Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIAAN CAIR DAN SETENGAH PADAT

“LARUTAN”

“2 OKTOBER 2019”

Penyusun :

1. Anggy Indah PD (066118191)


2. Rizna Nurliana (066118206)
3. Vina Vanduri (066118207)
4. Amelia Rahma A (066118222)

Dosen :

1. Septia Andini ,M.Farm,.Apt


2. Erni Rustiani ,M.Farm.,Apt
3. Rini Ambarwati ,M.Si.,Apt
4. Cyntia Wahyuningrum ,M.Farm.,Apt
5. Wilda Nurhikmah ,S.Si ,M.Farm.,Apt
6. Asri Wulandari ,S.Farm

Asisten Dosen :

1. Melyartati 5. Rahma Dila N 9. Nuha Dzikri


2. Fitri Widya 6. Erisa Dwiyana P
3. Suci Puspa 7. Mirna Wati
4. Shinta Mustika 8. Monicha Sri Mahesa

LABORATORIUM FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Mengetahui cara pembuatan sediaan sirup larutan sejati serta komponen


yang menunjang stabilitas sediaan tersebut.

1.2 Dasar Teori

Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif
atau lebih yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air sebagai
pelarut. Perbedaan potio dan larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan
cair untuk konsumsi obat secara oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan
sediaan cair yang bisa digunakan secara oral, topikan, parenteral dan
sebagainya (van duin , 1991)

Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang
dikenal luas oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di
pasaran dari berbagai macam merk, baik yang generic maupun yang
paten.Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup karena disamping
mudah penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma
yang harum serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai
kalangan, terutama anak-anak dan orang yang susah menelan obat dalam
bentuk sediaan oral lainnya. Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari
gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih
berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung
50% sakarosa (British Pharmacopea, 2009).

Menurut Buku Ilmu Meracik Obat

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia yang terlarut,
sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi
apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat
tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut, (Syamsuni, 2006)

Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :


a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus
baik
c. Dosis takaran tepat
d. Penyimpanan yang sesua

Keuntungan dan kerugian sediaan cair

Keuntungan Sediaan Cair :

1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan tablet.


2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral
lain. Urutan kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan semi padat, terutama bentuk
larutan. Untuk emulsi dan suspensi, keseragaman dosis tergantung
pada pengocokan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung
atau di rusak cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan
padat. Hal ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk
sediaan cair karena faktor pengenceran.

Kerugian Sediaan Cair :

1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.
3. Tidak praktis.
4. Takaran penggunaan obat tidak dalam dosis terbagi, kecuali sediaan
dosis tunggl, dan harus menggunakan alat khusus.
5. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan
merupakan katalis reaksi.
6. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang
khusus (sediaan parenteral).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan ( Voigt, 1994 )

a. Sifat dari solute dan solvent


Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang
nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid
basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
b. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya
luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin atau solutio petit.
c. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat
yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik
yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah :
a) Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua
garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut
kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b) Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua
oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO,
Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
d. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat
padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses
kelarutannya membutuhkan panas.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak
boleh dipanaskan, misalnya :
 Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
 Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
 Saturation
 Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
e. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya
endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri
dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan
NaCl jenuh.
f. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan
kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya :
Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang
mengandung Nicotinamida.
g. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam
kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.

Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh :

1. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ;


makin  luas permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute
makin cepat larut.
2. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.
3. Pengadukan.

Komponen Sirup

 Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat
dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi
dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi
misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah
seperti laktosa.
 Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan
agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau
jamur.
 Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau
bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai
rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini
harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma
ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan
wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan
sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
 Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak
bereaksi dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil
dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari
sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan
warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan
sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-
pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.

Stabilitas Sediaan Sirup

Stabilitas Kimia

Stabilitas kimia adalah kemampuan suatu produk untuk bertahan


dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan
penggunaan, sifat kimia dan karakteristiknya sarna dengan yang
dimilikinya pada saat dibuat. Stabilitas kimia pada sediaan sirup dilakukan
untuk mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensiasi yang tertera pada
etiket dalam batas yang dinyatakan dalam spesifikasi.

Uji stabilitas kimia sediaan sirup :

a. Identifikasi
b. Penetapan Kadar

Stabilitas Fisika

Stabilitas fisika adalah tidak terjadinya perubahan sifat fisik dari suatu
produk selama waktu  penyimpanan. Stabilitas fisika pada sediaan sirup
dilakukan untuk mempertahankan keutuhan fisik meliputi perubahan
warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan.

Uji stabilitas fisika sediaan sirup :

a. Organoleptik seperti bau, rasa, warna


b. pH                  
c. Berat jenis      
d. Viskositas
e. Kejernihan larutan
f. Volume terpindahkan       
g. Kemasan, meliputi etiket, brosur, wadah, peralatan pelengkap seperti
sendok, no. batch dan leaflet.
Stabilitas Mikrobiologi
Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana sediaan
bebas dari mikroorganisme atau tetap memenuhi syarat batas
mikroorganisme hingga batas waktu tertentu. Stabilitas mikrobiologi pada
sediaan sirup untuk menjaga atau mempertahankan jumlah dan menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan sirup hingga
jangka waktu tertentu yang diinginkan.
Uji stabilitas mikrobiologi sediaan sirup :
a. Jumlah cemaran mikroba ( uji batas mikroba ), untuk sediaan oral
(sirup, tablet, granul, sirup kering, granul) dan rektal :
b. Total bakteri aerob : Tidak lebih dari 10.000 CFU / gram atau ml.
c. Total jamur/fungi : Tidak lebih dari 100 CFU / gram atau ml
d. Escherichia coli, staphyloccocus : negative
e. Uji efektivitas pengawet
f. Untuk sediaan antibiotik dilakukan Penetapan Antibiotik secara
Mikrobiologi

Stabilitas Farmakologi
Stabilitas farmakologi pada sediaan sirup dilakukan untuk menjamin
identitas, kekuatan, kemurnian,dan parameter kualitas lainnya dalam kurun
waktu tertentu sehingga efek terapi tidak berubah selarna usia guna
sediaan sirup.
Uji stabilitas farmakologi sediaan sirup :
a. Pemerian : warna, bau, rasa
b. Identifikasi
c. Penetapan Kadar
Stabilitas Toksikologi
Stabilitas toksikologi sediaan sirup dilakukan untuk menguji
kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan
karakteristiknya sarna dengan yang dimilikinya pada saat dibuat
sehigga tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas selama usia
guna.
Uji stabilitas farmakologi sediaan sirup :
a. Pemerian : warna, bau, rasa
b. Identifikasi
c. Penetapan Kadar
BAB II
DATA PREFORMULASI

1. ANTALGIN
Nama lain : Methampiron
Rumus kimia : C13H16N3NaO4S.H2O
Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
Kelarutan : kelarutannya 1:1.5 dalam air, 1:30 dalam alcohol, sedikit
larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter.
BM : 351,37
Titik lebur : 172 oC
Penyimpana : pada suhu kamar (25 o - 30 oC ) dan tempat kering ,
terlindung dari cahaya
Efek samping :
Khasiat : Analgetik kuat
2. GLYCEROL
Nama lain        : gliserin, gliserol
Rumus kimia   : C3H8O3
Pemerian         : cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada
suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20o
Kelarutan        : dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P,
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak
lemak.
BM                  : 92,10
Khasiat            : zat tambahan
3. SUKROSA
Nama lain        : sucrosum, sakarosa
Rumus kimia   : C12H22O11
Pemerian         : hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau
berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan        : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter.
BM                  : 342,30
Khasiat            : pemanis
4. NA. BENZOATE
Pemerian : serbuk hablur , putih, tidak berbau
Kelarutan : pada 25 bagian etanol (95%), 1 bagian dalam sebagian
etanol (90%), 1 bagian dalam 1,8 bagian air, 1 bagian 1,4 bagian air panas.
BM :
Khasiat :
5. PEG 6000 (POLIETILENGLIKOL)
Pemerian : serbuk licin, putih, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) dan dalam
kloroform. Praktis tidak larut dalam eter.
BM :
Khasiat :
BAB III
METODE KERJA
3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1 ALAT
a. Batang pengaduk e. Gelas ukur
b. Beaker glass f. Penangas air
c. Botol 150 ml g. Pipet
d. Erlemeyer h. Vial
3.1.2 BAHAN
a. Antalgin
b. Aquadest
c. Essence
d. Glycerin
e. Na. benzoate
f. Pewarna
g. Sukrosa
3.2 CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Kalibrasi botol
3. Ditimbang semua bahan obat
4. Dimasukkan PEG 6000 di cawan uap sampai suhu 50o C ad mencair
5. Ditambahkan antalgin kedalam leburan PEG 6000 aduk ad homogeny
6. Ditambahkan gliserin aduk ad homogen (M1)
7. Dilarutkan sukrosa dengan air panas di dalam elemeyer ad larut
8. Dimasukkan kedalam beaker glass
9. Dimasukkan M1 kedalam beaker glass yang berisi larutan sukrosa
10. Aduk ad tercampur
11. Larutkan Na benzoate dengan air panas
12. Dimasukkan ke dalam beaker glass, aduk ad tercampur
13. Dimasukkan larutan kedalam botol 150 ml
14. Ditambahkan pewarna dan essence secukupnya. Aduk ad merata
warnanya
15. Ditambahkan aquadst ad batas kalibrasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3


Zat aktif 25mg/5ml 25mg/5ml 25mg/5ml
(Antalgin)
PEG 6000 5% 5% 5%

Gliserin 1% 1,5% 2%

Sukrosa 15% 20% 30%

Na. Benzoat 0,15% 0,15% 0,15%

Pewarna qs qs qs

Essence qs qs qs

Aquadest Ad 150 ml Ad 150 ml Ad 150 ml

4.1 FORMULA

4.2 PERHITUNGAN
 Formula 1
250
Antalgin = x 150 ml = 7500 mg = 7,5 gr
5
5
PEG 6000 = x 150 ml = 7,5 gr
100
1
Gliserin = x 150 ml = 1,5 gr
100
15
Sukrosa = x 150 ml = 22,5 gr
100
0,15
Na Benzoat = x 150 ml = 0,225 gr
100
 Formula 2
250
Antalgin = x 150 ml = 7500 mg = 7,5 gr
5
5
PEG 6000 = x 150 ml = 7,5 gr
100
1,5
Gliserin = x 150 ml = 2,25 gr
100
20
Sukrosa = x 150 ml = 30 gr
100

0,15
Na Benzoat = x 150 ml = 0,225 gr
100

 Formula 3
250
Antalgin = x 150 ml = 7500 mg = 7,5 gr
5

5
PEG 6000 = x 150 ml = 7,5 gr
100

2
Gliserin = x 150 ml = 3 gr
100

30
Sukrosa = x 150 ml = 45 gr
100

0,15
Na Benzoat = x 150 ml = 0,225 gr
100

4.3 Data Pengamatan


Suhu Kamar
 Formula 1

Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++ ++ ++
pH 7 7 7 7 7
Tinggi larutan 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm
Tinggi endapan - - - - -

 Formula 2
Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ ++ ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++ ++ ++
pH 6 7 7 8 8
Tinggi larutan 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm
Tinggi endapan - - - - -

 Formula 3

Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ ++ ++
Bau +++ +++ +++ ++ ++
pH 6 6 6 7 8
Tinggi larutan 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm 7,1 cm
Tinggi endapan - - - - -

Suhu Panas

 Formula 1
Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ ++ ++
Bau +++ +++ +++ +++ +++
pH 6 6 6 6 6
Tinggi larutan 2,3 cm 2,3 cm 2,3 cm 2,3 cm 2,3 cm
Tinggi endapan - - - - -

 Formula 2

Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++
Bau ++ +++ +++ ++ ++
pH 6 6 6 6 7
Tinggi larutan 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm
Tinggi endapan - - - - -
 Formula 3

Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++ ++ ++
Bau ++ ++ ++ ++ ++
pH 6 6 6 6 6
Tinggi larutan 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm
Tinggi endapan - - - - -
Suhu Dingin
 Formula 1

Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ ++ ++
pH 6 6 6 6 6
Tinggi larutan 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm
Tinggi endapan - - - - -

 Formula 2

Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++ +++ ++
pH 6 6 6 6 7
Tinggi larutan 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm
Tinggi endapan - - - - -

 Formula 3

Pengujian Hari ke
1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++ +++ +++
pH 6 6 6 6 7
Tinggi larutan 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm 2,6 cm
Tinggi endapan - - - - -

Freez thaw
 Formula 1

Pengujian Siklus
1 2 3
Warna +++ +++ +++
Rasa +++ ++ ++
Bau +++ +++ +++
pH 6 6 7
Tinggi larutan 1-2 cm 1-2 cm 1-2 cm
Tinggi es batu 3 cm 3 cm 4 cm
Tinggi - - -
endapan

 Formula 2

Pengujian Siklus
1 2 3
Warna +++ +++ +++
Bau +++ +++ ++
Rasa +++ +++ ++
pH 6 7 7
Tinggi larutan 1-2 cm 1-2 cm 1-2 cm
Tinggi es batu 3 cm 3 cm 4 cm
Tinggi - - -
endapan

 Formula 3

Pengujian Siklus
1 2 3
Warna +++ +++ +++
Rasa +++ ++ ++
Bau +++ +++ ++
pH 6 7 7
Tinggi larutan 1-2 cm 1-2 cm 1-2 cm
Tinggi es batu 3 cm 3 cm 4 cm
Tinggi - - -
endapan
Keterangan :
+++ : Sangat baik
++ : Baik
+ : Cukup baik
Uji Viskositas Pada Sirup Larutan Sejati :
Hari Pertama

Cp % Torsi
Rpm
F1 F2 F3 F1 F2 F3
20 6 10 10 0,3% 0,5% 0,5%
50 8 14,4 16,8 0,4% 1,2% 2,1%
100 17,2 20 23,2 4,3% 5% 5,8%

Hari Terakhir

Cp % Torsi
Rpm
F1 F1
20 4 0,2%
50 6 0,3%
100 10 0,5%

4.4 Pembahasan

Pada praktikum Teknologi Sediaan Cair dan Padat mengenai


pembuatan sediaan sirup sejati memiliki tujuan untuk mengetahui cara
pembuatan sediaan sirup larutan sejati serta komponen yang
menunjang stabilitas sediaan tersebut.

Suatu larutan didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih


komponen yang membentuk fase tunggal homogen dalam skala
molekuler. Bagian terbesar dalam sistem larutan adalah pelarut
(solven) yang menentukan fase larutan. Bagian yang terlarut
dinamakan solute yang merupakan fase terdispersi dalam bentuk
molekul atau ion dalam pelarut.

Sediaan sirup merupakan sediaan dengan dosis berulang dengan


kadar kontaminasi mikroorganisme sangat besar. Oleh sebab itu
diperlukan pengawet yang merupakan salah satu bahan pembantu
yang ditambahkan untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme.
Di praktikum ini pengawet yang kami gunakan adalah Natrium
Benzoat sebesar 0,225 gram pada formulasi 1, 2 dan 3 dan yang
membedakan adalah komposisi gliserin Formulasi 1 1%, formulasi 2
gliserin 1,5% dan formulasi 3 2% serta banyaknya sukrosa yaitu pada
formulasi 1 15%, formula 2 20% dan formula 3 30%.

Pengataman yang kami lakukan dalam melihat stabilitas sirup


dalam suhu panas, dingin, suhu kamar dan uji freeze thaw dilakukan
selama 5 hari. Setelah pengamatan dilakukan sediaan sirup yang baik
pada formula 1 dengan memakai natrium benzoat 0,225 gram dengan
gliserin 1% dan sukrosa 15% untuk 150 ml. Tidak adanya tinggi
endapan, organoleptik baik (rasa manis, aroma stawberi masih
tercium, dan warna baik). Pada formulasi pertama rasa sirup tidak ada
dan pada formulasi 3 bau sirup menjadi bau sedikit busuk karena
kstabilan pada sirup tidah baik. PH yang didapatkan dari sirup
formulasi 1 rata-rata adalah 6, sedangkan pada perlakuan berbagai
suhu yaitu panas, dingin, freez thaw didapat pH rata-rata 6 dimana
kisaran pH 5-11 pH optimal dan apabila ≤3 akan mengendap.
Berdasarkan pada hasil pengamatan pH dari formulasi sediaan sirup
dapat dilihat bahwa tidak terjadi perubahan pH secara signifikan.
tidak terdapat perbedaan pH dalam pengamatan setiap 0-5 hari
sehingga dapat dikatakan pH sediaan relatif stabil pada penyimpanan.

Uji stabilitas ini bertujuan untuk membuktikan bagaimana mutu zat


aktif yang kami gunakan yaitu berupa bromheksin apakah berubah
seiring waktu, dibawah pengaruh faktor lingkungan seperti
temperatur, kelembaban, dan cahaya. Pengujian di suhu panas, dingin,
kamar dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan obat sirup
larutan sejati tersebut apakah dosisnya masih sama atau tidak. Hal ini
ditujukan dengan tidak adanya endapan yang menunjukkan bahwa
dosis tetap dan zat aktif berupa bromheksin masih dalam keadaan
homogen dan terdispersi merata didalam solven.

Dari pengujian viskositas dipilih formulasi yang paling baik pada


formulasi 1 sirup dimana viskositas memiliki kecenderungan menurun
hal tersebur biasa terjadi akibat kemasan yang kurang kedap dapat
menurunkan viskositas karena dapat menyebabkan sirup menyerap
uap air dari luar sehingga menambah volume air dalam sirup,
penurunan viskositas sirup kemungkinan juga disebabkan oleh
teroksidasi akibat pengaruh udara. Kerusakan sistem dispersi koloid
akibat molekul oksigen udara terjadi dengan putusnya gugus karboksil
sehingga viskositas sirup menurun, hal inilah yang menyebabkan
viscsitas sirup cenderung mengalami penurunan.

Indikasi dari antalgin adalah analgesik untuk mengatasi rasa sakit


ringan hingga sedang, seperti misalnya sakit kolik abdomen, nyeri
haid, sakit kepala, sakit gigi, sakit akibat kecelakaan, peradangan atau
inflamasi hingga manajemen nyeri setelah operasi. Dosis untuk sirup
antalgin diminum saat setelah makan. sirup 25 mg/5mL: Dewasa dan
anak-anak >10 tahun: 10 mL sirup 3 kali sehari, anak 5-10 tahun: 5
mL sirup 3 kali sehari, anak 2-5 tahun: 5 mL sirup 2 kali sehari.
BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum “Sediaan Sirup Larutan Sejati” didapatkan kesimpulan


bahwa:

1. Formula yang dianggap paling baik yaitu formula 1 dengan komposisi


Antalgin 25 mg/ml, PEG 6000 5%, Gliserin 1%, Sukrosa 15%, Na
Benzoat 0,15% untuk 150 ml pewarna merah 1 tetes, dan essense rasa
buah strawberry 1 tetes. Bila essense perasa terlalu banyak akan
menyebabkan sediaan menjadi pahit dan menutupi rasa sirup simplex yang
manis.
2. Sediaan sirup dikatakan baik apabila dalam suhu penyimpanan ekstrim
tidak terjadi endapan dan zat aktif terdistribusi merata dalam pelarutnya.
sehingga dosis yang diberikan tiap sendok selalu sama.
3. Natrium benzoat sebagai pengawet merupakan penunjang stabilitas
sediaan sirup larutan sejati pada praktikum ini.
4. Sediaan terbaik dari sirup larutan sejati milik kelompok kami adalah
formula ke 1
5. Di dapatkan pH sirup Antalgin yang tidak terjadi perubahan pH secara
signifikan maka dapat dikatakan relatif stabil pada penyimpanan.
DAFTAR PUSTKA

British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia, Volume I & II.


London:
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA).
Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitingan Farmasi. Jakarta :
EGC

Van Duin. 1991. Ilmu Resep dan Teori. Jakarta : PT Seorongan

Voigt, R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi ke-5. Yogyakarta :


UGM press

Anda mungkin juga menyukai