Anda di halaman 1dari 44

N

A
IA T
ED A
P

I S M
.,
S A
R

LA N
F
.
U E , M
M G UN
R O D
FO OM H I N
H ITI
S
PRINCIPLE AND
CONCEPTS
Solid Material
Solid Material Liquid Material
Liquid Material Water
Water Non Water
Non Water

Solute
Solute Solvent
Solvent

SOLUTIO
SOLUTIO

Lotio (Topical
Lotio (Topical
Potio (Oral
Potio (Oral admin.)
admin.)
admin.)
admin.)

Pharmaceutical Disperse
Pharmaceutical Disperse
Pharmaceutical Solutions
Pharmaceutical Solutions
Systems
Systems

Oral solutions
Oral solutions Oral elixirs
Oral elixirs Emulsion
Emulsion Suspension
Suspension

Oral syrups
Oral syrups

2
N
A
IR
C A
S I
LA N S I R
U E LIK
M G E
R O &
FO OMT A N
H ARU
L
DEFINITIONS
 Larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat kimia
terlarut baik yang terdispersi secara molekular atau campuran pelarut
yang saling bercampur (FI IV, 1995).
 Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula
lain dengan kadar tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air
dikenal sebagai Sirup atau Sirup Simpleks (FI IV, 1995).
 Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau
sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan
atau pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi dan zat pengawet;
digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan
etanol yang dimaksudkan untuk meningkatkan kelarutan obat. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol; sebagai pengganti
gula dapat digunakan sirop gula (FI III, 1976).

4
GENERAL FORMULATION
Pharmaceutical solutions must contain; active
ingredients and may contain a range of excipients,
each with a defined pharmaceutical purpose:
 The vehicle, usually purified water
 Co-solvents, e.g. Propylene glycol, glycerin and alcohol
 Preservative, e.g. Sorbic acid, boric acid, sodium benzoate, metil
and propil paraben.
 Antioxidants, e.g. Sorbic acid, sodium formaldehyde
sulphoxylate,, butylated hydroxyanisole, butylated hydroxytoluene.
 Buffer, to regulate the pH formulation. e.g. Citrate buffer and
phospat buffer.
 Anticaplocking, e.g. Sorbitol, manitol, fructose and xylitol.
 Sweeteners, e.g. Glucose, saccharin and aspartame.
 Colours
 Flavours
5
LARUTAN
Keterbatasan :
Keuntungan :
• Larutan bersifat voluminous, sehingga
• Lebih mudah ditelan sehingga dapat kurang menyenangkan untuk diangkut dan
digunakan untuk bayi, anak-anak, disimpan. Apabila kemasan rusak,
dan usia lanjut. keseluruhan sediaan tidak dapat
• Segera diabsorpsi karena sudah dipergunakan.
berada dalam bentuk larutan (tidak • Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya
mengalami proses disintegrasi dan kurang baik, terutama jika bahan mudah
pelarutan). terhidrolisis.
• Obat secara homogen terdistribusi ke • Larutan merupakan media ideal untuk
seluruh sediaan (dosis seragam) pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena
• Mengurangi resiko iritasi pada itu memerlukan penambahan pengawet.
lambung oleh zat-zat iritan (cth: • Ketepatan dosis tergantung kepada
Aspirin, KCl), karena larutan akan kemampuan pasien untuk menakar.
segera diencerkan oleh isi lambung.
• Rasa obat yang kurang menyenangkan
akan lebih terasa jika diberikan dalam
larutan dibandingkan dalam bentuk padat.
Walaupun demikian, larutan dapat diberi
pemanis dan perasa agar penggunaannya
lebih nyaman 6
ELIKSIR

Keuntungan :
 Bersifat hidroalkohol sehingga Keterbatasan :
eliksir lebih mampu • Dibandingkan dengan sirup, eliksir
mempertahankan komponen biasanya kurang manis dan kurang
larutan yang larut dalam air dan kental karena mengandung kadar gula
larut dalam alkohol dibandingkan yang lebih rendah sehingga kurang
daripada sirup. efektif dalam menutupi rasa obat
 Stabilitas yang khusus dan dibanding dengan sirup
kemudahan dalam pembuatan
(lebih disukai daripada sirup)

7
FORMULATION
8
FORMULASI LARUTAN

BAHAN AKTIF:
senyawa obat terdispersi secara molekular dalam pelarut
 masalah: 1. Kelarutan dalam air/pelarut campur
2. Stabilitas kimia & biologi dalam pelarut

EKSIPIEN:
Air, dapar, pengawet, flavour (pemanis, warna, pewangi), antioksidan,
pengental (sukrosa, selulosa)
 masalah: 1. Antaraksi: obat-eksipien, eksipien-eksipien
2. Stabilitas eksipien dalam kondisi yang sesuai untuk
bahan aktif

9
ELIKSIR / PELARUT CAMPUR

Kelarutan asam/basa lemah dan kelarutan dalam air rendah


(non polar)
 peningkatan kelarutan menggunakan pelarut campur/pelarut
organik yang bercampur dengan air  Co-solvent
Like dissolve like  hitung CD

CD zat terlarut  CD pelarut campur (idealnya 25 – 80)

 Pelarut yang digunakan dalam formulasi obat:


- Etanol - Sorbitol, - Gliserin
- Propilene glikol - Polietilene glikol (PEG400, 600)

 Konsentrasi toksik berbeda


10
• Pemilihan pelarut campur untuk sediaan farmasi cukup sulit,
karena sifat toksisitas dan iritasinya.
• Penting diperhatikan konsentrasi maksimum komponen pelarut
campur yang masih diperbolehkan
• Untuk memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut campur
harus dilihat harga konstanta dielektriknya.
• Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga konstanta
dielektrik antara 25 sampai 80.
• Kombinasi pelarut campur yang banyak digunakan dalam sediaan
farmasi adalah campuran air-alkohol atau pelarut lain yang sesuai
antara lain sorbitol, gliserin, propilen glikol, dan sirupus simpleks
Pemilihan pelarut campur didasarkan :
• Kelarutan: alkohol 10%, propilen glikol x%, air (90-x)%
• Kd (jika diketahui Kd zat aktif)
• Kd campuran = (% air x Kd air) + (% alkohol x Kd alkohol) + (%
pro.glikol x Kd prop.glikol)
Misal:
Untuk zat yang ke arah polar : Kd camp > Kd zat aktif
Untuk zat yang ke arah non-polar: Kd camp < Kd zat aktif
• Jika Kd zat aktif tidak diketahui, maka dilakukan penentuan Kd dengan
cara sbb:
• Data kelarutan ZA yang diketahui (misal zat X terlarut di etanol, maka
dilarutkan di etanol kemudian dititrasi dengan air sampai keruh),
dicatat jumlah air yang diperlukan.
• Kd zat = Kd pelarut x jumlah air yang diperlukan
Contoh Perhitungan :
Parasetamol dengan dosis 120 mg/5mL
• 120 mg/5 mL = 24 mg/mL
• Pelarut yang akan digunakan : air,
gliserin dan propilenglikol
• Air ad 100%
• Gliserin 10%
• Propilenglikol 15 %
• KD campuran ?
• Kdcamp = (%Air x KD Air) + (% gliserin
x KD gliserin)+ (%PG x KD PG)
• Kdcam = (75% x 80,4)+(10% x 43) +
(15% x 32) = 69,4

Untuk zat yang ke arah polar : Kd camp > Kd zat aktif


Untuk zat yang ke arah non-polar: Kd camp < Kd zat aktif
PRESERVATIVES
Preservatives, are included in pharmaceutical solutions to
control the microbial bioburden of the formulation. Ideally,
preservatives should exhibit the following properties:
 Possess a broad spectrum of antimicrobial activity encompassing
Gram-positive and Gram-negatve bacteria and fungi
 Be chemically and physically stable over the shelf-life of the product
 Have low toxicity

A wide range of preservatives, is avaiable for use in


pharmaceutical solutions for oral use:
 Benzoic acid and salts (0.1-0.3%)
 Sorbic acid and its salts (0.05-0.2%)

14
SELECTING EXCIPIENTS
[BUFFERS]
There are several excipients that commonly employed in
the formulation of pharmaceutical solutions, i.e :

Buffer, digunakan dalam larutan farmasi untuk mengontrol


pH produk formulasi dan, dengan demikian,
mengoptimalkan kinerja fisikokimia produk :
 Acetates (acetic acid and sodium acetate): (1-2%)
 Citrates (citric acid and sodium citrate): (1-5%)
 Phosphates (sodium phosphate and disodium phosphate): (0.8-
2%)
It must be remembered that the buffer system used in
solution formulations should not adversely affect the
solubility of the therapeutic agent, e.g. the solubility of drugs
may be affected in the presence of phosphate salts. 15
CONTINUED... [SWEETENING
AGENT]
Agen pemanis, digunakan dalam formulasi cair yang
dirancang untuk pemberian oral khusus untuk
meningkatkan kelezatan agen terapi. Zat pemanis utama
yang digunakan dalam sediaan oral adalah: sukrosa, glukosa
cair, gliserol, sorbitol, natrium sakarin dan aspartam.
 Sucrose
 Liquid glucose
 Glycerol
 Sorbitol
 Saccharin sodium
 Aspartame

16
CONTINUED... [VISCOSITY-
ENCHANCING AGENTS]
Agen penambah viskositas, Viskositas larutan farmasi dapat
dengan mudah ditingkatkan (dan dikendalikan) dengan
penambahan polimer hidrofilik non-ionik atau ionik. Contoh
kedua kategori ini ditunjukkan di bawah ini :
■ non-ionic (neutral) polymers
– cellulose derivatives, e.g.:
●methylcellulose
● hydroxyethylcellulose
● hydroxypropylcellulose
– polyvinylpyrrolidone
■ ionic polymers
– sodium carboxymethylcellulose (anionic)
– sodium alginate (anionic).
17
CONTINUED... [ANTIOXIDANTS]

Antioxidants, Examples of antioxidants that are commonly used


for aqueous formulations include: sodium sulphite, sodium
metabisulphite, sodium formaldehyde sulphoxylate and ascorbic
acid.

Examples of antioxidants that may be used in oil-based solutions


include: butylated hydroxytoluene (BHT), butylated
hydroxyanisole (BHA) and propyl gallate.

Typically antioxidants are employed in low concentrations


(<0.2% w/w) and it is usual for the concentration of antioxidant
in the finished product to be markedly less than the initial
concentration, due to oxidative degradation during manufacture
of the dosage form. 18
CONTINUED... [FLAVOURING]

Flavouring, Taste-masking using flavours is a difficult task;


however, there are some empirical approaches that may be
taken to produce a palatable formulation.
■ The four basic taste sensations are salty, sweet, bitter and sour. It has
been proposed that certain flavours should be used to mask these
specific taste sensations. In particular:
– Flavours that may be used to mask a salty taste include:
● butterscotch
● apricot
● peach
● vanilla
● wintergreen mint.
– Flavours that may be used to mask a bitter taste include:
● cherry
● mint
● anise. 19
CONTINUED... [FLAVOURING]

– Flavours that may be used to mask a sweet taste include:


● vanilla
● fruit and berry.
– Flavours that may be used to mask a sour taste include:
● citrus flavours
● raspberry.
■ Usually a combination of flavours is used to achieve the optimal
taste-masking property.
■ Certain excipients may be added to oral solution formulations,
referred to as flavour adjuncts (e.g. menthol) that add flavour to the
formulation but, in addition, act to desensitise the taste receptors. In so
doing these agents augment the taste-masking properties of
conventional flavours.

20
CONTINUED... [COLOURANTS]

Colours, are pharmaceutical ingredients that impart the


preferred colour to the formulation. When used in
combination with flavours, the selected colour should ‘match’
the flavour of the formulation, e.g. green with mint-flavoured
solutions, red for strawberry-flavoured formulations.

Although the inclusion of colours is not a prerequisite for all


pharmaceutical solutions, certain categories of solution (e.g.
mouthwashes/gargles) are normally coloured.

21
ID
L
S O
I
EM
I S
S
LA N
U E
M G EL
R O G
FO OMP &
H ALE
S
SALEP
Penggolongan salep berdasarkan kerja farmakologi :
a. Salep epidermik : hanya bekerja di permukaan
kulit  efek lokal. Contoh basis : vaselin
b. Salep endodermik : untuk melepaskan obat ke
kulit tetapi tidak menembus kulit, diserap hanya
sebagain saja. Contoh dasar salep : minyak
tumbuhan, minyak alami
c. Salep diadermik : untuk melepaskan obat
menembus kulit dan menimbulkan efek terapi
yang diinginkan contoh dasar salep : lanolin,
oleum cacao
Persyaratan salep :
a. Bersifat plastis
artinya mudah berubah bentuk dengan adanya
energi mekanis, seperti penggosokan pada saat
penggunaannya, sehingga mudah menyesuaikan
dengan profil permukaan tempat salep digunakan
b. Memiliki struktur gel, yang memungkinkan
bentuknya stabil saat penyimpanan dan setelah
digosokkan pada kulit
c. Ikatan pembentukan struktur gel berupa ikatan
van der waals, yang bersifat reversibel secara
teknis, sehingga viskositas salep akan menurun
dengan meningginya suhu
d. Harus memiliki aliran tiksotropik
setelah salep digosokkan pada kulit dapat
membentuk kembali viskositas semula, untuk
mencegah mengalirnya salep setelah digosokkan
pada kulit
BASIS SALEP
Digolongkan ke dalam 4 kelompok :
1. Dasar salep hidrokarbon
o Disebut juga dasar salep berlemak, bebas air
o Tujuan : memperpanjang kontak
o Digunakan sebagai emolien, dan sifatnya sukar dicuci, tidak
mengering, dan tidak berubah pada waktu lama
o Contoh : vaselin flavum, vaselin album, parafin
2. Dasar salep absorbsi
Yang memungkinkan bercampur dengan air dan membentuk emulsi
(A/M) (contoh parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat) dan yang sudah
menjadi emulsi (A/M)(contoh : lanolin, cold cream)
3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Contoh : salep hidrofilik (Na lauril sulfat, propilenglokol, alkohol
stearat, air)
4. Dasar salep yang larut dalam air
o Disebut dasar salep tidak berlemak, yang terdiri dari konstituen
yang larut dalam air
o Contoh : salep polietilenglikol (PEG 3350, PEG 400)
FORMULA UMUM
Salep :
-Zat aktif
-Basis
-Zat tambahan ( pengawet)
GEL
ADALAH MERUPAKAN SISTEM SEMIPADAT TERDIRI DARI SUSPENSI YANG
DIBUAT DARI PARTIKEL ANORGANIK YANG KECIL ATAU MOLEKUL
ORGANIK YANG BESAR, TERPENETRASI OLEH SUATU CAIRAN

Penggolongan gel berdasarkan sifat pelarut :

a. Hidrogel ( pelarut air), umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik

yang bersambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi sepeti

interaksi ionik, ikatan hidrogen, atau interaksi hidrofobik contoh : bentonit

magma, gelatin

b. Organogel (pelarut non air/ pelarut organik) contoh plastibase ( polietilen

dengan BM rendah yang terlarut dalam minyak mineral dan didinginkan

secara shock cooled)

c. Xerogel contoh : gelatin kering, tragakan,dll.


SIFAT DAN KARAKTERISTIK GEL
1. Swelling
gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat
mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume
2. Sineresis
yaitu suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel
dimana cairan yang terjadi akan keluar dan berada di atas permukaan gel
3. Efek suhu
efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui
penurunan temperatur tetapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah
pemanasan hingga suhu tertentu
4. Efek elektrolit
konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel
hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap
pelarut yang ada dan koloid digaramkan
5. Elastisitas dan rigiditas
Selama proses transformasi dari bentuk sol ke gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel contoh : agar,
nitroselulosa
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan
sifat aliran yang pseudoplastis
FORMULA GEL
Zat aktif
Basis gel
Zat tambahan : pengawet
PASTA
Penggolongan pasta :
a. Pasta yang dibuat dari gel fase tunggal
mengandung air contoh : Pasta Natrium
karboksimetilselulosa
b. Pasta berlemak
contoh : pasta zink oksida ( pasta padat,
kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh)
PASTA

Sediaan semipadat yang mengandung sekitar 50% serbuk


yang terdispersi dalam basis berlemak, namun pasta kurang
berlemak dibandingklan salep

KELEBIHAN KEKURANGAN
Daya absorbsinya lebih
besar dan kurang Karena sifatnya
berlemak dibandingkan
salep
yang kaku dan
Efektif untuk absorbsi sulit ditembus,
sekresi cairan serosa pada
tempat pemakaian
tidak tepat untuk
Lebih banyak digunakan pemakaian pada
untuk luka akut yang bagian tubuh
cenderung mengeras,
menggelembung, atau yang berbulu
mengeluarkan darah
FORMULA UMUM
Zat aktif
Basis
Zat tambahan ( pengawet, antioksidan, emolien,
emulsifier, surfaktan )
PEMBUATAN SEDIAAN SEMISOLID
FUSION/ PELELEHAN TRITURASI

Timbang semua zat Timbang semua zat


(ZA bisa Campurkan semua
digerus/dilarutkan) basis kedalam
Dipanaskan pada mortir sampai
suhu 70ºC homogen
Masukan dalam Tambahkan zat aktif
mortir hangat  sedikit demi
gerus sampai sedikit
terbentuk semidolid
Tambahkan ZA sedikit
demi sedikit
SUMBER PUSTAKA

1. Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit


ITB.
2. Kurniawan, D. W. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
3. Perrie, Y. 2010. FASTtrack: Pharmaceutics - Drug Delivery and Targeting.
London: Pharmaceutical Press.
4. Jones, D. 2008. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design.
London: Pharmaceutical Press.
5. Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and
Dispensing. London: Pharmaceutical Press.

34
)
R
E
B
O
T
K
O
-6

U MR /5
K
TI T O
B
E

AK O
K

PR -1

SI
E
K
U
N G

PO M I N
G

S
RE L E P
(

A
S
FORMULA
Salep :
-Zat aktif
-Basis
-Zat tambahan ( pengawet)
METODE PEMBUATAN DAN PENIMBANGAN
Kelompok Metode
Pembuatan
Ganjil Triturasi
Genap Fusion

Nama Zat 10 gram 3 3


tube/pot Pot+20%
API 200 mg 600 mg 720 mg
Pengawet 1 mg 3 mg 3,6 mg
Basis 9,8 g 29,4 g 35,3 g
DAFTAR ZAT AKTIF UNTUK SALEP
1. Hidrokortison (bahan terbatas)
2. Asam Salisilat
3. ZnO
4. Camphora
5. Sulfur
6. Kloramfenikol
EVALUASI
1. Organoleptis : Bau & Warna
2. Homogenitas
3. Viskositas
4. pH
)
R
E
B
O
T
K
O
3

U M/ 1 2 -1

IK
T B E
R

K
A K T
O

PR
O

SI
-2
E

ONG U
K

S P NG
RE L (
I
M

E
G
FORMULA UMUM
Zat aktif
Basis gel
Zat tambahan lain yang sesuai
METODE PEMBUATAN DAN PENIMBANGAN
Kelompok Alat Yang
digunakan
1,2,3 Mortir
4,5,6 Magnetic Stirer
7,8 Ultraturax

Nama Zat 10 gram 3 3


tube/pot Pot+20%
API 200 mg 600 mg 720 mg
Pengawet 1 mg 3 mg 3,6 mg
Basis 9,8 g 29,4 g 35,3 g
DAFTAR ZAT AKTIF UNTUK GEL
1. Vitamin C
2. Asam Salisilat
3. Mentol
4. Ibuprofen
5. Lidocain HCl
6. Sulfur
7. ZnO
EVALUASI
1. Organoleptis : Bau & Warna
2. Homogenitas
3. Viskositas
4. pH

Anda mungkin juga menyukai