Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN V

SINTESIS IMINA

I. TUJUAN
1. Mempelajari reaksi adisi nukleofilik pada senyawa karbonil dengan
amina primer
2. Mempelajari pemurnian hasil reaksi dengan teknik rekristalisai

II. TEORI

Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom
hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu
amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air.
Seperti alcohol amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder, dan tersier.
Meski demikian dasar dari pengkatagoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol
diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada karbon yang
mengandung hidroksil. Namun, amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus
nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen.

(Stoker. 1991)

Amina sebagai basa akan bereaksi dengan asam membentuk suatu garam
kuarterner. Amina dapat membentuk ikatan hydrogen antar amina dan amina
dengan air sehingga amina dengan R yang pendek akan larut dalam air. Bila rantai
R makain panjang maka sifat basa akan menurun, sedangkan BM sebanding
dengan kenaikan titik didih. Imina merupakan produk dari reaksi kendensasi
aldehida atau keton dengan ammonia atau amina, mereka memiliki radikal NH
terikat pada atom karbon dengan ikatan ganda.

Pembuatan Amina

Amina alam yang paling umum adalah dalam bentuk asam amino (protein)
dan alkaloid. Beberapa contoh alkaloid yang penting adalah kafein (kopi dan teh),
nikotin (tembakau) serta morpin, heroin dan kodein dari sejenis tumbuhan opium
yang digunakan sebagai obat bius (penenang). Beberapa sintesa amina di
laboratorium adalah sebagai berikut :

1. Alkilasi Amoniak
Alkilasi akan menghasilkan senyawa amina primer sampai tersier melalui
tiga tahapan
NH3 + R – X → R – NH2 + R – X → R2NH + R – X R3N
Pengaturan reaksinya adalah berdasarkan stoikiometri dengan amoniak
atau amina sebagai reaksi pembatas.
Contoh :
NH3 + Ph – Cl → Ph – NH2 +HCl
2. Reduksi senyawa aromatik, amida, dan nitril
a. Reduksi aromatik
Contoh : Ph – NO2 + LiAlH4 → Ph – NH2
b. Reduksi amida
Contoh : CH3 C ═ O + LiAlH4 → CH3 – CH2 – NH2
c. Reduksi nitril

Contoh : CH3 CH2 – C ═ N + LiAlH4 → CH3– CH2 – CH2 – NH2

(Marham Sitorus. 2010)

Amonia adalah suatu nukleofil yang dapat menyerang gugus karbonil dari
suatu aldehid atau keton dalam suatu reaksi adisi-eliminasi. Reaksi itu dikatalis
oleh runutan asam. Produknya adalah suatu imina, suatu senyawa yang
mengandung gugus C=N. Aldehida yang direaksikan dengan amina primer juga
akan menghasilkan imina.

Gambar 1. Reaksi aldehid dengan amina primer


Gambar 2. Reaksi aldehid dengan arilamina

(Fessenden, 1986)

Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur
Kristal yang berkembang biak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca
merupakan zat padat semacam itu. Tak seperti zat pada Kristal, zat amorf melunak
secara bertahap bila di panasi dan meleleh dalam suatu jangka temperatur. Kristal
adalah benda padat yang mempunyai permukaan permukaan datar.

(Keenan. 1991)

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau


pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan
dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara
zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya.
Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang
diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.

Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula


molekul zat terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-
kisi diantara molekul zat terlarut yang terus tumbuh membentuk Kristal yang lebih
besar diantara molekul pelarutnya, sambil melepaskan sejumlah energy.
Kristalisasi dari zat akan menghasilkan Kristal yang identik dan teratur bentuknya
sesuai dengan sifat Kristal senyawanya. Dan pembentukan Kristal ini akan
mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.

(Vogel. 1979)
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
 Labu alas bulat
 pengaduk magnet
 pendingin bola
 corong pisah
 gelas ukur
 evaporator Bucnii
b. Bahan
 Anilin
 Benzaldehida
 Toluene
 Aquades
 Etanol

3.2 Skema Kerja

10 g (0,1 mol) anilinA,20 mL toluena,dan 10 g (0,1 mol) benzaldehida

Dimasukan ke dalam labu alas bulat yang dilengkapi


pendingin bola
Direfluks larutan selama 1,5-2 jam sambil diaduk dengan
pengaduk magnet
Didinginkan, lalu ditambahkan

20mL aquades
Dipisahkan lapisan organik
Disaring dan dilakukan evaporasi
Direkristilasi terhadap residu menggunakan etanol setelah
Dikeringkan kristal
Ditentukan titik lebur
HASIL
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
30 mL aniline + 60 mL toluene + Larutan menjadi cokelat susu
30 mL benzaldehid kedalam labu
alas datar
Di refluks selama 2 jam Terjadi perubahan warna larutan dari
cokelat susu menjadi cokelat dan
terakhir menjadi berwarna merah
Setelah campuran dingin Terbentuk 2 lapisan (lapisan atas
ditambahkan 60 mL aquades, berwarna cokelat muda, lapisan
kemudian digojlok dengan corong bawah berwarna cokelat pekat)
pisah
Dipisahkan kedua lapisan , Tidak ada uap yang keluar
disaring dan dievaporasi lapisan Saat kristalisasi tidak terdapat
organik, rekristalisasi residu Kristal
4.2 Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan sintesa imina. Untuk membuat imina perlu
direaksikan aniline dengan benzaldehid dengan bantuan katalis. Dalam proses
pembentukan imina terjadi reaksi adisi nukleofilik pada senyawa karbonil dengan
amina primer. Pembentukan senyawa imina dilakukan dengan cara refluks.
Campuran yang di refluks yaitu benzaldehida, aniline, dan toluene. Refluks
merupakan gabungan amtara pemanasan cairan dan pendinginan uap, tetapi
kondensat yang terbentuk dikembalikan ke dalam labu didih. Prinsip dari metode
refluks adalah pelarut volatil (mudah menguap) yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor dan turun lagi
kedalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Pada rangkaian refluks ini terjadi empat proses, yaitu :
1. Heating → terjadi pada saat pemasan berlangsung,
2. Evaporating (penguapan) → terjadi ketika campuran mencapai titik didih
dan berubah fase menjadi uap yang kemudian uap masuk kekondensor
dalam.
3. Cooling → terjadi saat uap masuk kondensor
4. Kondensasi (pengembunan) → terjadi dikondensor, jadi terjadi perbedaan
suhu antara kondensor dalam dan luar, hal ini menyebabkan penuranan
suhu dan perubahan fase dari steam tersebut untuk menjadi liquid kembali.

Setelah di refluks, terjadi perubahan warna larutan dari cokelat susu


menjadi cokelat dan terakhir menjadi berwarna merah. Kemudian larutan
didinginkan dan ditambahkan 60 mL aquades, tujuan penambahan aquades ini
adalah untuk memisahkan larutan menjadi dua lapisan, yaitu lapisan bawah
berupa air dan lapisan bagian atas berupa senyawa organik berwarna kuning
kecoklatan, larutan didiamkan selama 2 hari agar larutan benar-benar berpisah.
Saat percobaan larutan digojlok dengan corong pisah terbentuk 2 lapisan (lapisan
atas berwarna cokelat muda, lapisan bawah berwarna cokelat pekat). Hasil
percobaan ini tidak sesuai dengan literature dikarenakan larutan tidak didiamkan
selama 2 hari setelah digojlok.
Lapisan atas yang berupa senyawa organic diambil, untuk dilakukan
evaporasi. Proses evaporasi dilakukan dengan menggunakan alat evaporator.
Rotary evaporator vakum merupakan suatau instrumen yang menggunakan prinsip
destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan
tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar
pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya. Tujuan dari evaporasi
adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga didapatkan larutan dengan
konsentrasi yang lebih tinggi.

Setelah evaporasi, larutan dipanaskan dan ditambahkan 50 ml etanol.


Tujuan dilakukan pemanasan ini adalah untuk memudahkan larutan membentuk
kristal dan juga menguapakan air yang masih ada didalam larutan, dan
penambahan etanol bertujuan untuk mengikat senyawa polar agar terbentuk kristal
imina yang murni tanpa pengotornya. Imina dapat dibentuk dengan mereaksikan
aldehid dengan amina primer. Aldehid yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
benzaldehid, sedangkan amina primer yang digunakan yaitu aniline. Mekanisme
reaksi pembentukan imina adalah :
Tahap 1

:O: :O:-
Cepat
CH + NH2 CH-NH2

Benzaldehida Anilina

OH

C NH
H

Tahap 2

OH OH2

Toluena
C NH C NH
H H

- H2O
Lambat

C N C NH
H

Imina
Katalis yang digunakan pada percobaan ini yaitu toluene. Toluene
merupakan benzene dengan gugus fungsi – CH3. Toluene merupakan senyawa
yang bersifag asam lemah. Menurut literatur seharusnya katalis yang digunakan
untuk pembuatan imina yaitu senyawa yang bersifat asam kuat, dengan pH
optimum 3 – 4. Asam inilah yang akan dibutuhkan pada tahap kedua untuk
membentuk imina.

Pada tahap kedua ada penambahan air, reaksi yang terjadi yaitu eliminasi
gugus OH yan diprotonasi. Seharusnya pada tahap ini reaksi berlangsung cepat,
tetapi pada percobaan reaksi berlangsung lambat. Hal ini dikarenakan toluene
merupakan asam lemahdan saat penambahan air konsentrasi asam berkurang. Laju
tahap kedua meningkat dengan bertambahnya konsentrasi asam. Akibatnya
bertambahnya tingkat keasaman akan menyebabkan tahap kedua berjalan lebih
cepat. Asam kuat yang biasa digunakan dalam sintesa imina adalah HCl, H2SO4,
dan HNO3.

Proses rekristalisasi bertujuan untuk menentukan titik lebur Kristal murni


imina. Menurut literature yang didapatkan, titik lebur Kristal imina yaitu 88-
135℃. Titik lebur tersebut didapatkan berdasarkan percobaan orang lain. Jadi
kesalan pada percobaan iniyaitu pemilihan katalis yang kurang tepat, sehingga
imina tidak terbentuk.
V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Reaksi adisi nukleofilik pada senyawa karbonil dengan amina primer
tahap pertama yang diikuti dengan lepasnya proton dari nitrogen dan
diperolehnya proton oleh oksigen.
2. Pemurnian hasil reaksi dengan teknik rekristalisasi adalah tahap
pemisahan hasil reaksi dengan pengotornya. Pada percobaan ini tidak
bisa dilakukan rekristalisasi dikarenakan tidak ada kristal yang terbentuk

5.2 SARAN
Ada baiknya katalis asam yang digunakan adalah HCl bukan toluena
agar kristal imina dapat terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden.1986.kimia organik edisi ketiga. Jakarta : Erlangga

Keenan, C.W. 1991. Kimia untuk universitas. Jakarta : Erlangga

Sitorus, Marham. 2010. Kimia organik. Yogyakarta : Graha ilmu

Stoker.1991. Kimia. Bandung : PT. Kalman Cipta

Vogel. 1979. Analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro. Jakarta : PT.
kalman media pustaka
Lampiran

1. Tuliskan mekanisme reaksi sintesis imina dalam percobaan ini !


Jawab :
Tahap 1

:O: :O:-
Cepat
CH + NH2 CH-NH2

Benzaldehida Anilina

OH

C NH
H

Tahap 2

OH OH2

Toluena
C NH C NH
H H

- H2O
Lambat

C N C NH
H

Imina

2. Dalam sintesis imina, kemungkinan terbentuk lebih dari satu produk isomer
geometri. Gambarkanlah struktur produk reaksi dan tentukan produk mana
yang lebih stabil!
Jawab : Yang lebih stabil adalah R-NH2
3. Tentukan kestabilan imina diperoleh didasarkan atas imina asal, apakah Ar-
NH2, R-NH2, atau NH3
Jawab : yang lebih stabil adalah R-NH2, karena hanya R-NH2 lah yang
menghasilkan imina jika bereaksi dengan aldehida atau keton. Jika amina
sekunder R2NH akan menghasilkan ion iminium. NH3 akan menghasilkan
imina tidak stabil.
4. Apakah syarat agar aldehida atau keton dapat bereaski dengan suatu amina
menghasilkan imina atau enamina
Jawab : syarat agar aldehida atau keton dapat bereaksi dengan suatu amina
menghasilkan imina atau enamina adalah dapat membentuk imina yang stabil.
5. Jelaskan mengapa penambahan asam yang berlebih dapat menggangggu reaksi
sintesis imina
Jawab : penambahan asam berlebih dapat mengganggu sintesis imina karena
pembentukan imina sangat tergantung pada pH. Tahap pertama pada dintesis
imina adalah adisi amina tak terprotonasi yang bebas, pada gugus karbonil.
Bila larutan asam, konsentrasi amina bebas ini menjadi kecil sekali. Jika hal
ini terjadi, tahap adisi yang biasanya tahap penentu laju dalam rentetan itu.
Tidak seperti tahap pertama, laju tahap kedua meningkat dengan
bertamabahnya konsentrasi asam.

Anda mungkin juga menyukai