Anda di halaman 1dari 15

Laboratorium Teknologi Farmasi

Program Studi S-1 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari

TEKNOLOGI FARMASI LIQUID DAN SEMI SOLID

Formulasi dan Evaluasi Sirup Paracetamol

Laporan Praktikum

Oleh
Kelompok V
Abdurrahman
SF15001

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
BANJARBARU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


a. Mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula sediaan sirup
paracetamol
b. Mahasiswa dapat memproduksi sediaan sirup paracetamol
c. Mahasiswa dapat mengevaluasi sediaan sirup paracetamol
1.2 Dasar Teori
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64,0%
dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula
atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat
obat (DepKes RI, 1979).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut.
Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril
yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada
injeksi. Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat (DepKes RI, 1979).
Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara
kimia meupun fisika kedalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi
larutan langsung (direct) dan larutan tidak langsung (indirect). Sirup adalah
larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi
(sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar
sukrosa dalam sirop adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni,
2007).
Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan,yaitu:
a. Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Dalam hal ini diperbolehkan berdasarkan pengamatan bahwa
molekul-molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut secara
timbal balik. Molekul polar akan larut dalam media yang serupa yaitu
polar, adapun yang nonpolar akan larut dalam media nonpolar, konsep
tersebut kurang tepat bila diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah
(Syamsuni, 2007).
b. Sifat kelarutan
Terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
1) Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut,garam nitrat larut kecuali nitrat basah
seperti bismuth subitrat.Semua garam sulfat larut terkecuali
BaSO4,PbSO4,CaSO4(Sedikit larut)
2) Tidak larut dalam air
Seperti garam karbonat dalam air terkecuali K2CO3,NaCO3(NH4)2CO3
(Syamsuni, 2007).
c. Temperatur
Beberapa zat padat pada umumnya bertambah larut jika
temperaturnya dinaikkan,dan dikatan zat itu bersifat eksoterm. Pada
beberapa zat lain, kenaikan temperature justru menyebabkan zat itu tidak
larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm (Syamsuni, 2007).
d. Permbentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa
kompleks yang larut.Contoh:Larutan Iodin dalam larutan KI atau NaI
dalam air. Larutan kofein didalam larutan Na-salisilat atau Na-Benzoat
dalam air (Syamsuni, 2007).
e. Efek ion bersama
Obat yang tidak larut sering disebut suspensi. Disini ada
keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya (Syamsuni,
2007).
f. Ukuran partikel
Efek ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi
hanya jika partikel mempunya dalam micron dan akan terlihat kenaikan
kira-kir 10% dalam kelarutannya. Kenaikan ini disebabkan adanya energi
bebas permukaan yang besar dihubungkan dengan partikel yang kecil.
Kecepatan kelarutannya suatu zat dipengaruhi oleh ukuran partikel, makin
halus zat terlarut, makin kecil ukuran partikel, makin luas permukaannya
yang kontak dengan pelarut sehinggan zat terlarut makin cepat larut
(Syamsuni, 2007).
g. Struktur air
Struktur air sangat peka terhadap beberapa faktor seperti suhu,
permukaan dan zat terlarut yang dapat memperkuat, memperlemah,
mengubah atau memecahkan seluruh larutan (Syamsuni, 2007).
h. Ukuran dan bentuk molekul
Sifat-sifat dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabnkan
oleh ukuran molekulnya yang kecil.jika ukuran partikelnya lebih besar dan
akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan melarutkan Kristal
(Syamsuni, 2007).
i. Hidrotopi
Hidrotopi adalah peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa
yang tidak larut atau sukar larut dengan penambahan senyawa lain
(Syamsuni, 2007).
j. Salting out dan salting in
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.Contohnya kelarutan minyak
atsiri dalam air akan turun jika kedalam larutan tersebut ditambahkan
larutan NaCl jenuh (Syamsuni, 2007).
k. Co-Solvency
Co-solvency adalah suatu peristiwa kenaikan kalarutan karena
penambahan pelarut alain atau modifikasi pelarut (Syamsuni, 2007).
Bentuk sediaan larutan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
a. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air.
b. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air,tetapi
seringkali mengandung pelarut lain seperti etanol dan peliol untuk
penggunaan pada kulit,atau dalam larutan lidokain oral topical untuk
penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
c. Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut
lain dan bahan pendispersi.
d. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidri alcohol dari zat
mudah menguap, umumnya di gunakan sebagai bahan pengaroma.
e. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang di buat
dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
f. Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam aie, dari minyak
mudah menguap atau senyawa aromatic, atau bahan mudah menguap
lainnya airaromatik di buat dengan cara distilasi dan di simpan dalam
wadah yang terlindung dari cahaya dan panas berlebih (DepKes RI, 1995).

1.3 Monografi Bahan


a. Glycerolum (DepKes RI, 1979)
Sinonim : Gliserin
Khasiat : Zat tambahan
Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
manis diikuti rasa hangat.
Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%),
praktis tidak larut dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
b. Aqua Destilata (DepKes RI, 1979)
Sinonim : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
c. Parasetamol (DepKes RI, 1979)
Pemerian : Serbuk hablur, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 40 bagian gliserol,
larut dalam sebagian propilen glikol
PH larutan : 3,8 – 6,1
Khasiat : Anelgetikum, Antipiretikum.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
d. Sukrosa (DepKes RI, 1979)
Pemerian : Hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol
Bobot jenis : 1,587 g/ mol
Khasiat : Bahan sirupus simplex
e. Propilenglikol (DepKes RI, 1979)
Sinonim : propylenglycolum
Pemeriaan : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa
agak manis, higroskopik
Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan larut
dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
Khasiat : zat tambahan, pelarut
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
f. Sirupus simplex (DepKes RI, 1979)
Sinonim : sirop gula
Pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben
0,25% b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop
Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
g. Sakarina natrium (DepKes RI,1979)
Sinonim : saccharinum natricum
Pemeriaan : serbuk hablur, putih, tidak berbau, sangat manis
Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air dan dalam 50 bagian etanol
Khasiat : zat tambahan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Formula Sediaan


R/ Paracetamol 12,5 gr
Propilenglikol 200 ml
Syrupus simplex 100 ml
Sakarin 0,025 gr
Pewarna qs
Pengaroma qs
Gliserin ad 500 ml
2.2 Alat dan Bahan
a. Alat
- Beaker glass - Water bath
- Neraca analitik - Sendok tanduk
- Mortir dan stamper - pH meter
- Batang pengaduk - Pipet tetes
- Corong gelas - Kertas saring
- Gelas ukur - Alat pencampur
- Sudip - Botol cokelat 100 ml
- Viskometer stromer - Cawan porselen
b. Bahan
- Paracetamol - sakarina natrium
- Propilenglikol - zat warna (ungu)
- Sukrosa - Aroma (anggur)
- Gliserin
- Sirupus simplex
2.3 Cara Kerja
a. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan serta ditimbang sesuai dengan
formula
b. Sirupus simplex dibuat dengan cara mencampurkan 60 gram gula dengan
air hingga mencapai 100 ml
c. Paracetamol dicampurkan dengan propilenglikol hingga paracetamol larut
d. Gliserin, sirupus simplex, dan sakarin ditambahkan kedalam campuran,
selanjutnya di mixer berkecepatan sedang
e. Zat warna dan pengaroma ditambahkan ke dalam campuran
f. Sediaan disaring, kemudian dikemas dalam kemasan.
2.4 Evaluasi Sediaan
a. Pemeriksaan organoleptis
Keadaan yang di amati yaitu warna, rasa, bau, kelarutan.
Pemerian dikatakan baik jika warna sirup tidak berubah dan bau tidak
hilang.
b. Pemeriksaan BJ
- Timbang piknometer kosong (Wpikno).
- Isi piknometer kosong dengan aquadest hingga penuh, kemudian
timbang (Wpikno+air).
- Hitung selisih antara Wpikno+air dan Wpikno, sehingga didapatkan
Wair Kemudian bagi Wair dengan massa jenis air sehingga didapatkan
volume air (Vair).
- Masukkan larutan sirup dari masing masing formula ke dalam
piknometer kosong, kemudian timbang (Wpikno+sirup).
- Hitung selisih antara Wpikno+sirup dan Wpikno sehingga di dapatkan
Wsirup.
- Bagi Wsirup dengan Wair sehingga diperoleh massa jenis sirup.
- Kemudian bagi massa jenis sirup dengan massa jenis air, sehingga
diperoleh berat jenis sirup.
c. Pemeriksaan pH
- Siapkan pH meter
- Diukur pH menggunakan pH meter dengan cara mencelupkannya ke
dalam larutan sirup.
d. Volume Terpindahkan
- Botol 60 mL yang sebelumnya telah dikalibrasi
- Sediaan sirup yang telah jadi kemudian dimasukan ke dalam botol 60
ml sampai batas kalibrasi
- Tuang kembali sirup dalam gelas ukur untuk mengetahui volume
terpindahkannya serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi.
e. Pemeriksaan Viskositas
- Ukur viskositas sirup menggunakan Viskometer Stromer.
- Masukkan sirup kedalam beaker glass.
- Pasang alat viskometer Stromer dan masukkan spindle dalam sirup.
- Pilih pengatur kecepatan, amati jarum penunjuk pada saat konstan.
- Catat angka yang ditunjuk jarum, hitung viskositasnya.
f. Uji acceptability
- Siapkan 20 responden dan kuisoner yang isinya meliputi rasa, aroma,
dan penampilan
- Ujikan kepada responden tersebut dan isi kuisoneser tersebut
- Tarik kesimpulan.
BAB III
HASIL PERCOBAAN

3.1 Hasil
Evaluasi Uji Emulsi
a. Uji pemerian
Warna : bening
Bentuk : sirup atau cair
Bau : lecy
b. Uji pH
pH hasil sediaan = 7
c. Volume terpindahkan
Volume terpindahkan yang diperoleh adalah 59 ml
d. Pemeriksaan BJ
BJ yang diperoleh adalah 1,14
e. Uji viskositas
Speed : 30 RPM
Data : 41 mPa.s
Persen : 4,1%
3.2 Perhitungan
a. Pemeriksaan BJ
Diketahui :
Wpikno kosong : 16,07 gr
Wpikno + air : 42,42 gr
Wpikno + sirup : 46,33 gr
Ditanya : BJ sirup ?
Jawab :
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟=42,42 𝑔𝑟
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 =16,07 𝑔𝑟−
𝑊𝑎𝑖𝑟 =26,35 𝑔𝑟
𝑊𝑎𝑖𝑟 26,35 𝑔𝑟
𝑉𝑎𝑖𝑟 = = = 26,42 𝑚𝑙
𝜌 𝑎𝑖𝑟 0,997
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑠𝑖𝑟𝑢𝑝 =46,33 𝑔𝑟
𝑊𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 =16,07 𝑔𝑟−
𝑊𝑠𝑖𝑟𝑢𝑝 =30,26 𝑔𝑟
𝑊𝑠𝑖𝑟𝑢𝑝 30,26 𝑔𝑟
𝜌 𝑠𝑖𝑟𝑢𝑝 = = = 1,14
𝑊𝑎𝑖𝑟 26,35 𝑔𝑟
𝜌 𝑠𝑖𝑟𝑢𝑝 1,14
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 = = = 1,1424 ~ 1,14
𝜌 𝑎𝑖𝑟 0,997

b. Pemeriksaan viskositas
Diketahui :
Data : 41,0 mPa.s
V : 30 Rpm
1P : 0,1 kg/m.s : 1 g/cm.s
1 Pa.s : 1 kg/m.s : 10 cP
1 cP : 10-3 Pa.s : 1.mPa.S
1 mPa.S: 1 cP
1 poise : 1 dyne.dt.cm-2
1 poise : 100 cP
Ditanya : 41,0 mPa.s = …….cP
Jawab :
1 cP = 1 mPa.s
41 cP = 41 mPa.s
1 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒 =100 𝑐𝑃
𝑋 =41 𝑐𝑃

137 P = 100X
𝑋 =41 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒
=100

X = 0,41 poise = 0,41 dyne.dt.cm-2


𝑘𝑔
1 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒 =0,1 .𝑠
𝑚
0,41 𝑝𝑜𝑖𝑠𝑒 =𝑋

X = 0,041 kg/m.s
Jadi, 41,0 milipacsal.second (mPa.s) = 41,0 centipoise (cP) = 0,041 kg/m.s
= 0,41 dyne.dt.cm -2 .
BAB IV
PEMBAHASAN

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.


Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64,0% dan
tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau
perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat.
Pada pengujian organoleptis sediaan sirup diperoleh hasil yaitu sediaan
mempunyai bau lecy, berwarna bening, dan mempunyai bentuk sediaan cair.
Selanjutnya menguji pH yang terdapat pada sediaan sirup, pH yang diperoleh
adalah 7 didapatkan dari hasil campuran bahan yang mempunyai rasa berbagai
macam.
Pada pengujian viskositas diperoleh bahwa sediaan sirup mempunyai
kekentalan sebesar 41 cP. Pada pengujian volume terpindahkan diketahui bahwa
volume mengalami pengurangan sebesar 41 ml selama dalam pengujian, dimana
hasil akhir volume sediaan sirup adalah 59 ml dari 100 ml sediaan yang diperoleh.
Pada pemeriksaan berat jenis dari sediaan sirup diperoleh bahwa BJ dalam
sediaan adalah 1,14 gram/mL.
Bobot jenis sirup dalam literatur sebesar 0,9988 gram/mL, sehingga Bobot
jenis sirup lebih rendah dibandingan dengan bobot jenis air yaitu sekitar 1 gr/mL.
Nilai bobot jenis yang dihasilkan dari sediaan sirup yang kami dapat mempunyai
selisih sebesar 0,15 dari perbandingan literatur, hal itu bisa disebabkan karena
adanya kelebihan dalam penambahan aquadest sehingga bobot jenis menjadi lebih
besar dari literatur dan terjadinya fase yang tergolong keliru selama pengerjaan.
Bisa dikatakan sediaan sirup mempunyai kemurniaan yang kecil karena masih
mempunyai selisih yang cukup besar.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama praktikum sediaan sirup dapat
disimpulkan yaitu:
1. Uji organoleptik yang diperoleh adalah bentuk sediaan sirup atau cair ,
berwarna bening, dan beraroma lecy
2. pH sediaan sirup adalah 7
3. Uji volume terpindahkan yang diperoleh pada sediaan sirup adalah 59 ml
4. BJ yang diperoleh pada sediaan sirup adalah 1,14
5. Uji viskositas yang diperoleh pada sediaan sirup adalah 41 cP

Perhatian :
Semoga dengan adanya laporan hasil praktikum yang saya upload ini bisa
bermanfaat bagi teman-teman semua ya, dukung terus saya dengan cara kunjungi
blog saya yaitu https://www.sehatbersamatakiman.xyz/ agar senantiasa bisa
berbagi ilmu kepada sesama dan semangat untuk upload file kedepannya.
Terimakasih atas kerjasamanya sudah meluangkan waktu untuk mengunjungi blog
saya, semoga kita dalam keadaan sehat selalu dan sukses dengan kegiatan kita
masing-masing. Follow blog saya dan share apabila kontenya bermanfaat ya,
sharing is caring
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia : Jakarta.
Syamsuni. 2007. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.

Abdurrahman. 2020. https://www.sehatbersamatakiman.xyz/. Diakses pada


tanggal 25 November 2020.
LAMPIRAN

Dokumentasi foto
1. Proses persiapan alat dan bahan

2. Hasil uji evaluasi

Anda mungkin juga menyukai