Anda di halaman 1dari 22

SUSPENSI

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel


padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.

Alasan suatu sediaan dibuat obat dalam bentuk


suspensi adalah agar obat yang tidak larut atau sukar larut
dalam pelarut air tetap dibuat dan untuk anak yang masih
kecil tidak dapat menelan obat dalam bentuk kapsul maupun
tablet bisa mengonsumsi obat tersebut. Salah satunya
paracetamol yang tidak larut air.
Jenis – jenis suspensi

• Suspensi yang siap digunakan, contoh: mylanta, caladin,dan soho


• Suspensi yang dikonstuksikan dengan sejumlah air untuk injeksi (aqua pro i
njeksi) atau pelarut lain yang sesuai, segera sebelum digunakan (suspensi k
ering). Contoh:
amoxisilin
Komponen Suspensi
• Zat aktif
• Bahan pensuspensi
bahan pensuspensi dari alam :
- Termasuk golongan gom adalah : Acasia ( pulvis gummi arabici) , Chondr
us,
Tragacanth, Algin
- Golongan bukan gom: Bentonite, Hectoric, Veegum
Bahan pensuspensi sintetis
- Derivat selulosa : metil selulosa (methosol, tylose), carbosil metil selulosa
(CMC), hidrosi metil selulosa.
- Golongan organik polimer : carbophol 934
METODE PEMBUATAN SUSPENSI
• METODE DISPERSI
suspending agent + air gerus homogen hingga terbentuk
mucilago + bahan berkasiat atau obat encerkan dengan aqua dest

• METODE PRESIPITASI
zat aktif + pelarut organik gerus homogen (m1)
suspending agent + air gerus homogen hengga terbentuk
mucilago (m2)
masukan m1 dan m2 gerus homogen, encerkan dengan
aquadest
SISTEM PEMBENTUKAN SUSPENSI

1. Sistem Flokulasi
•Partikel merupakan agregat yang bebas.
•Sedimentasi terjadi cepat.
•Sedimen terbentuk cepat.
•Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdisper
si kembali seperti semula
•Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat da
n diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
2. Sistem Deflokulasi
•Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
•Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpis
ah dan ukuran partikel adalah minimal
•Sedimen terbentuk lambat
•Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi l
agi
•Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif l
ama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Cara Pemakain Suspensi

Suspensi oral
Suspensi
topikal Suspensi
optalmik
Suspensi tetes
Suspensi telinga
injeksi
EVALUASI SUSPENSI
– Volume Sedimentasi
Volume sedimentasi adalah suatu rasio volume sedimentasi akhir terhadap volume mula mula dari
suspendi sebelum mengendap
– Derajat flokulasi
Derajat flokulasi adalah suat rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi terhadap volume a
khir suspensi deflokulasi
– Metode Reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pen
gen dapan, mengatur vehicle, dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
– Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara freeze-thaw cycling, yaitu temperatur diturunkan hingga titik beku, lalu dinaikan hin
gga mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal. Pemeriksaan ini dilakukan
agar sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
EMULSI
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terd
ispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang
ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Komponen Emulsi
Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

Komponen dasar Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat


didalam emulsi. Terdiri atas :
- Fase dispers / fase internal / fase diskontinue Yaitu zat cair yang terbagi- ba
gi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
- Fase kontinue / fase external / fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang be
rfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
- Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan em
ulsi.
Komponen Tambahan
Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh h
asil yang lebih baik. Misalnya:
- Corrigen: saporis, odoris, colouris, preservative (pengawet), anti oksidan.
- Preservative yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam be
nzoat, asam sorbat, fenol, kresol dan klorbutanol, benzalkonium klorida, feni
l merkuri asetas dan lain – lain.
- Antioksidan yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocopherol, asam
sitrat, propil gallat , asam gallat.
Tipe Emulsi

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun exte
rnal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
- Emulsi tipe O/W ( oil in water) atau M/A ( minyak dalam air). Adalah emulsi y
ang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fas
e internal dan air sebagai fase external.
- Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam minyak) Adalah emulsi y
ang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase int
ernal dan minyak sebagai fase external.
Bahan Emulsi
Emulgator alam dari tumbuh tumbuhan :
a. Gom Arab
b. Tragacanth Dispersi tragacanth
c. Agar-agar Emulgator
d. Chondrus
e. Emulgator lain Pektin, metil selulosa, karboksimetil selulosa 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan :


a. Kuning telur
b. Adeps Lanae
. Emulgator alam dari tanah mineral :
a. Magnesium Aluminium Silikat/ Veegum
b. Bentonit.

4. Emulgator buatan :
a. Sabun
b. Tween 20 : 40 : 60 : 80
c. Span 20 : 40 : 80
Metode Pembuatan
• METODE GOM KERING
PGA + minyak gerus homogen + tambahkan air
gerus kuat dan cepat hingga terbentuk corpus emulsi + zat aktif enc
erkan dengan sisa air

• METODE GOM BASAH


PGA + air gerus homegen + tambahkan minyak
gerus kuat dan cepat hingga terbentuk corpus emulsi+ zat aktif enc
erkan dengan sisa air
• METODE BOTOL
Minyak ke dalam botol + PGA + air, tutp botol kocok
kuat hingga terbentuk corpus emulsi, tambahkan bahan aktif,
encerkan
Cara pemakaian sediaan emulsi

Secara oral Secara tropikal Secara injeksi


Evaluasi emulsi
Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sediaa
n emulsi pada penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan memalui sebagai berik
ut:
– Pengamatan secara organoleptis (rasa, bau, warna, dan konsentrasi)
– Penentuan tipe emulsi
• Dengan pengenceran fase. Setiap emulsi dapat diencerkan dengan f
ase externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat dienc
erkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o dapat diencerkan dengan
minyak.
• Dengan pengecatan/pemberian warna. Zat warna akan tersebar rata
dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi
tersebut. Misalnya (dilihat dibawah mikroskop) - Emulsi + larutan
Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o, karena s
udan III larut dalam minyak - Emulsi + larutan metilen blue dapat me
mberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam
air.
• Dengan kertas saring. Bila emulsi diteteskan pada kertas saring , kerta
s saring menjadi basah maka tipe emulsi o/w, dan bila timbul noda mi
nyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.
• Dengan konduktivitas listrik Alat yang dipakai adalah kawat dan stop
kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon ¼ watt semua dihubung-
kan secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan
dalam cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati dicelupkan pada emulsi
tipe w/o.

Anda mungkin juga menyukai