DIPRESENTASIKAN OLEH: 1. Johan Tjahyono 2. Joseph Stephen 3. Kurniati Wulandari 4. Lucky Alexius Paune 5. Luthfiyyah Mutsnaini 6. Lydia Trisna Wibowo 7. Marchen Prasetyaningrum 8. Meidi Utami Puteri 9. Mohamad Thoha Rohimi 10.Mutia Eka LARUTAN DEFINISI Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya. (Ansel) Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut. Misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang caling bercampur (FI ed IV)
JENIS LARUTAN Menurut Cara Penggunaannya: Larutan Oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahwa pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran konsolven. Contohnya sirup, eliksir. Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain, seperti Etanol dan Poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit.
DAYA LARUT Untuk zat yang tidak diketahui secara pasti kelarutannya:
ELIXIR DEFINISI ELIXIR Eliksir Sediaan larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat wewangi dan zat pengawet, digunakan sebagai obat dalam, pelarut utama etanol sebagai pelarut obat (FI III). Eliksir larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan (Ansel, 1989) Eliksir sediaan cair oral mengandung alkohol ( hingga 25%), jernih dan memiliki rasa yg enak Kandungan utama etanol & air
KOMPONEN ELIXIR Pelarut air dan alkohol. Jumlah alkohol yang dibutuhkan tergantung dari kelarutan zat. Umumnya eliksir mengandung alkohol 5-10%. Kosolven (peningkat kelarutan) Kosolven utama eliksir alkohol, jika tidak ada gunakan propilen glikol dan gliserin. Pemanis sukrosa atau sirup sukrosa, sorbitol, atau pemanis buatan. Pengawet asam benzoat atau senyawa esternya. Agen Pewarna Antioksidan PRINSIP PEMBUATAN BAGIAN LARUT AIR: Larutkan bahan2 larut air ke dalam air hingga larut sempurna Tambahkan dan larutkan sukrosa/pemanis/flavoring agent FASE ALKOHOL: Larutkan bahan-bahan yang larut baik dalam alcohol Tambahkan propilenglikol/gliserin bila ada. Tambahkan bagian larut air ke dalam bagian larut alkohol sedikit demi sedikit sambil diaduk ad kan dengan air (University of the Science in Philadelphia, 2006) TAHAP PEMBUATAN ELIKSIR 1.Penimbangan bahan-bahan yang diperlukan. 2.Pelarutan tiap bahan di dalam pelarut yang sesuai. Bahan dapat digerus dahulu di mortar untuk memperkecil ukuran partikelnya. Setelah penggerusan mortar dan alu harus dibilas dengan pelarut. 3.Pencampuran tiap larutan dan pengadukan kembali hingga homogen. 4.Pemindahan campuran larutan ke dalam wadah final yang telah dikalibrasi dan penambahan volume larutan hingga volume akhir. 5.Pemberian etiket dan label. SUSPENSI DEFINISI Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. FI III Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. FI IV PENGERTIAN SUSPENSI MACAM-MACAM SUSPENSI Berdasarkan penggunaannya Suspensi oral sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral Suspensi topikal sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar Suspensi optalmik sediaan cair steril yang mengandung partikel- partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata BERDASARKAN ISTILAH Susu untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian oral Magma suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik Lotio untuk golongan suspensi topical dan emulsi untuk pemakaian pada kulit BERDASARKAN SIFAT Suspensi deflokulasi Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat Keunggulannya sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat Kekurangannya apabila sudah terjadi endapan sukar sekali terdispersi karena terbentuk massa yang kompak Suspensi flokulasi Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukuran agregat relatif besar Keunggulannya sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi Kekurangannya dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi KOMPONEN EMULSI ZAT AKTIF Jika obat kurang stabil dalam media cair, dan tidak larut dalam air, dapat dibuat dalam bentuk suspensi. Contoh : antibiotik yang tidak stabil dalam media cair dapat dibuat dalam bentuk suspensi kering dan obat-obat yang tidak larut juga dapat diformulasikan sebagai suspensi untuk penggunaan topikal, seperti calamine lotion. ZAT TAMBAHAN Zat pensuspensi (suspending agent) Fungsi : untuk memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak.
Cara Kerja : meningkatkan kekentalan larutan, suspending agent membentuk film yang mengelilingi partikel dan menurunkan atraksi antar partikel. Faktor pemilihan suspending agent : Penggunaan bahan (oral/topikal). Komposisi kimia. Stabilitas pembawa dan shelf life. Produk, sumber, inkompabilitas dengan bahan lainnya.
CONT Contoh suspending agent : Golongan polisakarida: acacia gom, tragakan, alginat natrium. Golongan selulosa: metil selulosa, hidroksi metil selulosa, Na-CMC, avicel. Golongan tanah liat: bentonit, alumunium magnesium silikat, hektokrite, veegum. Golongan sintetik: karbomer, karboksipolimetilen, koloidal silikon diokside. ZAT PEMBASAH (WETTING AGENT) Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan disperse bahan yang tidak larut dengan memperkecil sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. Contoh : polisorbat, sodium laurel sulfat, sorbitan ester. PEMANIS Fungsi : untuk menutupi rasa pahit dari sediaan obat. Contoh : Pemanis biasa Gula seperti xylosa, ribosa, glukosa, manosa, galaktosa, fruktosa, dextrosa, sukrosa,maltosa, sirupus simplek dan gula alkohol seperti sorbitol, xylitol, manitol dan gliserin. Pemanis sintetis Na siklamat, Na sakarin dan aspartam.
CONT Pemanis yang biasa digunakan: sorbitol, sukrosa 20-25%. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis: siklamat 0,5%, sakarin 0,05%. Kombinasi sorbitol: sirupus simpleks = 30% b/v : 10% b/v. pH > 5 dipakai sorbitol karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan menyebabkan perubahan volume. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi. Konsentrasi pemanis yang digunakan tergantung pada derajat kemanisan yang dibutuhkan oleh sediaan suspensi.
PEWARNA DAN PEMBERI AROMA Fungsi : untuk tujuan estetika, menarik konsumen, dan untuk menunjukkan kekhasan produk Warna sediaan harus disesuaikan dengan rasanya dan baunya harus pula menambah rasa tersebut. Pewarna sintetis digunakan pada konsentrasi 0,0005% sampai 0,001% tergantung dari tingkat warna yang diinginkan dan kemampuannya mewarnai sediaan.
CONTOH PEMBERI RASA/AROMA Butterscoth, Mafile, Apricot, Peach, Vanili, Wintergreen mint. Asin Wild Cherry, Walnut, Chocolate, Mint combination, Passion fruit, Mint spiceanisi. Pahit Buah-buahan berry, vanili. Manis Citrus, Licorice, Rootbeer, Raspberry. Asam PENGAWET Preparat cairan atau setengah padat khususnya sirup, emulsi, suspense terutama yang mengandung bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer harus diawetkan terhadap kontaminasi mikroorganisme
Contoh : Metal/propil paraben (2:1 hingga 0,1-0,2% total). Asam benzoat/Na benzoat. Chlorbutanol/chlorreksol (untuk obat luar/mengiritasi). Senyawa ammonium (ammonium klorida kuartener).
PENDAPAR Fungsi : sebagai pengatur pH, memperbesar potensi pengawet, dan peningkat kelarutan. Jenis Dapar pKa Penggunaan Dapar Fosfat pKa1 = 2,15 sediaan oral, parenteral, dan optalmik pKa2 = 7,20 Dapar sitrat pKa1 = 3,128 sediaan oral, parenteral, dan optalmik pKa2 = 4,761 pKa3 = 7,20 Dapar asetat pKa = 4,74 sediaan oral Dapar karbonat pKa = 6,34 sediaan oral pKa2 = 10,36 Dapar borat pKa = 9,24 sediaan optalmik FLOCULATING AGENT bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu agregat. Flokulating agent dapat menyebabkan suatu suspensi dapat mengendap tetapi mudah terdispersi kembali.
Bahan Tipe Muatan Ion Natrium lauril sulfat Surfaktan Anion Dokusat natrium Anion Benzalkonium klorida Kation Cetyloiridinum klorida Kation Polisorbat 80 Nonionik Sorbiton monolaurat Nonionik CMC-Na Polimer hidrofil Anion Xantan gom Anion Tragakan Anion Metilselulosa Nonionik PFG Nonionik Magnesium aluminium Clay Anion Silikat Attapulgit Anion Bentonit Anion Kalium dihidrogen fosfat Elektrolit Anion AlCl3 NaCl Kation JENIS METODE PEMBUATAN SUSPENSI Metode Dispersi Metode Presipitasi (pengendapan) CARA PEMBUATAN SUSPENSI Penghalusan fase terdispersi. Pembasahan partikel fase terdispersi, jika fase terdispersi tidak larut dalam medium pendispersi. Pencampuran dan pendispersian fase terdispersi di dalam medium pendispersi. Homogenisasi fase terdispersi dalam medium pendispersi
HAL YG HARUS DIPERHATIKAN DLM SUSPENSI Kecepatan sedimentasi Agar suspensi tidak cepat mengendap,maka dapat dilakukan beberapa hal seperti: a. Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil. Contoh: sorbitol atau sukrosa BJ medium meningkat b. Diameter partikel diperkecil c. Memperbesar viskositas suspending agent COND Pembasahan serbuk wetting agent Floatasi/terapung Disebabkan oleh perbedaan densitas, adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat dan partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan Metode dispersi : deflokulasi dan flokulasi EMULSI DEFINISI FI III Sediaan yang mengandung bahan obat cair, atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok FI IV Sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil Ansel Suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur TIPE EMULSI Minyak / air Air / minyak O/W/O atau W/O/W CARA MEMBEDAKAN TIPE EMULSI Pengenceran fase Pewarnaan Kertas saring / tissu Konduktivitas listrik KOMPONEN EMULSI UTAMA Fase air Fase minyak Emulgator TAMBAHAN Pengawet Pemanis Pewarna SURFAKTAN Senyawa kimia yang molekulnya mempunyai dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yaitu ujung kepala yang suka terhadap air (hidrofilik) dan ujung ekor yang tidak suka dengan air (hidrofobik). Zat ini mampu menurunkan tegangan permukaan sehingga fase terdispersi dapat terdispersi didalam medium pendispersi PENGGOLONGAN SURFAKTAN HLB Penggunaan 0-3 Antibusa 3-8 Emulgator w/o 7-9 Pembasah dan Pendispersi 8-16 Emulgator o/w 13-16 Detergen (Pencuci) 16-20 Pengsolubilisasi HLB : bilangan yang menunjukkan perbandingan kekuatan relatif dari gugus hidrofil dan lipofil dari suatu surfaktan. EMULGATOR Alam - Diperoleh secara alamiah - Contoh: gom arab, tragacanth, agar, pektin, veegum, bentonit Buatan - Dibuat secara sintetik - Contoh: tween, span Sumber Anionik Kationik Nonionik Amfoter Sifat EMULGATOR E m u l g a t o r
K a t i o n i k
Emulgator M/A Co : alkoniumbromida, benzalkoniumbromida, cetrimid E m u l g a t o r
A m f o t e r
Emulgator M/A Co : proein, lesitin, Na lauryl propionat E m u l g a t o r
A n i o n i k
- Sabun alkali (emulgator M/A), co : Na palmitat, Na stearat - Sabun logam (emulgator A/M), co : Ca palmitat, Al stearat - Sabun amin (emulgator M/A), co : trietanolamin stearat - Senyawa tersulfatasi (emulgator M/A), co : Na lauril sulfat, Na setil sulfat, Na stearil sulfat - Senyawa tersulfonasi (emulgator M/A), co : Na setil sulfonat EMULGATOR E m u l g a t o r
N o n i o n i k
- Alkohol lemak tinggi rantai lurus (emulgator A/M) : setil alkohol, stearil alkohol - Alkohol lemak tinggi rantai bercabang : Fealan - Ester parsial asam lemak dari alkohol bervalensi banyak (emulgator A/M) : etil monostearat, gliserol monostearat, gliserol monooleat - Ester parsial asam lemak dari sorbitan (emulgator A/M) : Span 20, Span 40, Span 60, Span 65, Span 80, Span 85 - Ester parsial asam lemak dari polioksietilensorbitan (emulgator M/A) : tween 20, tween 21, tween 40, tween 60, tween 61, tween 65, tween 80, tween 81, tween 85 TEORI PEMBENTUKAN EMULSI 1. Teori Tegangan Permukaan Menurut teori ini penggunaan zat pegemulsi dan zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan permukaan dari kedua cairan yang tidak bercampur mengurangi tolak antara cairan tersebut dan mengurangi gaya tarik menarik antar molekul masing masing cairan. Jadi zat pengemulsi membantu memecahkan bola bola besar menjadi bola bola kecil yang memiliki kecenderungan untuk bersatu menjadi lebih kecil. 2. Teori Oriented Wedge Dalam dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi akan memilih larut dalam satu fase dan terikat kuat dalam fase tersebut dibandingkan dengan fase lain. Karena zat pengemulsi menurut teori ini mempunyai suatu bagian hidrofilik dan bagian hidrofibik maka molekul itu akan mengarahkan dirinya ke masing masing fase. Fase dimana zat pengemulsi lebih larut umumnya akan menajdi fase luar dari emulsi tersebut.
METODE PEMBUATAN EMULSI Metode Gom Basah Metode Gom Kering Metode HLB METODE PEMBUATAN EMULSI 1. Metode Gom Basah Pengemulsi berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metil selulosa
Muchilago kental + sedikit air Minyak sedikit demi sedikit (aduk kuat) + sisa air dan minyak bergantian Emulsi 2. Metode Gom Kering Pemakaian zat pengemulsi berupa Gom kering
4 bagian minyak + 2 bagian air + 1 bagian Gom, gerus korpus emulsi Sisa bahan sedikit demi sedikit aduk Emulsi 3. Metode HLB Aapabila emulsi yang dibuat mengunakan suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB . Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhintungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase internal . Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok , maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan
HLB Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara grup hidrophil dan lipophil pada surfaktan. Angka HLB yang berbeda menunjukkan perbedaan sifat surfaktan. HLB digunakan sebagai petunjuk memilih suatu emulsifier untuk berbagai macam kegunaan. Emulsifiers dengan HLB rendah cocok untuk water-in- oil ( W/O) emulsion, sedangkan yang mempunyai HLB tinggi cocok untuk oil-in-water (O/W) emulsion. Nilai HLB surfaktan yang berbeda selain menunjukkan sifat juga menunjukkan fungsi fungsi surfaktan yang berbeda. Range nilai HLB dari 0 sampai 20, masing-masing nilai mempunyai fungsi yang berlainan. MACAM-MACAM SURFAKTAN BERDASARKAN HLB DAN TIPE EMULSI
HUBUNGAN HARGA HLB DENGAN FUNGSI SURFAKTAN
PERBANDINGAN ELIKSIR, SUSPENSI, DAN EMULSI Perbanding an Eliksir Suspensi Emulsi Alkohol + - - Fase 1fase 2 fase, padat- cair 2fase, cair-cair Definisi sediaan cair oral mengandung alcohol (hingga 25%), jernih dan memiliki rasa yg enak Kandungan utama etanol & air Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil Zat tambahan Alkohol Suspending agent Emulgator CONTOH RESEP RESEP 1 dr. Ken Reciana Jl. Pepaya No 8 Depok No Izin Praktek : DU 52081/1997 Depok, 17 September 2013 R/ Fenobarbital 0,4 sirup q.s. mf elixir 100 s.t.d.d 1 sk
Pro: Ahmad (13 tahun)
Fenobarbital Elixir mengandung (MD : 815) Fenobarbital 400 mg Orange Oil 0,075 ml Amaranth Solution 1 ml Alkohol 15 ml Gliserol 45 ml Sirup 15 ml Aquadest ad 100 ZAT AKTIF FENOBARBITAL DO UD TM Kelarutan Khasiat Referensi K 15-30 mg/ 41-90 mg 300 mg/900 mg 1:1000 air; 1:40 eter; 1:10 alkohol sedativum FI III; 481 PERHITUNGAN TM FENOBARBITAL : 300/600 MG PERHITUNGAN 1 KALI PAKAI 13/20 x 300 mg = 195 mg
5 ml x 1 g/ml x 400 mg = 20 mg 100 g
%TM 1 kali = 20 x 100%= 10,26% 195 PERHITUNGAN 1 HARI PAKAI 13/20 x 600 mg = 390 mg
3 x 20 mg = 60 mg
%TM 1 hari = 60 x 100%= 15,38% 390
Keterangan: BJ = 1 (15/100g = 15% <16 %). Sendok kecil = 5 ml PERHITUNGAN BAHAN N o Nama Bahan Jumlah 1 Fenobarbital 400 mg 2 Orange Oil 3 tetes 3 Amaranth Solution 1 ml 4 Alkohol 15 ml 5 Gliserol 45 ml 6 Sirup 15 ml 7 Aquadest ad 100 ml BJ Orange Oil : 0,8 g/ml m = BJ x v m = 0,8 g/ml x 0,075 ml m = 0,06 g = 60 mg
1 tetes setara dengan 20 mg 3 tetes = 60 mg CARA PEMBUATAN 1. Kalibrasi botol 100 ml 2. Timbang Fenobarbital 0,4 g pada kertas perkamen; Ambil 15 ml Alkohol; dan 45 ml Gliserol 3. Larutkan fenobarbital dalam Alkohol di dalam beaker glass 100 ml dan masukkan gliserin ke dalam beaker glass aduk hingga homogen 4. Larutkan 1 ml Amaranth Solution dalam 15 ml aquadest (secukupnya untuk melarutkan) di beaker glass 50 ml 5. Masukkan larutan no.4 ke larutan no. 3 6. Tambahkan 15 ml sirupus simpleks sedikit demi sedikit ke dalam larutan no 5, aduk larut hingga homogen, tuang ke dalam botol 7. Tambahkan sisa aquades ke dalam botol ad 100 ml 8. Tambahkan orange oil 3 tetes 9. Kocok, tutup botol, kemudian segel botol. 10.Beri etiket dan label.
APOTEK FARMASI Jl. Margonda Raya No. 100 Depok APA : Zulham Effemdi, S. Farm., Apt. SIK Nomor : 1098765 No. 91 Tgl. 17/09/2013 Ahmad Sehari tiga kali satu sendok kecil (lima mili iter)
TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP BARU DARI DOKTER RESEP 2 Rumah Sakit Margonda Jl. Margonda Raya No. 16 Depok Telp. 022-746508, fax : 022- 746560
Dokter : dr. Nugraha Tgl : 20 September 2013 R/ Bactrim susp 60 efedrin HCl 0,1 sirup 20% s.b.d.d sk 1 Pro : Indah (8 th) Keterangan
Tiap 5 ml suspensi Bactrim mengandung : 1. Sulfametoxazol 200 mg 2. Trimetoprim 40 mg Dibuat suspension, maka digunakan : 1. PGS 2% suspending agent 2. Syrupus simplex 20%; BJ 1,3 PERHITUNGAN TM Dosis anak (rumus young) n/(n+12) x dosis dewasa Efedrin HCl, TM = 50mg/150mg Anak 8 th , maka : TM 1x pakai : 8/(8+12) x 50 mg = 20 mg TM 1 hari : 8/(8+12) x 150 mg = 60 mg Jadi, : 1 x minum : 5ml/60ml x 100 mg = 8,33 mg 8,33 mg/20 mg x 100% = 41,67% 1 hari : 2 x 8,33 mg = 16,66 mg 16,66 mg/60mg x 100% = 27,765% PERHITUNGAN BAHAN Nama Bahan Jumlah dalam 60 ml Ephedrin HCl 100mg Trimetoprim 60/5 x 40 = 480 mg Sulfametoxazol 60/5 x 20 = 2400 mg PGS 2/100 x 60 = 1,2 g Sirupus simplex 20 % x 60 ml x 1,3 = 15,6 g Aquadest (60000 x 1,3) (100 + 480 + 2400 + 1200 + 15600) = 58,22 g = 58 ml CARA PEMBUATAN 1. Tara botol 20 gr 2. Timbang sirupus simplex 20 gr ke dalam botol yang sudah ditara 3. Timbang trimethoprim, sulfametoksazol, dan PGS 4. Masukan trimethoprim ke dalam lumpang, gerus sampai halus, sisihkan 5. Masukkan sulfametoksazol ke dalam lumpang, gerus halus, sisihkan 6. Masukkan PGS ke dalam mortar, gerus halus, tambahkan massa serbuk no 3 dan 4 serta air 8,4 g, gerus hingga terbentuk suspense, encerkan dengan air secukupnya, masukkan ke dalam botol 7. Timbang efedrin hcl, larutkan dalam air. Masukkan ke dalam botol 8. Tambahkan air hingga 60,1 g. 9. Kocok, beri etiket dan label
DAFTAR ACUAN Ansel, Howard. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Martin, A., Swarbick, J. Cammarata, A. (2008). Farmasi Fisik Jilid II Edisi ke-3 (Joshita, Penerjemah). Jakarta: UI Press. University of the Science in Philadelphia. (2006). Remington: The Science and Practice of Pharmacy 21 st Edition. Baltimore: Lippincot William & Wilkins.