Anda di halaman 1dari 83

MATRIKULASI

FORMULASI DAN
TEKNOLOGI
SEDIAAN LIQUIDA
DAN SEMISOLIDA

Fenita Shoviantari

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri


September 2022
Antasida DOEN
Suspensi Ambroxol
Sirup

Mengapa Bentuk Sediaannya Berbeda?

Macam – Macam Sediaan


Liquid
Scott’s Emulsion
Ambroxol Sirup
• Bahan aktif : Ambroxol HCl
• Kelarutan :
Larut dalam air, praktis tidak larut dalam
diklorometan, larut dalam metil alkohol.

Antasida DOEN Suspensi


• Bahan aktif : Al(OH)3, Mg(OH)2
• Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam air dan etanol

Scott’s Emulsion
• Bahan aktif : Minyak Ikan Cod
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan
etanol
SEDIAAN CAIR

SISTEM PADAT + CAIR


LARUTAN CAIR + CAIR
HOMOGEN GAS + CAIR
( 1 FASA )

PADAT + CAIR
SUSPENSI

SISTEM
HETEROGEN
( 2 FASA )
EMULSI CAIR + CAIR
Solutio atau Larutan
Adalah sediaan cair sistem satu fasa yang
terdiri dari dua atau lebih bahan.

Adalah sediaan cair yang mengandung


satu atau lebih zat kimia yang terlarut
(FI ed IV).

Contoh: SIRUP = gula + air


= larutan gula dalam
air
= sistem satu fasa
Solutio atau Larutan (2)
- Bahan obat terlarut  solut
- Bahan pelarut  solven
a. Solven tidak berkhasiat
Contoh: air
b. Solven berkhasiat
Contoh: - Sol. Acidi borici
- Sol. Camphora
spirituosa
Persyaratan Solutio
1. STABIL - JERNIH
- Stabil  fisika dan kimia
- Jernih  - tidak ada endapan
- dapat meneruskan cahaya

2. HOMOGEN
Keuntungan Solutio

1. Dosis lebih bervariasi / tepat.


2. Absorpsi dapat lebih cepat.
3. Tepat untuk bahan
higroskopis
4. Mudah penggunaannya.
Kerugian Solutio

1. Pengemasan &
pengangkutan sulit.
2. Rasa & bau bahan yang tidak
enak sulit ditutupi.
3. Tidak dapat untuk bahan
yang terurai dalam bentuk
larutan.
KOMPOSISI
UMUM Solutio
Bahan obat  solut
Bahan pelarut  solven
Bahan pembantu

Bahan obat  padat, cair


Bahan pelarut  pembawa / vehiculum
Bahan pembantu :
- corigens : saporis, odoris, coloris
- pengawet
Bahan Obat Solutio
BAHAN OBAT
 harus terlarut

Bagaimana jika bahan obat sukar larut


???

SOLUSI:
• - Menaikkan kelarutan
• - Mempercepat kelarutan
Cara Mempercepat Kelarutan

1.
Memperkecil 2. Pengadukan 3. Pemanasan
ukuran partikel
1. Memperkecil Ukuran partikel

• Semakin kecil ukuran partikel 


semakin cepat larut
Cara Mempercepat Mengapa??
Kelarutan •  ukuran partikel kecil  luas
permukaan besar  kontak dengan
pelarut semakin besar  yang teramati:
semakin cepat larut.
Cara Mempercepat Kelarutan

2. Pengadukan

Pengadukan mempercepat
penggantian pelarut di
permukaan solut

Pelarut jenuh diganti dengan


pelarut belum jenuh

Solut semakin cepat larut


3. Menaikkan Suhu
Cara
Mempercepat Endotermik : suhu meningkat 
Kelarutan kelarutan lebih cepat
Cara Menaikkan
Kelarutan
1. Penggantian bentuk yang tepat (like
dissolves like)
2. Dilarutkan dalam pelarut campuran
(kosolven)
3. Dibuat bentuk kompleks yang larut
4. Pengaturan pH
5. Penambahan solubilizing agent
Cara menaikkan kelarutan:
1. Penggantian bentuk yang tepat (like dissolves like)

- solut polar larut dalam pelarut polar


- solut non polar larut dalam pelarut non polar

Contoh:
- garam alkaloid larut dalam pelarut polar
(Ephedrin HCl) (air)
- alkaloid base larut dalam pelarut non polar
(Ephedrin base) (minyak)
Cara menaikkan kelarutan:
2. Dilarutkan dalam pelarut campuran (kosolven)

Phenobarbital, paracetamol, dll sukar larut dalam air


 kelarutan akan naik bila dilarutkan dalam pelarut
campuran.

Contoh: Elixir Phenobarbital  pelarut: air, alkohol, gliserin


R/ Phenobarbital 0,3
Alkohol qs pelarut
Glycerin qs pelarut
Aquadest ad 100 ml pelarut
m.f. Solutio
Cara Peracikan Sediaan Larutan

Cara menaikkan kelarutan:


2. Dilarutkan dalam pelarut campuran

Solubility of Phenobarbital in Alcohol-Glycerin-Water Systems at 25ºC x 0.1º 201


Cara Peracikan Sediaan Larutan

Cara menaikkan kelarutan:


3. Dibuat bentuk kompleks yang larut

Iodium sukar larut dalam air tetapi larut dalam


larutan pekat KI atau NaI  membentuk garam
rangkap yang mudah larut.

Contoh: pembuatan Solutio Lugoli


R/ Iodide 50
Potasium Iodide 100
Aquadest ad 1000 ml
m.f. Solutio
Cara Peracikan Sediaan Larutan

Cara menaikkan kelarutan:


4. Pengaturan pH

- asam larut dalam suasana basa


- basa larut dalam suasana asam

5. Penambahan solubilizing agent

Penambahan zat tertentu yang dapat menaikkan


kelarutan, misal: Tween
Cara Peracikan Sediaan Larutan

BAHAN PELARUT

Kecuali dinyatakan lain, yang disebut pelarut ialah


air suling.

MACAM CONTOH
Alkohol Salicyl Spiritus
Gliserin Borax glycerin
Propilenglikol Obat tetes telinga Chloramphenicol
Minyak Solutio Camphora Oleosa
Cara Peracikan Sediaan Larutan

BAHAN PEMBANTU

Corigens: - saporis Sangat berpengaruh


- coloris pada anak-anak
- odoris

Pengawet  untuk penyimpanan lama


Pengertian sediaan suspensi

Suspensi adalah sediaan cair yang


mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair (FI ed V)

Adalah sediaan cair yang mengandung


partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair (FI ed IV).
Persyaratan sediaan suspensi

• Bahan yang terdispersi harus halus dan tidak


boleh cepat mengendap.
• Pengocokan pelan  endapan harus dapat
terdispersi kembali.
• Dapat mengandung bahan tambahan untuk
stabilitas.
• Kekentalan tidak boleh terlalu tinggi agar mudah
dikocok atau dituang.
KOCOK DIBIARKAN

Bahan padat tak larut


dalam pembawa Pembawa

Cara
mengatasi?

Pembawa
KOCOK DIBIARKAN

Bahan
Pensuspensi
Pemakaian sediaan
suspensi
Digunakan untuk : - obat dalam
- obat luar

Contoh :
- Pengobatan melalui oral  suspensi oral
Misal: Chloramphenicol
suspension
- Pengobatan pada kulit  suspensi topikal
Misal: Calamin lotion
Mengapa dibuat suspensi ?
Mengapa tidak dibuat bentuk sediaan
serbuk / tablet / kapsul ?

SEDIAAN
SUSPENSI
Tujuan Pemberian
Bentuk Sediaan Suspensi
• Bahan obat tidak larut tetapi
dikehendaki dalam bentuk cair

Misal:
- Penderita tidak bisa menelan tablet
atau kapsul
- Mempermudah penggunaan / efek
pemakaian lebih baik
Tujuan Pemberian Bentuk
Sediaan Suspensi
• Untuk memperbesar stabilitas bahan obat
 suspensi lebih stabil daripada larutan

Misal:
- Tetracyclin HCl  larutan  cepat rusak
- Tetracyclin base  suspensi  stabil

Pada umumnya, bahan obat yang mudah


terurai dibuat dalam bentuk suspensi kering
atau dry syrup.
Tujuan Pemberian Bentuk Sediaan Suspensi

3. Untuk memperbaiki rasa


 suspensi lebih enak daripada larutan

Misal:
- Chloramphenicol  larutan  pahit
- Chloramphenicol palmitat / stearat 
suspensi  rasa lebih enak
Cara Peracikan Sediaan Suspensi

KOMPOSISI UMUM:
R/ Bahan obat tidak larut
Bahan pensuspensi
Bahan pembantu
Bahan tambahan
Bahan pembawa

Bahan tambahan, a.l.: - Bahan pembasah


- Bahan pengawet
- Corrigens
Pengertian Sediaan Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu


cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang
merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa, sistem ini
disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya,
jika air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti
minyak merupakan fase pembawa, sistem ini
disebut emulsi air dalam minyak.
(Farmakope Indonesia Edisi VI)
DIKOCOK DIBIARKAN
M
A
Cara
mengatasi?

M
A
DIKOCOK DIBIARKAN

EMULGATOR
atau
SURFAKTAN

Agar sistem stabil :


Perlu ditambah emulgator atau surfaktan yang bekerja di ruang antara kedua
fase  untuk mencegah pemisahan fase – fase tersebut.
Emulsi terdiri dari:

FASE MINYAK FASE AIR


( LIPOFILIK ) ( HIDROFILIK )

A KOCOK
E M
EMULSI

EMULGATOR
atau
SURFAKTAN
Persyaratan sediaan emulsi

1. Stabil  fisis dan kimiawi.


Homogen  dosis tepat dan seragam.
2. Ukuran partikel fase dalam kecil dan sama
besar.
3. Tidak terjadi creaming dan cracking.
Macam sediaan emulsi

Menurut tipe emulsi


Minyak / Air = Oil / Water
M/A = O/W
M
A

Air / Minyak = Water / Oil


A/M = W/O

Menurut konsistensi
a. Cair, misal: emulsi minyak ikan
b. Semisolida, misal: krim
Tujuan Pemberian Bentuk
Sediaan Emulsi

1. Rasa dan bau tidak enak dari minyak


dapat ditutupi
2. Minyak dalam butir halus  mudah
dicerna
3. Memudahkan pemakaian untuk obat luar
- Pengolesan  tipe A/M
- Pencucian  tipe M/A
Ketidakstabilan Emulsi

1. Coalescence
2. Flocculation / Flokulasi
3. Creaming
4. Breaking / CrackingPecah
1. Coalescence

Coalescence merupakan
proses Ketika dua atau lebih
droplet bergabung dan
membentuk droplet yang lebih
besar.
2. Flokulasi

Flokulasi adalah suatu


peristiwa terbentuknya
kelompok-kelompok globul
yang posisinya tidak
beraturan di dalam emulsi
3. Creaming

terjadi bila butiran fase dalam terflokulasi


dan terkonsentrasi pada salah satu
bagian emulsi
Ada dua jenis creaming:
- ke atas  upward creaming
(creaming)
- ke bawah  downward creaming
(sedimentasi)
Peristiwa creaming ini reversible dan
dapat diperbaiki dengan pengocokan.
4. Cracking / Breaking

Bila kedua fase dalam emulsi memisah


menyeluruh  sistem emulsi pecah
Cracking tidak dapat diperbaiki dengan
pengocokan karena bersifat irreversible.

Untuk mencegah terjadinya cracking dapat


dilakukan dengan:
1. Viskositas media dinaikkan
2. Tegangan antar permukaan diturunkan
Studi sifat fisika, kimia, farmakologi, mikrobiologi,
toksikologi dan sifat – sifat khusus bahan aktif

Penentuan bentuk sediaan yang sesuai

Langkah – Langkah Penentuan dosis, takaran terkecil, dan kemasan

Rancangan Penentuan rancangan spesifikasi sediaan

Formulasi Penyusunan formula

Rancangan pembuatan dan evaluasi / control kualitas

Rancangan label, leaflet, kemasan/wadah


Pertimbangan Bentuk Sediaan Larutan

Stabilitas bahan aktif


dalam bentuk terlarut,
Kelarutan bahan aktif termasuk
keberadaannya dalam
bentuk tak terion
Penentuan macam komponen disesuaikan
dengan kebutuhan untuk mendapatkan
sediaan yang bermutu (aman, efektif, stabil,
aseptabel)

Pemilihan bahan yang digunakan harus


mengacu pada kepentingan bahan aktif dan
Penyusunan Formula jumlah penggunaannya harus
mempertimbangkan efektivitas serta
keamanan.

Untuk bahan tertentu perlu dipertimbangkan


ketentuan Acceptable Daily Intake (ADI)
Komposisi Sediaan Liquid
Solubilizer /
Preservatif /
Bahan aktif Kosolven sistem Dapar
pengawet
/ agen pelarut

Thickening Antifoaming
Anticaplocking
agent / Antioksidan agent /
agent
pengental antibusa

Flavouring / Sweeteners / Coloring /


perasa perasa pewarna
Merupakan komponen utama
dalam suatu formulasi

1. Bahan Aktif
Diperlukan studi praformulasi
mendalam untuk mengatahui
karakterisasi bahan aktif untuk
dapat menentukan eksipien
yang sesuai
2. Solubilizer

• Beberapa bahan aktif yang memiliki kelarutan


rendah dalam pelarutnya membutuhkan
suatu bahan untuk dapat meningkatkan
kelarutannya.
• Bahan tersebut dapat berupa solubilizer
(peningkat kelarutan) atau kosolven (pelarut
campur)
• Contoh: surfaktan, etanol
3. Dapar
• Pendaparan sediaan dilakukan bila:
a. Kelarutan bahan aktif dipengaruhi
pH
b. Bahan aktif stabil pada pH tertentu
Dapar / buffer adalah
(rentang pH stabilitas sempit)
Tujuan penggunaan dapar
suatu bahan yang dapat
mempertahankan pH
dalam sediaan adalah
untuk mempertahankan
c. Air sebagai pelarut (ion H+ dari air
dengan penmbahan sedikit
asam dan sedikit basa.
stabilitas dari sediaan . dapat merubah pH)

Contoh:
Dapar fosfat – fosfat
Dapar fosfat citrat
Persyaratan
Dapar
• Mempunyai kapasitas yang memadai dalam
kisaran pH yang diinginkan (0,1 – 0,5)
• Secara biologis harus aman
• Tidak mempengaruhi stabilitas produk akhir
• Memberikan warna dan rasa yang dapat diterima
• Gunakan bahan dapar yang memiliki harga Ka
dengan pH yang diinginkan
4. Preservatif / Pengawet
• Perubahan fisika kimia yang
ditimbulkan akibat sediaan yang
terkontaminasi:
Beberapa sumber kontaminasi a. Secara fisika: perubahan warna,
Pengawet digunakan untuk
dapat berasal dari:
• Bahan baku
viskositas, reologi, timbul gas,
menjamin stabilitas sediaan /
bahan aktif
• Wadah
• Peralatan dan bau
• Lingkungan
• Operator
b. Secara kimia: hidrolisa,
inaktivasi pengawet, perubahan
pH
Persyaratan Pengawet
Harus efektif terhadap mikroorganisme • Contoh pengawet yang banyak
spektrum luas digunakan dalam sediaan farmasi:
1. Golongan asam
Stabil secara fisik, kimia, mikrobiologi 2. Golongan netral
selama penyimpanan 3. Golongan merkuri
4. Golongan senyawa ammonium
kuartener
Tidak toksis, tidak mengiritasi, cukup
larut, dapat bercampur dengan
komponen lain dalam formula, aseptabel
PENGAWET
No. Golongan Contoh Konsentrasi Umum
1 Asam Asam borat dan garamnya 0,5 -1,0%
2 Asam sorbat dan garamnya 0,05 – 0,2%
3 Asam benzoat dan garamnya 0,1 – 0,3%
4 Ester – ester alkil dari p-hidroksi benzoate 0,001 – 0,2%
5 Netral Klorbutanol 0,5%
6 Benzil alcohol 1%
7 β fenil etil alcohol 0,2 – 1%
8 Merkuri Fenilmerkuri asetat dan nitrat 0,002 – 0,005%
9 Nitromersol 0,001 – 0,1%
10 Thimerosal 0,001 – 0,1%
11 Amonium Benzalonium Klorida 0,004 – 0,02%
12 Kuartenener Setilpiridinum klorida 0,01 – 0,02%
Macam Mikroba yang Sering
Mengkontaminasi Sediaan
Farmasi, antara lain:

• Eschericia coli
• Pseudomonas aeruginosa
• Staphilococcus aureus
• Candida albicans
• Aspergilus niger
• Salmonela Sp.
Efektivitas Pengawet
•Efektivitas dari pengawet dapat dipengaruhi oleh:
• Kelarutan dalam air
• Partisi dalam fase polar / non polar
• Disosiasi karena pengaruh pH lingkungan terkait dengan
keberadaannya dalam bentuk terion atau tak terionkan
• Interaksi dengan bahan lain dalam formula, missal pengaruh
adanya surfaktan dalam formula

•Sering dijumpai pemakaian pengawet dalam kombinasi dengan


tujuan untuk meningkatkan efektivitas.
•Contoh: Penggunaan nipagin dan nipasol dalam sediaan dapat
meningkatkan efektivitas pengawet karena dapat sekaligus sebagai
antibakteri dan antifungi.
5. THICKENING AGENT / PENGENTAL

 Sediaan yang terlalu encer kurang aseptabel digunakan secara per oral
dikarenakan mudah tumpah sehingga dibutuhkan suatu bahan untuk
dapat meningkatkan viskositas sediaan.
 Thickening agent adalah suatu bahan yang dapat memperbaiki
konsistensi sediaan.
 Contoh: propilen glikol, polietilen glikol, sirupus simplex
Pada suatu formula sediaan yang mengandung
surfaktan dan proses pembuatannya menggunakan
pengadukan berkecepatan tinggi sangat
memungkinkan munculnya busa pada sediaan.

6. Antifoaming Busa yang tidak diinginkan ini dapat dihilangkan


atau diminimalisir dengan penambahan antifoaming
Agent agent.

Bahan – bahan yang dapat berfunsi sebagai


antifoaming agent biasanya adalah golongan poli-ol,
misalnya etanol.
7. Antioksidan

BEBERAPA BAHAN AKTIF ADA YANG MUDAH UNTUK MENGHAMBAT PROSES TERSEBUT, AGAR CONTOH: ASAM ASKORBAT, ALFA TOKOFEROL,
MENGALAMI PROSES OKSIDASI. BAHAN AKTIF TETAP STABIL DAN TIDAK RUSAK MAKA SODIUM METABISULFIT
DATA DITAMBAHKAN ANTIOKSIDAN UNTUK
MENCEGAH TERJADINYA OKSIDASI BAHAN AKTIF.
8. Anti Caplocking Agent

Pada suatu formula sediaan yang mengandung sakarosa atau gula


dapat terjadi caplock / tutup sulit dibuka akibat terjadi rekristalisasi
sakarosa pada mulut botol.

Reskristalisasi sakarosa pada tutup botol ini diakibatkan terjadinya


penguapan dari komponen pelarut yang mudah menguap.

Untuk mencegah hal ini terjadi, maka dapat ditambahkan suatu bahan
anticaplocking agent.
9. Emulgator
• Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang Macam Emulgator:
berfungsi untuk menstabilkan emulsi. • Emulgator Alam seperti : Tumbuh-
• Emulgator dapat digunakan untuk tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-
menyatukan minyak dan air menjadi agar, chondrus), Hewani (gelatin, kuning
droplet sehingga dapat terdispersi merata. telur, kasein, dan adeps lanae), Tanah dan
mineral (Veegum/ Magnesium Alumunium
Silikat).
• Emulgator Buatan: Sabun, Tween
(20,40,60,80), Span (20,40,80)
10. Corrigens
• Suatu bahan yang digunakan untuk
meningkatkan daya Tarik produk atau
meningkatkan aseptabilitas dari
produk juga dapat memberikan ciri
spesifik dari produk.
• Corrigens terdiri dari tiga macam:
• Coloris / warna
• Odoris / bau
• Saporis / ras
Acceptable Daily Intake (ADI)

• ADI (Acceptable Daily Intake) adalah batasan berapa banyak konsumsi Bahan
Tambahan Pangan / obat yang dapat diterima dan dicerna setiap hari
sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan.

ADI didasarkan pada berat badan (BB) konsumen.


Sebagai contoh :
ADI benzoat dan garam-garamnya = 0.5 mg/kg BB
Acceptable Daily Intake (ADI)

• Batas Maksimum Penggunaan yang aman dari bahan tambahan dapat dihitung berdasarkan nilai
ADI jumlah penggunaan harian yang dikonsumsi yang mengandung dan berat badan rata-rata dari
konsumen (disesuaikan dengan berat usia)

• Contoh:
Standar BB = 60 Kg untuk dewasa orang Indonesia dan negara berkembang lainnya.
•Diketahui ADI Na Benzoat = 0,5mg/KgBB
•Sehingga ADI Na Benzoat untuk dewasa adalah 0,5mg/KgBB x 60 Kg = 30 mg per hari, jadi dalam
formulasi sediaan Na Benzoat tidak boleh melebihi 30 mg untuk penggunaan satu hari.
Evaluasi Sediaan Larutan
Umumnya meliputi:
• Organoleptis
• pH
• Viskositas
• Berat jenis
• Kadar bahan aktif
FORMULA SEDIAAN SEMISOLIDA
FORMULA UMUM :
1.ZAT AKTIF
2.BASIS
3.BAHAN TAMBAHAN :
a. Peningkat penetrasi
b. Peningkat Konsistensi
c. Pengawet
d. Pendapar
e. Antioksidan
f. Humektan
PENETRASI OBAT LEWAT EPIDERMIS
1. Menembus (fusi) lewat sel mati dari lapisan stratum korneum, yang tersusun dari
keratin (hidrofil) dan fosfolipid (lipofil). Sesuai untuk obat yang larut dalam air dan
minyak

2. Menerobos lewat diantara stratum korneum

3. Melewati folikel rambut: obat yang larut minyak mengalami difusi menembus
sebum masuk folikel, dan melewati epidermis
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMIASI
LEWAT KULIT

A. KEADAAN KULIT
1. Hidrasi stratum korneum
2. Tebal Stratum korneum
3. Kondisi kulit

B. BASIS SEDIAAN:
Koefisien partisi (log P) basis menentukan laju permiasi : kemampuan
kontak dengan kulit, kemampuan hidrasi, kemampuan penetrasi,
kemampuan merubah permiabilitas kulit
C. KARAKTER BAHAN OBAT
1. pKa : kemampuan ionisasi
2. Polaritas : menentukan mekanisme penetrasi
3. Ukuran Partikel
4. Volume Molekul
5. Bobot Molekul ( < 500 Dalton)
6. Kelarutan Dalam Air ( > 1 mg/ml)
7. Kelarutan Dalam Basis Salap : distribusi dalam pembawa
8. Suhu Lebur : ( < 200 0 C ) untuk pertimbangan teknologi
preparasi
9. Log P (10-1000)
10. Kristalitas
A. PENINGKAT PENETRASI
Pembawa sediaan semisolida mempengaruhi penetrasi obat
di kulit dengan cara mengubah water activity stratum
corneum sehingga mempengaruhi koefisien partisi stratum
corneum/pembawa
Sifat oklusif pembawa meningkatkan hidrasi
Difusi air transepidermal dikurangi oleh Paraffin liquidum
PENETRATION ENHANCER
BAHAN MEKANISME Catatan

Urea Memfasilitasi hidrasi pada


stratum korneum
Merusak struktur lipid

Alkohol, Alkohol Menigkatkan kelarutan Levonifrgestrel, estradiol,


lemak, Glikol (kosolven) sehingga penetrasi hidrokortison,fluorouracil
menigkat

Surfaktan : Melarutkan lipid Anionik dan Kationik :


K : SLS straum korneum
A : dodecyl butaine mengembang,
berinteraksi dengan
keratin
PERMEATION ENHANCER
Karakter Penetration Enhancer yang diharapkan :
1. Efek tidak langsung
2. Setelah enhancer dibersihkan, karakter kulit cepat kembali
seperti semula
3. Harus kompatibel dengan obat dan basis

Mekanisme Kerja:
1. Lipid Action
2. Protein Modification
3. Partitioning Promotion
PENETRATION ENHANCER
BAHAN MEKANISME Catatan :

Dimetil Sulfoxide Ekstraksi lipid : Merubah Kerusakan stratum


konfigurasi protein korneum irreversible, rasa
terbakar, eritema,weal sc,
denaturasi protein

Azone Larut dalam lemak, dapat Steroid, Anti biotik, Anti


menyatu dan merubah virus
konfigurasi lipid

Pirrolidon : Captopril (patch)

Asam Lemak : Asam Larut dalam lemak, merubah Tripolidon


Oleat; Asam Miristat konfigurasi lipid bilayer

Minyak Essensial, Hidrokortoson


terpenes, terpenoid
B. PENINGKAT KONSISTENSI
Bahan pengental/Thickening agents
• Fungsi: agar diperoleh struktur yang lebih kental
(meningkatkan viskositas)
• contoh: polimer hidrofilik, baik yang berasal dari alam (natural
polimer) seperti agar, selulosa, tragakan, pektin, natrium
alginat; polimer semisintetik seperti metil selulosa, karboksi
metil selulosa, hidroksi etil selulosa, dan CMC Na; serta polimer
sintetik seperti karbopol (karbomer, karboksipolimetilen).
Stiffeners (pengeras)

Berfungsi untuk meningkatkan titik lebur dan menambah


viskositas sediaan.

Contoh: Paraffin padat


C. PENGAWET
Fungsi : menghambat pertumbuhan mikroorganisme
Dasar pemilihan pengawet :
1. Menghambat MO yang sering kontamnasi
(Pseudomonas, Staphylococcus aureus)
2. Kelarutan dalam air tinggi
3. Tidak terdisosiasi pada pH sediaan
4. Dosis yag digunakan tidak toksik
5. Stabil
6. Kompatibel dengan bahan lain
7. Tidak bereaksi dengan wadah
Mekanisme Kerja Pengawet :
1. Modifikasi membran sel MO
2. Melarutkan membran sel MO
3. Koagulasi kandungan sitilasma (protein)
4. Menghambat metabolisme sel, misal menghambat sintesis membran
5. Mengoksidasi kandungan sitoplasma
6. Menghidrolisa kandungan sitoplasma
DAFTAR PENGAWET DAN MEKANISME KERJA

PENGAWET MEKANISME KERJA


Asam Bensoat, Asam Borat, Denaturasi Protein
p-Hidroksibensoat
Fenol Lisis dan denaturasi
membran
Chlorinated-Phenol Lisis, denaturasi membran,
Oksidasi
Alkohol Lisis dan Denaturasi
Membran
Senyawa Kuartener Lisis membran
Senyawa Merkuri Denaturasi emzim dengan
mengikat gugus thiol ( - SH)
D. ANTIOKSIDAN
ANTIOKSIGEN REDUKTOR SINERGI
ANTIOKSIDAN
Untuk Sediaan Untuk Sediaan Chelating Agent
Lipofil Hidrofil
Butilated Asam Askorbat Asam Sitrat,
Hidroksi Anisol K / Na Asam Tartrat,
(BHA) Metabisulfit Lesitin
Tiosulfit
Butylated
Hidroksi
Tokoferol (BHT)
F. HUMEKTAN
Humektan adalah suatu bahan bersifat higroskopis yang digunakan untuk menjaga
kelembaban;
Ini seringkali berupa suatu molekul dengan beberapa gugus hidrofilik, karboksil;,
bentuk ester, dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Humektan digunakan dalam banyak produk, termasuk pangan, kosmetik, obat dan
pestisida.
Contoh : Propilen Glikol, Gliserol, Sorbitol, Xylitol, Maltitol, Urea, Asam Laktat
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai