Anda di halaman 1dari 66

SEDIAAN CAIR

KELOMPOK 2 COMPOUNDING & DISPENSING B


DIPRESENTASIKAN OLEH:
1. Johan Tjahyono
2. Joseph Stephen
3. Kurniati Wulandari
4. Lucky Alexius Paune
5. Luthfiyyah Mutsnaini
6. Lydia Trisna Wibowo
7. Marchen Prasetyaningrum
8. Meidi Utami Puteri
9. Mohamad Thoha Rohimi
10.Mutia Eka
LARUTAN
DEFINISI
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,
cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam
golongan produk lainnya. (Ansel)
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut.
Misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang caling bercampur (FI ed IV)

JENIS LARUTAN
Menurut Cara Penggunaannya:
Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahwa pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran konsolven.
Contohnya sirup, eliksir.
Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali
mengandung pelarut lain, seperti Etanol dan Poliol, untuk penggunaan topikal
pada kulit.

DAYA LARUT
Untuk zat yang tidak diketahui secara pasti kelarutannya:

ELIXIR
DEFINISI ELIXIR
Eliksir Sediaan larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat
pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi dan zat pengawet, digunakan
sebagai obat dalam, pelarut utama etanol sebagai pelarut obat (FI III).
Eliksir larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan
(Ansel, 1989)
Eliksir sediaan cair oral mengandung alkohol
( hingga 25%), jernih dan memiliki rasa yg enak
Kandungan utama etanol & air

KOMPONEN ELIXIR
Pelarut
air dan alkohol. Jumlah
alkohol yang dibutuhkan
tergantung dari kelarutan zat.
Umumnya eliksir
mengandung alkohol 5-10%.
Kosolven (peningkat
kelarutan)
Kosolven utama eliksir
alkohol, jika tidak ada
gunakan propilen glikol dan
gliserin.
Pemanis
sukrosa atau sirup sukrosa,
sorbitol, atau pemanis
buatan.
Pengawet
asam benzoat atau senyawa
esternya.
Agen Pewarna Antioksidan
PRINSIP PEMBUATAN
BAGIAN LARUT AIR:
Larutkan bahan2 larut air ke dalam air hingga larut sempurna
Tambahkan dan larutkan sukrosa/pemanis/flavoring agent
FASE ALKOHOL:
Larutkan bahan-bahan yang larut baik dalam alcohol
Tambahkan propilenglikol/gliserin bila ada.
Tambahkan bagian larut air ke dalam bagian larut alkohol sedikit demi
sedikit sambil diaduk ad kan dengan air
(University of the Science in Philadelphia, 2006)
TAHAP PEMBUATAN
ELIKSIR
1.Penimbangan bahan-bahan yang diperlukan.
2.Pelarutan tiap bahan di dalam pelarut yang sesuai.
Bahan dapat digerus dahulu di mortar untuk memperkecil ukuran partikelnya. Setelah
penggerusan mortar dan alu harus dibilas dengan pelarut.
3.Pencampuran tiap larutan dan pengadukan kembali hingga homogen.
4.Pemindahan campuran larutan ke dalam wadah final yang telah dikalibrasi
dan penambahan volume larutan hingga volume akhir.
5.Pemberian etiket dan label.
SUSPENSI
DEFINISI
Suspensi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut,
terdispersi dalam cairan pembawa.
FI III
Suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair.
FI IV
PENGERTIAN SUSPENSI
MACAM-MACAM SUSPENSI
Berdasarkan penggunaannya
Suspensi oral sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukan untuk penggunaan oral
Suspensi topikal sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit
Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar
Suspensi optalmik sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata
BERDASARKAN ISTILAH
Susu untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang
ditujukan untuk pemakaian oral
Magma suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika
zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat
yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik
Lotio untuk golongan suspensi topical dan emulsi untuk pemakaian
pada kulit
BERDASARKAN SIFAT
Suspensi deflokulasi
Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila
kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit,
maka kecepatannya akan lambat
Keunggulannya sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif
homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya
yang lambat
Kekurangannya apabila sudah terjadi endapan sukar sekali terdispersi
karena terbentuk massa yang kompak
Suspensi flokulasi
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat
terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel
dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukuran agregat relatif besar
Keunggulannya sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap
besar dan mudah diredispersi
Kekurangannya dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena
kecepatan sedimentasinya tinggi
KOMPONEN EMULSI
ZAT AKTIF
Jika obat kurang stabil dalam media cair, dan tidak larut dalam air, dapat
dibuat dalam bentuk suspensi.
Contoh : antibiotik yang tidak stabil dalam media cair dapat dibuat dalam
bentuk suspensi kering dan obat-obat yang tidak larut juga dapat
diformulasikan sebagai suspensi untuk penggunaan topikal, seperti
calamine lotion.
ZAT TAMBAHAN
Zat pensuspensi (suspending agent)
Fungsi : untuk memperlambat pengendapan, mencegah penurunan
partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.

Cara Kerja : meningkatkan kekentalan larutan, suspending agent
membentuk film yang mengelilingi partikel dan menurunkan atraksi antar
partikel.
Faktor pemilihan suspending agent :
Penggunaan bahan (oral/topikal).
Komposisi kimia.
Stabilitas pembawa dan shelf life.
Produk, sumber, inkompabilitas dengan bahan lainnya.

CONT
Contoh suspending agent :
Golongan polisakarida: acacia gom, tragakan, alginat natrium.
Golongan selulosa: metil selulosa, hidroksi metil selulosa, Na-CMC,
avicel.
Golongan tanah liat: bentonit, alumunium magnesium silikat, hektokrite,
veegum.
Golongan sintetik: karbomer, karboksipolimetilen, koloidal silikon
diokside.
ZAT PEMBASAH (WETTING
AGENT)
Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut
kontak) dan meningkatkan disperse bahan yang tidak larut dengan
memperkecil sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan
pembawa.
Contoh : polisorbat, sodium laurel sulfat, sorbitan ester.
PEMANIS
Fungsi : untuk menutupi rasa pahit dari sediaan obat.
Contoh :
Pemanis biasa
Gula seperti xylosa, ribosa, glukosa, manosa, galaktosa, fruktosa, dextrosa,
sukrosa,maltosa, sirupus simplek dan gula alkohol seperti sorbitol, xylitol, manitol
dan gliserin.
Pemanis sintetis
Na siklamat, Na sakarin dan aspartam.

CONT
Pemanis yang biasa digunakan: sorbitol, sukrosa 20-25%.
Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis: siklamat 0,5%, sakarin 0,05%.
Kombinasi sorbitol: sirupus simpleks = 30% b/v : 10% b/v.
pH > 5 dipakai sorbitol karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan menyebabkan
perubahan volume.
Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi.
Konsentrasi pemanis yang digunakan tergantung pada derajat kemanisan yang
dibutuhkan oleh sediaan suspensi.

PEWARNA DAN PEMBERI
AROMA
Fungsi : untuk tujuan estetika, menarik konsumen, dan untuk
menunjukkan kekhasan produk
Warna sediaan harus disesuaikan dengan rasanya dan baunya harus
pula menambah rasa tersebut.
Pewarna sintetis digunakan pada konsentrasi 0,0005% sampai 0,001%
tergantung dari tingkat warna yang diinginkan dan kemampuannya
mewarnai sediaan.

CONT
Contoh pewarna :
titanium dioksida (putih)
brilliant blue (biru)
indigo carmine (biru)
amaranth (merah)
tartarazine(kuning)
sunset yellow (kuning)
carmine (merah)
caramel (brown)
chlorophyll (green)
annatto seeds (kuning)
carrots (kuning)
madder plant (kuning
kemerahan)
indigo (biru)
saffron (kuning).

CONTOH PEMBERI
RASA/AROMA
Butterscoth,
Mafile, Apricot,
Peach, Vanili,
Wintergreen
mint.
Asin
Wild Cherry,
Walnut, Chocolate,
Mint combination,
Passion fruit, Mint
spiceanisi.
Pahit
Buah-buahan
berry, vanili.
Manis
Citrus,
Licorice,
Rootbeer,
Raspberry.
Asam
PENGAWET
Preparat cairan atau setengah padat khususnya sirup, emulsi, suspense terutama
yang mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer harus
diawetkan terhadap kontaminasi mikroorganisme

Contoh :
Metal/propil paraben (2:1 hingga 0,1-0,2% total).
Asam benzoat/Na benzoat.
Chlorbutanol/chlorreksol (untuk obat luar/mengiritasi).
Senyawa ammonium (ammonium klorida kuartener).

PENDAPAR
Fungsi : sebagai pengatur pH, memperbesar potensi pengawet,
dan peningkat kelarutan.
Jenis Dapar pKa Penggunaan
Dapar Fosfat
pKa1 = 2,15
sediaan oral, parenteral, dan optalmik
pKa2 = 7,20
Dapar sitrat
pKa1 = 3,128
sediaan oral, parenteral, dan optalmik pKa2 = 4,761
pKa3 = 7,20
Dapar asetat pKa = 4,74 sediaan oral
Dapar karbonat
pKa = 6,34
sediaan oral
pKa2 = 10,36
Dapar borat pKa = 9,24 sediaan optalmik
FLOCULATING AGENT
bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara
bersama membentuk suatu agregat.
Flokulating agent dapat menyebabkan suatu suspensi dapat mengendap
tetapi mudah terdispersi kembali.

Bahan Tipe Muatan Ion
Natrium lauril sulfat Surfaktan Anion
Dokusat natrium Anion
Benzalkonium klorida Kation
Cetyloiridinum klorida Kation
Polisorbat 80 Nonionik
Sorbiton monolaurat Nonionik
CMC-Na Polimer hidrofil Anion
Xantan gom Anion
Tragakan Anion
Metilselulosa Nonionik
PFG Nonionik
Magnesium aluminium
Clay
Anion
Silikat
Attapulgit Anion
Bentonit Anion
Kalium dihidrogen fosfat
Elektrolit
Anion
AlCl3
NaCl Kation
JENIS METODE PEMBUATAN
SUSPENSI
Metode Dispersi
Metode
Presipitasi
(pengendapan)
CARA PEMBUATAN
SUSPENSI
Penghalusan fase terdispersi.
Pembasahan partikel fase terdispersi, jika fase terdispersi tidak larut
dalam medium pendispersi.
Pencampuran dan pendispersian fase terdispersi di dalam medium
pendispersi.
Homogenisasi fase terdispersi dalam medium pendispersi

HAL YG HARUS DIPERHATIKAN
DLM SUSPENSI
Kecepatan sedimentasi
Agar suspensi tidak cepat mengendap,maka dapat dilakukan beberapa hal
seperti:
a. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil.
Contoh: sorbitol atau sukrosa BJ medium meningkat
b. Diameter partikel diperkecil
c. Memperbesar viskositas suspending agent
COND
Pembasahan serbuk wetting agent
Floatasi/terapung
Disebabkan oleh perbedaan densitas, adanya adsorpsi gas pada
permukaan zat padat dan partikel padat hanya sebagian terbasahi dan
tetap pada permukaan
Metode dispersi : deflokulasi dan flokulasi
EMULSI
DEFINISI
FI III
Sediaan yang
mengandung
bahan obat cair,
atau larutan
obat, terdispersi
dalam cairan
pembawa,
distabilkan
dengan zat
pengemulsi
atau surfaktan
yang cocok
FI IV
Sistem dua
fase, yang salah
satu cairannya
terdispersi
dalam cairan
yang lain, dalam
bentuk tetesan
kecil
Ansel
Suatu dispersi
dimana fase
terdispersi
terdiri dari
bulatan-bulatan
kecil zat cair
yang
terdistribusi ke
seluruh
pembawa yang
tidak bercampur
TIPE EMULSI
Minyak
/ air
Air /
minyak
O/W/O
atau
W/O/W
CARA MEMBEDAKAN TIPE EMULSI
Pengenceran
fase
Pewarnaan
Kertas saring
/ tissu
Konduktivitas
listrik
KOMPONEN EMULSI
UTAMA
Fase air
Fase minyak
Emulgator
TAMBAHAN
Pengawet
Pemanis
Pewarna
SURFAKTAN
Senyawa kimia yang molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda
interaksinya dengan air, yaitu ujung kepala yang suka terhadap air
(hidrofilik) dan ujung ekor yang tidak suka dengan air (hidrofobik).
Zat ini mampu menurunkan tegangan permukaan sehingga fase
terdispersi dapat terdispersi didalam medium pendispersi
PENGGOLONGAN SURFAKTAN
HLB Penggunaan
0-3 Antibusa
3-8 Emulgator w/o
7-9 Pembasah dan Pendispersi
8-16 Emulgator o/w
13-16 Detergen (Pencuci)
16-20 Pengsolubilisasi
HLB : bilangan yang menunjukkan perbandingan kekuatan relatif dari gugus
hidrofil dan lipofil dari suatu surfaktan.
EMULGATOR
Alam
- Diperoleh secara
alamiah
- Contoh: gom arab,
tragacanth, agar, pektin,
veegum, bentonit
Buatan
- Dibuat secara sintetik
- Contoh: tween, span
Sumber
Anionik
Kationik
Nonionik
Amfoter
Sifat
EMULGATOR
E
m
u
l
g
a
t
o
r

K
a
t
i
o
n
i
k

Emulgator M/A
Co : alkoniumbromida,
benzalkoniumbromida,
cetrimid
E
m
u
l
g
a
t
o
r

A
m
f
o
t
e
r

Emulgator M/A
Co : proein, lesitin, Na
lauryl propionat
E
m
u
l
g
a
t
o
r

A
n
i
o
n
i
k

- Sabun alkali (emulgator
M/A),
co : Na palmitat, Na
stearat
- Sabun logam (emulgator
A/M),
co : Ca palmitat, Al stearat
- Sabun amin (emulgator
M/A),
co : trietanolamin stearat
- Senyawa tersulfatasi
(emulgator M/A),
co : Na lauril sulfat, Na
setil sulfat, Na stearil sulfat
- Senyawa tersulfonasi
(emulgator M/A),
co : Na setil sulfonat
EMULGATOR
E
m
u
l
g
a
t
o
r

N
o
n
i
o
n
i
k

- Alkohol lemak tinggi rantai lurus (emulgator A/M) :
setil alkohol, stearil alkohol
- Alkohol lemak tinggi rantai bercabang : Fealan
- Ester parsial asam lemak dari alkohol bervalensi
banyak (emulgator A/M) : etil monostearat,
gliserol monostearat, gliserol monooleat
- Ester parsial asam lemak dari sorbitan (emulgator
A/M) : Span 20, Span 40, Span 60, Span
65, Span 80, Span 85
- Ester parsial asam lemak dari polioksietilensorbitan
(emulgator M/A) : tween 20, tween 21,
tween 40, tween 60, tween 61, tween 65,
tween 80, tween 81, tween 85
TEORI PEMBENTUKAN EMULSI
1. Teori Tegangan Permukaan
Menurut teori ini penggunaan zat pegemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan
tegangan permukaan dari kedua cairan yang tidak bercampur mengurangi tolak antara
cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antar molekul masing masing
cairan.
Jadi zat pengemulsi membantu memecahkan bola bola besar menjadi bola bola kecil
yang memiliki kecenderungan untuk bersatu menjadi lebih kecil.
2. Teori Oriented Wedge
Dalam dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam
satu fase dan terikat kuat dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase lain.
Karena zat pengemulsi menurut teori ini mempunyai suatu bagian hidrofilik dan bagian
hidrofibik maka molekul itu akan mengarahkan dirinya ke masing masing fase. Fase
dimana zat pengemulsi lebih larut umumnya akan menajdi fase luar dari emulsi tersebut.

METODE PEMBUATAN EMULSI
Metode
Gom Basah
Metode
Gom Kering
Metode
HLB
METODE PEMBUATAN EMULSI
1. Metode Gom Basah
Pengemulsi berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air
seperti kuning telur dan metil selulosa



Muchilago
kental +
sedikit air
Minyak
sedikit
demi
sedikit
(aduk kuat)
+ sisa air
dan minyak
bergantian
Emulsi
2. Metode Gom Kering
Pemakaian zat pengemulsi berupa Gom kering



4 bagian
minyak + 2
bagian air +
1 bagian
Gom, gerus
korpus
emulsi
Sisa bahan
sedikit demi
sedikit
aduk
Emulsi
3. Metode HLB
Aapabila emulsi yang dibuat mengunakan suatu surfaktan yang
memiliki nilai HLB . Sebelum dilakukan pencampuran terlebih
dahulu dilakukan perhintungan harga HLB dari fase internal
kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB
yang sesuai dengan HLB fase internal . Setelah diperoleh suatu
emulgator yang cocok , maka selanjutnya dilakukan pencampuran
untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan

HLB
Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) adalah angka yang menunjukkan
perbandingan antara grup hidrophil dan lipophil pada surfaktan.
Angka HLB yang berbeda menunjukkan perbedaan sifat surfaktan.
HLB digunakan sebagai petunjuk memilih suatu emulsifier untuk berbagai
macam kegunaan. Emulsifiers dengan HLB rendah cocok untuk water-in-
oil ( W/O) emulsion, sedangkan yang mempunyai HLB tinggi cocok untuk
oil-in-water (O/W) emulsion.
Nilai HLB surfaktan yang berbeda selain menunjukkan sifat juga
menunjukkan fungsi fungsi surfaktan yang berbeda. Range nilai HLB dari
0 sampai 20, masing-masing nilai mempunyai fungsi yang berlainan.
MACAM-MACAM SURFAKTAN
BERDASARKAN HLB DAN TIPE EMULSI

HUBUNGAN HARGA HLB DENGAN
FUNGSI SURFAKTAN

PERBANDINGAN ELIKSIR, SUSPENSI, DAN
EMULSI
Perbanding
an
Eliksir Suspensi Emulsi
Alkohol + - -
Fase 1fase 2 fase, padat-
cair
2fase, cair-cair
Definisi sediaan cair oral
mengandung alcohol
(hingga 25%), jernih
dan memiliki rasa yg
enak
Kandungan utama
etanol & air
Sediaan cair
yang
mengandung
partikel padat
tidak larut yang
terdispersi
dalam fase cair
Emulsi adalah sistem
dua fase, yang salah
satu cairannya
terdispersi dalam
cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan
kecil
Zat
tambahan
Alkohol Suspending
agent
Emulgator
CONTOH RESEP
RESEP 1
dr. Ken Reciana
Jl. Pepaya No 8 Depok
No Izin Praktek : DU 52081/1997
Depok, 17 September 2013
R/ Fenobarbital 0,4
sirup q.s.
mf elixir 100
s.t.d.d 1 sk

Pro: Ahmad (13 tahun)

Fenobarbital Elixir mengandung (MD : 815)
Fenobarbital 400 mg
Orange Oil 0,075 ml
Amaranth Solution 1 ml
Alkohol 15 ml
Gliserol 45 ml
Sirup 15 ml
Aquadest ad 100
ZAT AKTIF FENOBARBITAL
DO UD TM Kelarutan Khasiat Referensi
K 15-30 mg/ 41-90 mg 300 mg/900 mg 1:1000 air;
1:40 eter;
1:10 alkohol
sedativum FI III; 481
PERHITUNGAN TM
FENOBARBITAL : 300/600 MG
PERHITUNGAN 1 KALI PAKAI
13/20 x 300 mg = 195 mg

5 ml x 1 g/ml x 400 mg = 20 mg
100 g

%TM 1 kali = 20 x 100%=
10,26%
195
PERHITUNGAN 1 HARI PAKAI
13/20 x 600 mg = 390 mg

3 x 20 mg = 60 mg

%TM 1 hari = 60 x 100%= 15,38%
390


Keterangan:
BJ = 1 (15/100g = 15% <16 %).
Sendok kecil = 5 ml
PERHITUNGAN BAHAN
N
o
Nama Bahan Jumlah
1 Fenobarbital 400 mg
2 Orange Oil 3 tetes
3 Amaranth
Solution
1 ml
4 Alkohol 15 ml
5 Gliserol 45 ml
6 Sirup 15 ml
7 Aquadest ad 100 ml
BJ Orange Oil : 0,8 g/ml
m = BJ x v
m = 0,8 g/ml x 0,075 ml
m = 0,06 g = 60 mg

1 tetes setara dengan 20 mg 3 tetes = 60
mg
CARA PEMBUATAN
1. Kalibrasi botol 100 ml
2. Timbang Fenobarbital 0,4 g pada kertas perkamen; Ambil
15 ml Alkohol; dan 45 ml Gliserol
3. Larutkan fenobarbital dalam Alkohol di dalam beaker glass
100 ml dan masukkan gliserin ke dalam beaker glass
aduk hingga homogen
4. Larutkan 1 ml Amaranth Solution dalam 15 ml aquadest
(secukupnya untuk melarutkan) di beaker glass 50 ml
5. Masukkan larutan no.4 ke larutan no. 3
6. Tambahkan 15 ml sirupus simpleks sedikit demi sedikit ke
dalam larutan no 5, aduk larut hingga homogen, tuang ke
dalam botol
7. Tambahkan sisa aquades ke dalam botol ad 100 ml
8. Tambahkan orange oil 3 tetes
9. Kocok, tutup botol, kemudian segel botol.
10.Beri etiket dan label.

APOTEK FARMASI
Jl. Margonda Raya No. 100 Depok
APA : Zulham Effemdi, S. Farm., Apt.
SIK Nomor : 1098765
No. 91 Tgl. 17/09/2013
Ahmad
Sehari tiga kali satu sendok kecil (lima mili iter)

TIDAK BOLEH DIULANG TANPA
RESEP BARU DARI DOKTER
RESEP 2
Rumah Sakit Margonda
Jl. Margonda Raya No. 16
Depok
Telp. 022-746508, fax : 022-
746560

Dokter : dr. Nugraha
Tgl : 20 September 2013
R/ Bactrim susp 60
efedrin HCl 0,1
sirup 20%
s.b.d.d sk 1
Pro : Indah (8 th)
Keterangan

Tiap 5 ml suspensi Bactrim mengandung :
1. Sulfametoxazol 200 mg
2. Trimetoprim 40 mg
Dibuat suspension, maka digunakan :
1. PGS 2% suspending agent
2. Syrupus simplex 20%; BJ 1,3
PERHITUNGAN TM
Dosis anak (rumus young) n/(n+12) x dosis dewasa
Efedrin HCl, TM = 50mg/150mg
Anak 8
th
, maka :
TM 1x pakai : 8/(8+12) x 50 mg = 20 mg
TM 1 hari : 8/(8+12) x 150 mg = 60 mg
Jadi, :
1 x minum : 5ml/60ml x 100 mg = 8,33 mg
8,33 mg/20 mg x 100% = 41,67%
1 hari : 2 x 8,33 mg = 16,66 mg
16,66 mg/60mg x 100% = 27,765%
PERHITUNGAN BAHAN
Nama Bahan Jumlah dalam 60 ml
Ephedrin HCl 100mg
Trimetoprim 60/5 x 40 = 480 mg
Sulfametoxazol 60/5 x 20 = 2400 mg
PGS 2/100 x 60 = 1,2 g
Sirupus simplex 20 % x 60 ml x 1,3 = 15,6 g
Aquadest (60000 x 1,3) (100 + 480 + 2400 + 1200 + 15600) = 58,22 g =
58 ml
CARA PEMBUATAN
1. Tara botol 20 gr
2. Timbang sirupus simplex 20 gr ke dalam botol yang sudah
ditara
3. Timbang trimethoprim, sulfametoksazol, dan PGS
4. Masukan trimethoprim ke dalam lumpang, gerus sampai
halus, sisihkan
5. Masukkan sulfametoksazol ke dalam lumpang, gerus halus,
sisihkan
6. Masukkan PGS ke dalam mortar, gerus halus, tambahkan
massa serbuk no 3 dan 4 serta air 8,4 g, gerus hingga
terbentuk suspense, encerkan dengan air secukupnya,
masukkan ke dalam botol
7. Timbang efedrin hcl, larutkan dalam air. Masukkan ke dalam
botol
8. Tambahkan air hingga 60,1 g.
9. Kocok, beri etiket dan label


DAFTAR ACUAN
Ansel, Howard. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope
Indonesia Edisi 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Martin, A., Swarbick, J. Cammarata, A. (2008). Farmasi Fisik Jilid II Edisi
ke-3 (Joshita, Penerjemah). Jakarta: UI Press.
University of the Science in Philadelphia. (2006). Remington: The
Science and Practice of Pharmacy 21
st
Edition. Baltimore: Lippincot
William & Wilkins.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai