Anda di halaman 1dari 88

SEDIAAN

LARUTA
N
A P T. A RI S T H A N O V Y RA P U T RI , M. FA R M.
LARUTAN
1. Definisi, istilah kelarutan dan faktor yang mempengaruhi kecepatan melarut.
2. Sifat larutan
3. Pernyataan konsentrasi larutan
4. Keuntungan dan kerugian larutan
5. Jenis larutan dan sediaan farmasi berbentuk larutan
6. Formulasi larutan
7. Manufaktur larutan
8. Stabilitas larutan

3
DEFINISI LARUTAN
Campuran 2 komponen / lebih yang membentuk fasa tunggal /
homogen (ukuran molekul) ; LARUTAN
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan kimia
terlarut, digunakan dalam berbagai bentuk takaran untuk
pemberian interval/eksternal : BENTUK SEDIAAN CAIR

4
KELARUTAN
Jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu pada
suhu dan tekanan tertentu; sampai terbentuk larutan jenuh

5
ISTILAH KELARUTAN
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut
yang diperlukan untuk
melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 – 10
Larut 10 – 30
Agak sukar larut 10 – 100
Sukar larut 100 – 1000
Sangat sukar larut 1000 – 10000
Praktis tidak larut Lebih dari 10000
6
KECEPATAN MELARUT
Jumlah zat yang dapat larut per satuan waktu

Noyes-whitney : dC = KS (Cs – C)

dt

dC/dt = kecepatan melarutnya obat

K = Konstanta laju pelarutan

S = Luas permukaan zat yang dilarutkan

Cs = Konsentrasi obat pada lapisan difusi

C = Konsentrasi obat pada medium pelarut pada waktu t

7
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN
MELARUT
1. Ukuran partikel
2. Kelarutan
3. Suhu
4. Pengadukan / pengocokan

8
SOLID : zat padat
SOLUTE : zat padat terlarut
SOLVENT : pelarut
SOLUTION : larutan

ISTILAH SOLUBLE : larut


POTIO : bentuk sediaan cair untuk oral
LOTIO : bentuk sediaan cair untuk topikal
DISSOLVE : melarut
DISSOLUTION : disolusi

9
DISSOLUTION RATE : laju disolusi
COLLYRIUM : larutan untuk mata
COLLUNARIUM : larutan untuk hidung
COLLUTORIUM ; larutan untuk mulut
ISTILAH GARGLE / GARGARISMA : larutan untuk
kumur
INJECTIO : larutan untuk disuntikkan
INVUNDIBILIA : injeksi yang diberikan
dalam volume besar secara IV

10
ENEMA / CLYSMA ; sediaan cair untuk
rektum
ISTILAH DROPS : obat tetes untuk oral
GUTTAE : obat tetes untuk bukan oral

11
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN
1. Suhu
2. PH
3. Kosolvensi : penggantian sebagian pelarut dengan pelarut lain untuk
meningkatkan kelarutan. Kosolven : pelarut pengganti
4. Solubilisasi : meningkatkan kelarutan dengan penambahn surfaktan
5. Hydrotrophy : meningkatkan kelarutan dengan penambahan zat bukan
surfaktan

12
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KELARUTAN
6. Like dissolves like : = similia similibus solvuntur : refers to the ability of
polar or non polar solvents to dissolve polar or non polar solutes respectively
7. Konstanta dielektrik
8. Pembentukan kompleks
9. Modifikasi bentuk kimia
Catatan No 8 dan 9 syarat : efek terapi harus tetap sama

13
Berdasarkan sifat fisik, larutan dikelompokkan dalam :

2. SIFAT Koligatif

LARUTAN Aditif

Konstitutif

14
1. Koligatif
Tergantung pada jumlah partikel suatu
larutan
sifat koligatif larutan :

2. SIFAT - tekanan osmotik

LARUTAN - penurunan tekanan uap


- penekanan titik beku
- peningkatan titik didih

15
2. Aditif
Tergantung konstribusi atom dalam molekul
secara menyeluruh / pada jumlah sifat2
konstituen dalam suatu larutan.
contoh : BA : massa atom konstituen
2. SIFAT 3. Konstitutif
LARUTAN Tergantung susunan dalam beberapa hal
pada jumlah dan macam atom dalam suatu
molekul

16
3. PENYATAAN KONSENTRASI LARUTAN
LIHAT FARMAKOPE INDONESIA

17
3. PENYATAAN KONSENTRASI
LARUTAN

LIHAT FARMAKOPE INDONESIA.

Kadar zat terlarut dinyatakan dalam persen % b/b, % b/v,

%v/v

18
4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN LARUTAN

Lebih mudah ditelan (untuk


Obat segera diabsorpsi :
KEUNTUNGAN : keperluan bayi, anak , usia
respon terapi cepat
lanjut)

misal : asetosal :
Mengurangi iritasi, karena merangsang / merusak
Obat terdistribusi merata :
bentuk larutan segera lapisan mukosa lambung
sistem homogen
diencerkan cairan tubuh. (terlokalisasi pada satu
tempat dalam bentuk tablet)

19
KERUGIAN :
Pada tahap : - pembuatan formula
- transportasi
- stabilitas
4. - cara pemberian
KEUNTUNGAN
1. Bersifat voluminous, kurang menyebabkan dalam
DAN
transportasi & penyimpanan
KERUGIAN
LARUTAN 2. Stabilitas rendah : shelf life rendah
3. Perlu pengawet : air merupakan media mikroorganisme
4. Perlu pemanis : menutupi rasa yang tidak enak
5. Ketepatan dosis : tergantung takaran

20
5. JENIS LARUTAN
SOLUT SOLVEN CONTOH
Padat Cair Lar air NaCl Berdasarkan keadaan fisik
dikelompokkan dalam padat, cair, gas
Cair Cair Alkohol dalam
air dari solut & solven

Gas Cair Air Soda 1. SOLUT : zat terlarut, fase terdispersi


(mol / ion)
2. SOLVEN : pelarut, komponen terbesar
dalam sistem & menentukkan fase luar

21
A. AQUEOUS
SOLUTION
Kontrol ukuran Kelarutan dlm
partikel pelarut air

6. Modifikasi
bahan kimia
Kontrol Ph

FORMULASI
LARUTAN Hidrotropi Ko-solven

Konstanta
Kompleksasi
dielektrika

Solubilisasi

22
B. NON AQUEOUS SOLUTION / PELARUT
BUKAN AIR
Penggunaan ko solven

Pelarut minyak dari bahan nabati


6. Alkohol
FORMULASI
Dimetil sulfoksida
LARUTAN
Etil eter

Paraffin lig.

dll

23
C. PENAMBAHAN ADITIF
Buffer
Pewarna
6. Perubah densitas
FORMULASI Pewangi
LARUTAN Isotonis
Pengawet
Antioksidan
pemanis
24
Ad 1. AQUEOUS SOLUTION
i. KELARUTAN DALAM PELARUT AIR
1. Kelarutan
Kuantitatif : konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temp. tertentu
Kualitatif : interaksi spontan dari 2 atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekul homogen
2. Air
Sebagai pelarut / pembawa sed. Farmasi berbentuk cair, tidak toksik
Secara fisiologis dapat dicampurkan
Mempunyai kemampuan melarutkan bahan aktif/ tambahan
25
Jenis air : lihat di farmakope / kompedia
Air minum, air destilata, air bidestilata, air demin,
Ad 1. air
untuk injeksi
AQUEOUS ii. Kontrol pH
SOLUTION pH dari sistem dapar

Asam lemah dan basa lemah

26
iii. Kosolven
Elektrolit lemah dan molekul non polar : kelarutan dalam air
buruk , dapat ditingkatkan dengan penambahan pelarut
yang dapat bercampur air (water-miscible solvent)
Ad 1. Contoh kosolven : etanol, sorbitol, giliserin, propilen glikol
AQUEOUS
SOLUTION iv. Konstanta Dielektrik (KD)
Cara pendekatan untuk kelarutan : persyaratan dielektrik
solut : kelarutan max pada suatu sistem pelarut tertentu
dengan suatu sistem yang mempunyai KD spesifik.
Senyawa berdasarkan KD

27
Ad 1. AQUEOUS SOLUTION
Senyawa berdasarkan KD

Tdk polar (KD 1 -20)

Semi polar (KD 20 – 50)

Polar (KD :75)

KD pelarut ada di pustaka

28
v. Solubilisasi miselar
Definisi (Mc Bain)
Sebagai perubahan spontan yang terjadi pada molekul zat
yang sukar larur larut dalam air ke dalam larutan air sabun /
Ad 1. detergen, sehingga terbentuk suatu larutan yang secara
terrmodinamika stabil.
AQUEOUS Solubilisasi zat : bagaimana meningkatkan

SOLUTION kelarutannya : + surfaktan


Sehingga fenomena Mc Bain ; melibatkan sifat
surfaktan yang membentuk agregat koloidal : misel ;
solubilisasi miselar.

29
Ad 1. AQUEOUS SOLUTION
Surfaktan
Jumlahnya harus benar2 diatur secara cermat
Toksisitas
Ketersediaan hayati : obat akan teradsorbsi dengan kuat terhadap misel
Surfaktan yang tdk cukup : terjadi pengendapan pada saat didiamkan atau pada waktu
mendiamkan sediaan tersebut.
Dpt bercampur dengan pelarut, bhn tambahan lain
Tdk berasa, berbau
Tdk menguap
30
Ad 1. AQUEOUS SOLUTION
Contoh : lemak terhadap vit.
Mekanisme
Solubilisasi : Jumlah surfaktan dlm larutan berada pada KMK atau > dr KMK (konsentrasi misel
kritis)

polar
non polar

Gambar solubilisasi di dalam misel

31
viii. Modifikasi Kimia Obat
Zat sukar larut dalam air : secara kimia diubah menjadi
turunan larut air.
Contoh : Betametason alkohol = 15,8 mg/100 ml 250C

Ad 1.
AQUEOUS Ester 21 dinatrium fosfat = 10 g/100 ml

SOLUTION Kendala : - aktivitas biologi


- toksisitas akut dan kronis
- evaluasi farmasetika
- pengujian klinik

32
Ad 1. AQUEOUS SOLUTION
ix. Ukuran partikel zat padat
Log S = 2 M
So 2.303 RTr
Ket :
S = kelarutan partikel halus dengan jari2 r
So = kelarutan normal partikell (Uk cukup besar)
= energi antar muka
M = bobot molekul partikel padat
R = konstanta gas (8,314 x 107 erg/ der/mol)
T = temperatur mutlak
33
Ad 1. AQUEOUS SOLUTION
Peningkatan kelarutan karena penurunan ukuran partikel akan berhenti bila
partikel mempunyai r sangat halus : kelarutan menurun.

34
7. Manufaktur larutan
Pertimbangan dalam proses perakitan :
1. Kualitas bahan2
2. Formulasi sediaan
3. Proses dan peralatan
4. SDM
5. CPOB

35
7. Manufaktur larutan
1. Kualitas bahan2
Bahan baku : memenuhi syarat spesifikasi (FI)
identitas, kemurnian, bebas dari kontaminasi mikroba
Air : memenuhi syarat
2. Formulasi sediaaan

36
7. Manufaktur larutan
3. Proses dan peralatan
Proses : harus dibuat untuk setiap bentuk sediaan farmasi yang harus diikuti oleh operator
penyimpangan dr prosedur : hrs dipertanggungjawabkan oleh operator
peralatan : - tangki pencampur dgn alat pengaduk
- alat pengukur (besar dan kecil)
- sistem penyaringan
semua alat mudah dibuka, dibersihkan dan disanitasi

37
7. Manufaktur larutan
4. SDM
Operator : pakai penutup kepala selama operasi, sarung tangan, dan penutup
mulut untuk mencegah kontaminasi / pencemaran mikroba

38
7. Manufaktur larutan
5. CPOB
Lihat pedoman CPOB untuk sediaan cair
Wadah : untuk sediaan cair tergantung karakteristik sediaan cairan: tegangan permukaan, busa
pada sediaan dll
Ada 3 prinsip pengisian cairan berwadah :
Penimbangan
Takaran volume
Tinggi permukaan tetap : kalibrasi

39
8. Stabilitas / evaluasi sediaan cair / larutan
Kimia, fisika, biologi
Etilet, wadah/sendok. No batch dan leaflet
Kimia : PK zat berkhasiat, Ph
Fisika : BJ, V, berat sediaan
Biologi : potensi, cemaran mikroba

40
5b. Sed. Farmasi Berbentuk Larutan
Digunakan secara oral
Mixtura : larutan majemuk = lar. Comp. yaitu sediaan cair yang mengandung 2 atau lebih
zat yang terlarut (solute) dalam pelarut tertentu
Sirop : larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi.
Pada sirop sering ditambahkan :
Poliol : sorbitol, gliserol, propilen glikol
berguna untuk menghambat penghabluran (cap locking)
antibakteri

41
PENGGOLONGAN LARUTAN
1. MIKROMOLEKULER

2. MISELER

3. MAKROMOLEKULER

42
1. MIKROMOLEKULER
Larutan mikromolekuler adalah suatu larutan yang mengandung keseluruhannya mikro unit
yang terdiri baik sebagai molekul atau ion, seperti alkohol, sukrose, gliserin, ion natrium dan
ion chlorida dengan ukuran partikel 1 – 10 A0

43
2. MISELER
Larutan miseler. Solut (zat yang terlarut) terdiri dari agregat (misel) dari
solut molekul atau ion. Sifat-sifat larutan secara penglihatan seperti
kejernihan dan kekentalan adalah sama dengan larutan mikromolekul tetapi
nilai ukuran fisika seperti tekanan uap, tekanan osmose, hantaran listrik
menunjukkan perbedaan nyata dibanding nilai larutan mikromolekuler. Misel
adalah sediaan agregat polimolekuler atau poliionik yang dapat mencapai
jarak ukuran partikel koloidal. Jadi larutan miseler dapat dianggap sebagai
larutan perserikatan koloid. Pentingnya misel dalam farmasi terletak pada
kekuatan melarut dan sangat mirip dengan bermacam-macam sistem
biologik.

44
3. MAKROMOLEKULER
Larutan makromolekul adalah sistem dimana solutnya
merupakan dispersi molekuler seperti pada larutan
mikromolekuler. Perbedaannya hanya satu aspek yang penting
yaitu Berat Molekul dan ukuran dari makromolekul adalah
lebih besar hingga sistem mempunyai sifat-sifat yang unik.
Sebagai contoh larutan CMC, Albumin, DNA dan PVP. Larutan
tersebut dikenal sebagai monofasik.

45
TIPE LARUTAN
Bila suatu zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan terjadi bermacam-
macam tipe larutan sbb :
1. Larutan encer yaitu jumlah zat A yang terlarut kecil
2. Larutan pekat yaitu larutan mengandung fraksi yang besar dari zat A
3. Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang
dapat larut dalam air pada tekanan dan suhu tertentu.
4. Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada suhu kamar tertentu.

46
Nilai atau deskripsi kualitatif beberapa parameter fisika-kimia dari
zat terlarut dan pelarut dapat membantu mendapatkan gambaran
mengenai keterlarutan suatu obat. Beberapa faktor dan konsep
yang penting yang menentukan kelarutan obat adalah :
1. Polaritas
2. Co-solvensi
INTERAKSI 3. Parameter kelarutan
PELARUT – 4. Suhu
ZAT 5. Salting out
6. Salting in
TERLARUT 7. Hidrotopi
8. Pembentukan kompleks
9. Efek bersama ion
10. Ukuran partikel
11. Ukuran dan bentuk molekul
12. Struktur air
47
1. POLARITAS

Aturan yang terkenal yaitu like dissolves like berdasarkan pada observasi bahwa
molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut timbal-balik yaitu
molekul polar akan larut dalam media yang serupa yaitu polar, sedangkan molekul non
polar akan larut dalam media non polar. Konsep polaritas kurang jelas apabila
diterapkan pada kelarutan yang rendah, terbentuk misel dan berbentuk hidrat padat

48
2. Co- solvensi

Co-solvensi dapat
Campuran pelarut untuk
dipanndang sebagai
melarutkan zat tertentu
modifikasi polaritas dari
yang banyak digunakan
sistem pelarut terhadap zat
untuk membuat larutan
terlarut atau terbentuknya
obat.
pelarut baru.

49
3. Parameter kelarutan
Dikembangkan oleh Hildbrand sebagai alat untuk meramal kelarutan cairan dan substansi
amorf dalam banyak macam pelarut dari industri.
∆δ = (∆E)
V1/2
(∆E) = kerapatan enersi kohesi
V1/2
δ = parameter kelarutan

50
3. Parameter kelarutan

Kerapatan enersi kohesi : ukuran enersi yang diperlukan untuk 1 ml cairan


mengatasi semua kekuatan intermolekuler yang memegang molekul-molekul
bersama-sama.

51
4. Suhu
Kebanyakan senyawa farmasetis pada kenaikan suhu akan naik kelarutannya
kecuali senyawa metilselulose dan kalsium hidroksida.
Proses eksoterm dapat digambarkan :
Zat terlarut + pelarut larutan + panas (I)
Proses endoterm dapat digambarkan :
Panas + Zat terlarut + pelarut larutan(II)

52
4. Suhu

Jadi pada peristiwa eksoterm, bila suhu dinaikkan maka kelarutan zatnya
akan berkurang karena reaksi bergeser ke kiri. Sedangkan pada peristiwa
endoterm, bila suhu dinaikkan maka kelarutan zatnya akan bertambah,
karena reaksi bergeser ke kanan.

53
5. Salting out
Peristiwa pengendapan zat terlarut (biasanya zat organik) disebabkan oleh
penambahan jumlah besar garam yang sangat mudah larut pada larutan air
dari senyawa organik. Peristiwa ini merupakan kompetisi antara garam dan
senyawa organik terhadap molekul pelarut yaitu air. Contoh peristiwa ini
adalah : camphora dan oleum menthae piperitae dalam air aromatik. Larutan
metilselulose dalam air oleh penambahan NaCl.
Mekanisme peristiwa ini adalah bahwa interaksi metilselulose dan air adalah
inkompatibel dengan interaksi NaCl dengan air dan sebagai hasil terjadi
dehidrasi dari Metilselulose dan mengakibatkan peristiewa “salting out”

54
6. Salting in
Ialah peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu
senyawa organik dengan penambahan suatu garam dalam
larutannya. Sebagai contoh adalah globulin tidak larut
dalam air tetapi dapat larut dalam larutan garam encer
dalamair.

55
7. Hidrotopi
Ialah peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu
senyawa yang tidak larut atau sukar larut dengan
penambahan suatu senyawa lain yang bukan zat
surfaktan. Mekanismenya mungkin salting in
kompleksasi atau kombinasi beberapa faktor.

56
8. Pembentukan kompleks
Ialah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut
dengan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks
yang larut. Sebagai contoh larutan Jodium dalam larutan KJ atau
NaJ dalam air.Disini terjadi senyawa kompleks Triiodida = KJ + J2
KJ3
Juga larutnya coffein didalam larutan Natrii Salisilat atau Natrii
Benzoat dalam air.Senyawa kompleks ini bersifat reversibel
mudah terjadi disosiasi dan melepas zat aktifnya dan memberi
efek terapi

57
9. Common ion effect
Obat yang tak larut sering dibuat sebagai suspensi di sini ada keseimbangan
antara partikel padat dengan larutan jenuhnya. Sebagai contoh adalah
suspensi procain penicilin. Dengan penambahan procain HCl yang mudah
larut dalam air akan mengurangi penicillin ion dalam larutan, karena produk
keterlarutan (Ksp) suatu senyawa pada suhu konstan adalah tetap. Dapat
digambarkan sebagai berikut :
Ksp prokain penisilin = (Prokain) (Penisilin). Karena (prokain) naik, maka
(penisilin) akan turun. Dengan demikian shelf life dari penisilin akan naik.

58
Efek ukuran partikel dari zat terlarut dalam
sifat keterlarutannya terjadi hanya bila
partikel mempunyai ukuran dalam sub
10.Ukuran mikro dan akan terlihat kenaikan kira-kira
partikel 10% dalam kelarutannya. Kenaikan ini
disebabkan adanya enersi bebas permukaan
yang besar dihubungkan dengan partikel
yang kecil.

59
Sifat-sifat dapat melarutkan dari air
sebagian besar disebabkan oleh ukuran
yang kecil dari molekulnya. Zat cair dapat
mempunyai polaritas, konstanta dielektrik
11. Ukuran dan dan ikatan hidrogen dapat menjadi pelarut
bentuk yang kurang bagi senyawa ionik,
disebabkan ukuran partikelnya lebih besar
molekul dan akan sukar bagi zat cair untuk
menembus dan melarutkan kristal. Bentuk
dari molekul zat terlarut juga merupakan
faktor di dalam meneliti keterlarutan

60
Struktur air merupakan anyaman molekul tiga
dimensi dan struktur ikatan hidrogen menentukan
12. Struktur sifat-sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut.
dari air Strukturnya dapat dimodifikasi secara kualitatif
dan kuantitatif oleh banyak faktor seperti suhu,
permukaan dan zat terlarut.

61
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis
obat atau lebih dalam pelarut air suling kecuali
dinyatakan lain, dimaksudkan untuk digunakan
sebagai obat dalam, obat luar atau untuk dimasukkan
LARUTAN - ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan (solutio) steril
yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi
MIXTURA syarat yang tertera pada injectiones
Mixtura : larutan yang homogen (zat yang terlarut hanya
satu jenis obat) misal mixtuta brometorum

62
Sesuai dengan penggunaan, larutan dibagi menjadi :

Larutan steril

LARUTAN Larutan tidak steril

Larutan antiseptik

63
Larutan steril meliputi :

Larutan untuk penggunaan luar sebagai


pengobatan luka atau kulit terbuka
Larutan iritasi kandung kemih
1. LARUTAN
STERIL Larutan intraperitonium

Baik alat maupun larutannya disterilkan dalam

wadah yang steril.

64
2. LARUTAN TIDAK STERIL
Larutan tidak steril meliputi :
a. Larutan obat dalam, baik larutan yang langsung diminum atau yang harus diramu lebih
dulu.
b. Larutan obat untuk kulit,
c. Larutan hemodialisa.
Pada pembuatan larutan supaya dihindari
sedapat mungkin adanya kontaminasi oleh
bakteri dan jasa renik yang lain.

65
3. LARUTAN ANTISEPTIK

Larutan antiseptik, mudah sekali dicemari oleh jasa renik yang telah resisten.
Oleh karena itu air yang digunakan harus air suling atau air yang baru
dididihkan, wadahnya harus betul-betul bersih dan tidak menggunakan tutup
gabus. Larutan antiseptik tidak boleh digunakan lebih dari satu minggu sejak
tutup dibuka. Larutan yang digunakan sebagai antiseptik untuk mata yang
luka atau dimaksudkan ke dalam rongga tubuh harus disterilkan dulu.
Larutan antiseptik yang steril di dalam wadah tertutup mudah dibedakan
dengan wadah untuk larutan transfusi termasuk larutan infusi. Pada etiket
harus tertera : larutan steril, tidak disuntikan.

66
Contoh kelarutan beberapa zat (1 g zat dalam
x ml pelarut)

NAMA ZAT AIR ALKOHOL

ATROPIN 0,5 5

CODEIN 120 2

LUMINAL 1000 8

67
SEDIAN FARMASI BERUPA
LARUTAN

Collutoria Collyria Elixir

Gargarisma Potiones Sirup

68
1. COLLUTORIA
Collutoria adalah larutan pekat dalam air yang mengandung bahan deodoran,
antiseptika, anestetika lokal atau astrigen. Disimpan dalam botol putih,
bermulut kecil. Etiket harus ditulis : tidak boleh ditelan. Untuk cuci mulut,
disebut pula cara pengenceran.

69
2. COLLYRIA
Collyria adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas
partikel asing, isotonis dan digunakan untuk mencuci mata,
dapat ditambahkan larutan dapar dan pengawet. Wadah yang
dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang tertutup
kedap.
Dalam etiket dicantumkan :
a. Lama masa penggunaan setelah wadah dibuka tutupnya.
b. Tertulis: obat cuci mata. Obat cuci mata dengan zat
pengawet paling lama dapat digunakan untuk 7 hari setelah
wadah dibuka sedangkan yang tanpa pengawet selama 24
jam
70
3. ELIXIR
Elixir adalah sediaan berupa larutan obat dengan zat tambahan
seperti gula, zat pengawet, zat pewarna dan zat pewangi
sehingga mempunyai rasa dan bau yang sedap. Elixir ini
digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama adalah
etanol 90% dan dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan
propilenglikol. Karena eliksir bersifat hidroalkohol maka dapat
menjaga obat baik yang larut dalam air etanol dalam larutan
eliksir. Kadar etanol berkisar antara 3% sampai 44% dan
biasanya eliksir mengandung etanol 5 – 10%.

71
Kurang manis dan
kurang viscous,
karena kandungan
Dibandingkan gula lebih kecil
dengan sirup, elixir : sehingga elixir
kurang efektif dalam
menutupi rasa zat
aktif.

3. ELIXIR
Karena berkarakter
Karena stabil dan
hidroalkoholik,
mudah dibuat
elixir dapat
(simple solution)
melarutkan bahan
secara
yang bersifat water-
manufacturing elixir
soluble dan alcohol-
lebih disukai.
soluble.

72
Pembagian elixir :
1. Nonmedicated elixirs
- to a pleasant tasting vehicle
- the dilution of an existing medicated elixir
3. ELIXIR - example : aromatic elixir, compound benzaldehyde
elixir, iso alcoholic elixir
2. Medicated elixir ; (a single) therapeutic agent :
Antihistamine elixirs (Diphenhydramine HCl,
Brompheniramine Maleate etc.)

73
Contoh phenobarbital elixir
R/ Phenobarbital 4
Ol. Citri 0,25
Propilenglikol 100 ml
3. ELIXIR Etanol 100 ml
sorbitol solution 600 ml
Corr. Coloris qs
Aq.dest.ad 1 liter

74
Digunakan pada mulut dan kerongkongan : obat
kumur2 dan obat pembilas mulut.

Digunakan kedalam rongga tubuh : obat tetes


telinga dan obat tetes hidung

3. ELIXIR Lain2 :
• Spiritus : larutan dari bahan berbau harum, dengan pelarut
mengandung alkohol.
• Tinctur : larutan yang dibuat dengan menyari unsur2 dari
bahan obat alam
• ekstrak cair : berupa larutan dari zat kimia yang dilarutkan
dalam alkohol atau dalam suatu pelarut yang mengandung
hidro-alkohol

75
Lain2 :
Air aromatik : larutan dengan bahan berbau
harum, dengan pelarut air.
Infusa : rebusan (air) pada suhu 900C, 15
menit dari bahan alam.

76
4. Gargarisma
Gargarisma (obat kumur) adalah sediaan berupa larutan obat
umumnya pekat dan bila digunakan diencerkan dulu. Gargarisma
digunakan sebagai pencegah atau pengobatan infeksi tenggorokan
dan tujuan penggunaan gargarisma ialah agar obatnya dapat
langsung mengenai selaput lendir yang ada di dalam tenggorokan
dan bukan sebagai pelindung selaput lendir maka tidak digunakan
bentuk suspensi dan bahan berlendir tidak cocok sebagai obat
kumur. Dalam etiket harus tertera :
a. Hanya untuk kumur, jangan ditelan
b. Sebelum digunakan diencerkan.

77
5. Potiones
Potiones adalah sediaan yang berupa cairan untuk
diminum, dibuat sedemikian rupa hingga dapat
digunakan sebagai dosis tunggal dalam volume yang
besar, umumnya 50 ml.

78
6. Sirup
Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol atau polialkohol yang lain dalam jumlah
sedikit dengan maksud untuk meningkatkan kelarutan obat dan
menghalangi pembentukan hablur sakarosa. Kadar sakarosa dalam
sirup adalah 64 – 66 % kecuali dinyatakan lain. Larutan gula yang
encer merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi dan bakteri.

79
6. Sirup
Ada 3 macam sirup :
a. Sirup simpleks mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25%
b/v
b. Sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi
atau zat penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk
menutupi rasa dan bau obat yang tidak enak.

80
6. Sirup
Komponen sirup :
Sirup mengandung komponen2 yang ditambahkan kedalam air dan zat aktif, seperti :
a. Gula : biasanya sukrose, dextrose
pengganti gula : sorbitol, gliserin, propilen glikol
digunakan sebagai sw
b. Antimikrobial preservatives : benzoic acid/Na 0,1-0,2 %, metil/propil/butil paraben
< 0,1 %
Jika sudah mengandung alkohol 15-20% (sebagai solvent) : tanpa pengawet

81
6. Sirup
Komponen sirup :
c. Flavorants
Syntetic
Naturally : volatile oil (orange oil), vanilin untuk melarutkan volatile oil kadang2
dibutuhkan sejumlah kecil alkohol

d. Colorant : berkorelasi dengan flavorant mis : green with mint, brown with chocolate
biasanya bersifat : water soluble, non reactive dengan komponen sirup, stabil pada
range pH.

82
6. Sirup
Komponen sirup :
e. Special solvents
f. Solubilizing agents
g. Thickeners ditambahkan pada sirup
komersial
h. Stabilizers

83
6. Sirup
Pada sirup sering ditambahkan :
poli-ol : sorbitol, gliserol, propilen glikol.
guna : menghambat penghabluran (cap locking).

84
Pembuatan Sirup
Berdasarkan sifat fisika kimia bahan
1. Pemanasan : untuk membantu kelarutan gula Mis : acasia syrup jika
panas berlebih, sukrosa mengalami hidrolisis inversi gula invert
terurai (warna dan rasa berubah, rentan terhadap fermentasi,
pertumbuhan mikroba). Kecepatan inversi meningkat dengan asam dan
ion hidrogen (sebagai katalisator)
2. Pengadukan tanpa pemanasan : waktu lebih lama, kestabilan maksimal.
Waktu tangki besar stainless steel atau dilapis gelas dilengkapi
pengaduk mekanik/pemutar.

85
Pembuatan Sirup
2. Pengadukan tanpa pemanasan : waktu lebih lama, kestabilan maksimal. Waktu tangki besar
stainless steel atau dilapis gelas dilengkapi pengaduk mekanik/pemutar. : R/
Mis : Ferro sulfat syrup
FeSO4 135
Asam sitrat 12
Lar. Sorbitol 350
gliserin 50
Na Benzoat 1
Flavor : qs
Ai ad 1000

86
Pembuatan Sirup
3. Penambahan sukrosa ke dalam larutan zat aktif atau larutan flavor. Zat
aktif : tinctur, extract cair Misal : Senna syrup
4. Perkolasi : sukrosa diperkolasi atau sumber komponen obat diperkolasi
menjadi ekstrak yang akan ditambahkan sukrosa atau sirup
kedalamnya. Misal : Tolu balsam syrup, Ipeca syrup

87

Anda mungkin juga menyukai