Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA-LIKUIDA

PERCOBAAN 2
SIRUP

Disusun Oleh :
Kelompok 9

Septyan Enno Putri 11194761920273


Siti Nurintan Fakhriah 11194761920274
Sofa Nur Aini 11194761920275
Syafira Nabillah 11194761920276
Taufik Kurahman 11194761920277

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan Praktikum..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2

A. Teori..............................................................................................................2

B. Deskripsi Bahan Praktikum..........................................................................6

BAB III METODE PRAKTIKUM..........................................................................4

A. Alat dan Bahan..............................................................................................4

B. Formulasi......................................................................................................4

C. Prosedur Kerja...............................................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................9

A. Hasil Pengamatan/Perhitungan.....................................................................9

ii
B. Pembahasan.................................................................................................13

BAB V KESIMPULAN.........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Larutan merupakan suatu campuran homogen antara dua zat dari molekul,
atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak
larut dalam air. Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan
“cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya”. Dalam
bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dapat
membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau
ombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang
palingbaik untuk obat atau kombinasi, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan
tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh
lagi dapat bertindak sebagai standart atau uji kelarutan.
Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan
yang mengandung sakarosa, kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari
64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula
atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat
obat. (Ansel, 1989)
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain
(Syamsuni, 2007). Sirop adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok
yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan
jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang
lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi
pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat.
(Anonim, 1978).
Beberapa keuntungan Sirup, yakni sesuai untuk pasien yang susah
menelan obat dengan sediaan, dapat menarik keinginan pasien untuk minum
obat karena rasanya yang enak dan baunya yang sedap. Sesuai untuk bahan
2

obat yang bersifat higroskopis, merupakan campuran yang homogen, dosis


dapat diubah ubah pembuatannya, mempunyai rasa manis, obat lebih mudah
diabsopsi dalam tubuh.
Kerugian sirup, yakni tidak semua obat bentuk sediaan sirup ada di
pasaran, sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal pada umumnya campuran
atau kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak
di butuhkan oleh pasien tersebut, tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut
dalam air (biasanya di buat suspensi atau eliksir) eliksir kurang di sukai oleh
dokter anak karena mengandung alkohol, suspensi stabilitasnya lebih rendah
tergantung formulasi dan suspending agent yang di gunakan, tidak bias untuk
bahan obat yang berbentuk minyak (minyak/oil biasanya di bentuk emulsi yang
mana stabilitas emulsi juga lebih rendah, tidak sesuai untuk bahan obat yang
tidak stabil, harga relatif mahal karena memerlukan khusus dan kemasan yang
khusus pula.
B. Tujuan Praktikum
Memberikan pengalaman dalam membuat sediaan sirup dan melakukan
kontrol kualitas sediaan sirup.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarutyang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam
larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk
sedinan umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki
ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur (FI edisi IV, 1995).
Sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan mengandung sukrosa, kecuali
dinyatakan lain, kadar sakrosa, C12H22O11 tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66,0% (Farmakope Indonesia III, 1979). Sirup merupakan sediaan cair
yang ditandai dengan rasa manis serta memiliki konsistensi kental.
Kemungkinan mengandung sukrosa pada konsistensi minimal yaitu 45% m/m.
Rasa Yang manis juga diperoleh dari penggunaan pemanis atau polio. Sirup
pada umumnya mengandung romantic atau perasa. Setiap dosis dari wadah
multidose dikelola dengan perangkat yang cocok agar data mengukur volume
yang telah ditentukan. Perangkat ini dapat berupa sendok atau cup untuk
volume 5 ml ataupun kelipatannya (British Pharmacopea, 2009).
Sirup sangat terkonsentrasi, larutan air gula ataupun pengganti yang secara
tradisional mengandung zat penyedap, misalnya cherry, cokelat, jeruk,
raspberry. Sebuah sirup yang tidak diberi prasa terdiri dari larutan yang
mengandung 85% sukrosa. Agen terapetik mungkin baik jika langsung
masukkan ke dalam Sistem ini atau dapat tambahkan sebagai sirup yang
sedang dipersiapkan Komponen utama dari sirup adalah air yang terpurifikasi,
gula atau sukrosa pengganti gula (pemanis buatan) bahan pengawet, perasa,
pewarna (Jones. 2008).
Kandungan sakarosa dari sirup umumnya antara 60-65%. Hal itu
menentukan daya tahan dari sediaan. Atas dasar daya tahannya maka sediaan
berkonsentrasi tinggi dinilai paling baik, meskipun demikian perlu diperhatikan
bahwa dengan meningkatnya kandungan gula dari sirup menyebabkan
kelarutan bahan obat tertentu di dalamnya berkurang (Voight, 1994).
5

Komponen-komponen sirup terdiri dari (Van Duin, 1991) :


1. Pemanis

Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari


kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan
pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya
sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti
laktosa.
2. Pengawet antimikroba

Pengawet antimikroba digunakan untuk menjaga kestabilan obat


dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi
oleh mikroba atau jamur.
3. Perasa dan Pengaroma

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau


bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai
rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus
mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke
dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian
pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup
dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
4. Pewarna

Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran
pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair
terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup,
terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut
khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Selanjutnya sifat fisika sediaan sirup terdiri dari (Syamsuni, 2006) :
6

1. Viskositas

Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan


erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai
gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan
suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi
mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan
cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan
kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat,
karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan
kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu
dipertahankan dalam batas tidak lebih dari 0,1 C.
2. Uji mudah tidaknya dituang

Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup.
Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah
menjadikan cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat
fisik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama
penyimpanan. Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh
terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang
terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
3. Uji Intensitas Warna

Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada


warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan
dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama waktu
tertentu.
C. Deskripsi Bahan Praktikum
1. Dipenhidramin HCl (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 228)
Nama latin : Diphenhydramini Hydrochloridum
7

Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit


disertai rasa tebal.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan
dalam kloroform P; sangat sukar larut dalam eter P;
agak sukar larut dalam aseton P.
Jarak lebur : Antara 167º dan 172º
Rumus molekul : C17 H21 NO, HCl
Berat molekul : 291,82
Khasiat : Antihistaminikum (zat aktif)
2. Ammonium klorida (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 87)
Nama latin : Ammonii Chloridum; salmiak.
Pemerian : Serbuk butir atau hablur; putih, tidak berbau; rasa
asin dan dingin; higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserol P; lebih
mudah larut dalam air mendidih; agak sukar larut
dalam etanol (95%) P.
Rumus molekul : NH4Cl
Berat molekul : 53,49
Khasiat : Ekspektoran (zat aktif)
3. Dekstrometrofan HBr (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 206)
Nama latin : Dekstrometorfan Hidrobromida
Kelarutan : Larut dalam 60 bagian air dan dalam 10 bagian
etanol (95%) P; mudahlarut dalam kloroform P
disertai pemisahan air; praktis tidak larut dalam eter
P.
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit.
Rumus molekul : C18 H25 NO,HBr.H2O
Berat molekul : 370,33
Khasiat : Antitusivum (zat aktif)
4. Na sitrat (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 406)
Nama latin : Natrii citras
8

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%)P.
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih.
Rumus molekul : C6H5Na3O7.2H2O
Berat molekul : 294,10
Khasiat : Antikoagulan
5. Menthol (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 362)
Nama latin : Mentholum.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter
P; mudah larut dalam paraffin cair P dalam minyak
atsiri.
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak
berwarna; bau tajam seperti minyak permen; rasa
panas dan aromatik diikuti rasa dingin.
Rumus molekul : C10H20O
Berat molekul : 156,30
Khasiat : Antiiritan dan pewangi
6. Metil paraben Sodium (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 378)
Nama latin : Methylis parabenum; Nipagin M
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan
dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P
dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60
bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih.
Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau;
tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal.
Rumus molekul : C8 H 8 O 3
Khasiat : Zat tambahan; zat pengawet.
9

7. Propil paraben Sodium (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 535)
Nama latin : Propylis parabenum; nipasol.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140
bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak
lemah, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Pemerian : Serbuk hablur putoh; tidak berbau; tidak berasa.
Rumus molekul : C10H12O3
Berat molekul : 180,21
Khasiat : Zat pengawet
8. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 96)
Nama latin : Aqua destillata
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Berat molekul : 18,02
Khasiat : Medium larutan pembawa
9. Gliserin (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 271)
Nama latin : Glycerolum; gliserol.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%)
P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter
P dan dalam minyak lemak.
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak
berbau; manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai kurang.
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,10
Khasiat : Zat tambahan.
10. Sirup simplex (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 567)
Nama latin : Sirupus simplex
10

Pembuatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil


paraben 0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100
bagian sirop.
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Penetapan kadar : Memenuhi syarat penetapan Sakarosa yang tertera
pada sirupi
Khasiat : Pemanis
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a) Gelas beker
b)Erlenmeyer
c) Piknometer
d)Corong
e) Viskosimeter
f) Indicator pH
g)Thermometer
h)Batang pengaduk
i) Sendok tanduk
2. Bahan
a) Dipenhidramin HCL
b) Ammonium HCL
c) Dekstromettrofan HBr
d) Na Citrat
e) Menthol
f) Corigen Saporis
g) Corigen Coloris
h) Metil paraben sodium
i) Propil paraben sodium
j) Gula (sukrosa)
k) Gliserin
l) Aquadest
D. Formulasi
R/ Dipenhidramin HCL 0,75 g
Ammonium HCL 0,75 g
Dekstromettrofan HBr 0,3 g
Na Citrat 3g
Menthol 0,068 g

8
Corigen Saporis qs
Corigen Coloris qs
Metil paraben sodium 0,54 g
Propil paraben sodium 0,06 g
Gula (sukrosa) 195 g
Gliserin 30 g
Aquadest 300 ml
Formulasi sediaan sirup dibuat sebanyak 300 ml

8
9

E. Prosedur Kerja
Timbang semua bahan sesuai takaran pada ruang penimbang sentral

Buat sirup simpleks yakni larutan gula 65% b/v dengan cara gula
dimasukkan ke dalam sebagian air kemudian dipanaskan diaduk-aduk
sampai larut semua, kemudian disaring hingga jernih

- Larutkan diphenhidramin HCl & ke dalam sebagai air.


- Larutkan asam sitrat dengan sebagian air dan tambahkan sedikit larutan
gula.
- Larutkan menthol, metil paraben sodium, propil paraben sodium ke
dalam sebagai air
- Campurkan bagian yang sudah di larutan yang sudah dilarutkan

Tambahkan larutan yang sudah dicampur tadi dengan larutan sirup


simpleks aduk hingga homogen

Kemudian tambahkan gliserin ke dalam campuran sirup dan aduk hingga


homogen

Trakhir tambahkan semua corigen dan aduk hingga homogen

Tambahkan aquadest sehingga volume akhir 300 ml

Gambar 3.1 Prosedur kerja


11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan/Perhitungan
Pada praktikum ini telah dilakukan uji evaluasi sirup yang meliputi uji
organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji kejernihan, serta uji kerapatan pada
sediaan sirup:
1.Organoleptis
Hasil pengamatan organoleptis yang didapatkan yaitu, sediaan berwarna
merah, berbau khas mint (menthol), serta memiliki rasa yang manis.
2.Uji Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan alat visko meter.
Kecepatan yang digunakan sebesar 30rpm dan 60rpm data yang dihasilkan
sebesar:
Tabel 4.1. Uji viskositas
30 rpm 60 rpm
49 mPa’s 40,50 mPa’s
3. pH
Pengukuran pH diukur dengan menggunakan alat pH meter. pH
yang kami dapatkan adalah:
Tabel 4.2 Uji pH
Gambar Hasil pH

4. Kejernihan
Uji kejernihan dilakukan dengan dimana sediaan disaring dan didapat
hasil kejernihannya :
12

Gambar 4.1 Hasil Kejernihan Sirup

5. Kerapatan

F. Pembahasa
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan membuat sediaan sirup.
Percobaan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dalam membuat
sediaan sirup dan melakukan control kualitas sediaan sirup. Sirup adalah
larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi
(sirup simpleks adalah sirup yang hamper jenuh dengan sukrosa). Kadar
sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Dalam pembuatan
sirup ini zat aktif yang digunakan adalah Dipehidramin HCl, Ammonium HCL,
Dekstrometrofan HBr adalah obat antialergi, batuk dan antitusiv yang
populer dan digunakan untuk melegakan batuk kering karena alergi. beberapa
evaluasi. Adapun evaluasi tersebut yaitu, organoleptis, viskositas, uji
kejernihan, pemeriksaan pH, dan uji kerapatan. Adapun langkah kerja yang
praktikan lakukan pada saat melakukan percobaan.
Hal pertama yang dilakukan praktikan yaitu menimbang semua bahan sesuai
perhitungan formula yang sudah dihitung, kemudian menyiapkan larutan sirup
simpleks yang berperan sebagai corigen saporis berfungsi untuk memberikan
rasa manis terhadap sirup. Setelah itu melarutkan Dipenhidramin HCl dan
ammonium HCl dimana berfungsi sebagai zat aktif pada pembuatan sirup dan
ammonium HCl adalah senyawa garam yang berbentuk kristal putih dan
mudah larut dalam air banyak terkandung dalam beberapa jenis obat batuk,
manfaat utamanya adalah sebagai ekspektoran atau pengencer dahak pada
13

kondisi batuk berdahak. Kemudian melarutkan asam sitrat kedalam sebagian


air dan menambahkan sedikit gula, hal ini berfungsi sebagai larutan dapar.
Setelah itu melarutkan menthol dan metil paraben ke dalam sebagian air
dimana menthol berfungsi sebagai pengaroma (flavour) dan metil paraben
sebagai pengawet.
Kemudian larutan-larutan tersebut dicampurkan jadi satu dalam suatu
wadah (beaker glass) aduk hingga homogen. Setelah semuanya tercampur
homogen tambahkan gliserin sebagai anticaploating, corigen coloris (carmin)
sebagai pewarna, dan add kan 300 ml aquadest sebagai pelarut. Setelah
semuanya tercampur praktikan melakukan beberapa uji evaluasi seperti uji
organoleptis, uji kejernihan, pemeriksaan pH, uji bobot jenis, dan uji
viskositas. Pada percobaan pertama uji evaluasi organoleptis yaitu menguji
sediaan dari warna, bau dan rasanya. Dilihat dari warna sediaan sirup memiliki
warna merah cerah, memiliki bau khas menthol karena sirup yang dibuat
mengandung menthol, dan rasanya agak mint kurang manis. Warna merah
ditimbulkan dari penambahan pewarna yaitu carmin. Hasil organoleptis dari
sirup yang dibuat ini sesuai dengan formulasi sediaan sirup yang diinginkan.
Evaluasi selanjutnya pengujian kerapatan atau bobot jenis menggunakan
piknometer yaitu piknometer kosong ditimbang, kemudian diisi penuh oleh
sirup lakukan penimbangan lagi, dinginkan pada suhu 2 C selama 15 menit.
Sehingga larutan yang ada pada piknometer akan menurun saat didinginkan,
penurunan volume larutan ini terjadi karena perubahan suhu, sehingga
kerapatan dari larutan tersebut meningkat. Apabila sirup pada piknometer
menurun maka perlu ditambahkan kembali sirup kedalam piknometer, hal ini
bertujuan untuk memampatkan volume sirup tersebut yang mana sirup tersebut
didiamkan pada suhu ruang sehingga kerapatannya menurun karena
meningkatnya suhu. Dimana teori mengatakan semakin tinggi suhu maka
kerapatan dari suatu larutan akan menurun. Setelah piknometer tadi didiamkan
selama 15 menit pada suhu ruang timbang piknometer dan larutan sirup serta
hitung bobot jenis menggunakan rumus dan diperoleh hasil bobot jenis yaitu
1,35 gram/ml.
14

Evaluasi selanjutnya pengujian viskositas kecepatan yang digunakan adalah


30 rpm, dan 60 rpm. Setelah data dimasukkan ke dalam kurva ternyata
dihasilkan jenis aliran pseudoplastis. Dimana aliran pseudoplastis diperoleh
ketika semakin besar kecepatan, maka semakin kecil viskositas. Hal ini telah
sesuai dengan hasil praktikum. Pada praktikum diperoleh hasil, speed 30 rpm=
49 mPa·s, speed 60 rpm= 40,50 mPa·s. Sehingga dapat dilihat dari hasil sudah
sesuai dengan teori karena semakin besar kecepatan rpm makan nilai
viskositasnya semakin kecil.
Evaluasi selanjutnya pengujian uji kejernihan dimana pada uji ini dilakukan
penyaringan dengan tujuan untuk membersikan partikel-partikel yang terdapat
dalam sirup sehingga didapatkan sirup yang jernih sesuai dengan persyaratan
sirup yaitu sirup harus jernis atau sesuai dengan warna pelarutnmya.
Selanjutnya sirup diamati menggunakan latar hitam dan latar putih untuk
memastikan sirup bebas dari partikel-partikel pengotor, sirup yang dihasilkan
berwarna merah terang.
Evaluasi selanjutnya pengujian pH menggunakan alat ph meter. Pengujian
ini dilakukan pencelupkan alat kedalam larutan sirup untuk mengukur pH nya
sampai mendapatkan nilai ph 7 (netral) selama kurang lebih setengah menit.
Hasil yang didapatkan pada percobaan yaitu 7 yang menandakan sediaan sirup
bersifat asam. Hal ini telah sesuai dengan literatur karena ph berada antara Ph
5-7 Hal ini menunjukkan ph asam dari sirup sesuai dengan literatur karena
bersifat asam lemah.
BAB V
KESIMPULAN

16
DAFTAR PUSTAKA

Anif, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta: UGM press


Jones, david. 2008. Fast Track Pharmaceutics-Dossage Form and Design.
Pharmaceutical Press. London
Farmakope Indonesia, 1979, Edisi III, Depkes RI, Jakarta
Farmakope Indonesia, 1995, Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
OHS, MDL Information System,Inc.,Donelson Pike, Nashville,1997.
Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta
Van Duin. 1991. Ilmu Resep dan Teori, PT Soerongan, Jakarta
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, diterjemahkan
oleh Dr. Soendani Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

17
Pertanyaan:

18

Anda mungkin juga menyukai