Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KEMAJUAN

PROPOSAL PENELITIAN
EKSPLORASI LIMBAH KULIT NANAS SEBAGAI
BIOMATERIAL DALAM MENANGGULANGI
PERMASALAHAN KOROSI PADA BAJA

Diusulkan oleh:
Gilang KurniawanSyah; F0B017003;

UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2019

i
ii
RINGKASAN
Baja merupakan material yang banyak digunakan dalam industri. Salah
satu jenis baja yang paling banyak digunakan adalah baja lunak yang mudah
mengalami korosi dalam lingkungan asam, alkali, dan garam. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk menghambat laju korosi yaitu dengan penggunaan
inhibitor yang sangat efisien untuk mengontrol proses korosi. Inhibitor korosi
dapat dibuat dari senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, salah satunya
dengan menggunakan kulit nanas dimana kulit nanas sampai saat ini masih
menjadi limbah yang belum dimanfaatkan. Apalagi diketahui bahwa Jambi
tepatnya desa Tangkit Baru merupakan daerah sentra produksi nanas. Jika tidak
dimanfaatkan maka kulit nanas dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya Yeragamreddy et al (2013) bahwa kulit
nanas positif mengandung tanin, saponin, steroid, flavonoid, fenol dan alkaloid.
Senyawa- senyawa metabolit sekunder tersebut memiliki gugus fungsi O, N dan
ikatan rangkap sehingga berpotensi sebagai biomaterial inhibitor korosi.
Pada penelitian ini baja akan direndam di dalam larutan medium korosi
(NaCl 1 M dan H2SO4 0,75 M ) dan larutan medium korosi yang ditambah
ekstrak. Dilakukan variasi waktu perendaman baja dalam medium korosi selama
2, 4, 6, 8 dan 10 hari. Ekstrak kulit nanas ditambahkan ke dalam larutan medium
korosi menyebabkan gugus aktif yang dimiliki dari senyawa yang terdapat
dalam ekstrak kulit nanas akan diadsorpsi pada permukaan baja sehingga dapat
melindungi dan menghambat proses korosi yang terjadi.
Untuk penampakan fisik baja yang direndam dalam H2SO4 yang
ditambahkan inhibitor korosi tidak rapuh, untuk karat yang dihasilkan juga tidak
terlalu banyak. Untuk baja yang direndam dalam NaCl yang ditambahkan
inhibitor juga menghasilkan penampakan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan baja yang direndam dalam larutan medium korosi tanpa penambahan
inhibitor. Nilai % inhibisi pada hari ke-10 pada larutan H2SO4 sebesar 57.7105%
dan pada larutan NaCl sebesar 66.2498%.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


RINGKASAN ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Luaran Penelitian ........................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
BAB 2. TARGET LUARAN .................................................................................. 3
BAB 3. METODE ................................................................................................... 4
3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 4
3.2 Prosedur Kerja ............................................................................................... 4
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI .......................................................................... 7
BAB 5. POTENSI HASIL ...................................................................................... 8
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ............................................... 10
Lampiran 1. Penggunaan Dana ............................................................................. 11
Lampiran 2. Bukti – bukti Pendukung Kegiatan ................................................... 12

iv
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Baja merupakan material yang banyak digunakan dalam industri. Salah
satu jenis baja yang paling banyak digunakan adalah baja lunak karena mudah
diperoleh, mudah difabrikasi, mudah digunakan, memiliki kekuatan tarik yang
tinggi, biaya murah, daya hantar listrik yang baik, dan memiliki kekuatan mekanik
yang baik (Gusti et al., 2015). Sebagai contoh, baja lunak digunakan oleh pabrik
pengilangan minyak bumi dan petrokimia untuk pipa saluran pembawa produk
minyak bumi dan gas, pengeboran minyak bumi, sistem desalinasi, sistem
pendingin air dan pengumpul cairan (Yatiman, 2009). Korosi menyebabkan
kerusakan pada peralatan dan kecelakaan yang terjadi pada proses industri
sehingga membutuhkan biaya yang tinggi (Loto dan Olowoyo, 2018).
Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk menghambat terjadinya proses
korosi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghambat laju korosi yaitu
dengan penggunaan inhibitor. Penggunaan inhibitor korosi telah banyak
dilaporkan dan sangat efisien untuk mengontrol proses korosi. Inhibitor korosi
dapat berupa senyawa organik, anorganik, ataupun campurannya. Senyawa
inhibitor anorganik yang dapat digunakan yaitu natrium kromat, fosfat, dan
molibdat yang memiliki sifat toksik dan karsinogenik. Umumnya, senyawa
organik yang efektif digunakan sebagai biomaterial inhibitor korosi adalah
senyawa yang memiliki gugus fungsi elektronegatif seperti S, O, P atau N dan
ikatan rangkap pada molekulnya yang dapat diadsorpsi pada permukaan logam.
(Gusti et al., 2017, Emriadi et al., 2016).
Yeragamreddy et al (2013) telah melaporkan bahwa kulit nanas positif
mengandung tanin, saponin, steroid, flavonoid, fenol dan alkaloid. Senyawa-
senyawa metabolit sekunder tersebut memiliki gugus fungsi O, N dan ikatan
rangkap sehingga berpotensi sebagai biomaterial inhibitor korosi. Apalagi
diketahui bahwa Jambi tepatnya desa Tangkit Baru merupakan daerah sentra
produksi nanas. Menurut Tribun Jambi (2015), produksi buah nanas di Jambi
setiap tahunnya menghasilkan sekitar 1.563 kuintal nanas. Kulit nanas merupakan
limbah produk hasil olahan yang terdiri dari sisa daging buah. Jika kulit nanas
tidak dimanfaatkan bisa menyebabkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu
diperlukan penelitian mengenai eksplorasi limbah kulit nanas sebagai biomaterial
dalam menanggulangi permasalahan korosi pada baja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah laju dan efisiensi inhibisi korosi dari ekstrak kulit nanas
terhadap baja lunak dalam larutan medium H2SO4 dan NaCl ?
2

2. Bagaimanakah karakterisasi permukaan baja sebelum dan sesudah


ditambahkan inhibisi korosi?
1.3 Tujuan
1. Menganalisis laju dan efisiensi inhibisi korosi dari ekstrak kulit nanas
terhadap baja lunak dalam larutan medium H2SO4 dan NaCl.
2. Menganalisis karakterisasi permukaan baja sebelum dan sesudah
ditambahkan inhibisi korosi.
1.4 Luaran Penelitian
Adapun luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Produk yang berupa biomaterial inhibitor korosi.
2. Artikel ilmiah dari hasil laju korosi pada inhibitor alami yang akan
disubmit ke jurnal nasional terakreditasi.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa, sebagai salah satu sarana pengembangan ilmu
pengetahuan, sehingga menambah wawasan khususnya mengenai
inhibitor korosi alami yang ramah lingkungan.
2. Bagi masyarakat, memberi alternatif pengolahan limbah kulit buah nanas
sebagai biomaterial inhibitor alami pada baja.
3. Bagi institusi terkait, menambah data dan khasanah keilmuan tentang
biomaterial inhibitor korosi menggunakan kulit buah nanas.
3

BAB 2. TARGET LUARAN


1. Produk yang berupa biomaterial inhibitor korosi.
2. Artikel ilmiah dari hasil laju korosi pada inhibitor alami yang akan disubmit
ke jurnal nasional terakreditasi.
4

BAB 3. METODE
3.1 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan yaitu amplas besi grade 120, jangka sorong,
pinset, nampan, benang nilon, tusuk gigi, gunting, blender, kertas saring, bor
listrik, peralatan gelas, batang pengaduk, plat tetes, neraca analitik, video
mikroskop,water bath, hot plate, fourier transform infrared (FTIR), scanning
electron microscopy (SEM).
Bahan yang digunakan yaitu baja lunak (Fe=98,5%, C=0,19%, Si=0,22%
dan Mn=0,654%), kulit nanas, H2SO4 p.a, methanol teknis, aseton teknis,
akuades, pereaksi Mayer, Dragendorff, dan Burchard, FeCl3, serbuk Mg, HCl,
etanol, padatan NaCl, dan NaOH.
3.2 Prosedur Kerja
Pembuatan Ekstrak Metanol Kulit Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)
Kulit nanas dipotong-potong sekecil mungkin menggunakan gunting lalu
dijemur hingga kering selama ±7 hari. Kulit yang sudah kering kemudian
dimaserasi dengan metanol selama 72 jam dalam botol berwarna gelap dan
terhindar dari cahaya langsung. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan
kertas saring sehingga diperoleh ekstrak metanol kulit nanas. Ekstrak yang
diperoleh dipisahkan dari pelarutnya menggunakan water bath pada temperatur
±50 °C hingga diperoleh ekstrak pekat. Ekstrak pekat kemudian dianalisa
menggunakan instrumen FTIR dan dilakukan skrining fitokimia. Ekstrak pekat
disimpan dalam gelas beker yang ditutup menggunakan aluminium foil sebelum
digunakan.
Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Kulit Nanas (Ananas comosus
(L) Merr.)
Skrining fitokimia mengacu pada Tiwari et al (2011) yang meliputi uji
alkaloid, fenolik, flavonoid, kuinon, saponin, steroid, tanin, dan terpenoid.
Uji alkaloid. 1 mL ekstrak dilarutkan dalam 2 mL HCl encer kemudian disaring
dan filtratnya dibagi ke dalam dua tabung reaksi. Filtrat a ditambahkan 3 tetes
reagen Mayer (larutan merkuri dalam iodida). Terjadinya endapan putih
mengindikasikan adanya senyawa alkaloid. Filtrat b ditambahkan 3 tetes reagen
Dragendorff (larutan kalium bismut iodida). Terjadinya endapan merah bata
mengindikasikan adanya senyawa alkaloid.
Uji fenolik. 1 mL ekstrak ditambahkan 3 tetes FeCl3 1%. Terbentuknya warna
biru kehitaman mengindikasikan adanya senyawa fenolik.
Uji flavonoid. 1 mL ekstrak dilarutkan dalam 3 mL aquades lalu didihkan
kemudian disaring. Filtrat ditambahkan ½ sudip serbuk Mg, 1 mL HCl pekat,
dan 2 mL etanol. Dikocok kuat dan dibiarkan terpisah. Terbentuknya warna
merah, kuning, atau jingga pada lapisan etanol menunjukkan adanya senyawa
flavonoid.
5

Uji kuinon. 1 mL ekstrak ditambahkan 3 tetes NaOH 1 M. Terbentuknya warna


merah mengindikasikan adanya senyawa kuinon.
Uji saponin. 1 mL ekstrak dilarutkan dalam 2 mL aquades kemudian dikocok
selama 1 menit dan biarkan terpisah. Terbentuknya lapisan busa
mengindikasikan adanya senyawa saponin.
Uji terpenoid. 1 mL sampel ditambahkan dengan kloroform dan asetat anhidrat.
Apabila terbentuk warna ungu atau jingga menandakan adanya triterpenoid.
Uji tanin. 1 ml sampel ditambahkan FeCl3 1% kemudian campuran
dihomogenkan. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam
kehijauan pada campuran.
Pembuatan Larutan Medium Korosif H2SO4
Larutan H2SO4 pa 18 M diencerkan menjadi 1 M H2SO4 kemudian
diencerkan kembali menjadi 0,75 M.
Pembuatan Larutan Medium Korosif NaCl
Pembuatan larutan medium NaCl 1 M yaitu dengan mencampurkan
padatan NaCl ke dalam larutan aquades dengan jumlah tertentu. Lalu aduk
larutan tersebut hingga bercampur rata.
Pembuatan Larutan Inhibitor Korosi
Larutan inhibitor ekstrak kulit buah nanas 5 g/ 500 mL dibuat dengan
cara melarutkan 5 gram ekstrak kulit buah nanas dengan larutan medium korosif
dalam labu takar 500 ml sampai tanda batas.
Pembuatan Persiapan Spesimen Baja
Baja lunak berukuran ±2×1 cm dilubangi menggunakan bor dengan
diameter 3 mm. Permukaan baja dihaluskan menggunakan amplas besi grade
120 lalu dicuci menggunakan aquades dan aseton. Kemudian didiamkan hingga
kering selama ±5 menit. Diukur panjang dan lebarnya menggunakan jangka
sorong lalu ditimbang massanya menggunakan neraca analitik dan hasilnya
dinyatakan sebagai massa awal (m1).
Perendaman Baja Lunak Dalam Larutan Medium Korosif H 2SO4 dan
NaCl Tanpa Penambahan Larutan Inhibitor Korosi
Baja lunak diikatkan dengan tali dan digantung pada tusuk gigi dalam
gelas beker 50 mL yang berisi larutan medium korosif H2SO4 dengan konsentrasi
0,75 M selama 2, 4, 6, 8 dan 10 hari. Baja yang sudah diangkat sesuai dengan
waktu perendaman dicuci menggunakan aquades dan aseton. Kemudian diukur
massanya menggunakan neraca analitik dan hasilnya dinyatakan sebagai berat
akhir baja tanpa inhibitor (W2). Setelah perendaman, dilakukan analisa
mikroskop video pada baja yang direndam dalam larutan medium korosi selama
10 hari.
Perendaman Baja dalam Larutan Medium Korosif H2SO4 dan NaCl
Dengan Penambahan Larutan Inhibitor Korosi
Disediakan 5 buah gelas beaker 100 ml pengujian yang telah diberi label
kemudian diisi masing-masing wadah dengan medium korosif H2SO4 0,75 M.
6

Masing-masing wadah ditambah dengan larutan inhibitor sebanyak 50 ml dengan


konsentrasi 5 g/ 500 mL. Selanjutnya, baja lunak yang sudah disiapkan
dimasukkan kedalam wadah masing-masing secara bersamaan dan setiap masing-
masing sampel baja uji diambil pada hari ke 2, 4, 6, 8 dan 10 hari. Baja yang
sudah diangkat sesuai dengan waktu perendaman dicuci menggunakan aquades
dan aseton. Kemudian diukur massanya menggunakan neraca analitik dan
hasilnya dinyatakan sebagai berat akhir baja dengan inhibitor (W3). Prosedur yang
sama juga dilakukan pada baja yang direndam pada larutan medium korosi NaCl
dengan penambahan larutan inhibitor. Setelah perendaman, dilakukan analisa
mikroskop video pada baja yang direndam dalam larutan medium korosi selama
10 hari.
Analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Karakterisasi FTIR dilakukan dengan mengambil produk korosi (karat)
yang menempel pada baja, kemudian produk korosi tersebut dicuci, dikeringkan
dan dianalisis dengan FTIR menggunakan plat pellet KBr, dilakukan juga
karakterisasi FTIR untuk ekstrak kulit nanas.
Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM)
Dilakukan karakterisasi Scanning Electron Microscopy (SEM) pada baja
tanpa perlakutan dan pada baja setelah perendaman selama 10 hari di dalam
H2SO4 tanpa dan dengan adanya ekstrak kulit nanas serta di dalam NaCl tanpa
dan dengan adanya ekstrak kulit nanas.
Penentuan Laju Korosi
Laju korosi dan efisiensi inhibisi dihitung dengan persamaan 2 dan 3
(Irianty dan Khairat, 2013)
𝑊
Laju korosi (r) = A.t (2)
Dimana :
R : Laju korosi ( gr/mm2hari)
W : Kehilangan berat (gram)
A : Luas permukaan (mm2)
T : Waktu (hari)
Penentuan Efisiensi Inhibisi
r1−r2
%E= × 100% (3)
r2
Dimana:
% E : Efesiensi inhibisi (%)
r1 : Laju korosi tanpa inhibitor ( gr/mm2hari)
r2 : Laju korosi dengan inhibitor ( gr/mm2hari)
7

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI


Pengambilan sampel limbah kulit nanas diambil dari para penjual nanas di
sekitaran daerah simpang rimbo dan daerah tangkit. Setelah limbah kulit nanas
dikumpulkan, lalu dibersihkan dan di jemur dengan tidak terkena sinar matahari
langsung ± 7 hari. Tujuannya untuk mengurangi kadar air yang terkandung di
dalam kulit nanas. Kemudian kulit nanas yang telah kering dimaserasi dengan
menggunakan pelarut metanol selama 72 jam di dalam botol gelap. Penggunaan
pelarut metaol dikarenakan metanol bersifat magic solvent yang mampu
melarutkan senyawa polar maupun non polar. Lalu dilakukan penyaringan untuk
memisahakan ekstrak metanol kulit nanas dan residu. Ekstrak yang diperoleh
dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan waterbath pada temperatur 500C
hingga diperoleh ekstrak pekat berwarna kecoklatan
Selanjutnya dilakukan uji fitokimia, merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder apa yang terkandung dalam
tumbuhan. Dari hasil uji fitokimia ekstrak kulit nanas menunjukkan hasil positif
golongan alkaloid (pereaksi Meyer) dan tanin. Sedangkan untuk golongan
flavonoid, kuinon dan saponin menunjukkan hasil negatif.
Kemudian dilakukan pembuatan larutan medium korosif H2SO4 0,75 M
dan NaCl 1 M. Pada penelitian ini dipilih H2SO4 dan NaCl yang tergolong larutan
elektrolit yang merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan
sehingga dapat mempercepat laju korosi logam. Pertama, mengencerkan H2SO4 18
M menjadi 0,1 M dan kemudian diencerkan kembali menjadi 0,7 M. Sedangkan
untuk NaCl 1 M dilakukan dengan melarutkan 58,5 gr padatan NaCl dalam 1000
ml aquades diperoleh 1000 ml NaCl 1 M.
Preparasi baja terdiri dari pemotongan baja dengan ukuran 2x1 cm.
Selanjutnya baja-baja tersebut dilubangi dengan diameter 3 mm. Tujuannya untuk
mempermudah saat dilakukan perendaman dalam larutan korosif. Baja yang telah
dilubangi kemudian diamplas yang bertujuan untuk menghilangkan karbon yang
terdapat pada baja. Dilakukan pencucian baja ke dalam aquades dan aseton.
Selanjutnya mengukur panjang dan lebar dari baja-baja tersebut dengan jangka
sorong kemudian ditimbang massa baja. Penimbangan massa baja sebelum dan
sesudah perendaman dibutuhkan untuk menentukan laju korosinya dan % inhibisi.
Perendaman baja dilakukan di dalam larutan H2SO4 dan NaCl selama
variasi waktu 2, 4, 6, 8 dan 10 hari. Variasi waku perendaman bertujuan untuk
melihat pengaruh lamanya perendaman dengan laju korosif dari baja. Baja yang
telah disiapkan kemudian digantung dengan benang, dimasukkan dalam gelas
beaker 50 ml yang berisi larutan H2SO4 dan NaCl. Setelah dilakukan perendaman,
baja dicuci dengan aquades dan aseton. Didiamkan sesaat lalu ditimbang massa
baja setelah perendaman. Kemudian dengan perlakuan yang sama dilakukan juga
perendaman baja pada H2SO4 dan NaCl dengan menggunakan inhibitor.
Dari penampakan fisik, baja yang setelah direndam dalam H2SO4 menjadi
rapuh dan seluruh permukaan baja mengalami korosi. Untuk baja yang direndam
8

dalam NaCl mengalami korosi, namun tidak rapuh seperti baja yang direndam
dalam H2SO4. Jika dilihat dari hasil yang diperoleh proses korosi pada baja
sangat bagus terjadi di dalam larutan H2SO4. Selanjutnya, untuk penampakan fisik
baja yang direndam dalam H2SO4 yang ditambahkan inhibitor korosi tidak rapuh,
untuk karat yang dihasilkan juga tidak terlalu banyak. Untuk baja yang direndam
dalam NaCl yang ditambahkan inhibitor juga menghasilkan penampakan yang
lebih baik jika dibandingkan dengan baja yang direndam dalam NaCl saja. Untuk
penampakan bajanya dilihat dengan video mikroskop.
Ekstrak kulit nanas, produk korosi dari baja yang direndam dalam H2SO4
dan NaCl tanpa menggunakan inhibitor dan yang menggunakan inhibitor
dikarakterisasi dengan FTIR

(a)

(b) (c)

(d) (e)
Gambar 1. (a) Ekstrak kulit nanas, lapisan permukaan baja setelah perendaman
(b) di dalam H2SO4 (c) H2SO4 + inhibitor (c) NaCl (d) NaCl + inhibitor

Gambar 2. Grafik hubungan efisiensi inhibisi dengan waktu perendaman (jam)


(a). di dalam medium korosi NaCl (b). di dalam medium korosi H2SO4

Gambar 3. Grafik hubungan laju korosi terhadap waktu perendaman (a). H2SO4
dan NaCl (b). NaCl dan NaCl+inhibitor (c). H2SO4 dan H2SO4+inhibitor
9

BAB 5. POTENSI HASIL


Potensi hasil yang dicapai dalam penelitian ini yaitu pada limbah kulit
nanas dapat berfungsi sebagai inhibitor korosi pada baja dengan bantuan larutan
medium korosi H2SO4 dan NaCl berdasarkan pengaruhnya terhadap waktu.
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, ekstrak kulit nanas positif mengandung
gugus tanin dan alkaloid. Pada saat perendaman baja pada larutan medium korosi
tanpa inhibitor dan menggunakan inhibitor mengalami perbedaan. Baja yang telah
direndam dengan menggunakan larutan medium korosi tanpa inhibitor mengalami
kerusakan dan pada permukaan baja rapuh sedangkan pada baja setelah direndam
menggunakan larutan medium korosi dengan larutan inhibitor baja tetap kuat dan
tidak rapuh. Pada hasil analisis mikroskop video, terlihat bahwa baja yang
direndam dengan larutan medium korosi tanpa inhibitor terlihat jelas bahwa baja
tersebut rapuh dan rusak sedangkan baja yang direndam larutan medium korosi
dengan larutan inhibitor menghasilkan baja yang kuat serta tidak rusak.
Dari analisis data yang diperoleh, nilai % inhibisi pada hari ke-10 pada
larutan H2SO4 sebesar 57.7105% dan pada larutan NaCl sebesar 66.2498%. Hal
ini dikarenakan faktor waktu yang sangat mempengaruhi perendaman pada baja
sehingga semakin lamanya waktu maka ekstrak kulit nanas untuk menghambat
korosi pada baja semakin baik.
10

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA


Tahapan berikutnya yang akan dilakukan yaitu dilakukan pengulangan
perendaman pada beberapa baja agar data yang diperoleh data yang lebih bagus
dan akan dilakukan karakterisasi SEM pada baja.
11

Lampiran 1. Penggunaan Dana

No. Jenis Pengeluaran Biaya


1 Peralatan Yang diperlukan Rp 350.000,-
2 Biaya Habis Pakai Rp. 300.450,-
3 Adminitrasi Rp. 200.000,-
4 Publish Jurnal Rp. 100.000,-
TOTAL Rp 950.450,-

Lampiran 2. Penggunaan Dana tambahan

No. Jenis Pengeluaran Biaya


1 Aquadest Rp 50.000,-
2 NaOH Rp. 150.450,-
3 HCl Rp. 200.000,-
4 H2SO4 Rp 150.500,-
TOTAL Rp 550.950,-
12

Lampiran 2. Bukti – bukti Pendukung Kegiatan

Pengumpulan kulit nanas Pencucian kulit nanas

Kulit nanas bersih Pengeringan kulit nanas

Kulit nanas yang telah kering Proses maserasi kulit nanas

Penyaringan ekstrak kulit Ekstrak metanol kulit


nanas dan residu nanas
13

Penguapan pelarut metanol Ekstrak kental kulit nanas


ekstrak kulit nanas dengan
waterbath

Skrinning fitokimia Pengeboran baja

Larutan medium korosi Larutan medium


korosi+ Inhibitor korosi

Baja sebelum diamplas Baja setelah diamplas


14

Pencucian baja di dalam Pengeringan baja


aquades dan aseton yang telah dicuci

Pengukuran panjang Penimbangan baja


dan lebar baja

Perendaman baja 2 hari Setelah perendaman


baja 2 hari

Setelah perendaman Perendaman baja 6


baja 4 hari hari
15

Setelah perendaman Setelah perend aman


baja 6 hari baja 8 hari

Perendaman baja 10 hari Setelah perendaman


baja 10 hari

Hasil video mikroskop Hasil video mikroskop


baja yang direndam H2SO4 baja yang direndam
H2SO4+inhibitor

Hasil video mikroskop Hasil video mikroskop


baja yang direndam NaCl baja yang direndam
NaCl+inhibitor

Anda mungkin juga menyukai