DISUSUN
OLEH
MITRASARI
ERNA
HARDIANTI
ANDI HERLINA VIVIN NENGSIH
DEWI BOLANG
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas makalah
Teknologi Sediaan Semi Solid.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Sediaan Liquid,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, dan referensi.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari bentuk
sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara sediaan obat
tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair).
Dengan adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi konsumen. Salah satu contoh sediaan farmasi yang beredar di pasaran,
Apotek, Instalasi kesehatan, maupun toko obat adalah sediaan cair (liquid).
Sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih
zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium yang homogen pada saat
diaplikasikan. Sediaan cair atau sediaan liquid lebih banyak diminati oleh kalangan anak-
anak dan usia lansia, sehingga satu keunggulan sediaan liquid dibandingkan dengan
sediaan-sediaan lain adalah dari segi rasa dan bentuk sediaan.
Sediaan cair juga mempunyai keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal
kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain
itu, dosis yang diberikan relatif lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi
dengan penggunaan sendok takar. Sediaan liquid lebih banyak digunakan pada bayi, anak-
anak dan lanjut usia yang sukar minum obat, seperti tablet dan pil yang memiliki rasa pahit
atau tidak enak. Selain itu, sediaan liquid juga lebih mudah diabsorpsi oleh tubuh. Namun,
sediaan liquid sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba sehingga tumbuh jamur pada
sediaan.
Dengan demikian pembuatan sediaan liquid dengan aneka fungsi sudah banyak
digeluti oleh sebagian besar produsen. Sediaan yang ditawarkanpun sangat beragam mulai
dari segi pemilihan zat aktif serta zat tambahan, sensasi rasa yang beraneka ragam, hingga
merk yang digunakan pun memiliki peran yang sangat penting dari sebuah produk sediaan
liquid.
A. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertiaan sediaan Larutan, Suspensi, Emulsi dan Galenica
2. Menyebutkan keuntungan dan kerugian sediaan Liquid dan Semi Solid
B. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertiaan sediaan Larutan, Suspensi, Emulsi dan Galenica
2. Dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian sediaan Liquid dan Semi Solid
BAB II
PEMBAHASAN
1. Larutan (Solutions)
Menurut FI IV, solutions atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan biasanya dilarutkan dalam air, yang karena
bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan
produk lainnya. Misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang caling bercampur (FI ed IV). Contoh dari larutan antara lain, Larutan
penyegar cap kaki tiga dan Iodine povidon solution.
Larutan dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain :
a. Berdasarkan cara penggunaannya :
arutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu
atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang
larut dalam air atau campuran kosolven air.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar
tinggi (sirop simplex adalah sirop yang hamper jenuh dengan sukrosa). Larutan oral
yang tidak mengandung gula tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau
aspartam, dan bahan pengental, seperti gom selulosa, sering digunakan untuk
penderita diabetes.
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai kosolven (pelarut).
Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan
untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali
mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau
dalam larutan lidokain oral topikal.
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan
bahan pendispersi. Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik benzokain dan
antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.
c. Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain
Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat
larutdalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut
melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
2. Suspensi
Ada beberapa defenisi mengenai suspense :
a. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anief, Moh., 2004. Halaman 149).
b. Suspensiones (suspensi) adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bendtuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Kekentalan suspensi tidak boleh terlali
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Anonim a., 1979. Halaman 32)
c. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus
yang terdispersi ke dalam fase cair (Syamsuni, A., 2006. Halaman 135).
Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa suspensi adalah
sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut yang
terdispersi ke dalam fase cair serta kekentalan suspenditidak boleh terlalu tinggi agar
sediaan mudah dikocok dan dituang.
a. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair dengan penambahan bahan pengaroma.
b. Suspensi topical adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair, di tunjukan untuk pemakian di permukaan
kulit.
c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair yang di teteskan pada telinga.
d. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair yang mengandung partikel sangat halus yang
terdispersi dalam cair pembawa untuk pemakaian pada mata.
e. Suspensi ijeksi adalah sediaan padat dan kering dengan bahan pembawa yang
sesuai persyaratan suspensi steril. (Syamsuni, A. 2006).
a. Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam
misilago yang telah terbentuk, kemudian baru di encerkan.
b. Metode Prestipitasi
zat yang hendak didespersiakan di larutkan terlebih dulu kedalam pelarut organik
yang hendak di campur dengan air. (Syamsuni, A. 2006)
3. EMULSI
Ada beberapa pengertian mengenai emulsi :
a. Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
(Ansel, Howard. 2005. Halaman 376 )
b. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (Anonim b. 1995. Halaman 6 )
c. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok. (Anonim a. 1979. Halaman 9 )
d. Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam
cairan yang lain.
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua
fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-
butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
a. Creaming
Terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi
lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika
dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
b. Koalesensi dan cacking (breaking)
Pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak
berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat
irreversible. Hal ini terjadi karena :
Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
c. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau
sebaliknya sifatnya irreversible.
Ada beberapa metode pembuatan emulsi :
a. Metode GOM kering
b. Metode GOM basah
c. Metode botol
4. GALENICA
Sediaan galenik adalah sediaan yang dibuat dari bahan baku hewan atau tumbuhan
yang diambil sarinya. Zat-zat yang tersari terdapat dalam sel-sel bagian tumbuh-tumbuhan
yang umumnya dalam keadaan kering cairan penyari masuk dalm sl-sel dari bahan-bahan
dan zat yang tersari larut dalam cairan penyari, setelah itu larutan yang mengandung zat
ang tersari di pisahkan dari simplisia yang disari.
b. Kerugian
Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
(Syamsuni, A., 2006).
2. EMULSI
a. Keuntungan
Meningkatkan bioavalailibilitas obat
Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap oksidasi dan hidrolis
Mentupi rasa tidak enak
Sebagai topikaal : membersihkan, pembawa air (pelembut yang excellent) ke kulit.
Viskositas, penampilan dan tingkat lemak dari emulsi kosmetik atau dermatologi dapat
di control.
Emulsi parenteral, karena tetesan harus dipertahankan stabil dengan ukuran < 1 µ
untuk mencegah emboli.
b. Kerugian
Sediaan emulsi kurang praktis dari pada sediaan tablet
Sediaan emulsi mempunyai stabiltas yang rendah dari pada sediaan tablet karena
cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
Takaran dosisnya yang kurang teliti
3. SUSPENSI
a. Keuntungan
Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat.
Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. Obat dalam
sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat
yang tergantung kelarutannya.
b. Kerugian
Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet,
dan kapsul.
Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan
dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator.
4. GALENICA
a. Keuntungan
Murah dan mudah diperoleh
Stabil
Tidak mudah menguap
Tidak mudah terbakar
Tidak beracun
Alamiah
b. Kerugian
Tidak selektif
Sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman
Untuk pengeringan diperlukan waktu lama
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara oral yang berupa
sirup, larutan suspensi, atau emulsi.
B. SARAN
Kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya sangat
penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Erlangga : Jakarta.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta