Anda di halaman 1dari 3

Tujuan Percobaan

1. Mengetahui rancangan formula dalam pembuatan sediaan larutan paracetamol


2. Memahami proses pembuatan sediaan larutan paracetamol
3. Memahami evaluasi pada sediaan larutan paracetamol

Dasar Teori
Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau lebih
yang terlarut didalamnya, misal terdispersi secara molekular dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau campuran konsolven.
Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :
a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
c. Dosis takaran tepat
d. Penyimpanan yang sesuai
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Pada sirup
dengan kadar gula yang rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi mempunyai
tekanan osmotik yang cukup tinngi sehingga pertumbuhan bakteri dan fungi dapat terhambat.
Bila sebagian dari Saccharosa berubah menjadi gula invert, maka sirup cepat menjadi rusak,
kerusakan sirup dapat dihindarkan dengan menambahkan suatu bahan pengawet kedalam
sirup, misalnya nipagi dan nipasol, atau natrium benzoat. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak
kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. sirup adalah suatu sediaan pekat dalam air atau
gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.
komponen-komponen yang ada pada sirup selain bahan aktif adalah gula, pengawet, perasa,
dan pembau.
Faktor utama pemilihan penggunaan obat bentuk sediaan cair khususnya larutan yaitu
lebih mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk sediaan padat seperti tablet atau kapsul,
sehingga lebih cocok untuk pemberian pada bayi, anak-anak, dan usia lanjut yang susah
menelan obat dalam bentuk kapsul atau tablet. Sediaan tablet atau kapsul dihindari untuk
anak kurang dari 5 tahun. Disamping itu, larutan juga memberikan efek yang lebih cepat
karena obat cepat di absorbsi tanpa mengalami proses disintegrasi dan pelarutan karena sudah
berada dalam bentuk larutan. Untuk pemakaian luar , larutan lebih mudah digunakan. Namun
ada beberapa obat yang tidak stabil atau mudah rusak bila dibuat dalam larutan, sehingga
harus selalu dibuat baru bila akan digunakan.
Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :
a) Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
b) Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.
c) Pengadukan.
Komponen Sirup
 Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah.
Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan
yang berkalori rendah seperti laktosa.
 Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat
bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
 Perasa dan Pengaroma
pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat
sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini
harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam
sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus
sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma
citrus.
 Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa.

Dapus :
Anief. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press p. 25.

Ditjen POM.2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.


Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu resep. Jakarta: EGC Press

Anda mungkin juga menyukai