimanfaatkan untuk
menentukan stabilisasi tanah, mengetahui dan meningkatkan nilai geser tanah, atau meningkatkan faktor keamanan lereng dan dalam kajian biologi elektroosmosis berperan penting dalam mekanisme pengangkutan dalam floem. C. Potensial Aliran Potensial aliran ini mirip dengan elektroosmosis. Hanya saja pada elektroosmosis gerak larutan elektrolit disebabkan karena pengaruh medan listrik, pada potensial aliran gerakan larutan elektrolit disebabkan adanya tekanan mekanik. Karena secara mekanikpun larutan elektrolit dapat dipaksa bergerak terhadap dinding kapiler yang bermutan sehingga menghasilkan medan listrik karena munculnya beda potensial antara ujung-ujung kapilernya. Sama seperti elektroosmosis, penentuan potensial aliran juga dapat dipergunakan untuk melakukam estimasi terhadap potensial zeta. D. Potensial Sedimentasi Partikel koloid dipengaruhi oleh gaya gravitasi, baik secara alami maupun sentrifugal. Sedimentasi suatu partikel seringkali akan menaikkan medan listrik. Hal ini terjadi karena saat partikel bergerak, sebagian awan ioniknya akan tertinggal. Sangat sulit untuk mengukur besar potensial ini. Sedimentasi ini terjadi
pada parikel-partikel koloid yang memiliki massa jenis, lebih besar
dibandingkan dengan pelarutnya, . Sebaliknya bila massa jenisnya lebih kecil
dibandingkan dengan massa jenis pelarutnya maka akan terjadi proses creaming yaitu proses pembentukan cream di permukaan medium pelarut. Kedua hal tersebut menandakan bahwa larutan tidak stabil. Pada umumnya sedimentasi ini akan memberikan efek negatif bagi larutan tersebut diantaranya ialah hilangnya daya tarik suatu produk misalnya pada produk minuman kemasan yang akan tampak lebih kental bagian bawahnya dibandingkan bagian bawah akibat pengendapan. Salah satu cara untuk mengurangi efek ini adalah dengan menambahkan elektrolit inert dengan konsentrasi yang tinggi selain itu dengan menlakukan pengenceran dan dengan menimbulkan gaya tolak antar partikel untuk menolak gaya tarik van der waals sehingga antar partikel akan terjadi proses koagulasi yang menyebabkan sedimentasi akibat adanya gaya tarik gravitasi. Karena gaya van der waals secara alami karena adanya interaksi antar partikel akibat adanya interaksi antar dipole permanen. Sehingga menimbulkan gaya tolak antar partikel ini sangat diperlukan yang diharapkan mampu menjaga kstabilan larutan. Namun, dibalik dampak negatif dengan adanya sedimentasi juga berimbas positif saat diperlukannya supernatant. Sedimentasi diperlukan untuk memisahkan supernatant dengan partikel yang terlarut didalamnya dengan memanfaatkan gaya sentrifugal pada larutan sebagai ganti gaya gravitasi bumi.
2.3 Potensial Zeta
Zeta Potential adalah parameter muatan listrik antara partikel koloid. Makin tinggi nilai potensial zeta maka akan semakin mencegah terjadinya flokulasi/ (peristiwa penggabungan koloid dari yang kecil menjadi besar). Dengan mengurangi nilai potensial zeta maka memungkinkan partikel untuk saling tarik menarik dan terjadi flokulasi. Yang disebut sebagai zeta potensial adalah area yang menunjukkan adanya beda potensial antara Stern Layer dan Difuse Layer dari koloid. Yang disebut Stern Layer adalah lapisan kuat ion positif yang berdekatan dengan lapisan negatif dari koloid. Sedang Difus Layer adalah keseimbangan dinamik antara ion positif dan ion negatif tersebut. Kedua lapisan tersebut digunakan untuk menerangkan distribusi dari ion-ion di sekeliling partikel koloid. Secara teoritis konsep potensial zeta dijelaskan dalam teori DLVO. Teori ini dikembangkan oleh ilmuwan Derjaguin, Verwey, Landau dan Overbeek bahwa stabilitas dispersi koloid tergantung pada potensial zeta. Potensi zeta menunjukkan tingkatan tolak menolak antara partikel yang bermuatan sama yang saling berdekatan. Pada sistem koloid, nilai potensial zeta yang tinggi akan memberikan stabilitas larutan untuk menolak agregasi. Sebaliknya, ketika nilai potensial zeta rendah maka daya tarik menarik muatan antar partikel dispersi melebihi daya tolak menolaknya hingga terjadi flokulasi. Jadi koloid dengan dengan nilai potensial zeta tinggi adalah elektrik stabil. Sedangkan koloid dengan nilai potensial rendah cenderung akan mengental/ flokulasi. Kegunaan Potensial Zeta : 1. Untuk mengetahui kestabilan suatu larutan 2. Untuk memprediksi morfologi permukaan suatu partikel 3. Untuk mengetahui muatan permukaan (surface charge)