Patologi ; Studi tentang penyakit yang berkaitan dengan proses biologik yang terganggu
Kedokteran Laboratorium (Konsultan)
Etiologi
Penyebab dari suatu penyakit
Respons dan perubahan fungsi biologik adalah penyakit
Agen infeksius bukan penyakit
Tuberkulosis
Basil tuberkulosis
Usia, gizi, pekerjaan
Patogenesis
Perkembangan suatu penyakit
Proliferasi dan penyebaran agen infeksius.
Inflamasi, reaksi imun, sel dan jaringan rusak
Respons: Cepat vs. Lama
Manifestasi
Berkaitan dengan tanda yang muncul akibat penyakit
Stadium subklinis
Fungsi normal, proses penyakit berlanjut
Klasifikasi Penyakit
Penyakit Herediter/Familial
Kelainan gen
Down syndrome pada kromosom posisi 21
Hemofilia karena defisiensi faktor VIII
Penyakit kongenital
Terjadi saat lahir atau cacat perkembangan
Sindrom alkohol janin
Penyakit toksik
Racun
Karbon monoksida menyebabkan hipoksia jaringan dan kematian
Penyakit infeksi
Bakteri
Jamur
Virus
Cacing
protozoa
Penyakit traumatic
Cedera fisik
Panas, dingin, listrik, dll
Penyakit degeneratif
Penuaan
Osteoartritis
Arteriosclerosis
Penyakit imunologik
Hipersensitivitas: Anafilaktik (alergi)
Autoimunitas: Lupus dan glomerulonefritis
Imunodefisiensi: AIDS
Penyakit neoplastik
Tumor jinak dan ganas
Penyakit metabolik
Diabetes mellitus
Hypothyroidism
Penyakit Molekular
Abnormalitas di molekul tunggal
Genetik
Anemia sel sabit
Penyakit Psikogenik
Emosi atau psikologis
Skizofrenia, depresi, demensia
Penyakit iatrogenik
Dapat dihindari
Efek samping: hipoglikemia
Perawatan luka bakar dengan teknik aseptik dan steril yang salah
Penyakit Idiopatik
Tidak diketahui penyebabnya
Hipertensi esensial
PPT 2- 4
Interaksi Hereditas dan Lingkungan terhadap Penyakit
Faktor Intrinsik
Internal
Usia, jenis kelamin, tinggi badan, genetic
DNA
Deoksiribosa (gula 5 karbon)
Fosfat
Basa nitrogenosa
Pirimidin: 1 cincin karbon
o Sitosin (C) dan timin (T)
Purin: 1 cincin karbon ganda
o Adenin (A) dan guanin (G)
Untai ganda
RNA
Asam ribonukleat
Gugus gula Ribosa
Fosfat
Basa nitrogenosa
Urasil (U)
Untai tunggal
Protein
Asam-asam amino dengan ikatan peptida
Terminal karboksil bebas (C-)
Terminal amino (N-)
Struktur primer: heliks alfa dan beta
Replikasi DNA
Nukleus sel
DNA polimerase (3’-5’)
Membentuk untai baru DNA (5’-3’)
Mencegah terjadinya kesalahan dalam proses replikasi
o (<1:1 juta nukleotida)- → penyakit genetic
Transkripsi
Satu untai DNA → RNA rantai tunggal
RNA polimerase
3’-5’
RNA primer terbentuk dari 5’ ke 3’
Timin → urasil
RNA Primer
Guanin cap (5’) dan poly-A tail (3’)
Ekson dan intron
RNA matang meninggalkan inti sel dan menuju ke sitoplasma
Translasi
mRNA fungsinya untuk mengolah rantai asam amino
rRNA, protein, mRNA, tRNA kompleks di ribosom
Asam amino spesifik dibawa tRNA ke ribosom dan dibaca menjadi kodon
Kodon di mRNA terikat komplementer dengan tRNA
Rantai asam amino terbentuk dan terlepas dari ribosom di kodon berhenti
20 asam amino dengan 64 kombinasi nukleotida.
Kodon mulai: AUG (asam amino metionin).
Kodon berhenti: UAA, UGA, dan UAG.
Kromosom
Chroma=warna; soma=badan
46 kromosom di sel somatik
Pasangan homolog
Laki-laki XY, perempuan XX
Sindrom Down memiliki kariotipe 47, XX+21
Variasi Genetik
Variasi warna mata, kulit, rambut
Translokasi kromosom Philadelphia (Ph1)
Mutasi titik:
Mutasi nonsense
Mutasi missense
Mutasi diam
Mutasi frameshift
Amino Acid
Konsep Mendelian
Prinsip Pemisahan: setiap organisme memiliki 1 pasang kromosom yang berasal dari 1
kromosom ayah dan 1 kromosom ibu
Prinsip Independent Assortment: gen di dua lokus berbeda didistribusikan ke
keturunan mereka
Golongan darah Rhesus ditemukan oleh Karl Landsteiner dan A.S. Weiner
Antigen rhesus berasal dari kera Macaca mulatta.
Eritroblastosis fetalis
Penyakit Gen Tunggal
Penyakit Dominan Autosomal
Ekspresi oleh heterozigot atau homozigot
Probabilitas 50% penyakit dialami keturunannya
Neurofibromatosis 1 (NF1)
o 1:3000-5000
o Gen NF1 di kromosom 17 dan besar
o NF1 mengkode neurofibromin (menekan tumor)
o Café-au-lait, nodus Lisch, neurofibroma, glioma optik, hipertensi, tumor
ganas
Kelainan Kromosom
Sindrom Down (SD)
Trisomi 21 (47, XX, +21 atau 47, XY, +21)
1:800-900
95% kromosom 21 dari ibu
Usia oosit bertambah
Mata sipit keatas, lipatan epiantus, lidah membesar, wajah rata, cacat jantung
bawaan, pendengaran terganggu, stenosis duodenum
Sindrom Turner
(45,X atau 45,X0)
1:5000 kelahiran perempuan
Nondisjunctional paternal
Tubuh pendek, cacat jantung bawaan, wajah segitiga, tidak ada ovarium, mandul
Sindrom Klinefelter
(47, XXY)
1:500 kelahiran bayi laki laki
Nondisjunction meiotik
Testis kecil LH dan FSH meningkat, ginekomastia, infertilitas
Kurang testosterone
Kanker payudara 20x resiko meningkat
Penyakit Multifaktor
Alkoholisme
Alzheimer
Kanker
Bibir dan langit-langit sumbing
Jantung koroner
Diabetes, hipertensi
Migren
Neural tube defects, kegemukan osteoporosis, parkinson, skizofrenia
Teratogenik
WHO: substansi, organisme, agen fisik, atau keadaan defisiensi yang terdapat
pada masa gestasi yang dapat menyebabkan efek samping
7-10% dari lingkungan
Obat: alkohol, kokain, fenitoin, asam retinoat, talidomid, warfarin
Zat kimia: metilmerkuri
Infeksi: Epstein-Barr, varisela, TORCH (Toksoplasmosis, Others (hep B,
gondongan, HIV), rubela, Sitomegalovirus, Herpes Simpleks
Penyakit Ibu: DM, Hipertensi, Fenilketonuria
Uji Diagnostik
Pemeriksaan Penapisan Fenotipe
o Fibrosis kistik → uji klorida dalam keringat
Mutasi CFTR
Ultrasonografi: cacat pada trimester kedua
Neural tube defect
o † alfafetoprotein (AFP)
o Kadar AFP seharusnya = AFP serum ibu (MSAFP)
o † MSAFP karena kembar, janin meninggal, trisomi 13
o ↓ MSAFP di sindrom Down
Cystic Fibrosis
Penyakit Paru-Paru, kekurangan enzim pankreas, pankreatitis, nasal polyposis,
pansinusitis, rectal prolapse, diare kronis, cholelithiasis, dan cirrhosis
↓ Bicarbonate, ↓ Enzim pankreas
Mutasi gen CFTR di sel epitel biliary duct → tersumbat mucus → cirrhosis,
esophageal varices, splenomegaly, hypersplenism
Diagnosis Test
o Setelah lahir
o Konsentrasi serum trypsinogen
o Sweat chloride test (pilocarpine iontophoresis test)
o DNA analysis
o Prenatal screening
Diagnosis (Fenotipe)
o Gangguan pernapasan
Rhonchi/crackles
Hyperresonance on percussion
Nasal polyps
Batuk kronis dan berdahak
Infeksi karena Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Pseudomonas aeruginosa, Burkholderia cepacia
o Meconium Ileus
o Digital clubbing
o Kurang enzim pankreas (pankreatitis)
o Infiltrasi pada X-Rays
o Hypochloremic metabolic acidosis
o Hepatosplenomegaly ketika cirrhosis
o Treatment:
Pankreatik enzymes dan fat-soluble vitamin (ADEK
Hypertonic saline
Inhaled Dornase alfa
Mechanical airway clearance technique
Inhaled antibiotics (tobramycin)
Oral antibiotik untuk infeksi
Oral azithromycin (anti-inflamasi)
o Patient Education
Resiko keturunan
Penggunaan nebulizer, valved holding chamber, dosis enzim pankreas
Makanan tinggi kalori, lemak, dan protein
Asupan energi antara 110-120% populasi normal
Terapi Sulih
Hemophilia
o Patofisiologi:
Kromosom resesif X
Kurangnya faktor VIII (A) atau faktor IX (B)
Hemorrhage di joint/sendi
Clotting Factor
Hemophilia
Diagnosis:
Lemas, orthostasis, tachycardia, tachypnea
Hemarthrosis di siku,tumit, lutut
Hematemesis, melena, hematuria
Diagnostic Test :
Silsilah keluarga
Blood cell count (paltelet count, PT, aPTT, bleed time, vWF, factor VIII:C assay,
factor IX assay)
Treatment:
Hemophilia A: factor VIII concentrates
o Dosis: 1 IU factor VIII /kg berat badan
Hemophilia B: factor IX concentrates
o Dosis: 1IU/kh berat badan
Cryoprecipitate dan Fresh Frozen Plasma (FFP)
Desmopressin (DDAVP): synthetic vasopressin untuk merangsang produksi faktor
VIII
Tranexamic acid untuk pendarahan di rongga mulut, epistaxis, menorrhagia
Patient Education:
Cek kesehatan gigi dan mulut
Oral hygiene, perawatan gigi
Anjurkan pasien untuk tidak melakukan olahraga yang berhubungan dengan kontak
fisik/tabrakan
Mengenal tentang tanda hemorrhage
Edukasi pasien mengenai factor replacement therapy
Hindari NSAIDS
Modifikasi Makanan
Fenilketonuria (PKU)
o Diet rendah fenilalanin
o Kurang fenilalanin-tumbuh kembang abnormal
o Lebih fenilalanin-retardasi mental
Surveilans
Test mutasi BRCA1 (breast cancer gene 1)
Bedah Profilaktik
Adenopoliposis familial
Terapi Gen
Insersi gen fungsional ke sel somatik
Mutasi gen menjadi normal
ex vivo vs. in vivo
Perlu penelitian lebih lanjut
o Peradangan atau kematian
Farmakogenetik
Genetik vs. respons obat
Polimorfisme gen
CYP2D6
Poor metabolizer
DNA microarray/chip DNA untuk identifikasi polimorfisme
DNA Microarray
PPT 5
Cedera dan Kematian Sel
Organisasi Seluler
Kematian Seluler
Perubahan Morfologik pada Nekrosis
Piknosis
Piknotik
Karioreksis
Kariolisis
Nekrosis Koagulatif
Gangrene
Nekrosis Liquefaktif
Nekrosis Kaseosa
Apoptosis
Kematian sel yang terprogram oleh info genetik
Pembentukan jari kaki dan tangan pada janin
Pengelupasan endometrium saat awal menstruasi
Membentuk sinaps antar neuron di otak
Memusnahkan sel terinfeksi virus
Sel T sitotoksik
HIV dan AIDS
Autoimun
Lupus eritematosus sistemik dan artritis reumatoid
Sel dengan DNA rusak dan sel kanker
† produksi p53
Pengaruh Nekrosis
Defisit neurologik berat/kematian (di otak)
Infeksi, Demam
† leukosit,demam, enzim bocor ke sirkulasi darah
Evaluasi kreatinin fosfokinase (CPK), laktat dehidrogenase (LDH), atau aspartat
aminotransferase (AST)
Kalsifikasi Patologik
Kalsifikasi Distrofik
Nekrosis kaseosa
Aterosklerotik
Kalsifikasi Metastatik
† Konsentrasi kalsium dan fosfor dalam darah
Paru, ginjal, lambung, dinding pembuluh darah
Hiperparatiroidisme, penurunan fungsi ginjal, diet abnormal
Pembentukan Batu
Kalkuli
Kalsium dan zat lokal lain
Enkrustasi debris nekrotik di duktus
Saluran empedu, pankreas, kelenjar saliva, prostat, dan sistem kemih
Nyeri dan pendarahan serta infeksi
Kematian Somatik
Otak mati
Elektroensefalogram (EEG)
Rigor mortis (kekakuan otot)
Algor mortis (suhu menurun)
Livor mortis (warna ungu )
Autolisis postmortem (pencairan diri)
PPT 6-7
Respons Tubuh Terhadap Cedera
Reaksi Peradangan
Melepaskan cairan, zat terlarut, sel dari sirkulasi darah ke jaringan cedera
Good vs. Bad
Peradangan dan Infeksi Berbeda
Hyperemia
Sistem limfatik: Sirkulasi limfa/getah bening dalam tubuh yang berfungsi untuk
kekebalan tubuh
Limfe: Terdiri dari cairan bening kekuningan yang berfungsi untuk mengambil lemak,
bakteri, dan zat lain yang tidak diinginkan serta membawanya keluar melalui sistem
limfatik
Kondisi normal: Cairan interstisial menembus ke dalam saluran limfatik dan limpa,
dibawa ke dalam tubuh dan bergabung ke darah vena
Peradangan akut: kandungan protein dan sel pada limfa meningkat, kelenjar getah
bening menyaring cairan limfa sehingga agen yg menimbulkan cedera dapat dibatasi
penyebarannya
Kemotaksis: Mikroorganisme, jaringan rusak, zat aktif saat plasma bocor dapat
melepaskan sinyal kemotaktik untuk menarik leukosit
Mediasi Peradangan
Amin Vasoaktif
Faktor-Faktor Plasma
Metabolit Asam Arakhidonat
Produk-Produk Sel Lain
Amin Vasoaktif
Histamin
Vasodilatasi dan permeabilitas vaskular
Sel Mast (sebagian besar), basofil, dan trombosit
Awal peradangan dan reaksi alergik
Faktor-Faktor Plasma
Faktor Hageman (Faktor XII)
Kaskade pembekuan dan fibrin terbentuk
Sistem plasminogen aktif → plasmin/fibrinolisin
Komponen 3,5 → melepas histamin
Prekalikrein → kalikrein-kinin → bradikinin (melebarkan pembuluh darah dan
meningkatkan permeabilitas)
Eosinofil
Jumlah relatif sedikit
respons terhadap rangsangan kemotaktik saat alergi
Fungsi Lain: Fagositosis partikel
Membunuh mikroorganisme tertentu
Basofil
Granula: Enzim, Heparin, Histamin
Basofil jaringan/sel mast
Basofil darah
Makrofag vs.PMN
Limfosit
Jumlah sangat sedikit di eksudat
NK sel
T sel
B sel
Eksudat Non-Selular
Eksudat Serosa: protein + cairan
Cairan luka lepuh, rongga pleura/peritonium
Transudat: bukan karena peradangan di rongga tubuh
o Tekanan hidrostatik/penurunan kadar protein plasma
Eksudat Musinosa/Kataral
Permukaan membran mukosa
Pilek dan infeksi pernafasan atas
Eksudat Selular
Eksudat Neutrofilik
PMN
Purulen: sel mati+pencairan jaringan+infeksi bakteri
Eksudat supuratif (pus): agregasi neutrofil+pencairan jaringan+cairan eksudat +
bakteri penyebabya
Nekrosis liquefaktif terjadi di peradangan supuratif, bukan di peradangan purulen
Abses = supurasi lokal dengan nanah di jaringan padat
Eksudat Campuran
Eksudat fibrinopurulen (fibrin dan PMN)
o Ulkus
Eksudat mukopurulen (Musin dan PMN)
Eksudat Serofibrinosa
Peradangan Granulomatosa
Granuloma: Gumpalan nodular dari agregasi makrofag dan sel raksasa berinti banyak
(makrofag bersatu)
Basil tuberkel
Jarum jahit
Nasib Reaksi Peradangan
Resolusi: Jaringan jadi normal
Regenerasi: Epitel mulut, faring, saluran cerna, sel parenkim hati, tubulus ginjal
Glomerulus ginjal dan otot jantung tidak mengalami regenerasi
Penggantian oleh jaringan parut saat kerusakan pada jaringan lebih luas
Penyembuhan Luka
Penyembuhan Primer
Penyembuhan sekunder (granulasi)
Luka insisi → pendarahan, hemostasis, pembentukan bekuan, menjadi kering dan
keropeng → respons peradangan akut → kontraksi tepi luka → debridemen oleh
fagosit → pembentukan jaringan granulasi → maturasi kolagen → remodelling parut
Komplikasi Penyembuhan
Proud Flesh
Keloid
Kontraktur
Dehiscence
Eviserasi
Hernia Insisional