Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN CAIR DAN SEMI SOLID

SIRUP AMBROXOL HCl

OLEH:

DIAN SARTIKA

2016.01.00.02.028

DOSEN PENGAMPU:

WIDYASTUTI, S.Si., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR BUKITTINGGI
YARSI – SUMATERA BARAT
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Solutio
Menurut Farmakope Indonesia edisi III Larutan adalah sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler
dalam pelarut yang sesuai atau campuran pearut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman
dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan yang diencerkan atau dicampur.
Bila zat terlarut (A) dilarutkan dalam air atau pelarut yang lain, maka akan terjadi
tipe larutan sebagai berikut :
1. Larutan encer : larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan : larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh :larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A yang dapat larut dalam
pelarut pada tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh : larutan yang mengandung jumlah zat A yang terlarut melebihi
batas kelarutannya di dalam air atau pelarut lain pada temperatur tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat terlarut disebut solute. Solvent yang
biasa dipakai adalah : air, spiritus, gliserin, eter, minyak, parafin liquidum, eter minyak
tanah.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan


1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam
anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula.
Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah :

a. Dapat larut dalam air


Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali
nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida
tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali
K3PO4, Na3PO3.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan,
misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturatio
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis.
5. Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam
air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air
tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut
dalam larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :
a. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel ; makin luas
permukaan solute yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
b. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan kelaruta solute.
c. Pengadukan.

C. Sirup / Syrup / Sirupi


Dalam Farmakope Indonesia Edisi III,Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa.Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa , C12H22O11 ,tidak kurang
dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat.(Ansel,1989).
Komponen sirup :
1. Gula,biasanya sukrosa atau pengganti gula digunakan untuk memberi rasa manis dan
kental.
2. Pengawet anti mikroba.Diantara pengawet-pengawet yang umum digunakan sebagai sirup
dengan konsentrasi lasim yang efektif adalah : asam benzoat (0,1-0,2%),natrium benzoat
(0,1-0,2%) dan berbagai campuran metil-profil dan butil paraben(total ±0,1%).Sering kali
alkohol digunakan dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang
larut dalam alkohol,tetapi secara normal alkohol tidak ada dalam produk akhir dalam
jumlah yang dianggap cukup sebagai pengawet (15-20%),
3. Pembau.
4. Pewarna.Untuk menambah daya tarik sirup,umumnya digunakan zat pewarna yang
berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan (misalnya hijau untuk rasa
permen,coklat untuk rasa coklat dan sebagainya).Pewarna yang digunakan umum larut
dalam air,tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup,dan warna stabil pada kisaran pH
dan di bawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi enounter selama masa
penyimpanan (Fomela andini,2013).
Jenis-jenis sirup :
1. Sirup Simpleks : mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.
2. Sirup Obat : mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup Pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat
penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan
bau obat yang tidak enak.(Syamsuni,2007).
Keuntungan sediaan sirup :
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut,parkinson,anak-anak).
2. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak-anak karena rasanya
lebih enak dan warna lebih menarik.
3. Sesuai untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent
Kerugian sediaan sirup :
1. Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirop.
2. Sediaan sirop jarang yang isinya zat tunggal,pada umumnya campuran atau kombinasi
beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh
pasien.Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk
pasien.
3. Tidak sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit (sebaiknya
dibuat kapsul),rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent).
4. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspensi atau
eliksir).Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alkohol,suspensi
stabilitasnya lebih rendah tergantung formulasi dan suspending agent yang digunakan.
5. Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak.(oily,biasanya dibentuk emulsi yang
mana stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent yang
digunakan).
6. Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan(biasanya dibuat sirup
kering yang memerlukan formulasi khusus,berbentuk granul,stabilitas setelah dilarutkan
hanya beberapa hari).
7. Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus
pula.(Fomelaandini,2013)
BAB II

DATA PREFORMULASI

1. Ambroxol (Martindale : 1565)


Nama resmi : Ambroxol Hydrochloride
Nama lain : Ambroxol HCl
RM : C13H18Br2N2O HCl
BM : 414,6
Pemerian : Putih atau kekuningan bubuk kristal.
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam
diklorometana, larut dalam metil alkohol. Sebuahsolusi 1% dalam air memiliki
pH 4,5-6,0.
Penyimpanan : Lindungi dari cahaya.

2. Sorbitol (HandBook Of Pharmaceutical Excipiens, 2009 : 679 )


Nama Resmi : Sorbitol
Nama Lain : Sorbitolum, Meritol
Rumus molekul : C6H12O6
Berat molekul : 182,17
Pemerian : putih atau nyaris polos, tidak berbau, berbentuk kristal dan
serbuk higroskopoik
Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara dan sisimpan di tempat kering

3. Sirupus simplex (Farmakope Indonesia III hal 567)


Warna : tidak berwarna
Rasa : manis
Bau : tidak berbau
Pemeriaan : cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih,sukar
larut dalam eter
Titik lebur : 1800
Bobot jenis : 1,587 gram/mol
Stabilitas : ditempat sejuk
Kegunaan : sebagai pemanis, jika lebih dari 60% bisa sebagai
pengawet

4. Aquades (HandBook Of Pharmaceutical Excipiens, 2009 : 768)


Sinonim : Aqua Destilata.
Rumus kimia : H2O
Berat molekul : 18, 02
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut/solven
BAB III
FORMULA

Berdasarkan analisis farmakologi dan data preformulasi zat aktif Ambrokxol HCl, maka
akan dibuat sediaan sirup dengan kekuatan15 mg.

3.1 R/ Ambroxol HCl 15 mg/5 ml


Sorbitol 17%
Sirup simplex 60%
Aqua dest ad 60 ml

3.2 Master Formula


Nama Produk : Ambroxsar syrup
Tanggal produk : 12 Desember 2018
No. REG : DKL1802800137A1
No. Bach :12122018

3.3 Alasan pemilihan sediaan


Karena Ambroxol HCl larut dalam air, sehingga sediaan cocok dibuat alam
sirup. Sediaan sirup dipilih dikarenakan memiliki beberapa keuntungan yaitu,
absorbsi lebih cepat dibandingkan sediaan oral lain, homogenitas lebih terjamin,
dosis dapat disesuaikan, cocok untuk obat yang mengiritasi lambung, dan
keuntungan yang terakhir adalah mudah ditelan (Dewi et al, 2013 : 192).
3.4 Alasan penambahan zat aktif
a. Indikasi
Penyakit saluran pernafasan akut dan kronis, disertai sekresi bronkhial
abnormal, khususnya pada eksaserbasi danbronkhitis asmatik, asma bronkhial,
sebelm dan sesudah operasi pada perawatan intensif untuk menghindari
komplikasiparu.
b. Farmakologi
Ambroxol sebagai mukolitik (mucus = lendir, lysis = larut) yang memiliki
gugus-aulfhydryl (-SH) bebas dan berdayamengurangi kekentalan dahak dan
mengeluarkannya. Senyawa sisten dan mesna memebuka jalan disulfida
diantaramakromolekul yang terdapat dalam dahak. Mabroxol dan Bromheksin
bekerja dengan jalan memutus “serat- serat”mucopolysaccharida.
c. Efek Samping
Ambroksol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang ringan
pada saluran pencernaan dilaporkan padabeberapa pasien. Reaksi Alergi.
d. Dosis
6-12 th : sehari 2-3x1 sendok takar
2-6 th : sehari 3x½ sendok takar
Dibawah 2 th: sehari 2x½ sendok takar
e. Interaksi Obat
Kombinasi ambroksol dengan obat-obatan lain dimungkinkan, terutama
yang dengan sediaan yangdigunakan sebagai obat standar untuk sindroma bronkitis
( glikosda jantung, kortikosteroid, bronkaoasmolitik, diuretik dan antibiotik).

3.5 Alasan pemilihan bahan tambahan


1. Sorbitol
Dibandingkan dengan sukrosa, penyerapan sorbitololeh tubuh lebih lambat
sehingga sorbitolmenjadi salah satu pemanis alternatif bagi penderita diabetes
melitus. Sorbitol diubah menjadi fruktosa yang akan dimetabolisme melalui jalur
fruktosa 1-fosfat dan jalur tersebut tidak membutuhkan insulinuntuk
metabolismenya (Suseno et al, 2008 : 3).
Sorbitol secara luas digunakan sebagai eksipien dalam formulasi. Dalam
sediaan sirup efektif untuk mencegah kristalisasi disekitar tutup botol (Rowe,
2009 : 679)
2. Syrup simplex
Situus simplex digunakan sebagai pemanis dan wkaligus pembawa, karena
diharapkan dengan kadar gula yang tinggi, dapat dijadikan sebagai pengawet
secara alami dengan meanisme osmosis yang menyebabkan didalam sirup lebih
terkonsentrat.
3. Air suling (FI III ; 96, Exp ; 336)
Nama resmi : Aqua destillata
Sinonim : Air suling
RM/BM : H₂O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa.
Kegunaan : Pembawa dan pelarut bahan
Incomp : Bereaksi dengan bahan obat yang mudah terhidrolisa,
bereaksi kuat dengan logam alkali danoksidasinya dengan garam anhidrat.
Kestabilan : Secara kimia stabil dalam semua bentuk fisika.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

BAB IV

PERHITUNGAN

Ambroxol HCl : 15mg/ 5ml x 60 ml = 180 mg


Sorbitol : 17% x 60 ml = 10,2 ml
Sirup simplex : 60 % x 60 ml = 36 ml
Aquadest ad 60 ml
BAB V

CARA KERJA

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Kalibrasi botol 60 ml
3. Larutkan ambroxol HCl 180mg dengan sebagian aq dest ad larut masukan kedalam
wadah
4. Kemudian tambahkan sorbitol + sirup simplex kemudian kocok
5. Lalu tambahkan aquadest sampai ad 60 ml
6. Kocok ad homogen
A. Gambar kotak sediaan

B. Gambar brosur
BAB VI
EVALUASI SEDIAAN

EVALUASI ALAT BAHAN KRITERIA HASIL


Ornagoleptis : Visual Sediaan Sirup a. Larutan
a. Bentuk b. Gula
b. Bau c. Manis
c. Rasa d. Bening
d. Warna
Penetapan pH pH-indicator Sediaan sirup pH sirup 4-7 5
strips
BAB VII
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini membuat sediaan dalam bentuk sirup. Sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Dalam praktikum pembuatan
ambroxol HCl sirup, diperlukan zat tambahan sirupus simplex sebagai pemanis,
sekaligus sebagai pengawet. Sirup simplex adalah sirup yang hampir jenuh dengan
sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64 - 66% kecuali dinyatakan lain, sorbitol
pada handbook of pharmaceutical excipient dengan konsentrasi 15% - 30% sebagai
anti caplocking dan pada pratikum digunakan konsentrasi 17 %, dan aqua destilata
yang berperan sebagai pelarut. Dalam pembuatan sirup ini, zat aktif yang digunakan
adalah ambroxol.

Ambroxol HCl adalah obat batuk berdahak atau ekspektoran. Dosis yang
digunakan untuk anak usia 6 – 12 tahun yaitu : 2 – 3 kali sehari 5 ml sirup atau 2,5 ml
sirup. Ambroxol adalah salah satu obat yang masuk kegolongan mukolitik, yaitu obat
yang fungsinya adalah mengencerkan dahak. Ambroxol umumnya digunakan untuk
mengatasi gangguan pernapasan akibat produk dahak yang berlebihan pada kondisi
seperti ini bronkiektasis dan emfisema. Dengan obat mukolitik, dahak yang diproduksi
akan lebih encer sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tenggorokan saat batuk.
Dengan demikian, pipa saluran pernapasanpun lebih terbuka dan terasa lega.

Ambroxol HCl Tidak dianjurkan pada wanita hamil pada trisemester pertama.
hanya digunakan selama kehamilan atau menyusui jika benar-benar diperlukan. Tidak
boleh digunakan dalam jangka waktu yanglama tanpa konsultasi dokter. Efek samping
yang ditimbulkan Dari Ambroxol HCl Reaksi alergi dapat terjadi dalam keadaan yang
jarang dan beberapa pasien yang terkena alergi juga menunjukkan reaksi alergi obat-
obat lain. Reaksi yang ditemukan : pada kulit, pembengkakan wajah, dyspnea, demam.

Pada evaluasi organoleptis diperoleh hasil, warna bening, bau seperti sirup
simplex karena mengandung 60% sirup simplex, rasa manis karena mengandungbsirup
simplex dan sorbitol. Dilakukan juga uji pH menggunakan pH indikator strip dan
diperoleh pH sediaan sirup ambroxol yaitu 5 .
BAB VIII
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


sediaan sirup yang dibuat telah stabil pada uji organoleptik (bentuk, rasa,warna dan
bau) . Sedangkan pada uji pH yang dilakukan didapatkan pH 5 .
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C., 2008, PengantarBentukSediaanFarmasi, UI-Press, Jakarta.


Dewi, Intan K., Joharman, LiaYuliaBudiarti, Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Etanol
Dengan Sediaan Sirup Herbal Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi l.)
Terhadap Pertumbuhan Shigella dysenteriae IN VITRO, BerkalaKedokteran,
Vol: 9(2).
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, DepartemenKesehatanRepublik
Indonesia, Jakarta.
Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey and Marian E. Quinn, 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Suseno, Thomas Indarto Putu, Nita Fibria, Netty Kusumawati, 2008,Pengaruh Penggantian
Sirup Glukosa Dengan Sirup SorbitolDan Penggantian Butter Dengan Salatrim
TerhadapSifat Fisikokimia Dan OrganoleptikKembang Gula Karamel,Jurnal
Teknologi Pangan dan Gizi, Vol: 7(1).

Anda mungkin juga menyukai