PERCOBAAN 2
SIRUP
Disusun Oleh :
Kelompok 9
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Praktikum..........................................................................................2
A. Teori..............................................................................................................2
B. Formulasi......................................................................................................4
C. Prosedur Kerja...............................................................................................9
A. Hasil Pengamatan/Perhitungan.....................................................................9
ii
B. Pembahasan.................................................................................................13
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Larutan merupakan suatu campuran homogen antara dua zat dari molekul,
atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak
larut dalam air. Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan
“cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya”. Dalam
bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dapat
membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau
ombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang
palingbaik untuk obat atau kombinasi, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan
tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh
lagi dapat bertindak sebagai standart atau uji kelarutan.
Menurut Farmakope Indonesia III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan
yang mengandung sakarosa, kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari
64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula
atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat
obat. (Ansel, 1989)
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang
berkadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain
(Syamsuni, 2007). Sirop adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok
yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan
jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang
lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi
pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat.
(Anonim, 1978).
Beberapa keuntungan Sirup, yakni sesuai untuk pasien yang susah
menelan obat dengan sediaan, dapat menarik keinginan pasien untuk minum
obat karena rasanya yang enak dan baunya yang sedap. Sesuai untuk bahan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarutyang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam
larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk
sedinan umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki
ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur (FI edisi IV, 1995).
Sirup adalah sediaan cair yang berupa larutan mengandung sukrosa, kecuali
dinyatakan lain, kadar sakrosa, C12H22O11 tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66,0% (Farmakope Indonesia III, 1979). Sirup merupakan sediaan cair
yang ditandai dengan rasa manis serta memiliki konsistensi kental.
Kemungkinan mengandung sukrosa pada konsistensi minimal yaitu 45% m/m.
Rasa Yang manis juga diperoleh dari penggunaan pemanis atau polio. Sirup
pada umumnya mengandung romantic atau perasa. Setiap dosis dari wadah
multidose dikelola dengan perangkat yang cocok agar data mengukur volume
yang telah ditentukan. Perangkat ini dapat berupa sendok atau cup untuk
volume 5 ml ataupun kelipatannya (British Pharmacopea, 2009).
Sirup sangat terkonsentrasi, larutan air gula ataupun pengganti yang secara
tradisional mengandung zat penyedap, misalnya cherry, cokelat, jeruk,
raspberry. Sebuah sirup yang tidak diberi prasa terdiri dari larutan yang
mengandung 85% sukrosa. Agen terapetik mungkin baik jika langsung
masukkan ke dalam Sistem ini atau dapat tambahkan sebagai sirup yang
sedang dipersiapkan Komponen utama dari sirup adalah air yang terpurifikasi,
gula atau sukrosa pengganti gula (pemanis buatan) bahan pengawet, perasa,
pewarna (Jones. 2008).
Kandungan sakarosa dari sirup umumnya antara 60-65%. Hal itu
menentukan daya tahan dari sediaan. Atas dasar daya tahannya maka sediaan
berkonsentrasi tinggi dinilai paling baik, meskipun demikian perlu diperhatikan
bahwa dengan meningkatnya kandungan gula dari sirup menyebabkan
kelarutan bahan obat tertentu di dalamnya berkurang (Voight, 1994).
5
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi
dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran
pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair
terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup,
terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut
khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Selanjutnya sifat fisika sediaan sirup terdiri dari (Syamsuni, 2006) :
6
1. Viskositas
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup.
Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah
menjadikan cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat
fisik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama
penyimpanan. Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh
terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang
terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
3. Uji Intensitas Warna
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%)P.
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih.
Rumus molekul : C6H5Na3O7.2H2O
Berat molekul : 294,10
Khasiat : Antikoagulan
5. Menthol (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 362)
Nama latin : Mentholum.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter
P; mudah larut dalam paraffin cair P dalam minyak
atsiri.
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak
berwarna; bau tajam seperti minyak permen; rasa
panas dan aromatik diikuti rasa dingin.
Rumus molekul : C10H20O
Berat molekul : 156,30
Khasiat : Antiiritan dan pewangi
6. Metil paraben Sodium (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 378)
Nama latin : Methylis parabenum; Nipagin M
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan
dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter P
dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60
bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih.
Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau;
tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal.
Rumus molekul : C8 H 8 O 3
Khasiat : Zat tambahan; zat pengawet.
9
7. Propil paraben Sodium (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 535)
Nama latin : Propylis parabenum; nipasol.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140
bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak
lemah, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Pemerian : Serbuk hablur putoh; tidak berbau; tidak berasa.
Rumus molekul : C10H12O3
Berat molekul : 180,21
Khasiat : Zat pengawet
8. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 96)
Nama latin : Aqua destillata
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Berat molekul : 18,02
Khasiat : Medium larutan pembawa
9. Gliserin (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 271)
Nama latin : Glycerolum; gliserol.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%)
P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter
P dan dalam minyak lemak.
Pemerian : Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak
berbau; manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika
disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai kurang.
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,10
Khasiat : Zat tambahan.
10. Sirup simplex (Farmakope Indonesia edisi III, 1979 hal. 567)
Nama latin : Sirupus simplex
10
8
Corigen Saporis qs
Corigen Coloris qs
Metil paraben sodium 0,54 g
Propil paraben sodium 0,06 g
Gula (sukrosa) 195 g
Gliserin 30 g
Aquadest 300 ml
Formulasi sediaan sirup dibuat sebanyak 300 ml
8
9
E. Prosedur Kerja
Timbang semua bahan sesuai takaran pada ruang penimbang sentral
Buat sirup simpleks yakni larutan gula 65% b/v dengan cara gula
dimasukkan ke dalam sebagian air kemudian dipanaskan diaduk-aduk
sampai larut semua, kemudian disaring hingga jernih
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan/Perhitungan
Pada praktikum ini telah dilakukan uji evaluasi sirup yang meliputi uji
organoleptis, uji pH, uji viskositas, uji kejernihan, serta uji kerapatan pada
sediaan sirup:
1.Organoleptis
Hasil pengamatan organoleptis yang didapatkan yaitu, sediaan berwarna
merah, berbau khas mint (menthol), serta memiliki rasa yang manis.
2.Uji Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan alat visko meter.
Kecepatan yang digunakan sebesar 30rpm dan 60rpm data yang dihasilkan
sebesar:
Tabel 4.1. Uji viskositas
30 rpm 60 rpm
49 mPa’s 40,50 mPa’s
3. pH
Pengukuran pH diukur dengan menggunakan alat pH meter. pH
yang kami dapatkan adalah:
Tabel 4.2 Uji pH
Gambar Hasil pH
4. Kejernihan
Uji kejernihan dilakukan dengan dimana sediaan disaring dan didapat
hasil kejernihannya :
12
5. Kerapatan
F. Pembahasa
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan membuat sediaan sirup.
Percobaan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dalam membuat
sediaan sirup dan melakukan control kualitas sediaan sirup. Sirup adalah
larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi
(sirup simpleks adalah sirup yang hamper jenuh dengan sukrosa). Kadar
sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain. Dalam pembuatan
sirup ini zat aktif yang digunakan adalah Dipehidramin HCl, Ammonium HCL,
Dekstrometrofan HBr adalah obat antialergi, batuk dan antitusiv yang
populer dan digunakan untuk melegakan batuk kering karena alergi. beberapa
evaluasi. Adapun evaluasi tersebut yaitu, organoleptis, viskositas, uji
kejernihan, pemeriksaan pH, dan uji kerapatan. Adapun langkah kerja yang
praktikan lakukan pada saat melakukan percobaan.
Hal pertama yang dilakukan praktikan yaitu menimbang semua bahan sesuai
perhitungan formula yang sudah dihitung, kemudian menyiapkan larutan sirup
simpleks yang berperan sebagai corigen saporis berfungsi untuk memberikan
rasa manis terhadap sirup. Setelah itu melarutkan Dipenhidramin HCl dan
ammonium HCl dimana berfungsi sebagai zat aktif pada pembuatan sirup dan
ammonium HCl adalah senyawa garam yang berbentuk kristal putih dan
mudah larut dalam air banyak terkandung dalam beberapa jenis obat batuk,
manfaat utamanya adalah sebagai ekspektoran atau pengencer dahak pada
13
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Pertanyaan:
18