Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
farmasetika
Disusun oleh:
KELAS: FARMASI-1A
2022
i
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Larutan, Sirup dan Eliksir” dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmasetika. Selain itu untuk
menambah pemahaman tentang Larutan, Sirup dan Eliksir. Bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
iv
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian larutan, sirup, dan eliksir
2. Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan sediaan larutan, sirup dan eliksir
3. Untuk mengetahui formula dan fungsi masing-masing eksipien atau zat tambahan dari
sediaan larutan, sirup dan eliksir
4. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan larutan, sirup dan eliksir
5. Untuk mengetahui etiket dan pelabelan dari sediaan larutan, sirup dan eliksir
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
1) Pengertian Larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut
(Anonim, 1995). Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali
dinyatakan lain untuk larutan (solution) steril yang digunakan sebagai obat luar harus
memenuhi syarat yang tertera injection (Anonim, 1997). Sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling (Anonim,
1997).
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang
mengandung sebagian kecil solute reatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat
adalah larutan yang mengandung Sebagian solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan
solvent (pelarut) adalah medium dalam dimana solute terlarut (Baroroh, 2004).
2) Pengertian Sirup
Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat
atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental
yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan
cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (Depkes RI, 1979). Sirup adalah sediaan
cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa (Voigt,
1984).
3). Pengertian Eliksir
vi
Eliksir berupa larutan obat dengan zat tambahan seperti gula, zat pengawet, zat
pewarna dan zat pewangi, sehingga mempunyai rasa dan bau yang sedap. Eliksir ini
digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama adalah etanol 90% dan dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Karena eliksir bersifat hidroalkohol maka
dapat menjaga obat baik yang larut dalam air etanol dalam larutan eliksir. Kadar etanol
berkisar antara 3% sampai 44%, dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% (Anief,
2007).
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat
yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang
dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadar gula yang lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding
sirup dalam menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol,
eliksir lebih mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan
yang larut dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan
kemudahan dalam pembuatannya, dari sudut pembuatan eliksir lebih disukai dari sirup
(Ansel, 1989).
Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing-masing
komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir
memerlukan campuran tertentu dari alcohol dan air untuk mempertahankan semua komponen
dalam larutan. Tentu saja, untuk eliksir-eliksir ini mengandung zat yag kelarutannya dalam
air jelek, banyaknya alcohol yang dibutuhkan lebih besar daripada eliksir yang dibuat dari
komponen-komponen yang kelarutannya dalam air baik. Eliksir paling baik disimpan dalam
wadah-wadah yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang
berlebihan. Disebabkan karena eliksir mengandung alkohol (Ansel, 1989).
vii
c) Larutan adalah sistem yang homogen sehingga obat terdistribusi merata secara
pembuatan.
d) Dapat mengurangi iritasi pada mukosa lambung pada beberapa obat yang
menyebabkan iritasi mukosa lambung jika diberikan dalam bentuk sediaan padat.
B. Kekurangan Sediaan Larutan (Michael Aulton)
a) Voluminus menyebabkan kesuliatan dalam pengangkutan dan penyimpanan,
b) Stabilitas kurang bila dibandingkan dengan tablet atau kapsul, shelf-life nya lebih
singkat daripada sediaan padat.
c) Bisa menjadi media pertumbuhan mikroorganisme sehingga membutuhkan
pengawet.
d) Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien.
e) Rasa obat yang tidak enak dalam bentuk sediaan larutan lebih terasa, namun hal
ini dapat diatasi dengan penambahan pemanis dan pengharum.
2) Sirup
A. Keuntungan Sediaan Sirup (Tjay dan Rahardja, 2002).
a) Mudah dalam pemakaian terutama bagi anak kecil
b) Lebih cepat diabsorbsi dalam saluran cerna
B. Kekurangan Sediaan Sirup (Ansel et al., 2005).
a) Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
b) Volume bentuk larutan lebih besar
c) Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup
3). Eliksir
ix
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
x
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 2007, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia.
Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia.
Jakarta
Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto S.,UGM
Press, Yogyakarta. Hal: 337-338
Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim,F., Edisi
IV, 605-619, Jakarta, UI Press.
Aulton M.E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design: Health
Science Book, Churchill Livingstone, New York.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya, Edisi Kelima, 270-279, Efek Media Komputindo, Jakarta.
xi